Anda di halaman 1dari 13

Nama : BOPA BONIFASIUS W SITANGGANG

NIM : 170200447

M.Kul : UAS SP HUKUM TATA NEGARA

Hari/tanggal : Jumat, 14 Agustus 2020

DOSEN FAISAL AKBAR NASUTION

1). Jelaskanlah bagaimana latar belakang Negara Indonesia lebih memilih bentuk
republik dengan susunan Negara kesatuan jika dibandingkan dengan memilih
susunan negara serikat (federal), dan Coba Saudara jelaskan bagaimana pembagian
kekuasaan/urusan pemerintahan diantara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah pada susunan negara kesatuan
Jawaban:
Bentuk Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik atau lebih
dikenal dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pernyataan ini secara tegas
tertuang di Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa: “Negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik”. Menurut Fred Isjawara, Negara
kesatuan adalah bentuk kenegaraan yang paling kokoh, jika dibandingkan dengan federal
atau konfenderasi. Dalam Negara kesatuan terdapat, baik persatuan (union) maupun
kesatuan (unity). (Fred Isjawara, 1974:188). Abu Daud Busroh mengutarakan: “ Negara
kesatuan adalah Negara yang tidak tersusun daripada beberapa negara, seperti halnya
dalam negara federasi, melainkan negara itu sifatnya tunggal, artinya hanya ada suatu
negara, tidak ada negara di dalam negara. Jadi dengan demikian, di dalam negara
kesatuan itu juga hanya ada suatu pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat yang
mempunyai kekuasaan atau wewenang tertinggi dalam segala lapangan pemerintahan.
Pemerintahan pusat inilah yang pada tingkat terakhir dan tertinggi dapat memutuskan
segala sesuatu dalam negara tersebut.(Abu Daud Busroh, 1990:64- 65). Negara kesatuan
ialah suatu negara yang merdeka dan berdaulat di mana di seluruh wilayah yang berkuasa
hanyalah satu pemerintah (pusat) yang mengatur seluruh daerah. Negara kesatuan dapat
dibedakan dalam dua bentuk. Pertama, negara kesatuan dengan sistem sentralisasi.
Kedua, negara kesatuan dengan sistem desentralisasi. Dalam negara kesatuan dengan
sistem sentralisasi, segala sesuatu dalam negara langsung diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat dan daerah-daerah hanya tinggal melaksanakan segala apa yang telah
diintrusikan oleh pemerintah pusat. Sedangkan, dalam negara kesatuan dengan sistem
desentralisasi,
Desentralisasi mengandung arti pembagian kekuasaan dari pemerintah pusat yang
lebih tinggi kepada satuan pemerintahan yang lebih rendah, yaitu pemerintah
daerah . Dimana di dalam desentralisasi tersebut adanya wilayah administrasi /
administrastif dimana adalah lingkungan kerja perangkat pemerintah yang
menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan umum di daerah. Adapun
mengenai wilayah administratif itu 3 berbentuk provinsi, kotamadya atau
kabupaten, kelurahan dan kecamatan. Sehingga dalam hal wilayah administrasi
tersebut memiliki wewenang dalam meyelenggarakan pemerintahan maupun
pembangunan di daerahnya

 Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah, pemerintah dibagi menjadi dua yaitu pemerintah
pusat dan pemerintah daerah.
 Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945. Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
 Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.  Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
Berikut penjelasan Made Suwandi yang dikutip dalam bukunya
"Pokok-pokok Pikiran; Konsepsi Dasar Otonomi Daerah
Indonesia (Dalam Upaya Mewujudkan Pemerintahan Daerah
yang Demokratis dan Efisien) :
1). Pemerintah Pusat berwenang membuat norma-norma, standar, prosedur,
monev, supervisi, fasilitasi dan urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas
nasional.
2). Pemerintah Provinsi berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan
pemerintahan dengan eksternalitas regional (lintas Kabupaten/Kota).
3.Pemerintah Kabupaten/Kota berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan
pemerintahan dengan eksternalitas lokal (dalam satu Kabupaten/Kota).

Adapun perbedaan antara pemerintah pusat dan pemerintah


daerah, seperti dijelaskan dalam UU No. 32 Tahun 2004, meliputi :
1. Urusan pemerintahan absolut Urusan pemerintahan yang
sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, meliputi politik
luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal
nasional, serta agama.
2. Urusan pemerintahan konkuren Urusan pemerintahan yang
dibagi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Urusan ini meliputi urusan pemerintahan
yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Ada juga urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar
seperti tenaga kerja, pangan, pertanahan, dan lainnya. Serta urusan pilihan yakni
transmigrasi, kelautan dan perikanan, pertanian, kehutanan, dan pariwisata.
3. Urusan pemerintahan umum Urusan pemerintahan umum adalah urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan.
Urusan ini meliputi pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional
dalam rangka memantapkan pengamalan Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945.
Kemudian juga pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta pemertahanan dan
pemeliharaan keutuhan NKRI. 

2). Apa yang menjadi latar belakang lahirnya teori Trias Politika baik
menurut pandangan John Locke maupun Montesquieu, dan coba Saudara
jelaskan bagaimana penerapan teori Trias Politika dari Montesquieu dalam
sistem ketatanegaraan Negara Republik Indonesia.
Jawaban :

John Locke berpendapat bahwa Raja yang absolut dalam sebuah sistem
monarki tidak lah sejalan dengan keinginan masyarakat.Dalam bukunya Two
Treatise of Civil Government, John Locke berpendapat bahwa idealnya kekuasaan
negara dibagi menjadi 3, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan
kekuasaan federatif. Kekuasan legislatif adalah kekuasaan untuk membentuk
undang-undangan, kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan untuk menjalanka n
peraturan perundang-undangan, sedangkan kekuasaan federatif adalah kekuasaan
untuk melakukan hubungan luar negeri.Teori ini menggambarkan bahwaJohn Locke
belum meletakkankekuasaan yudikatif sebagai kekuasaan yang terpisah dari cabang
yang lainnya dan suatu cabang yang mandiri. John Locke mengatakan bahwa
suatu perkumpula n masyarakat diciptakan untuk melindungi hak milik dari
masing-masing individ u. Ketika seorang Raja memimpi dengan cara absolut, maka
hak milik dari masing-masing individu tersebut akan terancam. Dengan kata lain,
pemisahan kekuasaan yang digagas oleh John Locke hanya dikarenakan
adanya keinginan untuk perlindungan hak milik dari individu. 3Berbeda dengan
pemisahan kekuasaan yang diajarkan oleh John Locke, Baron de Montesquieu
dalam bukunya L’esprit de Loismengatakan bahwa kekuasaan pemerintahan idealnya
dipisahkan menjadi legislatif, eksekutif, dan yudikat if.4Kekuasaan legislatif
adalah kekuasaan untuk membentuk undang-unda ng, kekuasaan eksekutif
adalah kekuasaan untuk melaksanakan pemerintahan, dan kekuasaan yudikatif
adalah kekuasaan kehakiman. Ajaran Monstesquieu tersebut kemudian oleh
Immanuel Kant disebut sebagai trias politica.Trias politicaMontesquieu tersebut
mengalami perbedaan penafsiran di berbagai negara. Di Amerika Serikat
misalnya, trias politicaditerjemahkan sebagai separation of power atau pemisahan
kekuasaan, dimana hubungan antara masing-masing kekuasaan negara satu sama
lain diberikan pemisahan yang tegas. Pemisahan yang tegas tersebut dilakukan
dengan adanya mekanisme check and balances. Sedangkan diInggris, trias
politicaditerjemahkan sebagai distribution of poweratau pembagian kekuasaan, wakil
rakyat yang duduk di parlemen membagikan kekuasaannya kepada eksekutif
untuk menjalankan kekuasaanpemerintahan. Oleh karena itu kedudukan
parlemen pada sistem pembagian kekuasaan lebih tinggi kedudukannya
dibandingkan eksekutif. etapi apapun bentuk trias politicayang diterjemahkan oleh
masing-ma s ing negara tersebut memiliki satu kesamaan. Kesamaan tersebut
adalah kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan yang terpisah dari kekuasaan
legislatif dan kekuasaan eksekutif. Hal ini dengan tujuan agar kekuasaan
kehakiman bebas dari intervensi lembaga lain dalam menjaga hak-hak
masyarakat dan terciptanya lembaga kekuasaan kehakiman yang independen.

bahwa adapun dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia secara implisit, baik
sebelum dan sesudah amandemen Undang-Undang Dasar Tahun 1945, menerapkan
konsep Trias Politica Montesquieu, namun penerapannya tidak obsolut. Hasil dari studi
komparatif dapat diketahui bahwa pembagian kekuasaan berdasarkan fungsi negara
dalam sistem pemerintahan republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar
Tahun 1945
sebelum amandemen ternyata tidak hanya Legislatif (MPR, DPR), Eksekutif (Presiden)
dan Yudikatif (MA), namun selain dari 3 (tiga) fungsi tersebut, masih di bagi lagi yaitu
ke dalam Kekuasaan Konsultatif (DPA) dan Kekuasaan Eksaminatif (BPK). Sedangkan
sesudah amandemen ternyata juga tidak hanya Legislatif (MPR, DPR, DPD), Eksekutif
(Presiden) dan Yudikatif (MA, MK), namun masih di bagi lagi ke dalam Kekuasaan
Eksaminatif (BPK).

Sistem pemerintahan Presidensial merupakan system pemerintahan di mana kepala


pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada
parlemen (legislatif). Menteri bertanggung jawab kepada presiden karena presiden
berkedudukan sebagai kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan. Contoh Negara:
AS, Pakistan, Argentina, Filiphina, Indonesia. Sistem pemerintahan Parlementer
merupakan suatu system pemerintahan di mana pemerintah (eksekutif) bertanggung
jawab kepada parlemen. Dalam system pemerintahan ini, parlemen mempunyai
kekuasaan yang besar dan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengawasan
terhadap eksekutif. Menteri dan perdana menteri bertanggung jawab kepada parlemen.
Contoh Negara: Kerajaan Inggris, Belanda, India, Australia, Malaysia.

3). Sitem pemerintahan yang dianut dalam UUD NRI Thn 1945 (baik sebelum
maupun pasca Perubahan UUD 1945) adalah sistem presidensial. sedangkan
selama KRIS 1949 dan UUDS 1950 Indonesia menganut sistem parlementer.
Coba Sauda jelaskan pengertian kedua sistem pemerintahan tersebut.
Jawaban :

A). Sistem presidensial atau disebut juga dengan sistem kongresional,


merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana
kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan
kekuasaan legislatif.
Untuk disebut sebagai sistem presidensial, bentuk pemerintahan ini harus
memiliki tiga unsur yaitu[1]:

Presiden yang dipilih rakyat

Presiden secara bersamaan menjabat sebagai kepala negara dan kepala


pemerintahan dan dalam jabatannya ini mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan
yang terkait.

Presiden harus dijamin memiliki kewenangan legislatif oleh UUD atau konstitusi.
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak
dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik.
Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden
melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat
masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena
pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan
menggantikan posisinya.

B). Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan yang parlemennya


memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki
wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat
menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak
percaya. Berbeda dengan sistem presidensiil, sistem parlemen dapat memiliki
seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya
pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya
pemerintahan, tetapi dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi
simbol kepala negara saja.
Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari
dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen,
sering dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak
ada pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang
legislatif, menuju kritikan dari beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan
keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah republik kepresidenan.
Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensial, karena
kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia
sering mengarah ke pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik
Weimar Jerman dan Republik Keempat Prancis. Sistem parlemen biasanya
memiliki pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan kepala negara,
dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri, dan kepala negara ditunjuk
sebagai dengan kekuasaan sedikit atau seremonial. Namun beberapa sistem
parlemen juga memiliki seorang presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai
kepala negara, memberikan keseimbangan dalam sistem ini.

4). Pada awal kemerdekaan RI setelah ditetapkannya UUD RI pada


tanggal 18 Agustus 1945, tatanan kehidupan bernegara kita belum dapat
berjalan sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam UUD
tersebut, yang terjadi malah perubahan atau penyimpangan dari ketentuan
yang ada di dalamnya. Coba Saudara jelaskan peristiwa yang terjadi pada
waktu itu sehingga tatanan kehidupan bernegara kita terpaksa mengalami
pergeseran kekuasaan dalam pemerintahan. Sebutkan pula dasar hukumnya.
Jawaban :

Salah satu keberhasilan yang dicapai oleh bangsa Indonesia pada masa reformasi
adalah reformasi konstitusional (constitutional reform). Reformasi konstitusi dipandang
merupakan kebutuhan dan agenda yang harus dilakukan karena UUD 1945 sebelum perubahan
dinilai tidak cukup untuk mengatur dan mengarahkan penyelenggaraan negara sesuai harapan
rakyat, terbentuknya good governance, serta mendukung penegakan demokrasi dan hak asasi
manusia.

Perubahan UUD 1945 dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda Sidang MPR
dari 1999 hingga 2002 . Perubahan pertama dilakukan dalam Sidang Umum MPR Tahun 1999.
Arah perubahan pertama UUD 1945 adalah membatasi kekuasaan Presiden dan memperkuat
kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif.

Perubahan kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR Tahun 2000. Perubahan kedua
menghasilkan rumusan perubahan pasal-pasal yang meliputi masalah wilayah negara dan
pembagian pemerintahan daerah, menyempumakan perubahan pertama dalam hal memperkuat
kedudukan DPR, dan ketentuan¬-ketentuan terperinci tentang HAM.

Perubahan ketiga ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR 2001. Perubahan tahap ini mengubah
dan atau menambah ketentuan-ketentuan pasal tentang asas-asas landasan bemegara,
kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, serta ketentuan-ketentuan tentang
Pemilihan Umum. Sedangkan perubahan keempat dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR Tahun
2002. Perubahan Keempat tersebut meliputi ketentuan tentang kelembagaan negara dan
hubungan antarlembaga negara, penghapusan Dewan Pertimbangan Agung (DPA), pendidikan
dan kebudayaan, perekonomian dan kesejahteraan sosial, dan aturan peralihan serta aturan
tambahan.

Empat tahap perubahan UUD 1945 tersebut meliputi hampir keseluruhan materi UUD 1945.
Naskah asli UUD 1945 berisi 71 butir ketentuan, sedangkan perubahan yang dilakukan
menghasilkan 199 butir ketentuan. Saat ini, dari 199 butir ketentuan yang ada dalam UUD 1945,
hanya 25 (12%) butir ketentuan yang tidak mengalami perubahan. Selebihnya, sebanyak 174
(88%) butir ketentuan merupakan materi yang baru atau telah mengalami perubahan.

Dari sisi kualitatif, perubahan UUD 1945 bersifat sangat mendasar karena mengubah prinsip
kedaulatan rakyat yang semula dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR menjadi dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar. Hal itu menyebabkan semua lembaga negara dalam UUD 1945
berkedudukan sederajat dan melaksanakan kedaulatan rakyat dalam lingkup wewenangnya
masing-masing. Perubahan lain adalah dari kekuasaan Presiden yang sangat besar (concentration
of power and responsibility upon the President) menjadi prinsip saling mengawasi dan
mengimbangi (checks and balances). Prinsip-prinsip tersebut menegaskan cita negara yang
hendak dibangun, yaitu negara hukum yang demokratis.

Setelah berhasil melakukan perubahan konstitusional, tahapan selanjutnya yang harus dilakukan
adalah pelaksanaan UUD 1945 yang telah diubah tersebut. Pelaksanaan UUD 1945 harus
dilakukan mulai dari konsolidasi norma hukum hingga dalam praktik kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 harus menjadi acuan dasar sehingga benar-benar
hidup dan berkembang dalam penyelenggaraan negara dan kehidupan warga negara (the living
constitution).

LEMBAGA NEGARA PASCA AMANDEMEN

Sebagai kelembagaan Negara, MPR RI tidak lagi diberikan sebutan sebagai lembaga tertinggi
Negara dan hanya sebagai lembaga Negara, seperti juga, seperti juga DPR, Presiden, BPK dan
MA. Dalam pasal 1 ayat (2) yang telah mengalami perubahan perihal kedaulatan disebutkan
bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar
sehingga tampaklah bahwa MPR RI tidak lagi menjadi pelaku/pelaksana kedaulatan rakyat. Juga
susunan MPR RI telah berubah keanggotaanya, yaitu terdiri atas anggota DPR dan Dewan
Perakilan Daerah (DPD), yang kesemuanya direkrut melalui pemilu.

Susunan ketatanegaraan dalam kelembagaan Negara juga mengalami perubahan, dengan


pemisahan kekuasaan, antara lain adanya lembaga Negara yang dihapus maupun lahir baru, yaitu
sebagai Badan legislative terdiri dari anggota MPR, DPR, DPD, Badan Eksekutif Presiden dan
wakil Presiden, sedang badan yudikatif terdiri atas kekuasaan kehakiman yaitu mahkamah
konstitusi (MK) sebagai lembaga baru, Mahkamah Agung (MA), dan Komisi Yudisial (KY) juga
lembaga baru. Lembaga Negara lama yang dihapus adalah dewan Pertimbangan Agung (DPA),
dan Badan pemeriksa keuangan tetap ada hanya diatur tersendiri diluar kesemuanya/dan sejajar.

Tugas dan kewenagan MPR RI sesudah perubahan, menurut pasal 3 UUD 1945 ( perubahan
Ketiga ).

a. Majelis Permusyawaran Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan UUD

b. Majelis Permusyawaran Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.

c. Majelis Permusyawaran Rakyat hanya dapat memberhentikan presiden dan/atau Wakil


Presiden dalam masa jabatannya menurut undang-undang dasar ( impeachment ).

TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang Undang No. 10 tahun 2004 jenis dan tata urutan/susunan (hirarki) peraturan
perundang-undangan sekarang adalah sebagai berikut :

1. UUD-RI tahun 1945

2. Undang-undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu);


3. Peraturan Pemerintah (PP);

4. Peraturan Presiden (Perpres) dan Peraturan lembaga negara atau organ/badan negara yang
dianggap sederajat dengan Presiden antara lain : Peraturan Kepala BPK, Peraturan Bank
Indonesia, Peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Peraturan Mahkamah Agung, Peraturan
Mahkamah Konstitusi, Peraturan Komisi Yudisial,

5. Peraturan Daerah Propinsi;

6. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;

7. Peraturan Desa (Perdesa).

5). Sebutkan dan jelaskan beberapa kewenangan/fungsi dari kekuasaan


legislatif dalam sistem keparlemenan di Indonesia, dan bagaimana
pelaksanaan fungsi-fungsi kekuasaan legislatif itu diantara lembaga
perwakilan rakyat yang ada di Indonesia, yakni diantara DPR-RI dan DPD-
RI.
Jawaban :

Lembaga legislatif merupakan lembaga atau dewan yang mempunyai tugas serta
wewenang membuat atau merumuskan UUD yang ada di sebuah negera. Selain itu,
lembaga legislatif juga diartikan sebagai lembaga legislator, yang mana jika di negara
Indonesia lembaga ini dijalankan oleh DPD (Dewan Perwakilan Daerah) DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat, dan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat.
 Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:

 Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)

 Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)


 Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;
pengelolaan SDA dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah)

 Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD

 Menetapkan UU bersama dengan Presiden

 Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang


diajukan Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU

 Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang:

 Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden)

 Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait
pajak, pendidikan dan agama

 Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab


keuangan negara yang disampaikan oleh BPK

 Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun


terhadap perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait
dengan beban keuangan negara

 Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR memiliki tugas dan wewenang:


 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan
pemerintah

 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD


(terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN,
pajak, pendidikan dan agama)

 Tugas dan wewenang DPR lainnya, antara lain:

 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat

 Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan perang ataupun


membuat perdamaian dengan Negara lain; (2) mengangkat dan memberhentikan
anggota Komisi Yudisial.

 Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian amnesti


dan abolisi; (2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar lain

 Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD

 Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim agung yang
akan ditetapkan menjadi hakim agung oleh Presiden

 Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke Presiden

Anda mungkin juga menyukai