Anda di halaman 1dari 7

Khutbah Pertama

Membaca basmalah :
BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM (dibaca dalam hati)
Mengucapkan salam :
ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAAHI WA BARAKAATUHU
(lalu khotib duduk dan muadzin mengumandangkan azan. Setelah selesai adzan, khatib
berdiri lagi dan langsung membaca hamdalah kalimat pujian (hamdalah), yaitu:
INNAL HAMDA LILLAAH, NAHMADUHUU
WA NASTA’IINUHUU WA NASTAGHFIRUHU
WA NA’UUDZUBILLAAHI MIN SYURUURI ‘ANFUSINAA
WA MIN SYAYYI-AATI A’MAALINAA
MAN YAHDILLAAHU FALAA MUDHILLALAHU
WA MAN YUDHLIL FALAA HAADIYALAHU
Membaca syahadat :
ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKALAAHU
WA ASYHADU ANNAA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUHUU
LAA NABIYYA BA’DAHU
Membaca shalawat :
ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SYAYYIDINAA MUHAMMADIN
WA ‘ALAA AALIHII WA SHAHBIHII ‘AJMA’IIN
AMMA BA’ADU. FAYAA I’BAADALLAH UUSHIKUM WA NAFSI BITAQWAALLAH
WATHO A’TIHI LA ALLAKUM TUFLIHUN
WAQOOLA ALLAHU TA A’ALA FII KITABIHIL KARIM
Membaca ayat alqur’an yang mengajak bertaqwa kepada allah, contoh:
YA AYYUHALLADZIINA AAMANU ITTAQULLAH HAQQOTU QOOTIHI WA LAA
TUMUTUNNA ILLA WA ANTUM MUSLIMUUN..
WAQOLALLAHU TA'ALA FIL QUR'ANIL KARIM

Yā ayyuhallażīna āmanụ qū anfusakum wa ahlīkum Naarr


AMMA BA’DU

Ma’asyiral Muslimin Rahikumullah,


Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga kita dapat menjalani kehidupan ini dengan
penuh keridhoannya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa allah curahkan kepada junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya
yang senantiasa menegakan agama Allah di muka bumi ini hingga akhir zaman.
Dalam kesepatan ini khatib juga mewasiatkan untuk diri sendiri dan juga
jama’ah jum’at agar senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT dan melaksanakan
segala perintah dan menjauhi segala larangnnya
Sidang jum’at rohikumullah

Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menetapkan bahwa kehidupan manusia


berlangsung di bumi. Dan bumi adalah tempat yang dipenuhi dengan halangan
dan rintangan. Bumi dipenuhi dengan berbagai macam ujian dan cobaan. Allah
Subhanahu Wa Ta’ala menyatakan:

َ ٰ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا ٱإْل ِ ن‬


‫سنَ فِى َكبَ ٍد‬

Laqad khalaqnal-insāna fī kabad

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam keadaan bersusah payah.”


(Al-Balad: 4)

Kesusahpayahan adalah sesuatu rintangan dan kesulitan yang tak bisa dielakkan
dan harus dihadapi. Kesusahpayahan adalah realitas perjalanan ke dalam
kehidupan di dunia. Kesusahpayahan menjadi risiko hidup. Tak seorang pun
yang bisa lari dari kenyataan itu.

Namun yang sangat dikhawatirkan dan juga acapkali terjadi pada diri manusia
adalah takut menghadapi risiko. Ketakutan ini bisa jadi muncul karena
kekerdilan jiwa dan ketidaksanggupan untuk menghadapinya. Rasa takut inilah
yang menggiring seorang hamba Allah menjadi seorang yang pengecut, lalu
akhirnya berusaha untuk lari dari kenyataan.

