Anda di halaman 1dari 3

Generasi Izzah, Bukan Imma’ah

Semoga tulisan ini menjadi inspirasi atau bahkan solusi.

Ada dua kata yang berlawanan di judul tulisan ini: Izzah vs Imma’ah

Izzah didefinisikan secara bahasa maknanya berkisar pada: kemenangan, kekuatan, berharganya
sesuatu, tingginya posisi, mampu mengalahkan.

Sementara Imma’ah maknanya berkisar pada: mengikuti setiap suara, pengikut buta tanpa punya
pendapat.
Menurut Abul Ala Muhammad Abdurrahman al Mubarokfuri (Tuhfatul Ahwadzi) tentang
Imma’ah, “Yang dimaksud di sini adalah siapa saja yang mengikuti apa saja yang digemari
hawa nafsunya dan yang sesuai dengan keinginannya.”

Jadi,

Izzah adalah kemenangan dan Imma’ah adalah kekalahan

Izzah adalah kemuliaan dan Imma’ah adalah kehinaan

Izzah adalah harga diri yang tinggi dan Imma’ah adalah murah dan remehnya harga diri

Dan ibarat air dengan garam, Izzah adalah air dan Imma’ah adalah garam. Izzah yang
melarutkan dan meleburkan, sementara Imma’ah yang dilarutkan dan terleburkan.

Memang hilangnya izzah menjadi masalah sendiri bagi kita. Efeknya adalah generasi ini
menjadi generasi ima’ah. Inilah tugas besar hari ini. Karena bangsa yang kalah akan ikut bangsa
yang menang dalam segala hal.

Tentu hal ini berbeda sekali dengan zaman kebesaran Islam dahulu. Zaman itu, tentu Islamlah
yang membuat tren. Dari ilmu pengetahuan, sistim, hingga gaya hidup. Orang-orang Eropa
merasa berperadaban tinggi kalau berpakaian seperti orang Arab berpakaian. Dengan keadaan
yang seperti itu, para orangtua hari itu sangat sedikit kekhawatiran bahwa anak akan terpengaruh
peradaban Romawi atau Persia.

Sementara kita sekarang hidup di masa kekalahan muslimin.Yang sudah pasti adalah peradaban
tak ada di tangan kita. Sehingga pemutarnya bukan kita. Pemain utamanya bukan kita. Dan
bangsa yang kalah ini akan mengikuti bangsa yang menang. Maka, sudah pasti banyak orangtua
khawatir anak-anaknya terpengaruh oleh budaya Yahudi dan Nasrani.

Begitu pentingnya mengembalikan izzah tercermin dari salah satu nama mulia Allah Al Aziz
(Dialah yang perkasa, kuat, mengalahkan) dan Al Mu’iz (Dialah yang memberikan izzah kepada
hamba yang Dia Kehendaki).

Izzah dan Imma’ah dalam Wahyu


Ada banyak ayat yang berbicara tentang izzah. Tetapi cukup kita nukil tiga ayat berikut ini.

10:‫َم ْن َك اَن ُيِر يُد اْلِع َّز َة َفِلَّلِه اْلِع َّزُة َجِم يًعا (فاطر‬
“Barangsiapa manghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah.”
(Qs. Fathir: 10)

‫َو اَل َيْح ُزْنَك َقْو ُلُهْم ِإَّن اْلِع َّز َة ِهَّلِل َجِم يًعا ُهَو الَّس ِم يُع اْلَعِليُم‬
“Dan janganlah engkau (Muhammad) sedih oleh perkataan mereka. Sungguh, kekuasaan itu
seluruhnya milik Allah. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Qs. Yunus: 65)

‫اَّلِذ يَن َيَّتِخ ُذ وَن اْلَك اِفِر يَن َأْو ِلَياَء ِم ْن ُد وِن اْلُم ْؤ ِمِنيَن َأَيْبَتُغ وَن ِع ْنَد ُهُم اْلِع َّز َة َفِإَّن اْلِع َّز َة ِهَّلِل َجِم يًعا‬
“(yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan
meninggalkan orang-orang Mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu?
Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah.” (Qs. An Nisa’: 139)

Gabungan dari tiga ayat ini menjelaskan dengan gamblang tentang izzah.

1. Izzah semuanya –sekali lagi- semuanya, hanya milik Allah azza wajalla. Tidak ada
satupun di muka bumi ini yang memiliki izzah kecuali Allah. Dengan demikian, kunci
mendapatkan izzah hanya satu yaitu dengan mendekat dan memintanya kepada Allah.
Mempelajari ilmu Allah yang diturunkan kepada Nabi Nya, memahaminya dan
mengaplikasikannya. Di semua bidang ilmu dan seluruh sisi kehidupan ini.
2. Allah menghibur Nabi Nya yang diserang dengan berbagai perkataan musuh yang
membuat beliau bersedih. Hiburan untuk beliau adalah: Sesungguhnya izzah milik Allah
semuanya. Dan ini pula yang pasti dihadapi oleh siapapun yang menjadi asing di tengah
hiruk pikuk peradaban yang bukan peradaban kita ini. Berbagai kalimat orang kafir yang
menyerang pasti membuat sedih kita. Tetapi ada yang membuat kita lebih bersedih
adalah: kalimat serangan yang justru datang dari muslim yang tertipu oleh peradaban
Yahudi ini. Maka hiburlah diri. Seperti Allah menghibur Nabi Nya. Cacian dan kalimat
menyedihkan itu tak akan lama. Hanya perlu bersabar beberapa tahun kemudian ia
berlalu dan semua bergumam: Sesungguhnya izzah hanya milik Allah semata!
3. Ayat yang ketiga merupakan kenyataan yang terasa lebih nyata di zaman kita sekarang.
Saat muslimin bukan pelaku apalagi pemenang. Ditambah muslimin tidak percaya diri
dengan ilmu Allah dan Rasul Nya. Maka mereka akan merapat kepada orang-orang kafir.
Allah bertanya: (Apakah mereka mencari izzah di sisi orang kafir itu?). Jawabannya: Ya,
karena mereka menduga bahwa izzah itu ada di tangan mereka, karena ilmu pengetahuan
dan peradabandi tangan orang-orang kafir.

Tapi siapapun yang mencoba menjadikan orang kafir sebagai wali dengan mengorbankan
muslimin dan meninggalkan mereka, maka pasti ia akan kecewa. Izzah tak kunjung ia
dapatkan. Dan muslimin yang bersamanya telah pergi meninggalkannya. Akhirnya,
hidup segan mati tak mau.

Jadi, jangan tinggalkan muslimin hanya karena menduga bahwa kebesaran bersama
orang-orang kafir dan konsep-konsep mereka. Karena untuk kesekian kalinya:
(Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah).
Selanjutnya inilah sabda Nabi tentang Izzah dan Imma’ah,

‫ َو ُج ِع َلْت ِلي اَألْر ُض َم ْس ِج ًدا‬، ‫ ُنِص ْر ُت ِبالُّر ْع ِب َم ِس يَر َة َشْهٍر‬:‫ُأْع ِط يُت َخ ْم ًسا َلْم ُيْع َطُهَّن َأَح ٌد َقْبِلي‬
،‫ َو ُأِح َّلْت ِلي الَم َغاِنُم َو َلْم َتِح َّل َأِلَحٍد َقْبِلي‬، ‫ َفَأُّيَم ا َر ُج ٍل ِم ْن ُأَّمِتي َأْد َر َك ْتُه الَّص َالُة َفْلُيَص ِّل‬،‫َو َطُهوًرا‬
‫ َو َك اَن الَّنِبُّي ُيْبَع ُث ِإَلى َقْو ِمِه َخاَّص ًة َو ُبِع ْثُت ِإَلى الَّناِس َعاَّم ًة‬،‫َو ُأْع ِط يُت الَّش َفاَع َة‬
“Aku diberi lima hal yang tidak diberikan kepada seseorang pun sebelumku: Aku ditolong
dengan (Allah mengirimkan) rasa takut sejauh perjalan sebulan, dijadikan untukku bumi ini
sebagai masjid dan bersuci di mana pun seseorang dari umatku bertemu waktu shalat maka
shalatlah, dihalalkan untukku ghonimah dan tidak halal bagi seorang pun sebelumku, aku diberi
(hak memberi) syafaat dan setiap nabi diutus khusus untuk kaumnya saja sementara aku diutus
untuk seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Salah satu bentuk nyata muslimin yang memiliki izzah adalah seperti dalam sabda Nabi di
tersebut. Di mana beliau ditolong Allah memenangkan jihad dengan cara Allah memasukkan
rasa takut kepada musuh sebulan sebelum pasukan muslimin sampai ke mereka. Itu artinya, baru
tersebar beritanya saja mereka telah gentar. Sementara keberadaan musliminnya masih sangat
jauh di seberang sana. Izzah membuat sesuatu yang sepele menjadi kebesaran. Apalagi
kehadiran fisik muslimin di tempat itu. Subhanallah.

Jadi, kalau sudah tumplek blek muslimin dengan jumlah fantastis 200 juta sama sekali tak
menggentarkan musuh Allah, maka silakan nilai sendiri kualitas izzahnya.

Hadits yang kedua adalah,

‫ ِإْن َأْح َس َن الَّناُس‬: ‫ َتُقوُلوَن‬،‫ َال َتُك وُنوا ِإَّمَع ًة‬: ‫ َقاَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ْن ُح َذ ْيَفَة َقاَل‬
‫ َو ِإْن َأَس اُء وا َفَال‬،‫ ِإْن َأْح َس َن الَّناُس َأْن ُتْح ِس ُنوا‬، ‫ َو َلِكْن َو ِّطُنوا َأْنُفَس ُك ْم‬،‫ َو ِإْن َظَلُم وا َظَلْم َنا‬،‫َأْح َس َّنا‬
‫َتْظِلُم وا‬.
Dari Hudzaifah berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Janganlah kalian menjadi Imma’ah; kalian berkata: jika orang-orang baik, kami pun ikut baik.
Dan jika mereka dzalim kami pun ikut dzalim. Tetapi siapkan diri kalian (untuk menerima
kebenaran dan kebaikan); Jika orang-orang baik, kalian harus baik dan jika mereka rusak
kalian jangan menjadi orang dzalim.” (HR. Tirmidzi dan berkata: Ini hadits hasan ghorib)

Inilah definisi Imma’ah dari Nabi: ikut-ikutan. Baik ikut-ikutan baik ataupun ikut-ikutan buruk.
Ikut-ikutan baik saja tidak baik, apalagi ikut-ikutan buruk. Mengapa ikutan baik tidak baik.
Karena apapun yang dilakukan tanpa ilmu tidak akan berkekuatan lama. Apalagi komunitas
yang tadinya baik berubah menjadi jahat, pasti ia akan ikut jahat juga. Karena dahulu baiknya
bukan karena ilmu tetapi karena ikutan komunitas tersebut.

Di sinilah, keluarga muslim mempunyai tugas besar untuk melahirkan generasi izzah bukan
generasi imma’ah.Sekaligus kalau diizinkan meminjam istilah sebagian ahli beladiri atau
tentara: cara terbaik bertahan adalah menyerang, kita pun akan katakan: cara terbaik untuk tidak
terpengaruh oleh lingkungan adalah mempengaruhi lingkungan.

Itu artinya, anak-anak kita harus dijadikan bisa ‘menguasai’ teman-temannya. Tetapi harus
menguasai dengan bersandar kuat hanya kepada Allah. Bukan kepada yang lainnya. Dan
menjalankan sesuatu dengan panduan ilmu Allah. Bukan ikut-ikutan.

Anda mungkin juga menyukai