Membaca basmalah :
BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM (dibaca dalam hati)
Mengucapkan salam :
ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAAHI WA BARAKAATUHU
(lalu khotib duduk dan muadzin mengumandangkan azan. Setelah selesai adzan, khatib
berdiri lagi dan langsung membaca hamdalah kalimat pujian (hamdalah), yaitu:
INNAL HAMDA LILLAAH, NAHMADUHUU
WA NASTA’IINUHUU WA NASTAGHFIRUHU
WA NA’UUDZUBILLAAHI MIN SYURUURI ‘ANFUSINAA
WA MIN SYAYYI-AATI A’MAALINAA
MAN YAHDILLAAHU FALAA MUDHILLALAHU
WA MAN YUDHLIL FALAA HAADIYALAHU
Membaca syahadat :
ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKALAAHU
WA ASYHADU ANNAA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUHUU
LAA NABIYYA BA’DAHU
Membaca shalawat :
ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SYAYYIDINAA MUHAMMADIN
WA ‘ALAA AALIHII WA SHAHBIHII ‘AJMA’IIN
AMMA BA’ADU. FAYAA I’BAADALLAH UUSHIKUM WA NAFSI BITAQWAALLAH
WATHO A’TIHI LA ALLAKUM TUFLIHUN
WAQOOLA ALLAHU TA A’ALA FII KITABIHIL KARIM
Membaca ayat alqur’an yang mengajak bertaqwa kepada allah, contoh:
YA AYYUHALLADZIINA AAMANU ITTAQULLAH HAQQOTU QOOTIHI WA LAA
TUMUTUNNA ILLA WA ANTUM MUSLIMUUN..
WAQOLALLAHU TA'ALA FIL QUR'ANIL KARIM
Kesusahpayahan adalah sesuatu rintangan dan kesulitan yang tak bisa dielakkan
dan harus dihadapi. Kesusahpayahan adalah realitas perjalanan ke dalam
kehidupan di dunia. Kesusahpayahan menjadi risiko hidup. Tak seorang pun
yang bisa lari dari kenyataan itu.
Namun yang sangat dikhawatirkan dan juga acapkali terjadi pada diri manusia
adalah takut menghadapi risiko. Ketakutan ini bisa jadi muncul karena
kekerdilan jiwa dan ketidaksanggupan untuk menghadapinya. Rasa takut inilah
yang menggiring seorang hamba Allah menjadi seorang yang pengecut, lalu
akhirnya berusaha untuk lari dari kenyataan.
Lebih dari itu, sifat pengecut adalah sifat yang dipandang tercela. Seorang
muslim tidak boleh memilikinya. Karena itulah, Rasulullah senantiasa berdoa:
ا َللَّ ُه َّم إِنِّ ْي أَع ُْو ُذ بِ َك ِمنَ ا ْلبُ ْخ ِل َوأَع ُْو ُذ بِكَ ِمنَ ا ْل ُج ْب ِن
"ALLAHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MINAL BUKHLI WA A'UUDZU BIKA MINAL JUBNI
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir, dan aku berlindung kepada-
Mu dari sifat pengecut….” (H.R. al Bukhari)
Sidang jum’at rohikumullah
Pengecut artinya tidak sanggup dan tidak mau menanggung atau menghadapi
risiko. Padahal, itu sudah menjadi konsekuensinya. Pengecut merupakan
perilaku orang yang setengah-setengah dalam keimanannya. Mereka hanya ingin
serba enak, dan ogah menghadapi berbagai kesusahan ataupun kesulitan.
Mereka dibayang bayangi oleh rasa takut, mereka memiliki sifat tidak percaya
diri, Mereka tidak mau menghadapi masalah yang rumit. Sifat pengecut akan
menjadi penghalang seseorang untuk maju dan juga sebagai pemberat langkah
menuju kesuksesan.
Saat ini kita melihat banyak manusia yang sudah teridentifikasi sebagai
pengecut. Ini telah disabdakan oleh Rasulullah bahwa suatu masa akan datang
kaum muslimin yang akan menjadi bulan-bulanan dan santapan empuk bagi
musuh-musuhnya. Itu karena mereka telah mengidap penyakit wahn (cinta
dunia dan takut mati). Penyakit inilah yang menjadikan banyak orang Islam
menjadi pengecut, sehingga tidak lagi disegani oleh musuh-musuhnya dari
kalangan orang-orang kafir, atau orang munafik yang berada di kalangan
mereka sendiri.
Saat mengemban tugas keislaman, seorang mukmin tidak boleh takut dan
merasa lemah. Karena Allah menyatakan:
ََواَل تَ ِهنُوا َواَل ت َْحزَ نُوا َوأَ ْنتُ ُم اأْل َ ْعلَ ْونَ إِنْ ُك ْنتُ ْم ُمؤْ ِمنِين
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-
orang yang beriman.” (Ali Imran: 139).
Orang-orang kafir saat ini sangat takut terhadap orang-orang yang beriman
yang memiliki keberanian. Mereka memakai berbagai macam cara untuk
menghilangkan syaja’ah (keberanian) dalam diri orang-orang yang beriman.
Orang orang kafir merangkai narasi untuk menuduh, mendiskreditkan dan
mengkriminalisasi orang berimana. serta menggunakan teror fisik untuk
membungkam musuh-musuhnya. Kedua senjata ini dipraktekkannya dengan
sempurna dalam menghadapi orang orang beriman. Oleh karena itu janganlah
kalian tertipu oleh orang-orang kafir.
ٍلtا َر ُجttو ًرا فَأَيُّ َمtt ِجدًا َوطَ ُهtس ُ ش ْه ٍر َو ُج ِعلَتْ لِي اأْل َ ْر
ْ ض َم َ َيرة َ س ِ ب َم ِ الر ْع ُّ ِص ْرتُ ب ِ ُسا لَ ْم يُ ْعطَ ُهنَّ أَ َح ٌد قَ ْبلِي ن ً أُ ْع ِطيتُ َخ ْم
ث إِلَى ُ انَ النَّبِ ُّي يُ ْب َعttفَا َعةَ َو َكtالش
َّ ُْطيت ِ ٍد قَ ْبلِي َوأُعt َّل أِل َ َحtانِ ُم َولَ ْم تَ ِحttص ِّل َوأُ ِحلَّتْ لِي ا ْل َم َغ َّ ِمنْ أُ َّمتِي أَ ْد َر َك ْتهُ ال
َ ُصاَل ةُ فَ ْلي
ًس عَا َّمة ِ صةً َوبُ ِع ْثتُ إِلَى النَّا َّ قَ ْو ِم ِه َخا
“Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada orang sebelumku; aku
ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sejauh satu bulan
perjalanan, dijadikan bumi untukku sebagai tempat sujud dan suci. Maka di mana
saja salah seorang dari umatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat,
dihalalkan untukku harta rampasan perang yang tidak pernah dihalalkan untuk
orang sebelumku, aku diberikan (hak) syafa’at, dan para Nabi sebelumku diutus
khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia.”
ض َعلَى ا ْل َج ْمر
ِ ِض َعلَى ِد ْينِ ِه َكا ْلقَاب ِ يَأْتِي َعلَى النَّا
ُ ِس زَ َمانٌ القَاب
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada
agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.”
Keberanian untuk menanggung risiko itu telah dicontohkan oleh para pendahulu
kita, walaupun nyawa taruhannya. Dan kita harus meneladaninya. Bilal adalah
seorang budak, akan tetapi setelah keimanan menghiasi dirinya ia lebih memilih
kemuliaan Islam walaupun dirinya harus dijemur di bawah terik matahari di
padang pasir. Bilal selalu menyuarakan, “ahad… ahad…”. Ketika tuannya,
Umayyah bin khalaf, marah dan semakin marah oleh ucapan itu, Bilal tidak
gentari, tetapi mengatakan bahwa seandainya ia mengetahui suatu perkataan
yang lebih membuat orang musyrik marah daripada kata ahad, ia pasti
mengucapkannya.
Hal serupa juga dilakukan oleh Ibnu Mas’ud, yang membacakan surat Ar-
Rahmah di hadapan orang-orang musyrik. Ia tidak kapok meskipun dipukuli
sampai babak belur. Abu Dzar Al-ghifari juga demikian, mengucapkan syahadat
di hadapan orang kafir kemudian ia menanyakan rumah Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam. Ia kemudian dipukuli sampai pingsan. Namun ia kembali
mengucapkannya pada esok harinya. ini menunjukkan keberanian generasi yang
dididik oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Karena itulah, umat Islam tidak boleh takut dan pengecut. Mereka tidak akan
lari ke belakang demi kemenangan Islam karena keberanian mengemban
amanah merupakan tuntutan Islam. Mudah-mudahan Allah memberikan sifat
berani dan mencabut sifat pengecut dari kita semua.
Khutbah ke 2
saya mengajak diri saya dan semua hadirin untuk kembali mematrikan sifat
keberanian dalam diri, untuk menegakkan dan menyuarakan kebenaran dan
menghapuskan kebatilan ataupun minimal sekali meminimalisirnya. Marilah
kita menyingkirkan sifat tidak percaya diri dan rasa takut dari dalam diri kita,
sehingga kita dapat mengangkat kalimat ALLAH dengan sebenar benarnya
iman.
Apa yang benar tentu datang dari Allah dan yang salah dari khatib sendiri dan
dari setan. Khatib bertobat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
innAllaha wa malaikatahu yusholluna alan nabiy, ya ayyuhalladzina amanu
shollu alaihi wa sallimu taslima”
Walhamdulillahirobbil’alamin.
wa iytaa-i dzil qurba, wa yanhaa ‘anil fahsyaa-i wal munkar wal baghy.
ya’idzukum la’alakum tadzakkarun.
waladzikrullohiakbar.
WA AQIIMUSH SHALAH