Anda di halaman 1dari 17

TAFSIR ALQUR`AN DAN ISU TENTANG

TERORISME
FAHMI ZAKIYUDDIN DAN RAHMAT ALI
HIDAYAT
Pengertian Terorisme dan Sejarah
Terorisme
 1. Pengertian Terorisme

 Pada dasarnya, istilah terorisme merupakan sebuah konsep yang memiliki konotasi yang sangat sensitif karena terorisme menyebabkan
terjadinya pembunuhan dan penyengsaraan terhadap orang-orang yang tidak berdosa. Secara leksikal teror berarti kekacauan; tindak kesewenang-
wenangan untuk menimbulkan kekacauan dalam masyarakat; tindakan kejam dan mengancam. Dalam pengertian yang berbeda, ia juga bisa diartikan
sebagai the ability to cause such fear; yakni kemampuan untuk menimbulkan ketakutan, atau mengancam, atau memaksa dengan teror atau ancaman
teror (to intimidate or coerce by terror or by threats of terror).

 Secara etimologis, terorisme memiliki beberapa pengertian yakni:

 a. Attitude d’intimidation (sikap menakut-nakuti).

 b. Use of violence and intimidation, especially for political purposes (penggunaan kekerasaan dan intimidasi, terutama untuk tujuan-tujuan politik).

 c.Penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan (terutama tujuan politik); praktek-praktek tindakan teror.

d.Setiap tindakan yang menimbulkan suasana ketakutan dan keputusasaan (fear and dispear).
 Secara terminologis terorisme dikemukakan oleh beberapa ahli:

 a. Menurut Fauzan Al-Anshari, terorisme adalah tindakan yang menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang berlatar belakang politik atau kekuasaan dakam suatu pemerintah Negara

 b. Menurut Majma’ al-Buhus al-Islamiyah al-Azhar al-Syarif (organisasi pembahasan fiqih dan Ilmiyah al-
Azhar) yaitu tindakan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan masyrakat, kepentinagan umum,
kebebasan dan kemanusiaan serta merusak harta dan kehormatan karena ingin berbuat kerusakan di muka
bumi.

c. Dalam literatur sosiologi Barat, terorisme adalah salah satu bentuk aksi bermotif politik yang
menggabungkan unsur-unsur psikologis (seperti mengancam: kondisi akibat diancam) dan fisik (aksi
kekerasan) yang dilakukan oleh individu atau kelompok kecil dengan tujuan pengajuan tuntutan teroris
terpenuhi.
 Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dipahami bahwa
terorisme adalah setiap tindakan atau ancaman yang dapat mengganggu keamanan orang banyak baik
jiwa, harta, maupun kemerdekaannya yang agama. Dengan demikian, ‚muslim fundamental adalah
seorang muslim yang sangat disiplin dalam menjalankan ajaran Islam, seperti shalat lima waktu secara
berjamaah dan menghindari sesuatu yang tidak jelas kehalalannya. Termasuk ‚muslim fundamental ini
adalah para ‚zahid, orang-orang yang menjaga diri dan agamanya dan juga para sufi. Dalam konteks
pengertian ini, umat Islam diserukan untuk melaksanakan ajaran agamanya secara fundamental.
Sedangkan, radikalisme dalam bahasa Arab disebut‚ syiddah al-tanatu’. Artinya, keras, eksklusif,
berpikiran sempit, rigid, serta memonopoli kebenaran. Muslim radikal adalah orang Islam yang
berpikiran sempit, kaku dalam memahami Islam, serta bersifat eksklusif dalam memandang agama-
agama lainnya
Puncak radikalisme dalam sejarah islam adalah ketika konflik Sahabat 'Ali dan Mu'awiyah. Ketika itu Sahabat 'Ali menerima tawaran
arbitrase (taḥkim) dari kelompok Mu'awiyah. Sebagaimana telah diketahui, beberapa orang yang mulanya mendukung Sahabat 'Ali berbalik
melawannya di samping juga Mu’āwiyah dan serta menyeru agar berhukum dengan hukum Allah. La ḥukma illa lillah, kata mereka. Sambil
mengutip surah Al-Mā`idah ayat 44 yang berbunyi :

ۤ ٰ ِ ِ ِٰ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ‫اِنَّٓا اَْنزلْنَا التَّوٰرىةَ فِيها ه ًدى َّونُو ۚ ٌر حَي ُكم هِب ا النَّبُِّيو َن الَّ ِذين اَسلَموا لِلَّ ِذين هادوا و‬
َ ‫اخ َش ْو ِن َواَل تَ ْشَتُرْوا بِ ٰايٰيِت ْ مَثَنًا قَلْياًل ۗ َوَم ْن مَّلْ حَيْ ُك ْم مِب َٓا اَْنَزَل اللّهُ فَاُوٰل ِٕى‬
‫ك ُه ُم‬ ْ ‫َّاس َو‬ ۚ
َ ‫ء فَاَل خَت ْ َش ُوا الن‬9َ ۤ‫استُ ْحفظُْوا م ْن كتٰب اللّه َوَكانُ ْوا َعلَْيه ُش َه َدا‬
‫مِب‬
ْ ‫الرٰبّنُّي ْو َن َوااْل َ ْحبَ ُار َا‬ َ ُْ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ ُ ْ ْ ُ َْ ْ َ
‫الْ ٰك ِفُرْو َن‬

 Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat; di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya. Yang dengan Kitab itu para nabi yang berserah diri
kepada Allah memberi putusan atas perkara orang Yahudi, demikian juga para ulama dan pendeta-pendeta mereka, sebab mereka
diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi)
takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.

 mereka menyerang kelompok yang tidak sepaham dengan mereka. Mereka mengafirkan siapa saja yang melakukan dosa besar. Ini
dilakukan agar perlawanan mereka terhadap para Sahabat Nabi mendapat legitimasi syariat. Sehingga mereka pembunuhan terhadap Sahabat
'Ali legal menurut syariat sebab menerima taḥkim. menganggap beliau dianggap melakukan dosa besar dengan Kelompok ini dinamakan
kaum Khawārij. Khawarij mungkin kini sudah tiada. Namun ia meninggalkan pola dasar bagi gerakan-gerakan ekstrem di masa selanjutnya.
Karena bagaimana pun Khawarij merupakan gerakan yang tidak pernah diabsahkan oleh para ulama. Kemudian pada abad ke-18, di
Semenanjung Arabia terdapat sebuah kelompok yang dijuluki Wahabi. Mereka adalah para pengikut gerakan purifikasi (pemurnian) ajaran
agama Islam.
 Irhab dan Irhabi

 Kata al-irhab seakar dengan kata turhibun di dalam surah al-anfal ayat 60. Dalam istilah jurnalistik bahasa Arab
dewasa ini, kata teror atau teroris ditunjuk dengan kata yang seakar dengan kata “turhibun”, yakni “irhab”. Kata “irhab”
dipakai untuk menunjuk aksi terorisme, dan pelakunya disebut dengan irhabi. Penyebutan ini pula melahirkan kesan
bahwa tindakan terror semacam itu ada dalam doktrin dan ajaran Islam Memahami Kata “Turhibun” Dalam QS al-Anfal
60, kata yang dijadikan sebagai dasar pembenaran bagi aksi terorisme adalah kata “turhibun” yang diterjemahkan dengan
“teror”.

 ‫َواَعِ ُّد ْوا َل ُه ْم مَّا اسْ َت َطعْ ُت ْم مِّنْ قُوَّ ٍة َّو ِمنْ رِّ بَاطِ ْال َخي ِْل ُترْ ِهب ُْو َن ِب ٖه َع ُدوَّ هّٰللا ِ َو َع ُدوَّ ُك ْم َو ٰا َخ ِري َْن ِمنْ ُد ْون ِِه ۚ ْم اَل َتعْ َلم ُْو َن ُه ۚ ْم هّٰللَا ُ َيعْ َل ُم ُه ۗ ْم َو َما ُت ْن ِف ُق ْوا ِمنْ َشيْ ٍء فِيْ َس ِبي ِْل‬
‫هّٰللا ِ ي َُوفَّ ِا َل ْي ُك ْم َواَ ْن ُت ْم اَل ُت ْظلَم ُْو َن‬

 Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari
pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).( Al-Anfal/60)
 Menurut Quraish Shihab, kata “turhibun” terambil dari kata “rahiba” yang berarti takut atau gentar. Tapi, kata
“turhibun” bukan berari melakukan teror. Dalam perkembangan bahasa Arab dewasa ini, kata teror atau teroris ditunjuk
dengan kata yang seakar dengan kata “rahiba”, yakni “irhab”. Kata “irhab” dipakai untuk menunjuk aksi terorisme.
Namun, menurut Quraish Shihab, pengertian simantik “rahiba” bukan seperti yang dimaksud oleh kata itu sekarang ini.
Quraish Shihab menyatakan bahwa yang digentarkan atau dibuat takut (turhibun), sebagaimana yang dimaksud QS al-
Anfal 60, bukanlah masyarakat umum, bukan juga orang-orang yang tidak bersalah. Tetapi mereka yang menjadi
musuh Allah Swt dan musuh masyarakat

 Menurut Shihab lagi, dari segi hubungan QS al-Anfal 60 dengan ayat-ayat sebelumnya adalah bertujuan
menampik kesan yang dapat muncul akibat pernyataan ayat 59 yang menegaskan bahwa musuh Allah Swt tidak akan
lolos dari siksa. Ayat 59 boleh jadi menimbulkan kesan bahwa kaum Muslim boleh berpangku tangan menghadapi
musuh karena mereka tidak akan bisa meloloskan diri dari siksa Allah Swt. Maka untuk menghapus kesan ini Allah
Swt memerintahkan umat Islam untuk mempersiapkan diri menghadapi musuh Allah Swt dan menghimpun kekuatan
yang bisa menggetarkan atau menakuti musuh Allah Swt. Sebab dalam al-Quran, Allah Swt menjanjikan kemenangan
bagi kaum Muslimin. Dari janji inilah bisa muncul sikap pasrah dalam menghadapi peperangan. Buat apa
mempersiapkan perang, toh Allah Swt telah menjanjikan kemenangan? Maka QS al-Anfal 60 mengkritisi sikap
tersebut. Tujuan mempersiapkan kekuatan adalah menggentarkan musuh Allah Swt, baik yang diketahui atau tidak,
agar mereka berpikir seribu kali sebelum menyerang umat Islam.
 Dari pengertian tersebut terlihat bahwa fundamentalis Islam atau muslim fundamental sangat
dianjurkan dalam menjalankan perintah-perintah agama sesuai dengan al-Qur’an dan sunnah.
Sedangkan radikalisme bertentangan dengan ajaran agama Islam yang menganjurkan bagi
pemeluknya untuk berbuat baik kepada semua orang tanpa memandang latar belakang suku
bangsa dan agama (pluralisme). Pada tahun 35 H, khalifah Usman bin Affan terbunuh secara
mengenaskan oleh sekelompok umat Islam yang ekstrem. Peristiwa ini kemudian terulang
pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib yang juga terbunuh oleh kalangan ekstrem dari umat
Islam. Komunitas ekstrem tersebut, sungguhpun pada mulanya bernuansa politik,
berkembang menjadi sebuah ideologi yang dikenal dengan paham Khawarij. Dari sini
gelombang umat Islam radikal yang berkembang saat ini memang harus diakui eksistensinya.
Mereka sebenarnya terpengaruh pada pola-pola khawarij pada masa periode awal sejarah
umat Islam.
Karakteristik Terorisme
 Kriteria terorisme di sini adalah unsur-unsur yang terdapat dalam suatu perbuatan sehingga tindakan tersebut dapat
dikategorikan sebagai tindakan terorisme. Secara eksplisit, suatu tindakan kejahatan yang dikategorikan sebagai tindakan
terorisme jika memenuhi kriteria antara lain:

 1. Adanya tindakan berupa ancaman ataupun kekerasan yang ilegal.

 2. Tindakan tersebut berdampak pada masyarakat baik fisik, psikis, harta benda mereka maupun fasilitas umum baik
yang berskala domestik maupun internasional.

 3. Menimbulkan ketakutan dan kepanikan suatu kelompok atau masyarakat.

 4. Adanya tujuan atau kepentingan yang ingin dicapai pelaku, pada umumnya bernuansa politik.

 5. Korban tindakan tidak selalu berkaitan langsung dengan tujuan yang hendak dicapai.

 6. Pelakunya dapat berupa perorangan, kelompok terorganisir ataupun penguasa dalam suatu pemerintahan yang
sah.
 
Faktor Penyebab Munculnya Terorisme

 Terorisme tentu bukan sesuatu yang muncul dari ruang hampa. Dia memerlukan kultur tertentu
untuk tumbuh. Beberapa penyebab terorisme, di antaranya:

 1. Kesukuan, Nasionalisme/Separatism (Etnicity, Nationalism/Separatism)

 2. Kemiskinan dan Kesenjangan dan Globalisasi (Poverty and Economic Disadvantage, Globalisation) 

 3. Non Demokrasi (Non-Democracy) 

 4. Pelanggaran Harkat Kemanusiaan (Dehumanisation)

 5. Radikalisme Agama (Religion)

 6. Kerusakan Media Massa

 7. Dihalang-halanginya Dakwah yang Haq


 

pandangan mufasir terhadap ayat-ayat yang terkait dengan isu


terorisme
 
 Menurut El Sayid Amin bahwa proyek mengkaji terorisme dalam perspektif Islam harus berangkat dari
analisis teks-teks yang membedah konsep irhab (teror), quwwah (kekuatan), ’aduuw (musuh), khususnya
dalam kandungan Q.S Al Anfal: 60.

9‫ فِ ْي‬9‫ َش ْي ٍء‬9‫ا تُ ْن ِفقُ ْوا ِم ْن‬9‫م َو َم‬9ْۗ ُ‫م هّٰللَا ُ يَ ْعلَ ُمه‬9ْۚ ُ‫م اَل تَ ْعلَ ُم ْونَه‬9ْۚ ‫ ُد ْونِ ِه‬9‫ ِم ْن‬9‫ َو ٰا َخ ِر ْي َن‬9‫ َع ُد َّو هّٰللا ِ َو َع ُد َّو ُك ْم‬9‫ بِ ٖه‬9‫ تُرْ ِهب ُْو َن‬9‫ ْال َخ ْي ِل‬9‫ ِّربَا ِط‬9‫ َّو ِم ْن‬9‫ قُ َّو ٍة‬9‫تَطَ ْعتُ ْم ِّم ْن‬9‫ َّما ا ْس‬9‫َواَ ِع ُّد ْوا لَهُ ْم‬ 
َّ ‫َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ يُ َو‬
ْ ُ‫ف اِلَ ْي ُك ْم َواَ ْنتُ ْم اَل ت‬
‫ظلَ ُم ْو َن‬

 Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki
dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka
yang kamu tidak mengetahuinya, tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah
niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).

 Penting sekali meluruskan makna kata-kata kunci itu sesuai konteks dan semangat awalnya guna mematikan
justifikasi aksi terorisme atas nama perintah Al-Quran, seperti klaim Al Qaedah,dan Negara Islam di Irak dan
Suriah (NIIS).
 Dan seperti pemahaman ekstrem Sayyid Qutb terhadap sejumlah konsep kunci tersebut telah berkontribusi besar pada
disalahpahaminya ayat-ayat jihad oleh kelompok-kelompok berideologi teror. Ada penyimpangan. Akibatnya, mereka percaya
telah diberi otoritas untuk membunuh dan melakukan kerusakan terhadap orang yang berkeyakinan berbeda. Para penganut paham
ekstrim cenderung mengabaikan prinsip dasar Al Quran, yaitu mengambil nyawa manusia dengan cara-cara melanggar hukum dan
tidak adil merupakan bentuk utama kerusakan seperti diingatkan firman Tuhan, Q.S. 17: 33:

ِّ ۗ َ‫س الَّيِت ْ َحَّرَم ال ٰلّهُ اِاَّل بِاحْل‬


‫ق‬ َ ‫الن ْف‬
َّ ‫َواَل َت ْقُتلُوا‬ 

 ”Dan, janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah, melainkan dengan suatu yang benar”.

 Dalam memahami ayat ini, ahli tafsir klasik Al-Razi berpandangan, tindakan merampas hak hidup seseorang tanpa ada sebab
yang adil merupakan dosa terbesar setelah menyekutukan Tuhan. Konsekuensi hukum dan moral Pendapat keras penulis Tafsir
Mafatih al-Ghaib ini mencerminkan tingginya pemuliaan Islam terhadap keberlangsungan kehidupan dan hak hidup manusia.
Dalam bahasa Al Quran, satu nyawa manusia setara dengan alam semesta. Adanya unsur kesengajaan menghilangkan nyawa, baik
dilakukan negara maupun kelompok, dan melakukan kerusakan (fasad) merupakan dua ciri mendasar yang melekat pada tindakan
yang disebut terorisme dalam kacamata Al Quran. Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat; di dalamnya (ada) petunjuk dan
cahaya. Yang dengan Kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah memberi putusan atas perkara orang Yahudi, demikian
juga para ulama dan pendeta-pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi
terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayat-
Ku dengan harga murah. Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang
kafir.
salahsatu pemicu tindakan teroris disebabkan paham Al-hakimiyyah yaitu paham kedaulatan
Allah dengan berlandaskan QS. Al-Maidah ayat:44

‫ فَاَل‬9‫ٰب ال ٰلّ ِه َوَكانُ ْوا َعلَْي ِه ُش َه َداۤ َۚء‬


ِ ‫اس تُ ْح ِفظُوا ِم ْن كِت‬ ‫مِب‬ ِ َّ ‫اِنَّٓا اَْنزلْنَ ا التَّوٰرىةَ فِيه ا ه ًدى َّونُو ۚ ٌر حَي ُكم هِب ا النَّبُِّيو َن الَّ ِذين اَس لَموا لِلَّ ِذين هادوا و‬
ْ ْ ‫الربّٰنُّي ْو َن َوااْل َ ْحبَ ُار َا‬ َ ُْ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ ُ ْ ْ ُ َْ ْ َ 
‫ك ُه ُم الْ ٰك ِفُرْو َن‬ ۤ ٰ ِ
َ ‫اخ َش ْو ِن َواَل تَ ْشَت ُرْوا بِاٰ ٰييِت ْ مَثَنًا قَلْياًل ۗ َوَم ْن مَّلْ حَيْ ُك ْم مِب َٓا اَْنَزَل اللّهُ فَاُوٰل ِٕى‬
ْ ‫َّاس َو‬
َ ‫خَت ْ َش ُوا الن‬
 Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya. Yang dengan
Kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah memberi putusan atas perkara orang Yahudi,
demikian juga para ulama dan pendeta-pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara kitab-
kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia,
(tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barangsiapa
tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.
‫‪‬‬ ‫‪Konsepsi hakimiyah yang digagas sayid qutb dari pemaknaan literal Al-Maidah ayat 44 :‬‬

‫ك ُه ُم الْ ٰك ِف ُرْون‬ ‫ى‬‫ِٕ‬ ‫‪ ‬ومن مَّل حَي ُكم مِب ٓا اَْنزَل ال ٰلّه فَاُوٰلۤ‬
‫َ‬ ‫ََ ْ ْ ْ ْ َ َ ُ‬

‫‪ ‬وهبذا التعمي م الذي حتميل ه (م ن) الشرطي ة ومجل ة اجلواب حبي ث خيرج م ن حدود املالبس ة والزمان واملكان ‪ ،‬وينطل ق‬
‫حكماً عاماً ‪ ،‬على كل من مل حيكم مبا أنزل اهلل‪.‬‬
‫‪ ‬التأويل والتأول يف مثل هذا احلكم ال يعين إال حماولة حتريف الكلم عن مواضعه ‪ ..‬وليس هلذه املماحكة من قيمة وال‬
‫أثر يف صرف حكم اهلل عمن ينطبق عليهم بالنص الصريح الواضح األكيد ‪.‬‬
‫‪Adapun disini penulis menampilkan perbedaan pendapat para ulama soal‬‬
‫‪ayat tersebut :‬‬
‫﴿ومن مل حيكم مبا أنزل اهلل﴾ إمنا يتناول من أنكر بقلبه وجحد بلسانه‪ ،‬أما من عرف بقلبه كونه حكم اهلل وأقر بلسانه كونه‬ ‫‪‬‬
‫حك م اهلل‪ ،‬إال أن ه أت ى مبا يضاده فهو حاكم مبا أنزل اهلل تعاىل‪ ،‬ولكن ه تارك له‪ ،‬فال يلزم دخوله حتت هذه اآلي ة‪ ،‬وهذا هو‬
‫اجلواب الصحيح واهلل أعلم‬
‫‪‬‬ ‫‪(Ar-Razi, Mafatihul Ghaib).‬‬

‫وقال ابن عباس وطاوس ‪ :‬ليس بكفر ينقل عن امللة ‪ ،‬بل إذا فعله فهو به كافر وليس كمن كفر باهلل واليوم اآلخر ‪..‬‬ ‫‪‬‬

‫ص يَ ٍة؛ ال‬ ‫اُألم ِة ُك ْفر مع ِ‬


‫َّ‬ ‫وقالَت مَج اعةٌ ع ِظيمةٌ مِن أه ِل العِْل ِم ‪ :‬اَآْل يةُ متنا ِولَةٌ ُكلَّ م ن مَل حَي كم مِب ا أ ْنزَل اهلل ؛ ولَ ِكنَّه يف ُأمر ِاء ه ِذ ِ‬
‫ه‬ ‫‪‬‬
‫ُ َْ‬ ‫ُ َ َ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ ْ ْ‬ ‫َ َُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ َ َ‬
‫ِ‬
‫اإلميان‪.‬‬ ‫خُيْ ِر ُجهم َع ِن‬
‫اس ٌق‪.‬‬‫اح ًدا بِِه َف َق ْد َك َفر‪ ،‬ومن َأَقَّر بِِه ومَل حَي ُكم بِِه َفهو ظَامِل فَ ِ‬ ‫ال ِع ْك ِرمةُ معنَاه‪ :‬ومن مَل حَي ُكم مِب َا َأْنزَل اللَّه ج ِ‬
‫َ ْ ْ َُ ٌ‬ ‫ْ‬ ‫َ ََ ْ‬ ‫َوقَ َ َ َ ْ ُ َ َ ْ ْ ْ ْ َ ُ َ‬ ‫‪‬‬

‫ض ِه‪ ،‬فَ ُك ُّل َم ْن مَلْ حَيْ ُك ْم‬ ‫ال‪ِ :‬إنَّها َت َقع علَى مَجِ ِيع ما َأْنزَل اللَّه اَل علَى بع ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِئ‬
‫َ َ ُ َ َْ‬ ‫َو ُس َل َعْب ُد الْ َع ِزي ِز بْ ُن حَيْىَي الْكنَايِن ُّ َع ْن َهذه اآْل يَات‪َ ،‬ف َق َ َ ُ َ‬ ‫‪‬‬
‫يد َوَت ْرِك الشِّْرِك ‪ ،‬مُثَّ مَلْ حَيْ ُك ْم [جِب َ ِم ِيع ] َم ا َأْنَزَل‬‫اس ق‪ ،‬فََأمَّا من ح َكم مِب ا َأْنزَل اللَّه ِمن التَّو ِح ِ‬
‫َ‬ ‫جِب ِم ِيع م ا َأْنزَل اللَّه َفهو َكافِر ظَامِل فَ ِ‬
‫َ ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َْ َ َ‬ ‫ٌ‬ ‫َ َ َ ُ َُ ٌ ٌ‬
‫ص ُح ْك ِم اللَّ ِه ِعيَانًا َع ْم ًدا‪ ،‬فَ ََّأما َم ْن َخ ِف َي َعلَْي ِه َْأو‬‫ال الْعُلَ َماءُ‪َ :‬ه َذا ِإ َذا َرَّد نَ َّ‬ ‫اللَّه ِمن الشَّراِئ ِع مَل يستوِجب ح ْكم ه ِذ ِه اآْل ي ِ‬
‫ات‪َ .‬وقَ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ َ َ ْ َ َْْ ْ ُ َ َ‬
‫َأخطََأ يِف تَْأ ِو ٍيل فَاَل ‪.‬‬
‫ْ‬
‫‪‬‬ ‫) ‪( Al-Baghawi, Ma’alim al-tanzil fi tafsiril Quran‬‬
‫قول من قال‪ :‬نزلت هذه اآليات يف ك ّفار‬ ‫‪ ‬قال أبو جعفر‪ :‬وأوىل هذه األقوال عندي بالصواب‪ُ ،‬‬
‫أه ل الكتاب‪ ،‬أل ن م ا قبله ا وم ا بعده ا م ن اآليات ففيه م نزل ت‪ ،‬وه م املعنيُّون هبا‪ .‬وهذه‬
‫خربا عنهم أوىل‬
‫سياق اخلرب عنهم‪ ،‬فكوهُن ا ً‬
‫اآليات ُ‬
‫) ‪  ( (At-Thabari, Jami’ul Bayan‬‬
Kesimpulan
  Terorisme merupakan sebuah konsep yang  memiliki konotasi yang sangat sensitif karena terorisme
menyebabkan terjadinya pembunuhan dan penyengsaraan terhadap Orang-orang yang tidak berdosa. Secara
leksikal teror berarti kekacauan; tindak kesewenang-wenangan untuk menimbulkan kekacauan dalam
masyarakat; tindakan kejam dan mengancam. Dalam pengertian yang berbeda, ia juga bisa diartikan sebagai
the ability to cause such fear; yakni kemampuan untuk menimbulkan ketakutan.
- Dalam istilah jurnalistik bahasa Arab dewasa, kata teror atau teroris ditunjuk dengan kata yang seakar dengan
kata “turhibun”, yakni “irhab”. Kata “irhab” dipakai untuk menunjuk aksi terorisme, dan pelakunya disebut
dengan irhabi. Penyebutan ini pula melahirkan kesan bahwa tindakan terror semacam itu ada dalam doktrin
dan ajaran Islam Memahami Kata “Turhibun” Dalam QS Al-Anfal 60.
- Dalam penafsiran ayat-ayat tentang isu terorisme salah stu tokoh mufassir Sayyid Qutb cenderung mengarah
ke penafsiran ekstrimis dan tekstual, berbeda dengan para mufassir lainya yang mentakwil ayat-ayat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai