Anda di halaman 1dari 4

Sidang Jumat rahimakumullah

Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menetapkan bahwa kehidupan manusia berlangsung di


bumi. Dan bumi adalah tempat yang dipenuhi dengan halangan dan rintangan. Bumi dipenuhi
dengan berbagai macam ujian dan cobaan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatakan:

ِ ْ ‫لَقَدْ َخلَ ْقنَا‬


َ َٰ ‫ٱْلن‬
‫سنَ فِى َكبَد‬

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam keadaan bersusah payah.” (Al-
Balad: 4)

Kesusahpayahan adalah sesuatu rintangan dan kesulitan yang tak bisa dielakkan dan harus
dihadapi. Kesusahpayahan adalah realitas perjalanan ke dalam kehidupan di dunia.
Kesusahpayahan menjadi risiko hidup. Tak seorang pun yang bisa lari dari kenyataan itu.

Hadirin yang mulia,

Namun yang sangat dikhawatirkan dan juga acapkali terjadi pada diri manusia adalah takut
menghadapi risiko. Ketakutan ini bisa jadi muncul karena kekerdilan jiwa dan
ketidaksanggupan untuk menghadapinya. Rasa takut inilah yang menggiring seorang hamba
Allah menjadi seorang yang pengecut, lalu akhirnya berusaha untuk lari dari kenyataan.

Lebih dari itu, sifat pengecut adalah sifat yang dipandang tercela. Seorang muslim tidak
boleh memilikinya. Karena itulah, Rasulullah senantiasa berdoa:

‫ع ْوذُ ِب َك ِمنَ ْال ُجب ِْن‬


ُ َ ‫ع ْوذ ُ بِ َك ِمنَ ْالب ُْخ ِل َوأ‬
ُ َ ‫اَللَّ ُه َّم إِنِِّ ْي أ‬
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir, dan aku berlindung kepada-Mu dari
sifat pengecut….” (H.R. al Bukhari)

Wahai hadirin…

Pengecut artinya tidak sanggup atau tidak mau menanggung atau menghadapi risiko. Padahal,
itu sudah menjadi konsekuensinya. Pengecut merupakan perilaku orang yang setengah-
setengah dalam keimanannya. Mereka hanya ingin serba enak, dan ogah menghadapi
berbagai kesusahan ataupun kesulitan. Mereka tidak mau menghadapi masalah yang rumit.
Sifat pengecut akan menjadi penghalang seseorang untuk maju dan juga sebagai pemberat
langkah menuju kesuksesan.

Wahai hadirin….

Saat ini kita melihat banyak manusia yang sudah teridentifikasi sebagai pengecut. Ini telah
disabdakan oleh Rasulullah bahwa suatu masa akan datang kaum muslimin akan menjadi
bulan-bulanan dan santapan empuk bagi musuh-musuhnya. Itu karena mereka telah mengidap
penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati). Penyakit inilah yang menjadikan banyak orang
Islam menjadi pengecut, sehingga tidak lagi disegani oleh musuh-musuhnya dari kalangan
orang-orang kafir, atau orang munafik yang berada di kalangan mereka sendiri.

Ketahuilah bahwa kita menghadapi berbagai musuh, di antaranya adalah orang-orang kafir
yang memusuhi kita; kemudian setan yang menyesatkan kita; hawa nafsu yang selalu
merintangi kita; orang-orang munafik yang membenci kita; dan orang muslim yang iri kepada
kita.

Islam memandang hina orang yang berwatak pengecut untuk mempertahankan hidup
sehingga mudah putus asa; atau pengecut lantaran takut dikucilkan dari komunitasnya.
Kemudian pengecut karena berlawanan dengan sikap banyak orang atau pengecut karena
takut untuk membela sebuah nilai kebenaran. Watak pengecut inilah yang menjerumuskan
pelakunya kepada sikap plin-plan. Hal ini disebutkan Rasulullah:

BACA JUGA Komunitas Yaman Indonesia Mengecam Aksi Penyerangan UEA Terhadap
Yaman

ِّ ِ ‫ ول ِك ْن‬،‫ظلمنَا‬
‫وطنُوا أنفسكم إن‬ ْ ‫اس أحسنَّا‬
ْ ‫وإن ظل ُموا‬ ْ : َ‫ال ت ُكونُوا إ َّمعةً تقولُون‬
ُ َّ‫إن أحسنَ الن‬
ْ ‫أن تُح ِسنُوا‬
‫وإن أسا ُءوا فال تظ ِل ُموا‬ ْ ‫اس‬ُ َّ‫أحسنَ الن‬
“Jangan kalian menjadi imma’ah (plinplan)! Kalian mengatakan, ‘Jika manusia berbuat
baik, kami pun akan berbuat baik; jika mereka berbuat kezaliman, kami juga akan berbuat
zalim’. Akan tetapi, kokohkan diri kalian. Jika manusia berbuat baik, kalian juga berbuat
baik, jika mereka berbuat buruk, maka jangan kalian berlaku zalim”. (HR. at-Tirmidzi)

Wahai hadirin sidang Jumat yang berbahagia….

Allah selalu menggelorakan semangat orang-orang yang beriman agar mereka jangan takut
dan menjadi pengecut. Karena rasa takut akan membawa kegagalan dan kekalahan.
Sebaliknya, keberanian akan menjadi seruan yang terus berulang-ulang dikumandangkan
karena keberanian adalah tuntutan iman. Keimanan mengajarkan kepada kita bagaimana
menjadi orang-orang yang berani dalam menghadapi macam-macam risiko dalam hidup,
terlebih lagi risiko dalam memperjuangkan agama Islam ini. Keberanian merupakan jalan
untuk mewujudkan sebuah kemenangan dan izzah dalam keimanan. Tak boleh ada kata
gentar dalam hati seorang mukmin.

Saat mengemban tugas keislaman, seorang mukmin tidak boleh takut dan merasa lemah.
Karena Allah menyatakan:

َ‫َو َال ت َ ِهنُوا َو َال تَحْ زَ نُوا َوأَ ْنت ُ ُم ْاْل َ ْعلَ ْونَ ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِمنِين‬

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” (Ali Imran: 139).

Dalam sejarah Islam, yang membuat gentar musuh-musuh Islam adalah keberanian para
pejuang Islam. Mereka berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta’ala dengan sukacita dan
pilihan mereka hanya dua saja: menang atau mati syahid. Dan kecintaan mereka terhadap
mati syahid lebih besar daripada kecintaan orang-orang kafir terhadap kehidupan.

Para hadirin….
Orang-orang kafir saat ini sangat takut terhadap orang-orang yang beriman yang memiliki
keberanian. Mereka memakai berbagai macam cara untuk menghilangkan syaja’ah
(keberanian) dalam diri orang-orang yang beriman. Oleh karena itu janganlah kalian tertipu
oleh orang-orang kafir.

Wahai hadirin, pada masa lalu, sebelum kedatangan kaum muslimin ke daerah Babilonia,
orang-orang kafir sudah lari tunggang-langgang ketakutan. Hati mereka dihinggapi oleh rasa
takut yang dahsyat. Rasulullah bersabda:

‫ورا فَأَيُّ َما َر ُجل ِم ْن أ ُ َّمتِي‬


ً ‫ط ُه‬َ ‫ض َمس ِْجدًا َو‬ ُ ‫ت ِلي ْاْل َ ْر‬ ْ َ‫ِيرة َ َش ْهر َو ُج ِعل‬
َ ‫ب َمس‬ ِ ‫الر ْع‬ ُّ ِ‫ص ْرتُ ب‬ ِ ُ‫ط ُه َّن أ َ َحد ٌ َق ْب ِلي ن‬ َ ‫سا َل ْم يُ ْع‬ ً ‫ْطيتُ خ َْم‬ ِ ‫أُع‬
ُ‫صةً َوبُ ِعثْت‬ َّ ‫ث ِإلَى قَ ْو ِم ِه خَا‬ ُّ ‫شفَا َعةَ َو َكانَ النَّ ِب‬
ُ ‫ي يُ ْب َع‬ َّ ‫ْطيتُ ال‬ ِ ‫ت ِلي ْال َمغَانِ ُم َولَ ْم ت َِح َّل ِْل َ َحد قَ ْب ِلي َوأُع‬ ْ َّ‫ص ِِّل َوأ ُ ِحل‬َ ُ‫ص َالة ُ فَ ْلي‬ َّ ‫أَد َْر َكتْهُ ال‬
ً‫اس َعا َّمة‬ ِ َّ‫إِلَى الن‬

“Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada orang sebelumku; aku ditolong
melawan musuhku dengan ketakutan mereka sejauh satu bulan perjalanan, dijadikan bumi
untukku sebagai tempat sujud dan suci. Maka di mana saja salah seorang dari umatku
mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat, dihalalkan untukku harta rampasan perang
yang tidak pernah dihalalkan untuk orang sebelumku, aku diberikan (hak) syafa’at, dan para
Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia.”

