Dosen Pengampu:
OLEH:
Ahmad Adrian (H1A123248)
Adittya Ramadhan (H1A123)
Adjmainrestu (H1A123)
Adnan Taufiqi (H1A123)
KELAS B
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini kita sering mendegar dan melihat sejumlah berita di televisi yang
menayangkan peristiwa-peristiwa kejahatan yang terjadi di masyarakat. Kejahatan-
kejahatan yang dilakukan beragam jenis dan beragam modus operandinya. Masalah
kejahatan merupakan masalah yang abadi dalam kehidupan umat manusia, karena
ia berkembang sesuai dengan perkembangan tingkat peradaban umat manusia.
Artinya sejak berabad-abad tahun yang lalu kejahatan sudah dikenal dan menjadi
bagian dalam hidup manusia itu sendiri sebagai bentuk usaha manusia untuk
mempertahankan hidupnya dan usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi
sekelompok orang maupun perorangan.
Kejahatan yang terjadi dalam masyarakat berkembang seiring dengan
perkembangan masyarakat itu sendiri. Terjadinya kejahatan bukan semata-mata
perbuatan yang ditentang masyarakat akan tetapi adanya dorongan dari pelaku
untuk melakukan perbuatan yang ditentang oleh masyarakat tersebut. Lebih dari
dua pertiga kejadian pembunuhan dan penganiayaan berat didahului adanya
hubungan antara pelaku dengan korban dalam kejadian tersebut sebelum
berlangsung kejahatan. Artinya tidak semua pelaku kejahatan pembunuhan dan
penganiayaan berat begitu saja melakukan kejahatan tersebut, namun juga ada
peran yang berupa dorongan (provokasi) dari korban yang dapat memancing
amarah pelaku kejahatan sehingga terjadilah kejahatan tersebut
2
4. Faktor memanfaatkan keadaan dimana memanfaatkan beberapa kasus
kriminalitas yang terlihat tidak bisa dipecahkan oleh pihak yang bersangkutan,
maka kecenderungan untuk meniru dengan harapan dapat mengkambing
hitamkan kesalahan kepada orang lain nantinya bisa terjadi.Kejahatan yang
terjadi dalam masyarakat itu misalnya: pencurian, pemerkosaan, pembunuhan
dan lain sebagainya. Pembunuhan adalah bentuk dari kejahatan terhadap
nyawa manusia berupa menghilangkan nyawa orang lain.
Menghilangkan nyawa orang lain merupakan suatu bentuk kejahatan karena
sudah sejak dahulu nyawa manusia merupakan satu hal yang terpenting dan harus
dilindungi. Sehingga tidak seorangpun mempunyai hak untuk menghilangkan
nyawa orang lain apapun alasannya. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup, hal
tersebut secara tegas dinyatakan dalam pasal 28A Undang-undang Dasar negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai
hak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupannya. Oleh karena itu
perlu adanya penghormatan tentang hal tersebut
3
oleh manusia mempunyai fungsi, fungsi umum dari hukum pidana sama dengan
fungsi hukum lainya ialah mengatur hidup kemasyarakatan dan menyelenggarakan
tata hidup didalam masyarakat. Fungsi khusus dari hukum pidana adalah
melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan yang hendak merusaknya
dengan sanksi berupa pidana.
Laporan masyarakat menjadi tolok ukur bahwa terdapat keresahan yang ada
didalam masyarakat karena kriminalitas yang terjadi, walaupun tidak harus ada
laporan dari masyarakat untuk menyimpulkan bahwa suatu tindakan itu dinamakan
kriminalitas, seperti pada kejahatan terhadap nyawa tidak perlu adanya laporan
terlebih dahulu untuk memprosesnya pada jalur hukum. Pandangan legal murni
tentang kejahatan mendefinisikan kejahatan sebagai pelanggaran terhadap hukum
pidana.
Betapa pun keji dan tidak bisa diterimanya suatu perbuatan secara oral, itu
bukan kejahatan kecuali dinyatakan demikian oleh hukum pidana. Vernon Fox
mengemukakan ,”Kejahatan adalah sebuah peristiwa sosial politik, bukan sebuah
kondisi klinis. Kejahatan bukan kondisi klinis atau medis yang bisa didiagnosis dan
dirawat secara khusus”.Dalam pandangan ini, yang secara teknis benar, jika tidak
secara tegas dilarang oleh hukum pidana maka suatu perbuatan bukan kejahatan.
4
Tentu saja yang demikian sesuai dengan asas legalitas hukum yang boleh
dikatakan sebagai tiang penyangga hukum pidana. Asas ini tersirat dalam Pasal 1
KUHP yang dirumuskan demikian:
(1) Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana
dalam perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan.
