Anda di halaman 1dari 7

BENTUK PEMERINTAHAN MONARKI DAN REPUBLIK

Artikel Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hukum
Pemilu Prodi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah & Hukum Islam.

Dosen Pengampu :
Andi Abu Dzar Nuzul, S.H

Kelompok 2
Muliadi : 742352020030

Indriani : 742352020032

Dian Suriana : 742352020033

Rika Fatmawati : 742352020034

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH & HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2022
BENTUK PEMERINTAHAN MONARKI DAN REPUBLIK

Secara umum, pengertian pemerintahan adalah proses atau cara pemerintah


dalam menjalankan wewenangnya di berbagai bidang (ekonomi, politik,
administrasi, dan lain-lain) dalam rangka mengelola berbagai urusan negara untuk
kesejahteraan masyarakat. Pengertian pemerintahan dalam arti sempit adalah semua
kegiatan, fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga eksekutif
untuk mencapai tujuan negara. Sedangkan pengertian pemerintahan dalam arti luas
adalah semua kegiatan yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan,
berlandaskan pada dasar negara, rakyat atau penduduk dan wilayah negara itu demi
tercapainya tujuan negara.

Secara umum, sering terjadi pencampuran dalam menggunakan istilah


“bentuk pemerintahan” dan “sistem pemerintahan”. Padahal dalam ilmu negara,
kedua istilah tersebut mempunyai perbedaan mendasar. Menurut Hans Kelsen,
dalam teori politik klasik, bentuk pemerintahan diklasifikasikan menjadi monarki
dan republik1. Ditambahkan Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, paham L.
Duguit dalam buku “Traite’ de Droit Constitutionel” (1923) lebih lazim dipakai
untuk membedakan kedua bentuk tersebut2. Jika kepala negara diangkat
berdasarkan hak waris atau keturunan maka disebut dengan monarki. Sedangkan
jika kepala negara dipilih melalui pemilihan umum untuk masa jabatan yang
tertentu maka bentuk negaranya disebut republik

1. Bentuk Pemerintahan Monarki (Kerajaan)

Leon Duguit dalam bukunya Traite de Droit Constitutional membedakan


pemerintahan dalam bentuk monarki dan republik. Perbedaan antara bentuk
pemerintahan “monarki” dan “republik” menurut Leon Duguit, adalah ada pada
kepala negaranya. Jika ditunjuk berdasarkan hak turun – temurun, maka kita

1
Hans Kelsen. General Theory of Law and State. New York: Maxwell, 1971. Hlm. 256
2
Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta:
FH UI, 1988, hlm. 166

1
berhadapan dengan Monarki. Kalau kepala negaranya ditunjuk tidak berdasarkan
turun – temurun tetapi dipilih, maka kita berhadapan dengan Republik.

Dalam praktik – praktik ketatanegaraan, bentuk pemerintahan monarki dan


republik dapat dibedakan atas:

a) Monarki absolut

Monarki absolut adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang


dikepalai oleh seorang (raja, ratu,, syah, atau kaisar) yang kekuasaan dan
wewenangnya tidak terbatas. Perintah raja merupakan wewenang yang hrus
dipatuhi oleh rakyatnya. Pada diri raja terdapat kekuasaan eksekutif, yudikatif, dan
legislatif yang menyatu dalam ucapan dan perbuatannya. Contoh Perancis semasa
Louis XIV dengan semboyannya yang terkenal L’etat C’est Moi (negara adalah
saya).

b) Monarki konstitusional

Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara


yang dikepalai oleh seorang raja yang kekuasaannya dibatasi undang – undang
dasar (konstitusi). Proses monarki kontitusional adalah sebagai berikut: 1. Ada
kalanya proses monarki konstitusional itu datang dari raja itu sendiri karena takut
dikudeta. Contohnya: negara Jepang dengan hak octroon. 2. Ada kalanya proses
monarki konstitusional itu terjadi karena adanya revolusi rakyat terhadap raja.
Contohnya: inggris yang melahirkan Bill of Rights I tahun 1689, Yordania,
Denmark, Aarab Saudi, Brunei Darussalam.

c) Monarki parlementer

Monarki parlementer adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang


dikepalai oleh seorang raja dengan menempatkan parlemen (DPR) sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi. Dalam monarki parlementer, kekuasaan, eksekutif
dipegang oleh kabinet (perdanan menteri) dan bertanggung jawab kepada parlemen.
Fungsi raja hanya sebagain kepala negara (simbol kekeuasaan) yang kedudukannya

2
ridak dapat diganggu gugat. Bentuk monarki parlementer sampai sekarang masih
tetap dilaksanakan di negara Inggris, Belanda, dan Malaysia.

2. Bentuk Pemerintahan Republik

Republik berasal dari kata res publica yang artinya kepentingan umum.
Pemerintahan republik adalah bentuk pemerintahan yang berasal dari (dipilih)
rakyat dan dipimpin atau dikepalai oleh seorang presiden untuk masa jabatan
tertentu.

Indonesia merupakan salah satu negara berbentuk kesatuan dengan bentuk


pemerintahan republik dan sistem pemerintahan berbentuk quasi presidensial
(presidensial dengan ciri-ciri parlementer).3

Begitu juga dengan bentuk pemerintahan jika dipimpin dari, oleh, dan untuk
rakyat maka disebut republik dan jika berasal dari dan oleh raja untuk rakyat maka
disebut monarki. Machiavelli mengungkapkan bahwa bentuk negara (hanya ada
dua pilihan) jika tidak republik tentulah Monarki.

Perbedaan dalam kedua bentuk pemerintahan Monarki dan Republik


(Jellinek, dalam bukunya “Allgemene Staatslehre“) didasarkan atas
perbedaan proses terjadinya pembentukan kemauan negara itu yang terdapat dua
kemungkinan sebagai berikut:

Apabila cara terjadinya pembentukan kemauan negara secara psikologis


atau secara alamiah, yang terjadi dalam jiwa/badan seseorang dan nampak sebagai
kemauan seseorang/individu maka bentuk negaranya adalah Monarki.
Apabila cara proses terjadinya pembentukan negara secara yuridis, secara sengaja
dibuat menurut kemauan orang banyak sehingga kemauan itu nampak sebagai
kemauan suatu dewan maka bentuk negaranya adalah Republik.

Dalam pelaksaaan bentuk pemerintahan republik dapat dibedakan menjadi


republik absolut, republik kontitusional, dan republik parlementer.

3
https://pemerintah.net/bentuk-pemerintahan-republik/ (Diakses pada tanggal 08 Juni 2022)

3
a. Republik absolut

Dalam sistem republik absolut, pemerintahan bersifat diktator tanpa ada


pembatasan kekuasaan. Penguasa mengakibatkan konstitusi dan untuk
melegitimasi kekuasaannya digunakanlah partai politik. Dalam pemerintahan ini,
parlemen memang ada, namun tidak berfungsi.

b. Republik konstitusional

Dalam sistem republik konstitusional, presiden memegang kekuasaan


kepala negara dan kepala pemerintahan. Namun, kekuasaan presiden dibatasi oleh
konstitusi. Di samping itu, pengawasan yang efektif dilakukan oleh parlemen.

c. Republik parlementer

Dalam sistem republik palementer, presiden hanya berfungsi sebagai kepala


negara. Namun, presiden tidak dapat diganggu – gutat. Sedangkan kepala
pemerintah berada di tangan perdana menteri yang bertanggung jawab kepada
parlemen. Dalam sistem ini, kekuasaan legislatif lebih tinggi dari pada kekuasaan
eksekutif.

3. Perbedaan Bentuk Pemerintahan Monarki Dan Republik

Sebuah republik diperintah oleh sebuah konstitusi, yang sedikit berbeda dari
monarki, tetapi tidak secara signifikan. Tidak ada yang dipaksa oleh pemerintah
untuk melayani, mereka memiliki semua hak yang sama seperti setiap warga
negara. Selain itu, tidak semua negara dengan republik memiliki monarki. Beberapa
dari mereka memiliki pemerintahan dengan kekuasaan absolut, sementara yang lain
memiliki kekuasaan yang terbatas.4

Meskipun abad ke-18 melihat perkembangan besar dalam pendidikan dan


percetakan, republik ini masih memiliki banyak masalah. Warga tidak diizinkan
untuk memilih pemimpin republik dan mereka tidak dapat berpartisipasi dalam
parade nasional atau untuk jabatan publik. Baru pada akhir abad ke-19 warga negara

4
https://pemerintahan.uma.ac.id/2021/08/perbedaan-monarki-dan-republik/ (Diakses pada
tanggal 08 Juni 2022).

4
diberi hak untuk memilih pemimpin politik. Meski sudah tidak ada lagi perempuan
di militer, mereka tetap berhak mencalonkan diri sebagai calon dalam pemilu.

Meskipun teokrasi telah ada sejak lama, republik jauh lebih baik daripada
monarki. Seorang raja harus selalu menjawab keinginan takhta, yang mungkin
termasuk kematian. Karena republik tidak memiliki raja atau ratu, penguasa dipilih
berdasarkan popularitas mereka, yang diputuskan oleh mayoritas warga negara.
Jika ada revolusi, biasanya ada Pemerintahan Sementara, yang terdiri dari
pemerintahan sementara. Kebanyakan monarki tidak bertahan lama karena mereka
hanya bisa bertahan sampai pihak lain datang.

Republik cenderung memiliki pemerintahan yang lebih stabil karena


kecilnya kemungkinan terjadinya revolusi atau pengunduran diri Raja. Juga, karena
pemerintah dipilih melalui pemilihan, mereka tahu bahwa mereka tidak akan segera
diganti. Kemungkinan korupsi juga lebih kecil, karena tidak ada pendeta resmi dan
dukungan publik untuk pejabat tertentu.

Para pemimpin monarki dapat dengan mudah memanipulasi massa melalui


media mereka, membuat mereka tampak adil dan sah bagi masyarakat umum. Ini
bisa menjadi bumerang besar jika mereka berbalik melawan pemerintah pada saat
pemilihan diadakan berikutnya. Di sisi lain, republik telah memilih perwakilan,
bukan penguasa tunggal. Mereka dapat memilih siapa saja untuk posisi apa pun.
Misalnya, mereka dapat memiliki anggota legislatif yang berbeda pada saat yang
sama, yang dapat menyebabkan beberapa tumpang tindih. Tetapi jika krisis terjadi,
selalu ada institusi untuk bersandar. Republik juga mengizinkan lebih dari satu
pemimpin untuk jabatan yang berbeda. Mereka cenderung tidak menderita kudeta
karena ada institusi yang kuat untuk bersandar.

5
DAFTAR PUSTAKA

Jimly Asshiddiqie. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: Sekretariat


Jenderal dan Kepaniteraan MKRI, 2007.
Hans Kelsen. General Theory of Law and State. New York: Maxwell, 1971.
Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia.
Jakarta: FH UI, 1988.
https://pemerintah.net/bentuk-pemerintahan-republik/ (Diakses pada tanggal 08
Juni 2022).
https://pemerintahan.uma.ac.id/2021/08/perbedaan-monarki-dan-republik/
(Diakses pada tanggal 08 Juni 2022).

Anda mungkin juga menyukai