PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kejahatan merupakan hal yang menjadi perhatian penting bagi setiap negara
terutama di Inonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kejahatan dimaksudkan
sebagai suatu perilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma yang telah disahkan
oleh hukum tertulis. Menurut Bonger dalam bukunya Inleiding tot de Criminologie
berpendapat bahwa kejahatan adalah sebagian dari perbuatan-perbuatan amoral (tanpa
susila). Pada negara-negara modern dapatlah dikatakan bahwa setiap perbuatan yang
dicap sebagai kejahatan oleh warganya akan dipandang juga sebagai perbuatan-
perbuatan tanpa susila. Namun demikian mungkin saja terdapat perbedaan perasaan di
antara para warga tentang seberapa besar sifat amoral dari suatu perbuatan. Menurut
Durkheim, mengartikan kejahatan sebagai gejala yang normal pada masyarakat,
apabila tingkat keberadaannya tidak melampaui tingkat yang dapat dikendalikan lagi
berdasarkan hukum yang berlaku (Bonger, W.A, 2012: 95).
PEMBAHASAN
Perlu diketahui bahwa ada beberapa karakteristik dari white-colla rcrime yang
membedakannya dengan kejahatan lain pada umumnya, antara lain:
1. Diperlukan waktu yang lama untuk pembuktian dan juga butuhkeahlian tertentu.
2. Jika menyangkut organisasi, susah dicari seseorang yangbertanggung jawab,
biasanya diarahkan ke atasan karena tidakmencegah, atau kepada bawahan karena
tidak mengikuti perintahatasan.
3. Proses viktimisasi juga tersamar karena pelaku dan korbantidaksecara langsung
berhadapan.
4. Kerumitan dan tersamarnya pelaku membuat sulit dilacak.
5. Pelaku biasanya mendapatkan status kriminal yang ambigu.
White collar crime merupakan tindakan kaum golongan atas yang dapat
menimbulkan kerugian negara dan menciptakan kemiskinan karena sebgain besar
kejahatan ini mengambil hak milik orang lain. Pemerintah Indonesia telah berupaya
dalam pemebrantasan jenis kejahatan ini namun faktanya masih belum dapat
mencegah bahkan menghilangkanya karena hal ini telah mandarah daging bagi oknum
pelaku dan menganggap ini merupakan hal yang wajar untuk dilakukan serta sifat
alami manusia yang tidak pernah puas. Kejahatan jenis ini memang sangat sulit untuk
dicegah bahkan diberantas, hal ini menjadi tantangan bagi seluruh negara di dunia
khususnya Indonesia yang memiliki tingkat kejahatan white collar crime.
rime yang tinggi terutama dalam kejahatan korupsi yang banyak dilakukan
oleh oknum pejabat.
Hasil survei Transparansi Internasional Indonesia (TII) menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan negara paling korup nomor 6 (enam) dari 133 negara. Di
kawasan Asia, Bangladesh dan Myanmar lebih korup dibandingkan Indonesia. Nilai
Indeks Persepsi Korupsi (IPK), ternyata Indonesia lebih rendah dari pada negara
papua nugini, vietnam, philipina, Malaysia dan Singapura. Sementara itu pada tingkat
dunia, negara-negara yang ber-IPK lebih buruk dari Indonesia merupakan negara yang
sedang mengalami konflik. Hal ini tentu saja menjadi tamparan keras bagi Indonesia
dan telah tiba saatnya Indonesia untuk berbenah diri terutama dalam upaya
pencegahan tindak kejahatan white collar crime. Adapun beberapa hal yang dapat
dilakukan dalam pencegahan kejahatan white collar crime antara lain :
Pendidikan tidak hanya dalam mencari nilai yang tinggi dan baik namun
pendidikan yang penting sejatinya adalah pendidikan kepribadian yang
berhubungan dengan pembentukan mental yang baik dan jujur. Hal ini
harus ditanamkan dalam ruang lingkup palin kecil yaitu keluarga dimana
orang tua memiliki peran dalam mendidik anaknya dengan memberikan
pembekalan ajaran agama dan kepribadian yang dapat meciptakan mental
anak yang baik terutama memiliki sifat yang jujur dan bijaksana. Apabila
seorang anak telah dapat bertindak secara jujur baik melalui perkataan
maupun perbuatan maka niscaya akan terhindar dari tindakan white collar
crime yang sangat erat hubunganya dengan keserakahan. Selanjutnya
pendidikan mental ini pun sangat penting dilanjutkan dalam setiap jenjang
pendidikan yang diamana disini berperan adalah para guru yang dapat
mendidik siswa dan siswinya agar dalam setiap tindakanya selalu
dialndaskan dengan kejujuran agar nantinya dapat menjadi orang yang
berguna dan dapat mengubah kehidupan bangsa ini. Sebab generasi muda
atau generasi selanjutnya merupakan generasi yang akan melanjutkan
tongkat estafet dalam pemerintahan Indonseia dimana oknum kejahatan
white collar crime banyak ditemukan di Lembaga-lembaga pemerintahan
Indonesia dimana kejahatanya dalam bentuk korupsi. Sehingga pendidikan
baik di keluarga maupun jenjang pendidikan formal sangat mempengaruhi
untu terciptanya kepribadian yang baik dan jujur demi terciptanya negara
Indonesia yang lebih baik dan terbebas dari kejahatan white collar crime
terutama korupsi.
