Anda di halaman 1dari 2

1.

Dapat disimpulkan bahwa muatan konstitusi di Indonesia telah memuat ketiga


muatan pokok konstitusi menurut J.G. Steenbeek, yaitu:
 Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara, terlihat dari adanya
pasal-pasal yang menjamin hak-hak tersebut, seperti Pasal 28 tentang hak atas
kehidupan yang layak dan hak atas perlindungan diri, Pasal 28B tentang hak untuk
hidup sejahtera, dan Pasal 28I tentang hak atas kebebasan berserikat dan
berkumpul.
 Ditetapkannya susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental, terlihat dari
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik dan Pasal 2 yang menetapkan bahwa kedaulatan
berada pada rakyat dan dilaksanakan oleh negara sesuai dengan UUD 1945.
 Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang bersifat
fundamental, terlihat dari Pasal 3 tentang pembagian kekuasaan antara lembaga
negara, Pasal 4 tentang kewenangan presiden dan wakil presiden, serta Pasal 5
tentang kewenangan lembaga legislatif.
2. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 secara jelas
menggambarkan bentuk negara, kedaulatan, sistem pemerintahan, dan
suprastruktur politik Indonesia.
 Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik, sesuai
dengan Pasal 1 ayat (1) UUD 1945.
 Kedaulatan berada pada rakyat dan dilaksanakan oleh negara sesuai dengan UUD
1945, seperti yang dinyatakan dalam Pasal 2 UUD 1945.
 Sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem presidensial, di mana presiden sebagai
kepala negara dan kepala pemerintahan, dan wakil presiden terpilih secara langsung
oleh rakyat, sesuai dengan Pasal 4 UUD 1945.
 Suprastruktur politik Indonesia terdiri dari lembaga-lembaga negara, yaitu lembaga
legislatif, lembaga eksekutif, dan lembaga yudikatif, yang masing-masing memiliki
tugas dan wewenangnya sendiri, sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UUD 1945.
1. 2 . Negara kesatuan umumnya menggunakan teori kedaulatan negara, di mana
kekuasaan tertinggi berada pada negara dan tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi
dari negara itu sendiri. Contoh negara kesatuan adalah Indonesia, di mana
kekuasaan tertinggi berada pada pemerintah pusat dan otoritas daerah hanya
memiliki kekuasaan yang diberikan oleh negara.

Negara federal menggunakan teori kedaulatan campuran antara negara dan rakyat. Negara
federal memberikan kekuasaan tertentu kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Kekuasaan tertinggi tetap berada pada negara sebagai satu kesatuan, tetapi pemerintah
daerah memiliki kekuasaan dalam urusan tertentu sesuai dengan konstitusi. Contoh negara
federal adalah Amerika Serikat.

Negara konfederal umumnya menggunakan teori kedaulatan rakyat, di mana kekuasaan


tertinggi berada pada pemerintah daerah atau negara bagian. Negara konfederal
memberikan kekuasaan pada pemerintah daerah atau negara bagian, sedangkan
pemerintah pusat hanya memiliki kekuasaan yang terbatas. Contoh negara konfederal
adalah Konfederasi Swiss pada masa lampau.
2. Pada negara kesatuan, pemerintah pusat memiliki kekuasaan yang penuh dalam
menjalankan urusan negara, tetapi memberikan kewenangan tertentu pada
pemerintah daerah dalam mengatur urusan daerahnya. Pemerintah daerah hanya
dapat melakukan tindakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat. Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah diatur dalam
konstitusi dan peraturan perundang-undangan.

Pada negara federal, hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah bersifat
simetris, di mana keduanya memiliki kewenangan yang sama pentingnya. Namun,
pemerintah daerah hanya memiliki kewenangan dalam urusan yang telah ditetapkan oleh
konstitusi federal. Pemerintah pusat bertanggung jawab atas urusan nasional, sedangkan
pemerintah daerah bertanggung jawab atas urusan daerah.

Pada negara konfederal, pemerintah daerah atau negara bagian memiliki kekuasaan yang
lebih besar dibandingkan pemerintah pusat. Pemerintah pusat hanya memiliki kewenangan
yang terbatas dan hanya dapat melakukan tindakan sesuai dengan persetujuan pemerintah
daerah atau negara bagian. Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah diatur dalam
perjanjian konfederasi.

3 . Sistem presidensial dan parlementer adalah dua bentuk pemerintahan yang memiliki
karakteristik yang berbeda. Sistem presidensial ditandai dengan pemisahan kekuasaan di
antara cabang-cabang pemerintahan, di mana cabang eksekutif bertindak sebagai
administrator atau penegak hukum, cabang legislatif membuat undang-undang, dan cabang
yudikatif menafsirkan dan memutuskan tentang hukum. Presiden dipilih langsung oleh
rakyat melalui mekanisme yang berbeda di setiap negara dan menjabat selama jangka
waktu tetap 4-5 tahun, independen dari dukungan legislatif. Cabang eksekutif juga memiliki
otoritas untuk membuat undang-undang, meskipun hal ini mungkin berbeda di beberapa
negara seperti Amerika Serikat. Sistem presidensial memberikan presiden dengan sumber
legitimasi yang terpisah dari legislatif.

Sebaliknya, sistem parlementer menampilkan fusi cabang eksekutif dan legislatif, dengan
kepala negara dan kepala pemerintahan biasanya dipegang oleh individu yang berbeda.
Rakyat memilih wakil-wakil ke parlemen, yang kemudian membentuk pemerintah dan
menentukan siapa yang akan menjadi kepala pemerintahan, termasuk menteri dan anggota
kabinet. Dalam sistem parlementer, jika sebuah partai memiliki mayoritas kursi di parlemen,
ia dapat dengan mudah membentuk pemerintahan tanpa perlu koalisi. Namun, jika tidak
ada partai yang memiliki mayoritas, mereka perlu membentuk koalisi untuk memerintah.

Secara keseluruhan, perbedaan utama antara sistem presidensial dan parlementer terletak
pada pemisahan kekuasaan dan pemilihan langsung presiden dalam yang pertama,
dibandingkan dengan fusi kekuasaan dan pemilihan tidak langsung kepala pemerintahan
dalam yang kedua.

Anda mungkin juga menyukai