(2) Jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam perundangundangan,
dipakai yang paling ringan bagi terdakwa.
Tindakan pidana tidak lepas dari siapa yang melakukan (penjahat/pelaku).
● Eskalasi perilaku destruktif dari kerusakan property kecil ke yang lebih besar, ●
Perasaan bersalah dan menyesal setelah kejadian bercampur kesenangan
B. Rumusan Masalah
6
C. Tujuan Makalah
7
BAB II PEMBAHASAN
A. Kriminologi
Kriminologi berasal dari bahasa latin, yaitu crimen dan logos. Crimen
berarti kejahatan, sementara logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara
harfiah, kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan, atau lebih
tepatnya kriminologi mempelajari segala aspek tentang kejahatan. Kata
“kriminologi” pertama kali digunakan oleh antropolog Perancis bernama Paul
Topinard (1830-1911) yang meneliti dengan pendekatan antropologi fisik
bagaimana bentuk tubuh mempengaruhi seseorang untuk berbuat jahat.
B. Hukum Pidana
8
2.Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana).
9
Hukum Pidana Formil ialah hukum yang mengatur cara-cara menghukum
seseorangyang melanggar peraturan pidana (merupakan pelaksanaan dari
Hukum PidanaMateriil).
Dapat juga dikatakan bahwa Hukum Pidana Formil atau Hukum Acara
Pidanamemuat peraturan-peraturan tentang bagaimana memelihara atau
mempertahankan Hukum Pidana Materiil, dan karena memuat cara-cara
untuk menghukum seseorangyang melanggar peraturan pidana, maka hukum
ini dinamakan juga Hukum Acara Pidana.
Hukum Pidana Subjektif (Ius Puniendi), ialah hak Negara atau alat-alat
untukmenghukum berdasarkan Hukum Pidana Objektif.
Pada hakikatnya Hukum Pidana Objektif itu membatasi hak Negara
untukmenghukum. Hukum Pidana Subjektif ini baru ada, setelah ada
peraturan-peraturandari Hukum Pidana Objektif terlebih dahulu.
Hukum Pidana Umum ialah Hukum Pidana yang berlaku terhadap setiap
penduduk (berlaku terhadap siapa pun juga di seluruh Indonesia) kecuali
anggota ketentaraan.
Hukum Pidana Khusus ialah Hukum Pidana yang berlaku khusus untuk
orang-orang yang tertentu.
10
Semua hukum pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan
dalam pergaulan hidup bermasyarakat, baik dalam lingkungan yang kecil mau
pun
dalam lingkungan yang lebih besar, agar di dalamnya terdapat suatu epastian
hukum danketertiban hukum. Dalam hukum pidana menunjukkan suatu
perbedaan dari hukumyang lain pada umumnya yaitu bahwa di dalamnya
orang mengenal adanya suatukesengajaan untuk memberikan suatu akibat
hukum berupa suatu penderitaan
yang bersifat khusus dalam bentuk suatu hukuman kepada mereka yang telah
melakukansuatu pelanggaran terhadap keharusan-keharusan atau larangan-
larangan yang telahditentukan di dalamnya. Adanya suatu penderitaan khusus
dalam bentuk pidana itusudah pasti tidak dapat dihindarkan di dalam bagian-
bagian yang lain dari
hukum pada umumnya, yaitu apabila orang menginginkan agar norma-
norma yang terdapatdi dalamnya benar-benar akan ditaati oleh orang.
Dengan demikian, hukum pidanamendapatkan tempat tersendiri diantara
hukum-hukum yang
lain,yangmenurut pendapat para sarjana, hendaknya hukum pidana tersebut
hendaknya dipandangsebagai suatu ultimum remedium atau sebagai upaya
terakhir untuk memperbaikikelakuan manusia, setelah upaya-upaya lain yang
ditempuh seperti melalui sanksiadministratif atau sanksi perdata belum
mencakupi tujuan masyarakat yang dicita-citakan dan penerpannya haruslah
disertai dengan pembatasan-pembatasan yangseketat mungkin. Ultimum
remedium haruslah diartikan sebagai alat bukan sebagaialat untuk
memulihkan ketidakadilan atau untuk memulihkan kerugian akan
tetapisebagai alat untuk memulihkan keadaan yang tidak tentram di dalam
masyarakat,apabila terjadi ketidakadilan tersebut tidak dilakukan sesuatu,
maka hal tersebut dapatmenyebabkan orang main hakim sendiri.
11
dengansuatu perimbangan yang serasi dari suatu tindakan yang
tercela/kejahatan disatu pihak dari tindak-tindakan perbuatan yang
melanggar yang merugiakandilain pihak.
Untuk membuat orang yang ingin melakukan kejahatan atau perbuatan
yangtidak baik akan menjadi takut untuk melakukan perbuatan tersebut.
Untuk mendidik seseorang yang melakukan perbuatan yang melanggar
agartidak melakukan lagi, dan agar diterima kembali dilingkungan
masyarakat.
Mencegah akan terjadinya gejala-gejala sosial yang tidak sehat atau
yangmelakukan perbuatan yang dilanggar, dan hukuman untuk orang yang
sudahterlanjur berbuat tidak baik.
12
3.UU No. 16 Tahun Tahun 2003 Tentang Anti Terorisme. Dll
Ketentuan-ketentuan Hukum Pidana, selain termuat dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana maupun UU Khusus, juga terdapat dalam berbagai
Peraturan Perundang-Undangan lainnya, seperti UU. No. 5 Tahun 1960
Tentang PeraturanDasar Pokok-Pokok Agraria, UU No. 9 Tahun 1999 Tentang
Perindungan Konsumen, UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan
sebagainya.
a. Asas Teritorial
Asas ini diatur juga dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu
dalam pasal 2 KUHP yang menyatakan : “Ketentuan pidana dalam perundang-
undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan suatu
tindak pidana di Indonesia”.
Perluasan dari Asas Teritorialitas
diatur dalam pasal 3 KUHP yang menyatakan:“Ketentuan
pidana perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap
orang yangdi luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana didalan
kendaraan air atau pesawat udara Indonesia”.
Tujuan dari pasal ini adalah supaya perbuatan pidana yang terjadi di dalam
kapal
atau pesawat terbang yang berada di perairan bebas atau berada di wilayah
udara bebas,tidak termasuk wilayah territorial suatu Negara, sehingga ada
yang mengadili apabilaterjadi suatu perbuatan pidana.
13
b. Asas Personal (Nasionaliteit aktif)
Tolak pangkal pemikiran dari asas perlindungan adalah bahwa setiap negara
yang berdaulat wajib melindungi kepentingan hukumnya atau kepentingan nasi
onalnya.Ciri utamanya adalah Subjeknya berupa setiap orang tidak terbatas
pada warga negarasaja, selain itu tidak tergantung pada tempat, ia merupakan
tindakan-tindakan yangdirasakan sangat merugikan kepentingan nasional
indonesia yang karenanya harusdilindungi. Kepentingan nasional tersebut ialah:
d. Asas Universal
Asas universal adalah asas yang menyatakan setiap orang yang melakukan
perbuatan pidanan dapat dituntut undang-
undang hukum pidana Indonesia di luar wilayah Negara untuk
kepentingan hukum bagi seluruh dunia. Asa ini melihat
14
hukum pidanan berlaku umum, melampaui batas ruang wilayah dan orang, yan
g dilindungi disiniialah kepentingan dunia. Jenis kejahatan yang dicantumkan
pidanan menurut asas ini sangat berbahaya tidak hanya dilihat dari
kepentingan Indonesia tetapi jugakepentingan dunia. Secara universal
kejahatan ini perlu dicegah dan diberantas.Asas-asas Hukum Pidana Menurut
Tempat :
e. Asas Legalitas
Secara Hukum Asas legaliatas terdapat di pasal 1 ayat (1) KUHP: “Tiada suatu
perbuatan dapat di pidana, kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perund
ang-
undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan”
Dalam bahasa Latin:
”Nullum delictum nulla poena sine praevia legi poenali” , yang dapat
diartikan harfiah dalam bahasa Indonesia dengan: ”Tidak ada delik ,tidak ada
pidana tanpa ketentuan pidana yang mendahuluinya” . Sering juga
dipakai istilahLatin:”Nullum crimen sine lege stricta
, yang dapat diartikan dengan: ”Tidak adadelik tanpa ketentuan yang tegas”.
Moelyatno menulis bahwa asas legalitas itu mengandung tiga pengertian :
1.Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau halitu
terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang.
2.Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakananalogi
(kiyas).
3.Aturan-aturan hukum pidana tidak berlaku surut.
f. Asas transitoir
Adalah asas yang menentukan berlakunya suatu aturan hukum pidana dalam
halterjadi atau ada perubahan undang-undang
g. Asas retroaktif
Asas retroaktif ialah suatu asas hukum dapat diberlakukan surut. Artinya
hukum
yang baru dibuat dapat diberlakukan untuk perbuatan pidana yang terjadi pada
15
masa lalu seoanjang hukum tersebut mengatur prtbuatan tersebut, Misalnya
pada pelanggaran HAM Berat.
C. Persfektif Kriminologi
16
D. Teori Kriminologi
17
hal untuk mengurangi dampak dari pengalaman viktimisasi yang dialami
terlalu banyak orang dalam masyarakat.penyebab kejahatan dari aspek
sosiologis tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori umum, yaitu : 1.
Anomie (ketiadaan norma) atau Strain (keterangan) 2. Cultural Deviance
(penyimpangan budaya) 3. Social Control (control sosial)
2. Pelaku Kejahatan
18
yang ada harus dihindari bilamana diinginkan suatu sistem peradilan
pidana yang efektif.
19
jahat pelaku, sama hal nya dengan persekusi, persekusi juga tidak
dikehendaki oleh korban, tetapi aksi yang dilakukan oleh korban sering kali
menjadi reaksi bagi sekelompok masyarakat dan akhirnya terjadilah
persekusi.
5. Faktor Kejahatan
20
F. keterkaitan Kriminologi dan Hukum Pidana
Secara teorik kedua disiplin ilmu tersebut dapat dikaitkan karena hasil
analisis kriminologi banyak manfaatnya dalam kerangka proses penyidikan atas
terjadinya suatu kejahatan yang bersifat individual, akan tetapi secara praktek
sangat terbatas sekali keterkaitan dan pengaruhnya.
H. Bianchi mengatakan keterkaitan kriminologi dan hukum pidana, bahwa
kriminologi sebagai metascience dari hukum pidana. Kriminologi suatu ilmu
yang lebih luas dari pada hukum pidana, di mana pengertian-pengertiannya
dapat digunakan untuk memperjelas konsep-konsep dan masalah-masalah
yang terdapat dalam hukum pidana. Jelasnya bahwa metascience diatas bukan
hanya pelengkap terhadap hukum pidana bahkan merupakan disiplin yang
utama dari padanya. Karena kejahatan tidak hanya meliputi aspek yuridis dan
21
sisiologi, melainkan pula meliputi kejahatan dalam arti agama dan moral.
Kriminologi adalah suatu ilmu empiris yang ada kaitannya dengan kaidah
hukum. Ilmu tersebut meneliti tentang kejahatan serta proses-proses formal
dan informal dari kriminalisasi maupun dekriminalisasi. Kecuali itu dipelajari
juga keadaan dan golongan-golongan yang menjadi penjahat serta yang
menjadi korban kejahatan, sebab-sebab kejahatan, reaksi-reaksi formal dan
informal terhadap kejahatan maupun pihak-pihak lain yang ada kaitannya
dengan proses kejahatan. Dalam kaitannya dengan dogmatik hukum pidana,
maka kriminologi memberikan kontribusinya dalam menentukan ruang lingkup
kejahatan atau perilaku yang dapat dihukum. Dengan demikian maka hukum
pidana bukanlah merupakan suatu silogisme dari pencegahan, akan tetapi
merupakan suatu jawaban terhadap adanya kejahatan.
22
terhadap dirinya sendiri -misalnya mengambil barang miliknya untuk dinikmati-
atau perbuatan tersebut dilakukan terhadap hewan-hewan di hutan bebas-
misalnya menganiaya babi hutan yang di tangkapnya maka perbuatan itu tidak
dianggap jahat dan perilaku itu tidak menarik perhatian.
23
karena baru dipergunakan setelah timbulnya suatu perbuatan jaha, jadi lebih
menekankan pada tindakan represif. Hasilnya kurang memuaskan, oleh karena
penjatuhan pidana itu belum tentu sesuai dengan sebab timbulnya kejahatan
itu sendiri, sebab yang menjadi dasar pemeriksaan di persidangan adalah surat
dakwaan jaksa yang umumnya disusun atas dasar keterangan serta
pembuktian lahiriah. Obyek kriminologi (orang dalam pertentangan dengan
norma sosial), sedangkan obyek hukum pidana (pelanggaran ketertiban
hukum) sehingga dengan sendirinya menimbulkan juga perbedaan pengertian
“kejahatan” menurut kriminologi dan menurut hukum pidana. Karena
kriminologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri di samping hukum pidana,
maka mempunyai definisi sendiri tentang apa yang disebut kejahatan.
Kejahatan menurut kriminologi adalah tindakan manusia dalam
pertentangannya dengan beberapa norma yang ditentukan oleh masyarakat di
tengah manusia itu hidup. Kejahatan sebagai tindakan manusia dan sebagai
gejala sosial.
24
hasil pembuktian bahwa ia melakukan perbuatan tersebut untuk meletakkan
criminal responsibility. Hukum pidana lebih banyak menyangkut segi praktek,
oleh karena baru di pergunakan setelah timbulnya suatu perbuatan jahat, jadi
lebih menekankan pada tindakan represif
Remaja berinisial NF (15) menyerahkan diri kepada polisi dan mengaku telah
membunuh seorang anak berusia lima tahun yang merupakan tetangganya. Kejadian
diperkirakan berlangsung pada Kamis (5/3/2020) sore. Kejadian bermula saat NF
mengajak korban bermain pada Kamis sore. NF kemudian meminta korban
mengambil mainan yang sengaja ditaruhnya di kamar mandi. Setelah korban di
kamar mandi, pelaku melakukan aksinya. Korban ditenggelamkan di bak mandi
berkali-kali hingga lemas. Tak sampai di situ, pelaku juga melukai leher korban
hingga mengeluarkan banyak darah. Setelah korban tak sadarkan diri, pelaku
mengangkat dan menidurkannya. Awalnya mayat korban akan dibuang. Berhubung
hari sudah sore, mayat kemudian disembunyikan di lemari.
25
BAB III PENUTUP
Kriminologi berasal dari bahasa latin, yaitu crimen dan logos. Kriminologi dapat
didefinisikan sebagai studi sistematis tentang sifat, jenis, penyebab, dan
pengendalian dari perilaku kejahatan, penyimpangan, kenakalan, serta pelanggaran
hukum. Kriminologi adalah ilmu sosial terapan di mana kriminolog bekerja untuk
membangun pengetahuan tentang kejahatan dan pengendaliannya berdasarkan
penelitian empiris.
Kriminologi jelas berkaitan dengan kejahatan. Seperti hal lain, kejahatan dapat
didefinisikan dalam beberapa cara, dan beberapa ahli telah menyarankan bahwa
setidaknya terdapat empat perspektif definisional yang dapat ditemukan dalam
kriminologi yaitu: Legalistik, Sudut pandang politik, Sosiologis, dan Psikologis.
Mereka yang menganut sudut pandang ini mengatakan bahwa kejahatan adalah
definisi dari perilaku manusia yang diciptakan oleh pihak yang berwenang yang
terorganisir secara politik.
dari sudut pandang hukum (a crime from the legal point of view). Batasan
kejahatan dari sudut pandang ini adalah setiap tingkah laku yang melanggar hukum
pidana. Mekanisme peradilan pidana tersebut meliputi aktivitas yang bertahap
dimulai dari penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan, dan
pelaksanaan putusan hakim yang dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan. Proses
26
yang bekerja secara berurutan tersebut pada dasarnya menuju pada suatu tujuan
bersama yang dikehendaki. Korban dalam hal ini sebagi pihak langsung yang
mengalam penderitaan akibat dari terjadinya tindak pidana, dapat menyebabkan
atau menciptakan situasi dan kondisi yang menulitkan bagi korban untuk kembali
hidup sebagai warga masyarakat seperti sedia kala. d.Karena dugaan adanya
progam pendampingan dan pelayanan tersebut, korban akan terbantu untuk keluar
dari penderitaannya. Tindak pidana dalam hal ini kejahatan dapat terjadi karena ada
pihak yang berperan, sadar atau tidak sadar, dikehendaki atau tidak, sebagai korban
dalam hal ini korban persekusi.
27
DAFTAR PUSTAKA
Effrey H. Reiman, The Rich Get Richer and the Poor Get Prison, 4th ed. (Boston:
Allyn & Bacon, 1997)..
2009).
Piers Beirne, Inventing Criminology (Albany: State University of New York Press,
1993).
James F. Gilsinan, “They Is Clowning Tough: 911 and the Social Construction of
Reality,” Criminology, Vol. 27, No. 2 (May 1989).
Prof. Dr. Drs. Abintoro Prakoso, S.H., M.S. Kriminologi dan Hukum Pidana
Pengertian, Aliran, Teori dan Perkembangannya. LaksBang PRESSindo, Yogyakarta,
2017.
www.academia.com/MakalahHukumPidana2
www.Hukumonline.com/HukumPidanaIndonesia3
www.id.scribd.com/hukumyangmenjarattindakan
Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Frans Maramis, SH. MH,Rajawali
Ekspres
Dasar – Dasar Hukum Pidana, Mahrus Ali, SH. MH Sinar Grafika
28
Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, Kombes. Pol Dr. Ismu Gunadi, SH,CN,
MM
29