Anda di halaman 1dari 9

Nama : Shasha Shava Shasila

Nomor Presensi : 29
Kelas : Kriminologi A
NIM : 195010107111076

Ujian Tengah Semester

Menurut E. Utrecht :
“Hukum adalah himpunan petunjuk hidup ( perintah atau larangan ) yang mengatur
tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah dari masyarakat
itu.”1

Hukum sendiri dibagi menjadi dua yakni Materiil dan Hukum Acara Pidana, berikut
penjelasannya:
a. Hukum Materiil sendiri adalah hukum yang mengatur tentang perbuatan
perbuatan yang diklasifikasikan menjadi tindak pidana. Ditemui terutama di
dalam KUHP yang berisi mengenai perbuatan - perbuatan yang diancam dengan
hukuman ( strafbare - feiten ) , siapa - siapa yang dapat dipidana ( mengatur
pertanggungjawaban terhadap hukum pidana) , pidana apa yang dijatuhkan
terhadap orang yang akan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan UU
( hukum penintensier ). Jadi dapat disimpulkan bahwa Hukum Pidana Materiil
adalah hukum pidana yang memuat:
1. Aturan-aturan yang menetapkan dan merumuskan perbuatan-perbuatan yang
dapat dipidana; 2. Aturan-aturan yang memuat syarat-syarat untuk dapat
menjatuhkan pidana;
3. Ketentuan mengenai pidana.
b. Hukum Acara Pidana adalah hukum yang mengatur mengenai perbuatan yang
melanggar hukum pidana materiil yang diklasifikasikan sebagai tindak pidana,
1
Prof. Chainur Arrasjid, S.H., 2000, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,hlm. 21.
contohnya yakni Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHP), Undang
Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.

Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHP) sendiri dibagi menjadi 3 bagian
yakni aturan umum, kejahatan dan pelanggaran. Yang termasuk kedalam klasifikasi
tindak pidana yakni bagian kejahatan dan pelanggaran. Didalam pelaksanaan KUHP
terdapat KUHAP atau Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana yang terdapat dalam
Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Hukum Acara
Pidana sendiri adalah mekanisme penegakan hukum pidana materiil yang dikemas
menjadi sistem hukum acara pidana yang terintegrasi.

Kriminologi berasal dari kata crimen yaitu kejahatan dan logos yang berarti ilmu. Edwin
H. Sutherland memberikan pengertian sebagai berikut :
A body of knowledge regarding crime as a social phenomenon and legal phenomenon.
(Kriminologi adalah seperangkat/kumpulan berbagai ilmu pengetahui mengenai
kejahatan sebagai fenomena sosial dan juga sebagai gejala hukum).

Didalam hukum pidana sendiri terdapat beberapa cabang keilmuan yakni :


- Kriminologi yang fokus membahas mengenai pelaku tindak pidana
- Viktimologi yang fokus membahas mengenai peranan dan kedudukan korban
- Penologi yang fokus membahas mengenai penghukuman dan pembinaan
narapidana

Di Dalam kriminologi sendiri dibagi menjadi beberapa cabang yakni :


● Kejahatan (Crime)
● Penjahat (Criminal)
● Kausa Kejahatan (Etiology Of Crime)
● Reaksi Sosial Terhadap Kejahatan (Social Reaction Of Crime)
● Hak Hak Pelaku Kejahatan (Criminal Rights)
● Penanggulangan Kejahatan (Criminal Control)
Maka dari itu dapat disimpulkan manfaat mempelajari kriminologi adalah untuk
mengajak kita memahami kejahatan dalam masyarakat secara ilmiah atau akademik
sehingga kita lebih bijak dalam memahami kejahatan dalam masyarakat. Selain itu juga
agar kita bisa menjaga diri untuk tidak menjadi pelaku sehingga dapat mengendalikan
diri dan tidak menjadi korban juga.

