BERSIKAP WASPADA
Oleh: Ust. Deden A. Hendiansyah, M. Hum.
(Bidang Pelatihan dan Dakwah, PW IKADI DIY)
Khutbah Pertama
َ َ َ َ َُْ ْ ُ ُ ْ ُ ْ ُ َ َ ُ َْ َْ َ ُ ُْ َ َْ َ ُ ُ َ َْ َ ْ َْ
ت ِ وﺳ ﺌﺎ، و ﻌﻮذ ﺑِﺎﷲِ ﻣِﻦ و ِر أ ﻔ ِﺴﻨﺎ،إِن ا ﻤﺪ ِ ِ ﻤﺪه و ﺴﺘ ِﻌﻴﻨﻪ و ﺴﺘﻐ ِﻔﺮه
َ َ َ ََ ْ ْ ُ ْ َ َ َ ُ ََ ُ َْ ْ َ َ َ ْ َ
. وﻣﻦ ﻳﻀﻠِﻞ ﻓﻼ ﻫﺎدِي، ﻣﻦ ﻬ ِﺪه ِ اﷲ ﻓﻼ ِﻀﻞ،أ ﻤﺎ ِ ﺎ
ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َ ُ َ ُ َ ْ ََ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ ََ
. وأﺷﻬﺪ أن ﻤﺪا ﺒﺪه ورﺳﻮ، وأﺷﻬﺪ أن ﻻ إ ِ إِﻻ اﷲ وﺣﺪه ﻻ ِ ﻚ
َ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ ََ َ َُ َّ َ َ ُ َ
.ا ﻠﻬﻢ َﺻﻞ َ ﻧ ِﻴِﻨﺎ َّﻤ ٍﺪ َو َ آ ِ ِ وأﺻﺤﺎﺑ ِ ِﻪ وﻣﻦ ﺗﺒِﻊ ﻫﺪاه
َ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ََ ُ َُ ََ َُ َ َ ُ َُ َ َ َ َ
.(())ﻳﺎ أ ﻬﺎ ا ِﻳﻦ آﻣﻨﻮا ا ﻘﻮا ا ﺣﻖ ﻘﺎﺗ ِ ِﻪ وﻻ ﻤﻮ ﻦ إِﻻ وأ ﺘﻢ ﺴﻠِﻤﻮن
َّ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َْ ْ ْ ُ ََ َ َّ ُ ُ َّ َ ُ َّ ُ َّ َ َ َ
ﺣﺪ ٍة وﺧﻠﻖ ﻣِﻨﻬﺎ زوﺟﻬﺎ و ﺚ ِ ))ﻳﺎ أ ﻬﺎ ا ﺎس ا ﻘﻮا ر ﻢ ا ِي ﺧﻠﻘ ﻢ ﻣِﻦ ﻔ ٍﺲ وا
ً ُ ْ َ َ َ َ َ َّ َّ َ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َّ َ َّ ُ َّ َ ً َ َ ً َ َ َُْ
.((ن ﻋﻠﻴ ْﻢ َر ِﻴﺒﺎ ﻣِﻨﻬﻤﺎ ِرﺟﺎﻻ ﻛﺜِ ا و ِﺴﺎء وا ﻘﻮا ا ا ِي ﺴﺎء ﻮن ﺑ ِ ِﻪ واﻷرﺣﺎم إِن ا
ْ ﻳُ ْﺼﻠ ْﺢ ﻟَ ُ ْﻢ َأ ْ َﻤﺎﻟَ ُ ْﻢ َو َ ْﻐﻔﺮ ﻳﺪا ً َ ْ َ ُ ُ َ َ َّ ُ َّ ُ َ َ َّ َ َ َ
))ﻳﺎ أ ﻬﺎ ا ِﻳﻦ آﻣﻨﻮا ا ﻘﻮا ا وﻗﻮ ﻮا ﻗﻮﻻ ﺳ ِﺪ
ِ ِ
ً َ ً َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َّ ُ ْ َ ْ ُ َ ُُ ْ ُ َ
.((ﻟ ﻢ ذﻧﻮ ﻢ َوﻣﻦ ﻳ ِﻄ ِﻊ ا َو َرﺳﻮ ُ ﻘﺪ ﻓﺎز ﻓ ْﻮزا ﻋ ِﻈﻴﻤﺎ
1
bersikap waspada agar tidak terjerumus pada kerugian. Di antaranya terdapat di dalam surat Ali ’Imran
ayat 200:
Di dalam ayat itu Allah memerintahkan ribath (bersiap siaga; berjaga di perbatasan negeri) kepada
kaum Muslimin. Tujuannya agar kaum Muslimin terlindungi dari serangan musuh yang mungkin saja
masuk melalui pos-pos kosong di perbatasan negeri. Namun hari ini pertarungan antara kebenaran dan
kejahilan tidak lagi sekadar berbentuk pertempuran militer, namun jauh lebih kompleks daripada itu.
Serangan musuh bisa saja datang dari ideologi, pemikiran, hiburan, teknologi, budaya dan lain sebagainya.
Sehingga, dengan situasi demikian kewaspadaan kaum Muslimin justru harus semakin dilipatgandakan.
Tidak sekadar perbatasan negeri yang perlu dijaga dan diawasi, tetapi semua sektor dan bidang kehidupan
harus selalu mendapatkan pengawasan dan perhatian.
Suatu ketika Abdullah bin Mubarak pernah ditanya tentang ribath di jalan Allah, lalu beliau
menjawab, “Jagalah dirimu untuk senantiasa di atas kebenaran, hingga tegak di atas kebenaran, itulah
seutama-utama ribath!” Makna ribath inilah yang perlu kita amalkan, sebagaimana yang diungkapkan oleh
Abdullah bin Mubarak, yaitu menjaga diri untuk senantiasa di atas kebenaran. Dan perlu pula
ditambahkan, tidak cukup sekadar menjaga diri, namun juga harus menjaga umat untuk senantiasa di atas
kebenaran.
Oleh sebab itu, benteng pemahaman harus diperkokoh agar paham-paham yang negatif tidak
merasuki pemikiran umat. Jalinan mahabbah (cinta) dan marhamah (kasih sayang) juga harus diperkuat agar
ukhuwah di antara umat tidak porak poranda. Begitupun akar keyakinan harus semakin dihunjamkan agar
propaganda-propaganda Islamophobia gagal menanamkan kebencian dan ketakutan umat terhadap
agamanya sendiri. Semua ikhtiar kewaspadaan ini harus dilakukan demi melindungi agama dan umat dari
berbagai makar dan muslihat musuh.
Bagian terpenting dari sikap waspada adalah memahami Islam secara utuh, karena musuh
seringkali memanfaatkan celah keawaman kaum Muslimin untuk mendoktrin mereka dengan paham-
paham yang merusak. Ajaran Islam yang murni mereka ganti dengan paham liberal dan sekular yang
menimbulkan keragu-raguan terhadap seluruh ketentuan-ketentuan Allah. Bahkan, langkah selanjutnya
kaum Muslimin digiring untuk mencurigai dan membenci Islam dengan seluruh ajarannya. Maka tidak
heran jika kita banyak melihat orang-orang yang paling lantang bersuara menolak ketentuan-ketentuan
Allah justru berasal dari kalangan internal kaum Muslimin. Mereka adalah orang-orang lengah yang
2
membiarkan paham-paham negatif masuk ke alam pikirannya lalu merusaknya dari dalam. Na’udzubillahi
min dzalik.
Sudah seharusnya kaum Muslimin membebaskan diri dari keawamannya terhadap ajaran Islam
dan melandasi setiap tindakan dan pikirannya dengan ilmu, karena tidak akan ada kebaikan tanpa ilmu.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hasan Al-Bashri, “Orang yang beramal tanpa ilmu hanya membuat
banyak kerusakan dibanding mendatangkan kebaikan.” Allah juga telah mengingatkan dalam firman-
Nya agar kita tidak mudah mengikuti sesuatu yang kita tidak memiliki pemahaman tentangnya:
َ َ َ ُ ُ َ َ ُ ْ َ َ َ َْ َ َ ْ ٌ ْ َ َ َ َْ َ ُ َْ ََ
وٱﻟﻔﺆاد أو ِﻚ ن وﻻ ﻘﻒ ﻣﺎ ﻟ ﺲ ﻚ ﺑ ِ ِﻪۦ ﻋِﻠﻢ إِن ٱ ﺴﻤﻊ وٱ
ً ْ َ َُْ
ﻨﻪ ﺴ ُٔـﻮﻻ
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya. (Q.s. Al-Isra`: 36).
Hal penting lainnya yang menjadi bagian dari sikap waspada adalah menjaga kerekatan ukhuwah
di antara kaum Muslimin, karena pertikaian dan perselisihan merupakan bentuk kelengahan yang sangat
membahayakan. Sejarah telah memberikan pelajaran, bahwa tidak ada satu pun umat di dunia ini yang
mampu bertahan dalam perpecahan. Sehebat apapun potensi dan kemampuan sebuah umat dengan
dukungan kekayaan material yang dimiliki tetap saja tidak akan menjadi umat yang kuat jika di antara
sesamanya saling berselisih.
ُ ْ َ ْ ُ ُ َ َ ْ ََ ُ َ ََْ ُ َ ََ ََ َُ ُ َ َ َ ُ ََ
ﻢ واﺻ ِ وا إِن وأﻃِﻴﻌﻮا ا ورﺳﻮ وﻻ ﻨﺎزﻋﻮا ﺘﻔﺸﻠﻮا وﺗﺬﻫﺐ ِر
ََ َ
ا ﻣﻊ ا ﺼ ﺎ
Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan
kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang. Bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang sabar. (Q.s. Al-Anfal: 46).
Maka, tetaplah waspada. Jangan sampai ada yang menyusup di tengah-tengah barisan (shaff) kaum
Muslimin untuk memecah belah dan membuat kekacauan. Selalulah berprasangka baik (husnuzhan)
terhadap sesama Muslim dan berlapang dada (salamatush-shadr) dengan perbedaan yang tidak prinsip. Lalu
berdoalah kepada Allah agar kita dijauhkan dari ghill (perasaan benci) terhadap kaum Muslimin.
َ َُ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ َُ َْ ْ ُ ِﻳﻦ َﺟ
ِﻳﻦ ﺳﺒﻘﻮﻧﺎ ﺎءوا ﻣِﻦ ﻌ ِﺪﻫ ِْﻢ ﻘﻮ ﻮن َر ﻨﺎ اﻏ ِﻔ ْﺮ َﺎ َو ِ ِﻹﺧ َﻮاﻧ ِﻨﺎ ا َ َوا
ٌﺣﻴﻢ َ ٌ َُ َ َ َ َُ َ َ ُُ ْ َ َْ ََ َ ْ
ِ ﺎن وﻻ ﻌﻞ ِ ﻗﻠﻮ ِﻨﺎ ﻏِﻼ ِ ِﻳﻦ آﻣﻨﻮا ر ﻨﺎ إِﻧﻚ رءوف ر ِ ﺎﻹﻳﻤ
ِ ِﺑ
Ya Tuhan kami, ampuni dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang mendahului kami
dalam iman, dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami ghill (perasaan dengki dan
3
dendam) terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau amat
melimpah belas kasihan dan rahmat-Mu. (Q.s. Al-Hasyr: 10).
Mari bangkitkan kesadaran diri dan umat untuk senantiasa waspada terhadap ideologi, paham dan
propaganda yang menyesatkan. Dalami ajaran Islam secara utuh hingga tak tersisa sedikit pun keraguan
di dalam hati terhadap semua ketentuan-ketentuan Allah. Waspadai pula upaya adu domba yang dapat
menyebabkan tercerai berainya barisan kaum Muslimin. Rapatkan barisan, dan jangan sisakan sedikit pun
celah bagi para penyusup yang licik. Semoga Allah teguhkan kita semua untuk tetap menapaki jalan
kebenaran hingga mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat..
Khutbah Kedua
4
َ ُ ْ َْ َََْ َ َ َْ ً َْ ُْ ً َ ْ َْ ََ ََ ْ َْ ََ ً َْ ُ ْ ً
ا ﻠﻬﻢ اﺟﻌﻞ ﻌﻨﺎ ﻫﺬا ﻌﺎ ﺮﺣﻮﻣﺎ ،واﺟﻌﻞ ﻔﺮ ﻨﺎ ِﻣﻦ ﻌ ِﺪه ِ ﻔﺮﻗﺎ ﻣﻌﺼﻮﻣﺎ ،وﻻ
َْ ً َََ َ ََ ْ َْ
ﺗﺪع ِﻴﻨﺎ َوﻻ ﻣﻌﻨﺎ ﺷ ِﻘﻴﺎ َوﻻ ُﺮ ْوﻣﺎ.
ُ ُ ُ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ َْ ّ َ ْ َ َ َ ْ ََ َ ُْ ْ ْ ُ َ
اﻛ ِ ْ اﻹﺳﻼم وا ﻤﺴﻠِ ِﻤ ،ووﺣ ِﺪ ا ﻠﻬﻢ ﺻﻔﻮ ﻬﻢ ،وا ﻊ ِﻤﺘﻬﻢ ا ﻖ ،و ا ﻠﻬﻢ أﻋِﺰ ِ
ْ َ َ ْ ُْ ْ َ ََ ْ َ ُْ َ ْ ََ
ﺐ ا ﺴﻼم َواﻷﻣ َﻦ ﻟ ِﻌﺒﺎ ِدك اﻟـﻤﺆ ِﻣﻨِ . ِ ﺘ اﻛو ، ﻤ ِ ِـﻟ ﺎ اﻟﻈ ﺔﺷﻮﻛ
َ َ ََْ َ ََ ََ َُ َ ََْ َ ََ
ارﻧﺎ. ﺧﻴﺎرﻧﺎ ،وﻻ ﺗﻮل ﻋﻠﻴﻨﺎ ِ ا ول ﻋﻠﻴﻨﺎ ِ
ْ َْ َ ََ َ َْ ْ َ َ َ َ َ َ َ ََ َ َ
ا اﺟﻌﻞ ِوﻻ ﺘﻚ ِﻴﻤﻦ ﺧﺎﻓﻚ وا ﻘﺎك وا ﺒﻊ ِرﺿﺎك.
ََُ ْ ُْ َْ َ َ َْ ْ َ ْ ُ َ ْ ً َ ْ ً ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ
أﺑ ِﺮم ِﻬ ِﺬه ِ اﻷﻣ ِﺔ أ ﺮا ر ِﺷﻴﺪا ،ﻌﺰ ِﻴ ِﻪ أﻫﻞ ﻃﺎﻋﺘِﻚ ،و ﺬل ِﻴ ِﻪ أﻫﻞ ﻣﻌ ِﺼﻴﺘِﻚ، ا
َُْ َ ْ َ ُْْ َ ْ ُ َُْ َُ ْ َْ ْ
و ﺆ ﺮ ِﻴ ِﻪ ﺑِﺎ ﻤﻌﺮوف ،و ﻨ ِﻴ ِﻪ ﻋ ِﻦ ا ﻤﻨﻜﺮ.
َ َ َ ًَ َ َ َ َ َ َ َْ َ َ ًَ َ َ َ
ﺎر.
ِ ا اب ﺬﻋ ﺎ ِﻨ ﻗو ﺔ ﻨﺴ ﺣ ِ ةﺮﺧِ اﻵ و ﺔﻨ ﺴ ﺣ ﺎ ﻴ ا ﺎ ِﻨ ر ﻨﺎ آﺗ
َرب اﻟْ َﻌﺎ َﻤ َ َ َ ُ َ َ َ َ ٌ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َْ ْ ُ ْ َ ُْ َ َ
ِ ﺳﺒﺤﺎن َر ﻚ َرب اﻟ ِﻌﺰةِ ﻤﺎ ﻳ ِﺼﻔﻮن وﺳﻼم ا ﻤﺮﺳﻠِ وا ﻤﺪ ِ ِ
5