Lebih dari itu, sifat pengecut adalah sifat yang dipandang tercela. Seorang
muslim tidak boleh memilikinya. Karena itulah, Rasulullah senantiasa berdoa:

‫ا َللَّ ُه َّم إِنِّ ْي أَع ُْو ُذ بِ َك ِمنَ ا ْلبُ ْخ ِل َوأَع ُْو ُذ بِكَ ِمنَ ا ْل ُج ْب ِن‬

"ALLAHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MINAL BUKHLI WA A'UUDZU BIKA MINAL JUBNI

“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir, dan aku berlindung kepada-
Mu dari sifat pengecut….” (H.R. al Bukhari)
Sidang jum’at rohikumullah

Pengecut artinya tidak sanggup dan tidak mau menanggung atau menghadapi
risiko. Padahal, itu sudah menjadi konsekuensinya. Pengecut merupakan
perilaku orang yang setengah-setengah dalam keimanannya. Mereka hanya ingin
serba enak, dan ogah menghadapi berbagai kesusahan ataupun kesulitan.
Mereka dibayang bayangi oleh rasa takut, mereka memiliki sifat tidak percaya
diri, Mereka tidak mau menghadapi masalah yang rumit. Sifat pengecut akan
menjadi penghalang seseorang untuk maju dan juga sebagai pemberat langkah
menuju kesuksesan.

Saat ini kita melihat banyak manusia yang sudah teridentifikasi sebagai
pengecut. Ini telah disabdakan oleh Rasulullah bahwa suatu masa akan datang
kaum muslimin yang akan menjadi bulan-bulanan dan santapan empuk bagi
musuh-musuhnya. Itu karena mereka telah mengidap penyakit wahn (cinta
dunia dan takut mati). Penyakit inilah yang menjadikan banyak orang Islam
menjadi pengecut, sehingga tidak lagi disegani oleh musuh-musuhnya dari
kalangan orang-orang kafir, atau orang munafik yang berada di kalangan
mereka sendiri.

Ketahuilah bahwa kita menghadapi berbagai musuh, di antaranya adalah orang-


orang kafir yang memusuhi kita; kemudian setan yang menyesatkan kita; hawa
nafsu yang selalu merintangi kita; orang-orang munafik yang membenci kita;
dan orang muslim yang iri kepada kita.

Islam memandang hina orang yang berwatak pengecut untuk mempertahankan


hidup sehingga mudah putus asa; atau pengecut lantaran takut dikucilkan dari
komunitasnya. Kemudian pengecut karena berlawanan dengan sikap banyak
orang atau pengecut karena takut untuk membela sebuah nilai kebenaran.
Watak pengecut inilah yang menjerumuskan pelakunya kepada sikap plin-plan.
Hal ini disebutkan Rasulullah:

“Jangan kalian menjadi imma’ah (plinplan)! Kalian mengatakan, ‘Jika manusia


berbuat baik, kami pun akan berbuat baik; jika mereka berbuat kezaliman, kami
juga akan berbuat zalim’. Akan tetapi, kokohkan diri kalian. Jika manusia berbuat
baik, kalian juga berbuat baik, jika mereka berbuat buruk, maka jangan kalian
berlaku zalim”. (HR. at-Tirmidzi)

sidang Jumat yang berbahagia….


Allah selalu menggelorakan semangat orang-orang yang beriman agar mereka
jangan takut dan menjadi pengecut. Karena rasa takut akan membawa
kegagalan dan kekalahan. Sebaliknya, keberanian akan menjadi seruan yang
terus berulang-ulang dikumandangkan karena keberanian adalah tuntutan
iman. Keimanan mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi orang-orang
yang berani dalam menghadapi macam-macam risiko dalam hidup, terlebih lagi
risiko dalam memperjuangkan agama Islam ini. Keberanian merupakan jalan
untuk mewujudkan sebuah kemenangan dan izzah dalam keimanan. Tak boleh
ada kata gentar dalam hati seorang mukmin.

Saat mengemban tugas keislaman, seorang mukmin tidak boleh takut dan
merasa lemah. Karena Allah menyatakan:

َ‫َواَل تَ ِهنُوا َواَل ت َْحزَ نُوا َوأَ ْنتُ ُم اأْل َ ْعلَ ْونَ إِنْ ُك ْنتُ ْم ُمؤْ ِمنِين‬

wa lā tahinụ wa lā taḥzanụ wa antumul-a’launa ing kuntum mu`minīn

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-
orang yang beriman.” (Ali Imran: 139).

Dalam sejarah Islam, yang membuat gentar musuh-musuh Islam adalah


keberanian para pejuang Islam. Mereka berjuang di jalan Allah subhanahu wa
ta’ala dengan sukacita dan pilihan mereka hanya dua saja: menang atau mati
syahid. Dan kecintaan mereka terhadap mati syahid lebih besar daripada
kecintaan orang-orang kafir terhadap kehidupan.

Orang-orang kafir saat ini sangat takut terhadap orang-orang yang beriman
yang memiliki keberanian. Mereka memakai berbagai macam cara untuk
menghilangkan syaja’ah (keberanian) dalam diri orang-orang yang beriman.
Orang orang kafir merangkai narasi untuk menuduh, mendiskreditkan dan
mengkriminalisasi orang berimana. serta menggunakan teror fisik untuk
membungkam musuh-musuhnya. Kedua senjata ini dipraktekkannya dengan
sempurna dalam menghadapi orang orang beriman. Oleh karena itu janganlah
kalian tertipu oleh orang-orang kafir.

Sidang Jum’at Rahikumullah, pada masa lalu, sebelum kedatangan kaum


muslimin ke daerah Babilonia, orang-orang kafir sudah lari tunggang-langgang
ketakutan. Hati mereka dihinggapi oleh rasa takut yang dahsyat. Rasulullah
bersabda:

‫ ٍل‬t‫ا َر ُج‬tt‫و ًرا فَأَيُّ َم‬tt‫ ِجدًا َوطَ ُه‬t‫س‬ ُ ‫ش ْه ٍر َو ُج ِعلَتْ لِي اأْل َ ْر‬
ْ ‫ض َم‬ َ َ‫يرة‬ َ ‫س‬ ِ ‫ب َم‬ ِ ‫الر ْع‬ ُّ ِ‫ص ْرتُ ب‬ ِ ُ‫سا لَ ْم يُ ْعطَ ُهنَّ أَ َح ٌد قَ ْبلِي ن‬ ً ‫أُ ْع ِطيتُ َخ ْم‬
‫ث إِلَى‬ ُ ‫انَ النَّبِ ُّي يُ ْب َع‬tt‫فَا َعةَ َو َك‬t‫الش‬
َّ ُ‫ْطيت‬ ِ ‫ ٍد قَ ْبلِي َوأُع‬t‫ َّل أِل َ َح‬t‫انِ ُم َولَ ْم تَ ِح‬tt‫ص ِّل َوأُ ِحلَّتْ لِي ا ْل َم َغ‬ َّ ‫ِمنْ أُ َّمتِي أَ ْد َر َك ْتهُ ال‬
َ ُ‫صاَل ةُ فَ ْلي‬
ً‫س عَا َّمة‬ ِ ‫صةً َوبُ ِع ْثتُ إِلَى النَّا‬ َّ ‫قَ ْو ِم ِه َخا‬

“Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada orang sebelumku; aku
ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sejauh satu bulan
perjalanan, dijadikan bumi untukku sebagai tempat sujud dan suci. Maka di mana
saja salah seorang dari umatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat,
dihalalkan untukku harta rampasan perang yang tidak pernah dihalalkan untuk
orang sebelumku, aku diberikan (hak) syafa’at, dan para Nabi sebelumku diutus
khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengatakan bahwa tantangan orang


yang hidup di akhir zaman itu bagaikan menggenggam bara api:

‫ض َعلَى ا ْل َج ْمر‬
ِ ِ‫ض َعلَى ِد ْينِ ِه َكا ْلقَاب‬ ِ ‫يَأْتِي َعلَى النَّا‬
ُ ِ‫س زَ َمانٌ القَاب‬

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada
agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.”

Keberanian untuk menanggung risiko itu telah dicontohkan oleh para pendahulu
kita, walaupun nyawa taruhannya. Dan kita harus meneladaninya. Bilal adalah
seorang budak, akan tetapi setelah keimanan menghiasi dirinya ia lebih memilih
kemuliaan Islam walaupun dirinya harus dijemur di bawah terik matahari di
padang pasir. Bilal selalu menyuarakan, “ahad… ahad…”. Ketika tuannya,
Umayyah bin khalaf, marah dan semakin marah oleh ucapan itu, Bilal tidak
gentari, tetapi mengatakan bahwa seandainya ia mengetahui suatu perkataan
yang lebih membuat orang musyrik marah daripada kata ahad, ia pasti
mengucapkannya.

Hal serupa juga dilakukan oleh Ibnu Mas’ud, yang membacakan surat Ar-
Rahmah di hadapan orang-orang musyrik. Ia tidak kapok meskipun dipukuli
sampai babak belur. Abu Dzar Al-ghifari juga demikian, mengucapkan syahadat
di hadapan orang kafir kemudian ia menanyakan rumah Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam. Ia kemudian dipukuli sampai pingsan. Namun ia kembali
mengucapkannya pada esok harinya. ini menunjukkan keberanian generasi yang
dididik oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Sebelum zaman Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, kita mengetahui kisah


ashabul ukhdud, Asiyah, dan Masyitoh pelayan Fir’aun. Mereka tidak takut dan
pengecut untuk mempertahankan keimanan.

Karena itulah, umat Islam tidak boleh takut dan pengecut. Mereka tidak akan
lari ke belakang demi kemenangan Islam karena keberanian mengemban
amanah merupakan tuntutan Islam. Mudah-mudahan Allah memberikan sifat
berani dan mencabut sifat pengecut dari kita semua.

Barokallohu liwalakum filquranil adzim, wanafaani waiyyakumbimaafiihi minal


ayati wadzikrilhakim, wataqobbalahu minniwaminkum tilawatahu innahu
huwassamii’ul’alim.

Aquulu qoulihadza wastaghfirullooha innahu huwal ghofurorrokhiim.

Khutbah ke 2

Alhamdulillahiladzi arsala rosulahu bilhuda wa dinilhaq, liyudhirohu


‘aladdinikullihi walaukarihal musrikun.

Asyahdualla ilahailalloh waasyhaduanna muhammadan’abduhu warosulahu

Allohuma solli’ala muhammadin wa’ala alihi waashabihi ajma’in.

Uusikum wa iyyaya bitaqwallah, faqod fazal muttaqun

Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha ḥaqqa tuqātihī wa lā tamụtunna illā wa


antum muslimụn

Ma’asyiral Muslimin Rahikumullah,

saya mengajak diri saya dan semua hadirin untuk kembali mematrikan sifat
keberanian dalam diri, untuk menegakkan dan menyuarakan kebenaran dan
menghapuskan kebatilan ataupun minimal sekali meminimalisirnya. Marilah
kita menyingkirkan sifat tidak percaya diri dan rasa takut dari dalam diri kita,
sehingga kita dapat mengangkat kalimat ALLAH dengan sebenar benarnya
iman.

Apa yang benar tentu datang dari Allah dan yang salah dari khatib sendiri dan
dari setan. Khatib bertobat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
innAllaha wa malaikatahu yusholluna alan nabiy, ya ayyuhalladzina amanu
shollu alaihi wa sallimu taslima”

Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii ajmaiin

Allohummagh fir lil mukminiina walmukminaat, walmuslimiina walmuslimaat,


alakhyaa iminhum wal amwaat, innaka samii’un qoriibum mujibudda’awaat.

Robbana dzolamna anfusana, wailamtaghfirlana watarkhamna lanakunanna


minalkhosiriin.

Robbana atina fidunya khasanah wafil akhiroti khasanah waqina adzabannar.

Walhamdulillahirobbil’alamin.

Ibaadalloh InnAllaha yakmurukum bil ‘adli wal ihsan

wa iytaa-i dzil qurba, wa yanhaa ‘anil fahsyaa-i wal munkar wal baghy.
ya’idzukum la’alakum tadzakkarun.

Fadzkuruulloohal ’adziim yadzkurkum

wasykuruuhu ’ala ni’amihi yazidkum

waladzikrullohiakbar.

WA AQIIMUSH SHALAH

Anda mungkin juga menyukai