Membaca basmalah :
Mengucapkan salam :
Membaca syahadat :
Membaca shalawat :
WAQOL
AMMA BA’DU
laailaha illallah adalah konten dakwah para Nabi. Karena mendakwahkan inilah
para Nabi mendapat penolakan, pengusiran bahkan pembunuhan dari
kaumnya. Dan tidaklah para Nabi diutus oleh Allah SWT melainkan membawa
misi menjaga dan mendakwahkan tauhid.
Artinya, “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka
di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada
pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka
berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS An-Nahl : 36)
Kalimat tauhid bukanlah kalimat tanpa makna yang diucapkan oleh lisan,
namun kalimat tauhid adalah kalimat agung yang memiliki konsekuensi.
Konsekuensi dari kalimat tauhid inilah yang tidak diinginkan oleh musuh para
Nabi. Ketika Musa dan Harun datang kepada Firaun dengan mengatakan
bahwa kami utusan dari Rabbul Alamin (Rabb semesta alam), maka ketika itu
pula Firaun menolak dengan penuh kesombongan.
Karena dia sadar, ketika dia menerima risalah Musa, maka dia akan kehilangan
kontrol kekuasaannya terhadap rakyat Mesir. Firaun mengerti, ketika manusia
beriman kepada risalah tauhid yang dibawa Musa, maka manusia akan
melepaskan segala bentuk ketaatan dari dirinya, menuju ketaatan kepada Allah
dan segalan aturannya.
Hal inilah yang membuat Firaun mengerahkan segala daya dan upaya untuk
memberangus dakwah Tauhidnya Nabi Musa. Membungkam narasi-narasi
dakwah Nabi Musa. Dia mengerahkan tukang sihirnya untuk membangun opini
bahwa Musa adalah musuh Negara Mesir, karena Musa dengan dakwahnya
akan membuat kekacauan di tanah Mesir.
Hal yang sama juga terjadi ketika Rasulullah SAW mendakwahkan tauhid di
tengah-tengah Qurasiy. Para pembesar Quraisy yang memegang jabatan-
jabatan strategis, mengontrol aturan kehidupan manusia, menghidupkan dan
menjaga ritual-ritual kesyirikan, khawatir jika manusia mengikuti risalah nabi
Muhammad, mereka akan kehilangan pengaruh di tengah masyarakat.
Padahal jejak sejarah menunjukkan bahwa sebenarnya mereka tahu dan
paham bahwa apa yang dibawa Nabi Muhammad adalah wahyu dari Allah
SWT. Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa sebenarnya Abu Jahal
mengakui kenabian Muhammad SAW, namun dia menolak syariat yang dibawa
olehnya. Abu Jahal berkata :
إنا ال نكذبك ولكن نكذب ما جئت به: أن أبا جهل قال للنبي صلى هللا عليه وسلم
Itulah kalimat tauhid, kalimat ikrar seorang hamba akan ketundukan dan
ketaatan terhadap aturan Allah dalam semua aspek kehidupan.Ikrar yang
merupakan komitmen seorang hamba untuk mempersembahkan ibadah hanya
kepada Allah SWT. Yang dengannya segala macam bentuk sekutu Allah harus
dihilangkan. Baik sekutu itu berupa berhala-berhala sesembahan Quraiys,
maupun aturan-aturan kehidupan seperti aturannya Firaun.
“Al-Quran tidak pernah disentuh oleh kebatilan baik dari depan atau belakang
(masa lalu atau yang akan datang), ia turun dari (Allah) yang Maha bijaksana
dan terpuji.” (QS. Fushilat: 42)
Secara prinsip, kalimat tauhid adalah kalimat yang membedakan antara Islam
dengan kekufuran, kalimat yang menjadi kunci surga, kalimat yang menjadi
tolak ukur loyalitas dan antipati seseorang, kalimat yang melambankan wala’
dan baro seorang muslim, kalimat yang menjadi tujuan kenapa manusia
diciptakan, kalimat yang menyatukan kaum muslimin sebagai umat yang satu
di bawah naungan syariat tanpa mengenal suku, ras, bangsa dan tapal batas
wilayah. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya (din Tauhid) inilah din kalian, din yang satu, dan hanya Akulah
Rab kalian, maka bertakwalah kepadaku.” [QS. Al-Mukminun: 52]
“Sesungguhnya (din tauhid) inilah dinmu, din yang satu, dan hanya Akulah
Rab-mu maka beribadalah kepadaku.” [QS. Al-Anbiya’: 92]
ُ لWِ دَ َنا ُي َقاتWإِنَّ أَ َحWWيل هللاِ َفِ س ِب َ سول َ هللاِ َما ا ْلقِ َتال ُ فِيُ اء َر ُجل ٌ إِلَى ال َّن ِب ِّي صلى هللا عليه وسلم َف َقال َ َيا َر َ وسى َقال َ َج َ َعنْ أَ ِبي ُم
ة هللاِ ه َِيW ُ Wونَ َكلِ َمWW ل َ لِ َت ُكWال َ َمنْ َقا َتWWا – َف َقWWانَ َقائِ ًمWW ُه إِالَّ أَ َّن ُه َكWس
َ ِه َر ْأWع إِلَ ْيW َ ض ًبا َو ُي َقاتِل ُ َح ِم َّي ًة َف َر َف َع إِلَ ْي ِه َر ْأ
َ W َقال َ َو َما َر َف-ُسه َ َغ
َّ يل هللاِ َع َّز َو َجل ِ ِسب َ ا ْل ُع ْل َيا َف ُه َو فِي
Dari Abu Musa Al-Asy’ari berkata, ada seorang laki-laki yang datang kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata: apa yang dimaksud dengan
berperang fi sabiilillah, karena di antara kami ada yang berperang karena motif
kemarahan (dendam), ada pula karena motif fanatisme, maka beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya, -Abu Musa berkata beliau
tidak mengangkat kepalanya kecuali berdiri- dan bersabda : barang siapa yang
berperang agar kalimat Allah menjadi tegak tinggi maka disebut fi sabiilillah
Azza Wajalla. [Shahih Al-bukhari, 1/43, hadits No.125]
laailaha illallah adalah konten dakwah para Nabi dan Sejarah pasti terus
berulang. Sebagaimana dakwah akan terus dihidupkan oleh para pewaris Nabi,
oleh para ulama dan dai, penentangan pun akan dilakukan oleh manusia-
manusia semacam kaum Madyan, kaum Ad, kaum Sodom, dan kafir Quraisy.
Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan kesabaran kepada para
dai dan ulama, dan menunjukkan kebenaran kepada para penentangnya.
Khutbah ke 2
Alhamdulillahiladzi arsala rosulahu bilhuda wa dinilhaq, liyudhirohu
‘aladdinikullihi walaukarihal musrikun.
Walhamdulillahirobbil’alamin.
wa iytaa-i dzil qurba, wa yanhaa ‘anil fahsyaa-i wal munkar wal baghy.
ya’idzukum la’alakum tadzakkarun.
waladzikrullohiakbar.
WA AQIIMUSH SHALAH