KEJAHATAN
Kejahatan adalah perbuatan perbuatan yang dikualifikasikan menjadi tindak pidana
kejahatan yang diatur dalam undang undang. Selain itu beberapa ahli memberikan
pendapat nya mengenai pengertian kejahatan yakni sebagai berikut :

Bonger (1982: 21-24) dalam bukunya Pengantar Tentang Kriminologi, mendefinisikan


kejahatan dirasakannya sebagai perbuatan immoril dan anti-sosial, yang tidak
dikehendaki oleh kelompok pergaulan yang bersangkutan, dan secara sadar ditentang
oleh pemerintah (negara) dengan pemberian penderitaan yang berupa hukuman atau
tindakan.

Selanjutnya David M. Gordon dan Paul Mudigdo Moeliono yang dikutip oleh Ninik
Widiyanti dan Yulius Waskita (1987: 27-29) memberikan batasan tentang kejahatan
sebagai berikut:
1) David M. Gordon mendefinisikan kejahatan merupakan usaha pelanggar untuk hidup
dalam suatu situasi ekonomi tidak menentu yang terbentuk dalam tatanan sosial
tertentu.
2) Paul Mudigdo Moeliono mendefinisikan kejahatan adalah perbuatan manusia yang
merupakan pelanggaran norma, yang dirasakan merugikan, menjengkelkan, sehingga
tidak boleh dibiarkan berkembang dalam masyarakat dengan menuangkannya dalam
norma hukum.
Maka dapat disimpulkan kejahatan adalah suatu perbuatan yang melanggar
peraturan/hukum yang berlaku di mana masyarakat itu tinggal serta merugikan
masyarakat lainnya.

Perbuatan kejahatan sendiri dibagi menjadi dua yakni :


1. Mala Prohibita (Malum Prohibitum)
Mala prohibita atau malum prohibitum, adalah istilah bahasa Latin yang mengacu
kepada perbuatan yang tergolong kejahatan karena diatur demikian oleh
Undang-Undang. Hal ini mengacu pada Pasal 1 Ayat 1 KUHP yang berbunyi tiada
seorang pun dapat dipidana atau dikenakan tindakan, kecuali perbuatan yang
dilakukan telah ditetapkan sebagai tindak pidana dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada saat perbuatan itu dilakukan.
2. Mala Inse (Malum Inse)
Mala in se atau malum in se (sering pula disebut sebagai mala per se) adalah
istilah bahasa Latin yang mengacu kepada suatu perbuatan yang dianggap
sebagai sesuatu yang jahat bukan karena diatur demikian atau dilarang oleh
Undang-Undang, melainkan karena pada dasarnya bertentangan dengan
kewajaran, moral dan prinsip umum masyarakat beradab. Jadi dapat disimpulkan
bahwa mala in se adalah kejahatan yang diatur menurut persepsi atau cara
pandang masyarakat. Contohnya 5 M (Maling, Madon, Main, Mendem, Madat)

Jenis kejahatan sendiri terdapat 2 yaitu :


- Conventional Crime ( Blue Collar Crime / Street Crime ) → KUHP
- Non Conventional Crime (White Collar Crime / Organized Crime, Political Crime,
Official Crime, Profesional Crime, National Crime, Transnational Crime,
International Crime) → Undang Undang Pidana diluar KUHP

Dalam kejahatan tersendiri terdapat kriminalisasi dan dekriminalisasi, kriminalisasi


adalah menjadikan suatu perbuatan yang awalnya bukan tindak pidana menjadi tindak
pidana contohnya yakni marital rape. Sedangkan dekriminalisasi adalah suatu perbuatan
yang mulanya tindak pidana menjadi bukan tindak pidana.