Wahai hadirin…
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengatakan bahwa tantangan orang yang hidup di
akhir zaman itu bagaikan menggenggam bara api:

BACA JUGA Khutbah Jumat: Menyelami Hakikat Kemenangan Islam

‫ض َعلَى ْال َج ْمر‬


ِ ِ‫ض َعلَى ِد ْينِ ِه ك َْالقَاب‬
ُ ِ‫ان القَاب‬ ِ َّ‫يَأْتِي َعلَى الن‬
ٌ ‫اس زَ َم‬

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya
seperti orang yang menggenggam bara api.”

Keberanian untuk menanggung risiko itu telah dicontohkan oleh para pendahulu kita,
walaupun nyawa taruhannya. Dan kita harus meneladaninya. Bilal adalah seorang budak,
akan tetapi setelah keimanan menghiasi dirinya ia lebih memilih kemuliaan Islam walaupun
dirinya harus dijemur di bawah terik matahari di padang pasir. Bilal selalu menyuarakan,
“ahad… ahad…”. Ketika tuannya, Umayyah bin khalaf, marah dan semakin marah oleh
ucapan itu, Bilal tidak gentari, tetapi mengatakan bahwa seandainya ia mengetahui suatu
perkataan yang lebih membuat orang musyrik marah daripada kata ahad, ia pasti
mengucapkannya.

Hal serupa juga dilakukan oleh Ibnu Mas’ud, yang membacakan surat Ar-Rahmah di hadapan
orang-orang musyrik. Ia tidak kapok meskipun dipukuli sampai babak belur. Abu Dzar Al-
ghifari juga demikian, mengucapkan syahadat di hadapan orang kafir kemudian ia
menanyakan rumah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ia kemudian dipukuli sampai
pingsan. Namun ia kembali mengucapkannya pada esok harinya. ini menunjukkan keberanian
generasi yang dididik oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Sebelum zaman Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, kita mengetahui kisah ashabul ukhdud,
Asiyah, dan Masyitoh pelayan Fir’aun. Mereka tidak takut dan pengecut untuk
mempertahankan keimanan.

Karena itulah, umat Islam tidak boleh takut dan pengecut. Mereka tidak akan lari ke belakang
demi kemenangan Islam karena keberanian mengemban amanah merupakan tuntutan Islam.
Kalau ada yang hendak menyamakan ajaran Islam dengan agama lain, kita harus lawan.
Mudah-mudahan Allah memberikan sifat berani dan mencabut sifat pengecut dari kita semua.

َّ ‫ ِإنَّهُ ه َُو ْالغَفُ ْو ُر‬،ُ‫ فَا ْست َ ْغ ِف ُر ْوه‬. َ‫سائِ ِر ْال ُم ْس ِل ِميْن‬
‫الر ِح ْي ُم‬ َ ‫أَقُ ْو ُل قَ ْو ِل ْي َهذَا َوأ َ ْست َ ْغ ِف ُر هللاَ ْال َع ِظي َْم ِل ْي َولَ ُك ْم َو ِل‬

Khutbah Kedua

‫س ْولُهُ َو َعلَى‬ُ ‫ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ َإلَهَ َإاله هللاُ َوحْ دَهُ الَ ش ََريْكَ لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ هن ُم َح َمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬.‫ اَ ْل َح ْمد ُ َ هّلِلَ َح ْمدًا َكثَي ًْرا َك َما أ َ َم َر‬,َ‫ا َ ْل َح ْمد ُ َ هّلِل‬
َ‫ فَاتهقُوا هللاَ َح هق تُقَاتَ َه َوال‬،َ‫هاي بَتَ ْق َوى هللا‬ َ ‫ أ ُ ْو‬،َ‫ أ َ هما بَ ْعد ُ؛ َعبَادَ هللا‬،‫الدي َْن‬
َ ‫ص ْي ُك ْم َوإَي‬ َ ‫ان إَلَى يَ ْو َم‬ ٍ ‫س‬َ ْ‫ص َحابَ َه َو َم ْن تَبَعَ ُه ْم بَإَح‬ ْ َ ‫آ َل َه َوأ‬
َ‫ت َ ُم ْوت ُ هن َإاله َوأَنت ُ ْم ُّم ْس َل ُم ْون‬

Wahai hadirin itulah khotbah yang dapat kami sampaikan. Kami mengajak semua hadirin
untuk kembali mematrikan sifat keberanian dalam diri, untuk menegakkan dan menyuarakan
kebenaran dan menghapuskan kebatilan ataupun minimal sekali meminimalisirnya. Apa yang
benar tentu datang dari Allah dan yang salah dari khatib sendiri dan dari setan. Khatib
bertobat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Marilah kita tutup dengan doa:

Anda mungkin juga menyukai