Moderasi Islam adalah sebuah pandangan atau sikap yang selalu berusaha mengambil
posisi tengah dari dua sikap yang berseberangan dan berlebihan sehingga salah satu
dari kedua sikap yang dimaksud tidak mendominasi dalam pikiran dan sikap
seseorang.
Sementara dalam bahasa Arab, kata moderasi biasa diistilahkan dengan washat atau
washatiyah; orangnya disebut wasit.
1) Penengah, pengantara (misalnya dalam perdagangan, bisnis, dan sebagainya),
2) Pelerai (pemisah, pendamai) antara yang berselisih, dan
3) Pemimpin di pertandingan.
menurut pakar bahasa arab, kata tersebut merupakan “segala yang baik sesuai
objeknya”. Dalam sebuah ungkapan bahasa Arab disebutkan مجاوز لخذ االعتدال
(sebaik-baik segala sesuatu adalah yang berada di tengah-tengah)
Kata moderasi sendiri berasal dari bahasa Inggris, moderation, yang artinya
adalah sikap sedang atau sikap tidak berlebihan. Jika dikatakan orang itu bersikap
moderat berarti ia wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrim. Misalnya dermawan
yaitu sikap di antara kikir dan boros, pemberani yaitu sikap di antara penakut dan
nekat, dan lain-lain
Konsep washathiyyah dalam beberapa literatur keislaman ditafsirkan secara
be– ragam oleh para ahli. Menurut al-Salabi kata wasathiyyah memiliki banyak arti.
Pertama, dari akar kata wasth, berupa dharaf, yang berarti baina (antara). Kedua, dari
akar kata wasatha, yang mengandung banyak arti, di antaranya: (1) berupa isim (kata
benda) yang mengandung pengertian antara dua ujung; (2) berupa sifat yang
bermakna (khiyar) terpilih, terutama, terbaik; (3) wasath yang bermakna al-‘adl atau
adil; (4) wasath juga bisa bermakna sesuatu yang berada di antara yang baik (jayyid)
dan yang buruk (radi’).
Moderasi beragama harus dipahami sebagai sikap beragama yang seimbang
antara pengamalan agama sendiri (eksklusif) dan penghormatan kepada praktik
beragama orang lain yang berbeda keyakinan (inklusif). Keseimbangan atau jalan
tengah dalam praktik beragama ini niscaya akan menghindarkan kita dari sikap
ekstrem berlebihan, fanatik dan sikap revolusioner dalam beragama. Seperti telah
diisyaratkan sebelumnya, moderasi beragama merupakan solusi atas hadirnya dua
kutub ekstrem dalam beragama, kutub ultra-konservatif atau ekstrem kanan di satu
sisi, dan liberal atau ekstrem kiri di sisi lain.
Moderasi beragama adalah kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di
tingkat lokal, nasional, maupun global. Pilihan pada moderasi dengan menolak
ekstremisme dan liberalisme dalam beragama adalah kunci keseimbangan, demi
terpeliharanya peradaban dan terciptanya perdamaian. Dengan cara inilah masing-
masing umat beragama dapat memperlakukan orang lain secara terhormat, menerima
perbedaan, serta hidup bersama dalam damai dan harmoni. Dalam masyarakat
multikultural seperti Indonesia, moderasi beragama bisa jadi bukan pilihan,
melainkan keharusan.