2. Penanaman Nilai Pancasila Sejak Dini
PENUTUP
Dilihat dari segi hukum, kejahatan didefinisikan sebagai perbuatan manusia yang
melanggar atau bertentangan dengan apa yang ditentukan dalam kaidah hukum, tegasnya
perbuatan yang melanggar larangan yang ditetapkan dalam kaidah hukum, dan tidak
memenuhi atau melawan perintahperintah yang telah ditetapkan dalam kaidah hukum
yang berlaku dalam masyarakat dimana yang bersangkutan bertempat tinggal. Bentuk
kejahatan yang saat ini sering menjadi sorotan publik adalah “kejahatan kerah putih” atau
“white collar crime”. Seorang sosiolog Amerika, Edwin Sutherland pertama kali
memperkenalkan konsep "kejahatan kerah putih" atau white-collar crime (WCC) pada
konferensi American Sociological Association pada tahun 1939, yaitu istilah yang secara
singkat mulai dikenal sebagai perbuatan kejahatan oleh orang yang terhormat dan
memiliki status tinggi serta berhubungan dengan pekerjaannya.
Indonesia sendiri, white-collar crime telah diatur secara yuridis di dalam Pasal 3
UU No. 31 Tahun 1999 walau tidakdisebutkan secara eksplisit bahwa tindakan tersebut
merupakan white-collar crime. White collar crime dapat berkembang di Indonesia karena
adanya tiga faktor antara lain faktor sejarah, faktor budaya dan sifat alami manusia. Hasil
survei Transparansi Internasional Indonesia (TII) menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan negara paling korup nomor 6 (enam) dari 133 negara. Di kawasan Asia,
Bangladesh dan Myanmar lebih korup dibandingkan Indonesia. Nilai Indeks Persepsi
Korupsi (IPK), ternyata Indonesia lebih rendah dari pada negara papua nugini, vietnam,
philipina, Malaysia dan Singapura. Sementara itu pada tingkat dunia, negara-negara yang
ber-IPK lebih buruk dari Indonesia merupakan negara yang sedang mengalami konflik.
Hal ini tentu saja menjadi tamparan keras bagi Indonesia dan telah tiba saatnya Indonesia
untuk berbenah diri terutama dalam upaya pencegahan tindak kejahatan white collar
crime. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pencegahan kejahatan white
collar crime antara lain : pendidikan mental terutama bagi generasi muda, penanaman
nilai Pancasila sejak dini, perubahan sistem pemerintahan dan korporasi serta
mempertegas hukum di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Buamona, Syahdi. 2019. “White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih) dalam
Penegakan Hukum Pidana”. Jurnal Madani Legal Review (Vol. 3, No. 1). Maluku: STAI
Babussalam Sula Maluku Utara
Eleanora, Fransiska Novita. 2013. “White Collar Crime Hukum dan Masyarakat”.
Forum Ilmiah (Vol. 10, No. 2). Jakarta: Fakultas Hukum Universitas MpuTantular
Firdausi, Firman dan Asih Widi Lestari. 2016. “Eksistensi “White-Collar Crimedi
Indonesia: Kajian Kriminologi Menemukan Upaya Preventif”. Jurnal Reformasi (Vol. 6, No.
1). Malang: Universitas Tri bhuwana Tungga dewi Malang Harkrisnowo,
Laoh, Clinten Trivo. 2019. “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana White
Collar Crime”. Jurnal Lex Crimen (Vol. 8, No. 12). Manado: Fakultas Hukum Universitas