Anda di halaman 1dari 3

Pada Tugas 2 

saya meminta teman-teman untuk menjelaskan!

1. Apakah ada hubungan perubahan bentuk Negara yang satu ke


bentuk negara yang lain sebagai siklus menurut Polybius? berikan
alasan teoritis dan hasil analisis teman-teman
2. Ada banyak sarjana yang membedakan antara monarki dan republic.
Jelaskan bagaimana konsep kajian perbedaan monarki dan republik
menurut Jellinek? Bagaimana pula menurut Duguit? Jelaskan
3. Berikan pendapat saudara mengenai unsur yang digunakan Harold
J. Laski dalam mengklasifikan negara?

Jawaban

1. Secara teoritis Polybius dalam mengklasifikasikan bentuk negara


menggunkan pendekatan klasik tradisional dimana teori yang dikenalkan oleh
Polybius adalah cycles theory (teori lingkaran). Dalam teori ini setiap
perubahan negara merupakan suatu siklus dimana bentuk negara yang baru
terjadi akibat bentuk negara sebeluimnya maka dari itu dalam perubahan
bentuk negara yang satu ke bentuk negara yang lain memiliki hubungan
dimana hubungan yang dimaksud disini merupakan hubungan kausal (sebab
akibat). Dalam hubungan sebab akibat terbentuknya bentuk negara baru
disebabkan oleh sesuatu yang dianggap tidak baik di bentuk negara
sebelumnya sehingga menciptkan golongan atau sekelompok orang yang
berniat untuk membentuk negara baru yang lebih baik dari bentuk negara
sebelumnya. Dalam siklus yang diperkenalkan oleh Polybius awal bentuk
suatu negara adalah monarki dimana dipimpin oleh satu raja yang memiliki
keunggulan dan keahlian yang lebih dibandingkan masyarakat lain dan layak
untuk menjadi raja sehingga rakyat hidup makmur, lambat laun
kepemimpinan yang dipimpin oleh raja ini yang awalnya dianggap bijaksana
kemudian digantikan raja lain dan mulai memperlihatkan sikap angkuhnya
yang tidak memperhatikan kemakmuran rakyat hanya mementingkan
kepentingan pribadi kemudian terbentuklah negara tirani akibat hal ini
kemudian muncul sekelompok orang yang pintar dan berani menentang
kepemimpinan raja tiran ini dan mengambil alih kekuasaanya sehingga dari
bentuk negara tirani menjadi aristokrasi. Bentuk negara aristokrasi yang awal
mula bijaksana akhirnya mengalami penurunan dan tidak lagi mementingkan
kepentingan rakyatnya sehingga perebutan kekuasaan dan revolusi tidak
dapat dihentikan sehingga muncullah bentuk negara oligarki dimana dalam
bentuk negara ini keadilan sudah tidak ada. Demi mencapai keadilan dan
kesejahteraan para rakyat bersatu dan mengambil alih kekuasaan sehingga
terbentuk negara demokrasi. Bentuk negara demokrasi menjamin
kepentingan masyarakat dan masyarakat diberikan kebebasan namun
masyarakat menyalahgunakan kebebasan tersebut sehingga terjadi
kekacauan yang tidak dapat dikendalikan, pemerintah tidak memiliki legitimasi
karena setiap rakyat ingin mengambil pemerintahan dan terbentuklah negara
yang oklokrasi memiliki pengertian pemerintahan oleh rakhyat yang hina
sehingga rakyat berada di luar kendali dan menciptakan kekacauan diamana-
mana, kemudian muncul keinginan untuk memperbaiki keadaan ini menjadi
lebih baik lagi bersamaan dengan hal ini muncullah seseorang yang berani
tampil dan mengambil kekuasaan sehingga negara dipimpin oleh orang
tunggal dan bentuk negara oklokrasi Kembali menjadi monarki. Dari ilustrasi
perubahan bentuk negara tersebut Polybius menggambarkanya dalam bentuk
cycles yang memiliki suatu fase diamana fase tersebut telah berakhir maka
akan Kembali seperti semula dan perubahan bentuk negara yang sat uke
bentuk negara yang satu memiliki hubungan sebab akibat (kausal) dimana
terdapat suatu keadaan yang tidak stabil akan memicu menculnya bentuk
negara yang baru. Menurut analisis saya perubahan bentuk negara yang sat
uke bentuk negara yang lain pasti memiliki suatu hubungan salah satunya
yaitu adalah hubungan sebab akibat yang dijelaskan secara teoritis bahwa
suatu bentuk negara pasti memiliki suatu penyebab, selain hubungan sebab
akibat juga ada hubungan dimana adanya keadaan yang tidak stabil sehingga
menimbulkan pembrontakan dari seseorang atau suatu kelompok, dalam
terbentuknya bentuk negara yang baru harus terdapat peran dari seseorang
atau kelompok orang yang menginginkan suatu perubahan istilahnya sebagai
pionir, jadi menurut saya dalam suatu perubahan bentuk negara pasti
terdapat suatu keadaan yang ideal dimana kesejahteraan rakyat terjamin dan
terjaminya keadilan namun keadaan ini tidak akan selamanya stabil sehingga
bentuk negara ini akhirnya mengalami kemunduran atau kemerosotan
sehingga menimbulkan perubahan bentuk negara yang dipicu oleh suatu
keadaan dan diciptakan oleh seseorang atau sekelompok orang sehingga
menimbulkan suatu hubungan yang terbentuk melalui suatu siklus.

2. Dalam bukunya yang berjudul Allgemeine Staatslehre, Georg Jellinek


mengklasifikasikan bentuk negara menjadi dua jenis yaitu republic dan
monarki. Dalam ajaranya dijelaskan bahwa suatu negara mempunyai kriteria
cara terbentuknya kemauan suatu negara, karena menurutnya negara
merupakan suatu kesatuan yang memiliki dasar-dasar hidup maka dari itu
suatu negara dianggapnya memiliki suatu kehendak atau kemauan dimana
kehendak tersebut bersifat abstrak namun dalam bentuknya yang konkret
kemauan atau kehendak tersebut menjelma menjadi undang-undang atau
hukum. Maka Jellinek membedakan antara bentuk negara republic dan
monarki berdasarkan pembentukan kemauanya atau kehendaknya.
Menurutnya negara monarki merupakan suatu bentuk negara yang
pembentukan kemauan terbentuk seluruhnya atas kehendak seseorang atau
individual sehingga undang-undangnya merupakan hasil karya seorang saja
atau individual sedangkan negara republik merupakan bentuk negara yang
kemauan negaranya berdasarkan kejadian yuridis berdasarkan tindakan-
tindakan banyak orang yang biasanya berbentuk dewan, maka undang-
undangnya merupakan hasil karya dari dewan atau banyak orang yang
terlibat.

Leon Duguit dalam bukunya Traite de Droit Constitutional membedakan


pemerintahan dalam bentuk monarki dan republik. Dalam bukunya Leon
Duguit menyatakan untuk membedakan apakah negara tersebut termasuk
dalam bentuk negara republik atau monarki dapat dilihat dari cara pemilihan
atau penunjukkan kepala negaranya. Apabila kepala negara ditunjuk
berdasarkan hak turun – temurun, maka bentuk negara tersebut adalah
Monarki. Namun apabila kepala negaranya ditunjuk tidak berdasarkan turun –
temurun tetapi dipilih, maka bentuk negara tersebut adalah republik. Lebih
lanjut Leon Duguit menyatakan bahwa dalam bentuk pemerintahan, baik
monarki maupun republik, terdapat adanya sistem pemerintahan.
Misalnya sistem pemerintahan pada bentuk pemerintahan republik itu adalah:
 Republik dengan sistem pemerintahan rakyat secara langsung atau dengan
sistem referendum;
 Republik dengan sistem perwakilan rakyat atau dengan sistem parlemnter;
dan
 Republik dengan sistem pemerintahan kekuasaan, atau dengan sistem
presidensil.

Sedangkan sistem pemerintahan pada negara yang berbentuk pemerintahan


monarki adalah:
 Monarki dengan sistem pemerintahan absolutisme;
 Monarki terbatas; dan
 Monarki konstitusional.

3. Harold J. Laski dalam mengklasifikasikan bentuk negara berdasarkan pada


peran atau keikutsertaan rakyatnya dalam pembentukan undang-undang.
Jadi menurut saya unsur yang digunakan oleh Harold J. Laski adalah unsur
rakyat dan unsur Undang-undangnya dimana yang dimaksud disini apakah
rakyat diikutsertakan dalam pembuatan undang-undang atau tidak. Disini
Harold J. Laski membagi bentuk negara menjadi Demokrasi dan Autokrasi.
Suatu negara berbentuk demokrasi apabila dalam pembentukan undang-
udang rakyat memiliki kewenangan dalam membentuknya maka negara
tersebut termasuk negara demokrasi namun apabila dalam pembentukan
undang-undangnya tidak diikutsertakan peran rakyat atau rakyat tidak
memiliki kewenangan maka negara tersebut merupakan negara autokrasi.
Namun hal ini bersifat ideal karena dalam prakteknya jarang negara bersifat
demokrasi murni dan autokrasi murni pasti campuran diantara keduanya
namun ada yang lebih dominan seperti contoh negara yang condong
demokrasi pasti sifat demokrasi lebih dominan diabndingkan autokrasi begitu
pula sebaliknya

Sumber : Ni‟matul, Huda. 2013. Ilmu Negara, Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai