NIM : B021191035
PENDAHULUAN
Perubahan ketiga undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 pada 2001
menempatkan ketentuan tentang negara hukum dalam batang tubuh, sebagaimana diatur
dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi : “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Secara historis, konsep negara hukum lahir sebagai tantangan terhadap kekuasaan. Di Jerman,
tempat kelahirannya, konsep negara hukum lahir sebagai tantangan atau koreksi atas “Negara
Kepolisian” (Polizei Staat), atau negara yang dijalankan atas dasar kekuasaan (machtsstaat)
belaka. Dengan demikian, secara konseptual anak kalimat (keterangan) : “tidak berdasarkan
kekusaan belaka (macthtsstaat) adalah berlebihan (redundant). Meskipun suatu negara adalah
negara hukum, tidak berarti hampa kekuasaan. Seperti ditulis Loegmann, negara adalah
organisasi kekuasaan (machtorganisatie). Tetapi dalam negara hukum, kekuasaan dijalankan
dan tunduk pada hukum. Tidak dijalankan atas dasar kekuasaan belaka. Itulah hakikat
penjelasan UUD 1945 yang menyebutkan “tidak berdasarkan kekuasaan belaka”.
Soepomo sebagai penyusun penjelasan sangat berpengaruh dalam merumuskan UUD 1945.
Selain memasukkan konsepsi-konsepsinya sendiri, ia juga pasti sangat perbedaan negara
hukum dan negara kekuasaan, termasuk sangat memahami kelahiran negara hukum adalah
sebagai perlawanan terhadap terhadap negara kekuasaan, termasuk sangat memahami
kelahiran negara hukum adalah sebagai perlawanan terhadap negara kekuasaan. Dengan
demikian Soepomo mengetahui dan menyadari benar ada kemungkinan suatu negara secara
formal mencantumkan prinsip negara hukum, tetapi dalam kenyataan dijalankan atas dasar
kekuasaan belaka. Pengalama menunjukkan terdapat praktik bernegara yang secara formal
memenuhi konsep negara hukum tetapi secara substansif adalah negara kekuasaan belaka.
BAB I
1
Bunga Rampai, Memperkuat Peradaban Hukum dan Ketatanegaraan Indonesia, hlm.1-2
Sejarah Perkembangan Lembaga Negara
2
2 Hukum Kelembagaan Negara, Fakultas Hukum Universitas Udayana, hlm.1-2
3 Edi Setiadi, Pembinaan Kelembagaan Dan Pranata Hukum Terhadap Birokrasi, hlm.195-196
BAB II
Teori Dan Praktik Tentang Kekuasaan Lembaga Negara
Sebenarnya secara sederhana istilah organ negara atau Lembaga negara dapat dibedakan dari
perkataan organ atau Lembaga swasta, lembaga masyarakat, atau yang biasa disebut Ornop
atau organisasi non pemerintah yang dalam Bahasa Inggris disebut Non-Government
Organization atau Non-Govermental Organizations. Oleh sebab itu Lembaga apa saja yang
dibentuk bukan sebagai lembaga masyarakat dapat kita sebut sebagai Lembaga negara.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lemabaga apa saja yang dibentuk bukan sebagai
lembaga masyarakat dapat disebut sebagai lembaga negara. Lembaga negara itu sendiri dapat
berada di ranah legislatif, ekesekutif, dan yudikatif ataupun bersifat campuran. Sistem checks
and balances yang dianut dalam penataan kelembagaan negara di Indonesia, yang idealnya
memisahkan court of law dan court of justice, sekaligus tidak berimplikasi menciptakan
tatanan hierarkisitas yang baik ( terbukti banyak konflik antara peraturan perundang-undang
dalam kategori berjenjang ataupun berkelompok). Objek dalam pengujian peraturan
perundang-undangan juga belum terintegrasi menurut konstitusi dan belum mengarah pada
penataan system hierarki norma hukum dan upaya harmonisasi norma hukum. System
konstitusi dengan paradigma”the supreme law of the land” mengharuskan seluruhperaturan
dibawahnya tidak boleh ada norma hukum yang lengah dari pengujian. Dalam gagasan
pengujian satu atap di MK perlu dilakukan integrasi objek pengujian. Pembentukan
Lembaga-lembaga negara mandiri yang mempunyai penyebutan berbeda-beda membuat
ketidakjelasan dalam pertanggungjawabannya. Hal ini perlu diadakan penataan kelembagaan
dari aspek konsistensi penyebutan yang kemudian diikuti pertanggungjawabannya dalam
suatu regulasi yang secara spesifik mengatur mengenai lembaga negara mandiri.
3
4 Jimmly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, hlm.30-34
5 Tanto Lailam, Penataan Kelembagaan Pengujian Norma Hukum di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, hlm.219
6 Retno Mawarini Sukmariningsih, Penataan Kelembagaan Negara Mandiri Dalam Struktur Ketatanegaraan
Indonesia, hlm. 201-202
BAB III
Menjelaskan Lembaga-Lembaga Yang Disebut Dalam UUD 1945
BAB IV
Fungsi Lembaga Negara Yang Banyak Bersifat Primer Secara
Berurutan Berdasarkan UUD 1945
4
7 Yuswalina dan Kun Budianto, Hukum Tata Negara Di Indonesia, hlm.89-106
8 Zaki Ulya, Bagian Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Samudra Meurandeh, hlm. 468
C. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Hadirnya Dewan Perwakilan Daerah(DPD). Selama orde baru, utusan daerah yang
dicita-citakan para penyusun UUD 1945 sebagai mewakili rakyat dan kepentingan
daerah, ternyata lebih mewakili kepentingan politik. DPD adalah unsur badan
legislative disamping DPR.
E. Mahkamah Konstitusi
Pengaturan kewenangan organ negara dalam konstitusi dimaksudkan agar tercipta
keseimbangan antara organ negara yang satu dengan lainnya. Guna menjalankan
tugas dan fungsinya kekuasaan negara didasarkan pada kewenangan. Wewenang
(authority) merupakan suatu wadah yang berfungsi sebagai penggerak dari pada
kegiatan, wewenang bersifat informal, untuk mendapatkan Kerjasama yang baik
dengan bawahan, disamping iyu wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu
pengetahuan, pengalaman, dan kepemimpinan.
F. Mahkamah Agung
Pada pasal 24A ayat (1) UUD 1945 -antara lain – menyebutkan “ Mahkamah Agung
berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan
dibawah undang-undang terhadap undang-undang”. Walaupun undang-undang hanya
menyebut Mahkamah Agung yang dapat membatalkan peraturan perundang-
undangan, seyogyanya tidak semata-mata Mahkamah Agung. Hakim dalam semua
tingkatan dapat menilai.
G. Badan Pemeriksaan Keuangan
pemeriksaan terhadap kinerja dari keuangan pemerintah. Sesungguhnya kedudukan
dari badan pemeriksaan keuangan berada pada ranah kekuasaan legislatif, atau
sekurang-kurangnya berhimpitan dengan fungsi pengawasan yang dijalankan oleh
DPR. Oleh karena itu, laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh badan
pemeriksaan keuangan ini harus dilaporkan atau disampaikan kepada DPR untuk
ditindaklanjuti sebagaimana mestinya.
i
i
9 Bagir Manan dan Susi Dwi Harijanti, Memahami Konstitusi, hlm.37-155
10 Yuswalina dan Kun Budianto, Hukum Tata Negara Di Indonesia, hlm.91-103
11 Yusmiati, Kelembagaan Negara Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Dasar 1945, hlm.59
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan materi diatas mengenai kelembagaan dan menjelaskan secara teori dan
bagaimana fungsi Lembaga negara yang menjalankan fungsi dan tugasnya sebagaimana yang telah
diatur dalam undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945. Tiap-tiap Lembaga
negara telah memilik fungsi tugas dan kewenangannya masing-masing. Dan Adapun sejarah dari
perkembangan kelembagaan itu sendiri adanya Lembaga yang dihilangkan setelah amandemen
undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945.
Daftar Pustaka
Buku :
Yuswalina dan Kun Budianto, 2016. Hukum Tata Negara di Indonesia. Depok : PT Raja Grafindo
Persada
Manan, Bagir, 2014. Memahami Konstitusi Makna Dan Aktualisasi : Bandung. PT.Grafindo
Persada.
Jurnal :
Lailam, Tanto, Penataan Kelembagaan Pengujian Norma Hukum di Indonesia “The Instutional
Arrangement Of Legal-Norms Review in Indonesia”, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. 2018.
Yusmiati, Kelembagaan Negara Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Dasar 1945. Dosen
FKIP Universitas Muhammadiyah Tapaluni Selatan. 2018.