TIPOLOGI PENJAHAT
Menurut Lombroso Penjahat adalah seorang yang dapat dilihat dari penelitian bagian
badan dengan pengukuran antropometris. Sedangkan menurut Mabel Elliot Penjahat
adalah orang-orang yang gagal dalam menyesuaikan dirinya dengan norma-norma
masyarakat sehingga tingkah lakunya tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat. Dalam
arti sempit penjahat dapat dikatakan sebagai narapidana yang sedang menjalani masa
pidana di lembaga pemasyarakatan. Menurut Hans Von Hentig , cikal bakal yang
mengembangkan ilmu tentang korban kejahatan (victimology), mengatakan bahwa
pelaku dan korban merupakan dua bingkai suatu kesatuan yang tak terpisahkan satu
sama lain (the duet of crime). Dalam kasus kasus tertentu, korban juga memiliki
peranan penting, mempunyai andil untuk terjadinya suatu kejahatan. Karena itu korban
semestinya juga turut bertanggung jawab dalam kejahatan.2

Kejahatan dibagi menjadi 2 yakni :


(1) Street Level Criminal yaitu penajahat kelas jalanan (Blue Collar Crime) dengan
ciri ciri badan kekar, wajah sangar, kumis tebal dan bertato.
(2) White Collar Criminal yaitu bentuk kejahatan yang dilakukan oleh individu
ataupun kelompok yang memiliki jabatan dengan menggunakan kewenangan
yang dimiliki dalam pekerjaannya. Contohnya Officials, Politician, Executivem
Penegak Hukum, Profesionalis.
Pengertian White Collar Criminal atau Kejahatan Kerah Putih menurut Edwin H.
Sutherland yakni sebagai berikut :
A crime comitted by a person of respectability, high social and economic status in
the course of his ouccupation

2
I Nyoman Nurjaya, Wanita dan Kejahatan : Antara Teori dan Realitas, Jurnal Hukum Pembangunan, Oktober 1990.
(Kejahatan yang dilakukan oleh orang yang dihormati yang mempunyai status
sosial yang tinggi dan ekonomi yang baik tetapi dia tetap melakukan kejahatan
dikarenakan profesinya atau memanfaatkan profesi jabatannya).

ETIOLOGY OF CRIME
Kausa Kejahatan (sebab orang melakukan kejahatan) yakni terdiri dari mens rea atau
kondisi jiwa atau sikap kalbu dari pelaku perbuatan itu yaitu dolus dan culpa, serta
actus reus atau perbuatan lahiriah pelaku atau perbuatan nyata dari pelaku. Hal ini
sesuai dengan actus non facit reum nisi mens sit rea atau (suatu perbuatan tidak
membuat seseorang bersalah, kecuali dengan sikap batin yang salah). Terdapat dua hal
yang mendorong pelaku melakukan kejahatan yakni :
1. Internal Factor (Faktor Internal dalam diri pelaku)
a. Biological factor
Biological factor ini dikembangkan oleh Cesare Lombrosso seorang peneliti
yang melakukan penelitian terjdap penjahat-penjahat terutama bagian
tengkoraknya. Setiap orang diteliti tentang bentuk tubuhnya, panjang
tu-lang-tulang lengan, kaki, tungkai, bentuk telinganya, ben-tuk tengkorak
kepalanya dan lain-lain. Kemudian Lombros so mengambil kesimpulan dan
menyusun dalilnya sebagai berikut : Seorang penjahat itu adalah
merupakan pembawaan- nya, bakatnya yang dibawa sejak lahir. Bakat itu
dapat diketahui dari beberapa ciri yang terdapat pada :
a. tubuhnya (ciri-ciri luar), antara lain, kelopak matanya dalam, rambutnya
tumbuh kaku, tulang rahang yang tumbuh besar, flaporant;
b. rohaninya antara lain keras kepala, tahan menderita dan malas.
Menurut Cesare Lombrosso orang-orang yang memiliki ci-ri-ciri itu
cenderung dihinggapi bakat jahat dan esok atau lusa tentu menjadi
penjahat. Oleh karena itu perlu diada-kan pembagian jenis penjahat, yaitu
misalnya penjahat ka-rena kelahiran (born criminal), penjahat karena
sesuatu penyakit, penjahat yang karena ada kesempatan jahat lalu
menjadi jahat dan sebagainya.
Ciri ciri yang disebutkan oleh Lombrosso sangat mirip dengan ciri ciri dari
street level criminal yakni badan kekar, wajah sangar, kumis tebal dan
memiliki tato. Maka dapat disimpulkan bahwa menurut born criminal teory
penjahat memang seperti ditakdirkan menjadi penjahat sejak lahirnya.

b. Physchological Theory (Kondisi Kejiwaan Pelaku)


Teori psikologi kriminologi ini menyatakan bahwa sifat atau karakteristik
kepribadian tertentu berhubungan dengan kecenderungan seseorang
untuk melakukan tindakan teori psikologi dalam kriminologi. Beberapa ide
tentang konsep ini dapat dicermati dari hasil hasil pengukuran tes
kepribadian. Contohnya adalah bila seseorang mengalami gangguan jiwa
atau tekanan jiwa maka akan muncul deviant behavior atau perilaku
menyimpang seperti perilaku seks menyimpang (LGBT).

2. External Factor
a. Environtment → Fisik → Sosial → Kumuh (Slums area) → nuclear family
b. Economic → kemiskinan
c. Anomali → social disorganization (kekacuan sosial)
d. Social learning theory
e. Differential association theory → Crime is learnt → suatu grup tertentu → Gang
Motor
f. Labelling theory→ stigmazation theory → stigma yang diberikan oleh masyarakat
(menyatakan seseorang tidak baik)
g. Conflict theroy
h. Multifactors theory
i. Behavioral science

REAKSI SOSIAL MASYARAKAT


Reaksi masyarakat → korban (keluarga) → penegak hukum
Kejahatan → Perilaku menyimpang dari norma hukum → Deviant Behavior →
Social Enemy

1. Reaksi Sosial
Kohesi sosial → ikatan kehidupan sosial → di daerah pedesaan pelaku di bakar
atau dipukuli → di perkotaan pelaku acuh tak acuh
2. Reaksi Hukum → Penindakan → Penegakan
Penegak hukum (Polisi, Jaksa Penuntut Umum, Hakim, Lembaga
Pemasyarakatan)
3. Korban (keluarga) → Perlindungan korban → Pasal 99 sampai dengan Pasal 101
KUHAP dan Undang Undang perlindungan Saksi dan Korban.

PENANGGULANGAN KEJAHATAN
1. Pencegahan kejahatan (Prevention Of Crime)
Menurut National Crime Prvention Council ( USA ),Crime prevention is a pattern
of attitude and behaviors directed at reducing the threat of crime and enhancing
the sense of safety and security,to positively influence the quality of life in our
society and to develop environments where crime cannot flouris.(1990) (
pencegahan kejahatan adalah pola sikap dan perilaku yang diarahkan untuk
mengurangi ancaman kejahatan dan meningkatkan rasa aman). Jadi dapat
disimpulkan bahwa pencegahan kejahatan merupakan suatu tindakan atau
strategi yang segala langkahnya ditujukan untuk memperbaiki kapasitas
masyarakat untuk mengurangi kejahatan dengan jalan meningkatkan kapasitas
mereka dengan menggunakan kontrol sosial informal.
Pencegahan kejahatan sendiri dilakukan oleh beberapa lembaga yakni Polri
menurut Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian RI, Satuan
Pengamanan (SATPAM), Pertahanan Sipil (Hansip), Penegakan peraturan daerah
(Satuan Polisi Pamong Praja / SATPOL PP) atau dari masyarakat sendiri seperti
jogoboyo, kebayan dan pecalang.
Dalam melakukan pencegahan maka terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan
yakni :

1. Patroli rutin
2. Pembinaan → Pelatihan → Pengawasan
3. Giliran ronda
4. Jaga malam
5. Sosilaisasi
6. Penyuluhan
7. Penjagaan → Pengamanan

2. Penindakan Kejahatan (Repression Of Crime) Penegakan hukum pidana


(integrated criminal justice sistem) KUHAP (Lex generalis) → UU Pidana diluar KUHAP
(Lex specialis)

Model Penanggulangan :
1. Moralistik → Peningkatan kualitas moral warga masyarakat → ajaran agama
2. Abolionistik → Mencari sumber penyebab orang melakukan kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai