Anda di halaman 1dari 14

Nama : Aulia Rezqi Irnandha

NIM : B021191035

PENDAHULUAN
Perubahan ketiga undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 pada 2001
menempatkan ketentuan tentang negara hukum dalam batang tubuh, sebagaimana diatur
dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi : “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Secara historis, konsep negara hukum lahir sebagai tantangan terhadap kekuasaan. Di Jerman,
tempat kelahirannya, konsep negara hukum lahir sebagai tantangan atau koreksi atas “Negara
Kepolisian” (Polizei Staat), atau negara yang dijalankan atas dasar kekuasaan (machtsstaat)
belaka. Dengan demikian, secara konseptual anak kalimat (keterangan) : “tidak berdasarkan
kekusaan belaka (macthtsstaat) adalah berlebihan (redundant). Meskipun suatu negara adalah
negara hukum, tidak berarti hampa kekuasaan. Seperti ditulis Loegmann, negara adalah
organisasi kekuasaan (machtorganisatie). Tetapi dalam negara hukum, kekuasaan dijalankan
dan tunduk pada hukum. Tidak dijalankan atas dasar kekuasaan belaka. Itulah hakikat
penjelasan UUD 1945 yang menyebutkan “tidak berdasarkan kekuasaan belaka”.
Soepomo sebagai penyusun penjelasan sangat berpengaruh dalam merumuskan UUD 1945.
Selain memasukkan konsepsi-konsepsinya sendiri, ia juga pasti sangat perbedaan negara
hukum dan negara kekuasaan, termasuk sangat memahami kelahiran negara hukum adalah
sebagai perlawanan terhadap terhadap negara kekuasaan, termasuk sangat memahami
kelahiran negara hukum adalah sebagai perlawanan terhadap negara kekuasaan. Dengan
demikian Soepomo mengetahui dan menyadari benar ada kemungkinan suatu negara secara
formal mencantumkan prinsip negara hukum, tetapi dalam kenyataan dijalankan atas dasar
kekuasaan belaka. Pengalama menunjukkan terdapat praktik bernegara yang secara formal
memenuhi konsep negara hukum tetapi secara substansif adalah negara kekuasaan belaka.

BAB I
1
Bunga Rampai, Memperkuat Peradaban Hukum dan Ketatanegaraan Indonesia, hlm.1-2
Sejarah Perkembangan Lembaga Negara

Dalam perkembangan sejarah, pemikiran tentang pengorganisasian kekuasaan berkembang


melalui sejarah yang panjang. Demikian pula dengan variasi struktur dan fungsi organisasi
kekuasaan tersebut berkembang dalam banyak ragam dan dan variasi. Berbagai macam
corak, bentuk, bangunan dan struktur organisasi dari suatu negara tidak terlepas dari politik
kekuasaan yang mengorganisasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat
yangbersangkutan. Karena kepentingan yang timbul itu berkembang dengan dynamis, maka
corak negaranya juga berkembang dengan dinamikanya sendiri. Perkembangan organisasi
kenegaraan jika dicermati sebelum Abad ke-19, maka tampak bahwa kekuasaan Raja sangat
kuat. Kekuasaan Raja sangat dominan, hal ini terjadi ketika masa Yunani Kuno maupun
Romawi Kuno. Konsepsi kenegaraan kemudian berkembang terus sebagai akibat timbulnya
revolusi yang menuntut kebebasan yang lebih luas bagi masyarakat dalam menghadapi
penguasa. Pada awal abad pertengahan berkembang konsep negara jaga malam
(nachwachatersstaat), dimana tugas negara hanya menjaga keamanan dan ketertiban semata.
Barulah kemudian pada Abad ke-19 muncul pandangan yang lebih luas yang menghendaki
peran negara yang lebih besar untuk menangani masalah kesejahtraan bagi masyarakat.
Disinilah muncul konsep negara kesejahtraan (welvaartsstaat). Gejala intervensi negara
terhadap urusan-urusan masyarakat luas, terus meningkat sampai pertengahan Abad ke-20
dalam bentuknya yang ekstrim yaitu ideology sosialisme (komunisme), yang memberikan
pembenaran terhadap intervensi negara baik ekonomi, politik maupun sosial dan budaya.
Corak organisasi negara menjadi makin terkosentrasi pada beberapa lembaga pengambil
keputusan. Ketika komunisme runtuh, dan ideology liberalisme-kapitalisme berkembang,
maka bentukbentuk organisasi negara juga berubah. Model birokrasi yang absolute mulai
ditinggalkan. Di Inggris misalnya sejak Tahun 1972-1974 diperkenalkan organisasi non
elected agencies dengan beragam bentuk seperti; joint committee, boards,dsb untuk tujuan
mencapai economies scale dalam rangka meningkatkan pelayanan umum. Selain itu juga
dibentuk lembaga-lembaga baru yang menangani urusan yang spesifik seperti;Regional
Hospital Aboard. Hal serupa juga terjadi di negara-negara lainnya.
Namun yang pasti bahwa bentuk organ pemerintahan mencakup struktur yang sangat
bervariasi yang meliputi: Pemerintah pusat, kementrian yang bersifat territorial (territorial
ministeries), ataupun intermediate institution. Namun keberadaannya tidak dalam ranah
cabang kekuasaan legislative, eksekutif maupun yudikatif. Ada yang bersifat independen dan
quasi independen. Namun demikian sebagian akhli lain memasukkan independen agensi ini
kedalam ranah kekuasaan eksekutif.2 Lembaga-lembaga independen yang menjalankan
fungsi regulasi dan pemantauan biasanya ada ditingkat federal(pusat). Di As disebut dengan
the headless fourth branch of the government. Selain itu juga ada komisi-komisi/komite yang
menjalankan fungsi pelayanan umum (management of public service), yang berada tidak
hanya di pusat tetapi juga di daerah. Berkembangnya lembaga-lembaga tersebut
mengakibatkan fungsi-fungsi kekuasaan yang biasanya melekat pada cabang-cabang
kekuasaan eksekutif, legislative dan yudikatif dialihkan menjadi fungsi-fungsi tersendiri yang
bersifat independen. Di Indonesia lembaga-lembaga semacam itu misalnya; Komnas HAM,
KPK, Komisi Ombudsman, KY, dsbnya.
Sebagaimana yang pernah dikemukakan oleh Van Volenhoven “ agar supaya dapat cocok
bagi negeri dan bangs aini, haruslah hukum Indonesia, juga dalam soal ini mencari jalannya
sendiri yang mandiri. Menurut Sajipto Rahardjo, pembinaan hukum itu berbeda dengan
kegiatan yang sekedar mengubah suatu hukum yang ada atau berlaku.

2
2 Hukum Kelembagaan Negara, Fakultas Hukum Universitas Udayana, hlm.1-2
3 Edi Setiadi, Pembinaan Kelembagaan Dan Pranata Hukum Terhadap Birokrasi, hlm.195-196
BAB II
Teori Dan Praktik Tentang Kekuasaan Lembaga Negara

Sebenarnya secara sederhana istilah organ negara atau Lembaga negara dapat dibedakan dari
perkataan organ atau Lembaga swasta, lembaga masyarakat, atau yang biasa disebut Ornop
atau organisasi non pemerintah yang dalam Bahasa Inggris disebut Non-Government
Organization atau Non-Govermental Organizations. Oleh sebab itu Lembaga apa saja yang
dibentuk bukan sebagai lembaga masyarakat dapat kita sebut sebagai Lembaga negara.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lemabaga apa saja yang dibentuk bukan sebagai
lembaga masyarakat dapat disebut sebagai lembaga negara. Lembaga negara itu sendiri dapat
berada di ranah legislatif, ekesekutif, dan yudikatif ataupun bersifat campuran. Sistem checks
and balances yang dianut dalam penataan kelembagaan negara di Indonesia, yang idealnya
memisahkan court of law dan court of justice, sekaligus tidak berimplikasi menciptakan
tatanan hierarkisitas yang baik ( terbukti banyak konflik antara peraturan perundang-undang
dalam kategori berjenjang ataupun berkelompok). Objek dalam pengujian peraturan
perundang-undangan juga belum terintegrasi menurut konstitusi dan belum mengarah pada
penataan system hierarki norma hukum dan upaya harmonisasi norma hukum. System
konstitusi dengan paradigma”the supreme law of the land” mengharuskan seluruhperaturan
dibawahnya tidak boleh ada norma hukum yang lengah dari pengujian. Dalam gagasan
pengujian satu atap di MK perlu dilakukan integrasi objek pengujian. Pembentukan
Lembaga-lembaga negara mandiri yang mempunyai penyebutan berbeda-beda membuat
ketidakjelasan dalam pertanggungjawabannya. Hal ini perlu diadakan penataan kelembagaan
dari aspek konsistensi penyebutan yang kemudian diikuti pertanggungjawabannya dalam
suatu regulasi yang secara spesifik mengatur mengenai lembaga negara mandiri.

3
4 Jimmly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, hlm.30-34
5 Tanto Lailam, Penataan Kelembagaan Pengujian Norma Hukum di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, hlm.219
6 Retno Mawarini Sukmariningsih, Penataan Kelembagaan Negara Mandiri Dalam Struktur Ketatanegaraan
Indonesia, hlm. 201-202
BAB III
Menjelaskan Lembaga-Lembaga Yang Disebut Dalam UUD 1945

A. Majelis Permusyarawatan Rakyat


Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, status MPR
itu sebagai Lembaga atau organ negara diatur secara eksplisit. Dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 sebelum perubahan, MPR
mempunyai kedudukan sebagai Lembaga tertinggi negara. Kepada lembaga MPR
inilah Presiden sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintah, tunduk dan
bertanggung jawab. Dalam kelembagaan ini juga kedaulatan rakyat Indonesia
dianggap terjelma seluruhnya dan Lembaga ini pula yang dianggap sebagai pelaku
dari kedaulatan rakyat. Berasal dari MPR inilah, mandat kekuasaan kenegaraan
dibagi-bagikan kepada Lembaga-lembaga tinggi negara lainnya, yang kedudukannya
berada di bawahnya sesuai dengan prinsip pembagian kekuasaan yang bersifat
vertikal. Sekarang setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, tidak dikenal lagi adanya lembagatertinggi negara. Sesuai
dengan prinsip checks and balances antara cabang-cabang kekuasaan negara, MPR
mempunyai kedudukan yang sederajat dengan lembaga-lembaga negara lainnya.
Berdasarkan ketentuan pasal 3 jo. Pasal 8 ayat (2) dan (3), MPR mempunyai empat
kewenangan antara lain mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
memberhentikan presidan dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut
undang-undang dasar; memilih presiden dan/atau wakil presiden untuk mengisi
kekosongan dalam jabatan presiden dan/atau wakil presiden menurut undang-undang
dasar; dan mengadakan siding MPR untuk pelantikan atau pengucapan sumpah/janji
jabatan presiden dan/atau wakil presiden. Keempat kewenangan tersebut sama sekali
tidak tercakup dan terkait dengan kewenangan DPR atau pun DPD, sehingga siding
MPR untuk mengambil keputusan mengenai keempat hal tersebut sama sekali
bukanlah siding gabungan antara DPR dan DPD, melainkan siding MPR sebagai
Lembaga tersendiri.
B. Presiden dan Wakil Presiden
Hasil perubahan undang-undang dasart negara republic Indonesia tahun 1945 yang
berkaitan langsung dengan kekuasaan presiden dan wakil presiden, adalah
pembatasan kekuasaan presiden seperti diatur dalam pasal 7 sebelum mengalami
perubahan yang rumusannya adalah sebagai berikut : “Presiden dan Wakil Presiden
memegang jabatannya selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih Kembali”.
Aturan yang termuat dalam pasal 7 di atas dipandang terlalu fleksibel untuk
ditafsirkan. Pasal 7 undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 ini
mengalami perubahan sehingga rumusannya menjadi sebagai berikut : “Presiden dan
Wakil Presiden memegang jabatannya selama lima tahum, dan sesudahnya dapat
dipiloh Kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan”.
Perubahan pasal ini merupakan suatu langkah yang tepat untuk mengakhiri
perdebatan mengenai periodisasi jabatan presiden dan wakil presiden. Kedudukan
seorang presiden dan wakil presiden sebagai satu kesatuan pasangan jabatan yang
dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Dengan demikian kedudukan
wakil presiden jauh lebih tinggi dan penting dari jabatan Menteri. Wakil presiden
dalam mendampingi presiden mempunyai posisi yang bersifat mandiri, wakil presiden
tidak memerlukan persetujuan instruksi atau penugasan khusus dari presiden. Dalam
kapasitas sebagai pembantu presiden, kedudukam wakil presiden seolah sederajat
dengan Menteri-menteri negara.

C. Dewan Perwakilan Rakyat


Dalam undang-undang negara republik Indonesia tahun 1945 tergambar jelas, bahwa
dalam rangka melaksanakan fungsi legislatif dan pengawasan, lembaganya adalah
Dewan Perwakilan Rakyat, pada pasal 20 ayat (1) undang-undang dasar negara
republik Indonesia tahun 1945 menegaskan “ Dewan Perwakilan Rakyat memegang
kekuasaan membentuk undang-undang “. Apabila dibandingkan dengan rumusan
pasal 5 ayat (1) undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 yaitu, “
Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada dewan perwakilan
rakyat”. Kemudian mengenai kewenangan DPR diatur juga dalam pasal 20 dan pasal
20A undang-undang dasar negara republik tahun 1945. Rumusan pasal 22B undang-
undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 adalah “Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata
caranya diatur dalam undang-undang.
D. Dewan Perwakilan Daerah
Ide pembentukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), bermula untuk mereformasi
struktur parlemen Indonesia, yang terdiri atas DPR dan DPD. Lembaga baru yang
dikenal dengan DPD ini muncul melalui perubahan ketiga undang-undang dasar
negara republik Indonesia tahun 1945. Hadirnya DPD dalam struktur ketatanegaraan
Indonesia diatur dalam pasal 22C dan pasal 22D undang-undang dasar negara
republik Indonesia tahun 1945. Mencermati rumusan pasal 22D undang-undang dasar
negara republik Indonesia 1945 di atas, harus dibedakan antara fungsi DPD dalam
bidang legislasi dan bidang pengawasan. Meskipun dalam bidang pengawasan,
keberadaan DPD bersifat utama (main constitusional organ) yang sederajat dan sama
pentingannya dengan DPR, tetapi dalam bidang legislasi, fungsi dewan perwakilan
rakyat daerah itu hanyalah sebagai co-legislator disamping DPR. Sifat tugasnya di
bidang legislasi hanya menunjang tugas konstitusional DPR.

E. Mahkamah Agung (MA)


Dengan perubahan undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945,
berimbas kepada pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.

F. Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)


Lembaga ini menjalankan fungsi-fungsi pemeriksaan terhadap kinerja dari keuangan
pemerintah. Sesungguhnya kedudukan dari badan pemeriksaan keuangan berada pada
ranah kekuasaan legislatif, atau sekurang-kurangnya berhimpitan dengan fungsi
pengawasan yang dijalankan oleh DPR. Oleh karena itu, laporan hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh badan pemeriksaan keuangan ini harus dilaporkan atau
disampaikan kepada DPR untuk ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Setelah
undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 diamandemen,
kelembagaan BPK diatur tersendiri dalam BAB VIIIA tentang badan pemeriksaan
keuangan.
G. Mahkamah Konstitusi
Setelah reformasi konstitusi Indonesia telah mengalami perubahan dalam satu
rangkaian yang terdiri dari empat tahap. Yaitu pada tahun, 1999,2000,2001, dan 2002.
Setiap negara dijalankan oleh organ negara yang diatur dalam konstitusi. Pengaturan
kewenangan organ negara dalam konstitusi dimaksudkan agar tercipta keseimbangan
antara organ negara yang satu dengan lainnya. Guna menjalankan tugas dan fungsinya
kekuasaan negara didasarkan pada kewenangan. Wewenang (authority) merupakan
suatu wadah yang berfungsi sebagai penggerak dari pada kegiatan, wewenang bersifat
informal, untuk mendapatkan Kerjasama yang baik dengan bawahan, disamping iyu
wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan
kepemimpinan.

H. Komisi Yudisial (KY)


Dalam pembahasan RUU tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman
sekitar tahun 1968, sempat diusulkan pembentukan lemabaga yang diberi nama
majelis pertimbangan penelitian hakim (MPPH). Menurut Jimlly Asshiddiqie, maksud
dibentuknya Komisi Yudisial dalam struktur kekuasaan kehakiman Indonesia adalah
agar warga masyarakat di luar struktur resmi Lembaga parlemen dapat dilibatkan
dalam proses pengangkatan, penilaian kinerja dan kemungkinan pemberhentian
hakim. Dengan kehormatan dan keluhuran martabatnya itu kekuasaan kehakiman
yang merdeka dan bersifat imparsial diharapkan dapat diwujudkan sekaligus
diimbangi oleh prinsip akuntabilitas kekuasaan hakim, baik dari segi hukum maupun
dari segi etika.
4

BAB IV
Fungsi Lembaga Negara Yang Banyak Bersifat Primer Secara
Berurutan Berdasarkan UUD 1945

A. Presiden dan Wakil Presiden


Fungsi dari Presiden dan Wkil Presiden adalah tentang kekuasaan Presiden mengenai
pengesahan RUU, Presiden wajib mengesahkan atau menolak mengesahkan RUU
yang telah disetujui DPR dalam waktu paling lambat 10 hari. Apabila lampau waktu
10 hari presiden tidak mengesahkan atau tidak menyatakan penolakan mengesahkan,
RUU tersebut menjadi undang-undang seperti telah disahkan Presiden dan harus
dimuat dalam Lembaran Negara. Kedudukan seorang presiden dan wakil presiden
sebagai satu kesatuan pasangan jabatan yang dipilih langsung oleh rakyat melalui
pemilihan umum. Dengan demikian kedudukan wakil presiden jauh lebih tinggi dan
penting dari jabatan Menteri. Wakil presiden dalam mendampingi presiden
mempunyai posisi yang bersifat mandiri, wakil presiden tidak memerlukan
persetujuan instruksi atau penugasan khusus dari presiden. Dalam kapasitas sebagai
pembantu presiden, kedudukam wakil presiden seolah sederajat dengan Menteri-
menteri negara.

B. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR adalah lembaga negara yang keanggotaannyadipilih oleh rakyat melalui
Pemilihan Umum yang langsung, bebas dan rahasia. Anggota DPR merangkap jadi
anggotanya MPR. DPR bersidang sedikitnya sekali dalam setahun (pasal 19 ayat 3).
Hal ini mengandung pengertian , DPR boleh bersidang lebih dari satu kali dalam
setahun apabila dianggap perlu. Tugas dan wewenang DPR adalah: a. Memegang
kekuasaan membentuk Undang-Undang. b. Memiliki fungsi legislatif, anggaran dan
pengawasan. c. Mengajukan usul pemberhentian Presiden dan/atau wakil presiden. d.
Menyetujui usul Presiden tentang menyatakan perang, perdamaian dengan negara lain

4
7 Yuswalina dan Kun Budianto, Hukum Tata Negara Di Indonesia, hlm.89-106
8 Zaki Ulya, Bagian Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Samudra Meurandeh, hlm. 468
C. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Hadirnya Dewan Perwakilan Daerah(DPD). Selama orde baru, utusan daerah yang
dicita-citakan para penyusun UUD 1945 sebagai mewakili rakyat dan kepentingan
daerah, ternyata lebih mewakili kepentingan politik. DPD adalah unsur badan
legislative disamping DPR.

D. Majelis Permusyarawatan Rakyat (MPR)


MPR berkedudukan sama dengan Lembaga-lembaga negara lainnya. Konsep
kedaulatan rakyat yang seolah-olah tidak dapat dibagi-bagi. Pelaksanaan kedaulatan
rakyat semata-mata ditentukan oleh UUD, dan terbagi-bagi. Wewenang MPR terbatas
pada kekuasaan yang diatur dalam UUD, yaitu menetapkan UUD, mengubah UUD,
melantik Presiden dan/ atau Wakil Presiden , memilih Presiden dan/ atau Wakil
Presiden pengganti.

E. Mahkamah Konstitusi
Pengaturan kewenangan organ negara dalam konstitusi dimaksudkan agar tercipta
keseimbangan antara organ negara yang satu dengan lainnya. Guna menjalankan
tugas dan fungsinya kekuasaan negara didasarkan pada kewenangan. Wewenang
(authority) merupakan suatu wadah yang berfungsi sebagai penggerak dari pada
kegiatan, wewenang bersifat informal, untuk mendapatkan Kerjasama yang baik
dengan bawahan, disamping iyu wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu
pengetahuan, pengalaman, dan kepemimpinan.

F. Mahkamah Agung
Pada pasal 24A ayat (1) UUD 1945 -antara lain – menyebutkan “ Mahkamah Agung
berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan
dibawah undang-undang terhadap undang-undang”. Walaupun undang-undang hanya
menyebut Mahkamah Agung yang dapat membatalkan peraturan perundang-
undangan, seyogyanya tidak semata-mata Mahkamah Agung. Hakim dalam semua
tingkatan dapat menilai.
G. Badan Pemeriksaan Keuangan
pemeriksaan terhadap kinerja dari keuangan pemerintah. Sesungguhnya kedudukan
dari badan pemeriksaan keuangan berada pada ranah kekuasaan legislatif, atau
sekurang-kurangnya berhimpitan dengan fungsi pengawasan yang dijalankan oleh
DPR. Oleh karena itu, laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh badan
pemeriksaan keuangan ini harus dilaporkan atau disampaikan kepada DPR untuk
ditindaklanjuti sebagaimana mestinya.

i
i
9 Bagir Manan dan Susi Dwi Harijanti, Memahami Konstitusi, hlm.37-155
10 Yuswalina dan Kun Budianto, Hukum Tata Negara Di Indonesia, hlm.91-103
11 Yusmiati, Kelembagaan Negara Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Dasar 1945, hlm.59

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan materi diatas mengenai kelembagaan dan menjelaskan secara teori dan
bagaimana fungsi Lembaga negara yang menjalankan fungsi dan tugasnya sebagaimana yang telah
diatur dalam undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945. Tiap-tiap Lembaga
negara telah memilik fungsi tugas dan kewenangannya masing-masing. Dan Adapun sejarah dari
perkembangan kelembagaan itu sendiri adanya Lembaga yang dihilangkan setelah amandemen
undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945.
Daftar Pustaka

Buku :

Rampai, Bunga. 2019. Memperkuat Peradaban Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta :


Sekretaris Jendral Komisi Yudisial Republik Indonesia.

Ulya, Zaki, 2017. Hukum Kelembagaan Negara. Langsa

Asshiddiqie, Jimmly ,2006. Perkembangan Dan Konsilidasi Lembaga Negara Pasca


Reformasi,Jakarta : Sekretaris Jendral Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.

Yuswalina dan Kun Budianto, 2016. Hukum Tata Negara di Indonesia. Depok : PT Raja Grafindo
Persada

Manan, Bagir, 2014. Memahami Konstitusi Makna Dan Aktualisasi : Bandung. PT.Grafindo
Persada.

Jurnal :

Lailam, Tanto, Penataan Kelembagaan Pengujian Norma Hukum di Indonesia “The Instutional
Arrangement Of Legal-Norms Review in Indonesia”, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. 2018.

Sukmariningsih, Retno Mawarini, Penataan Lembaga Negara Mandiri Dalam Struktur


Ketatanegaraan Indonesia. Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Tujuh Belas
Agustus 1945.
Setiadi, Edi,Juni 2001. Pembinaan Kelembagaan Dan Pranata Hukum Terhadap Birokrasi
(Mengisi Pelaksanaan Otonomi Daerah), Fakultas Hukum UNISBA.

Hukum Kelembagaan Negara, Fakultas Hukum Universitas Udayana : Denpasar, 2017.

Yusmiati, Kelembagaan Negara Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Dasar 1945. Dosen
FKIP Universitas Muhammadiyah Tapaluni Selatan. 2018.

Anda mungkin juga menyukai