Anda di halaman 1dari 6

Assalamu’alaikum , selamat pagi/siang/malam, ibu Latifah Permastasi Fajrin selaku tutor dari

mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang saya hormati dan teman teman mashasiswa yang
saya banggakan, mohon izin saya Boby Maryano dengan NIM 857503756 dari Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan untuk menanggapi diskusi pada sesi ke 8 :

1. Politik merupakan kata yang diambil dari Bahasa latin politicus dan Bahasa yunani
(Greek) politicos yang mengandung arti’’berhubungan dengan warga masyarakat ‘’kedua
kata tersebut diambil dari kata polis yang bermakna city (kota)dalam kamus besar Bahasa
Indonesia potik diartikan : Pertama, pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau
kenegaraan seperti sistem pemerintah dan dasar pemerintahan. Kedua, segala urusan dan
Tindakan mengenai pemerintahan atau terhadap negara lain. Ketiga, bertindak mengenai
suatu masalah atau kebijakan.
Para ahli mendefinisikan politik sebagai segala aktivitas atau sikap yang berkaitan
dengan kekuasaan yang bertujuan untuk mempengaruhi, mengubah, atau mempertahankan
sebuah struktur sosial. Dari definisi kamus dan definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa politik berarti cara mengatur atau mengelola kekuasaan, secara politis, di suatu
negara yang dalam kaitannya dengan warga negaranya.
Dalam arti lain politik adalah suatu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan
dalam suatu masyarakat yang wujudnya adalah pengambilan keputusan, khususnya dalam
negara. Pengertian politik juga dapat dipahami sebagai seni dan ilmu untuk mencapai
kekuasaan, baik secara konstitusional maupun inkonstitusional.
Hubungan antara politik dan agama tidak dapat dipisahkan. Dapat dikatakan bahwa
politik adalah buah dari pemikiran keagamaan dalam rangka menciptakan kehidupan yang
rukun dan damai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertama, disebabkan oleh
sikap dan keyakinan bahwa segala aktivitas manusia, termasuk politik, harus dijiwai oleh
ajaran agama. Kedua, disebabkan oleh fakta bahwa aktivitas manusia yang paling
menuntut legitimasi adalah di ranah politik, dan hanya agama yang dikatakan mampu
memberikan legitimasi yang paling meyakinkan karena sifat dan sumbernya, asal usulnya
yang terpercaya.
Agama pada dasarnya terkait dengan politik. Keyakinan agama dapat mempengaruhi
hukum, perilaku yang dianggap dosa oleh masyarakat seperti sodomi dan incest seringkali
tidak legal. Agamalah yang sering memberikan legitimasi kepada pemerintah. Agama
sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat dalam masyarakat industri maupun
non industri, sehingga kehadirannya tidak terasa dalam ranah politik. Kurang lebih,
beberapa pemerintah di seluruh dunia menggunakan agama untuk melegitimasi kekuasaan
politik.
Tidak hanya itu dalam urusan berpolitik islam juga mengajarkan kehidupan politik
harus dilandasi dengan 4 hal pokok :
a. Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat
b. Sebagai bagian untuk menetapkan hukum dengan adil
c. Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasul-Nya Dan Ulil Amri
d. Selalu berusaha Kembali kepada AlQur an dan As Sunah Nabi SAW.

2. Kesadaran sesorang tentang agama yaitu keimanan kepada allah yang merupakan
anugrah dari Allah SWT. Persepsi ini sering disebut fitrah, sifat kodrati setiap orang
adalah sama, yang membedakan adalah aktualisasi atau perwujudan dari kodrat
tersebut. Manusia tidak sepenuhnya memahami tentang perwujudan fitrah beragama
yang benar, untuk itu Allah telah mengutus para Rasul dengan membawa wahyu dari
Allah SWT untuk membimbing manusia untuk menyadari sifat alami mereka demi
meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Hal tersebut di jelaskan dalam Al-Qur’an suran Al-anbiyaa’/12 : 17.
َ َ‫َو َمٓا َأرْ َس ْل ٰن‬
َ‫ك ِإاَّل َرحْ َمةً لِّ ْل ٰ َعلَ ِمين‬
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam”.
Jika Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rahmat dari Allah SWT, maka
secara otomatis agama yang dibawanya juga merupakan rahmat dari Allah SWT bagi
alam semesta.

3. Hubungan antara agama dan tanggung jawab manusia ditunjukkan dalam kenyataan
bahwa agama merupakan sumber petunjuk dan acuan bagi manusia untuk mengetahui
apa tanggung jawabnya ketika hidup di dunia ini. Dengan demikian, dengan adanya
tuntunan dalam ajaran agama, umat manusia akan lebih sadar akan sikap tanggung
jawab dan mengetahui bagaimana memikul tanggung jawab tersebut. Untuk
membentuk orang yang bertanggung jawab yang menjalani kehidupan sehari-hari di
dunia ini. Sikap tanggung jawab merupakan bagian dari sikap terpuji yang harus
dimiliki oleh setiap manusia. Sikap tanggung jawab tergolong perilaku atau sikap
terpuji karena termasuk dalam salah satu sikap yang sesuai dengan norma yang
berlaku di Indonesia seperti norma agama dan norma adat. Selanjutnya, sikap
bertanggung jawab tergolong perilaku atau sikap terpuji karena memiliki banyak
dampak positif dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dampak positif dari sikap
bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari adalah membentuk pribadi yang
berakhlak mulia dan menjadi orang yang dipercaya oleh orang lain.
Salah satu ayat yang menjelaskan mengenai tanggung jawab manusia yaitu dalm
potongan surah Al-Ra’d / 13 : 17.
۟ ‫َّن ٱهَّلل َ اَل يُ َغيِّ ُر ما بقَوْ ٍم َحتَّ ٰى يُ َغيِّر‬
‫ُوا َما بَِأنفُ ِس ِه ۗ ْم‬ ِ َ ‫ِإ‬
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.

4. Al-Qur'an menegaskan dalam surat Al-Hujuraat ayat 10 bahwa sesame orang mukmin
adalah bersaudara,
۟ ُ‫ُوا بَ ْينَ َأ َخ َو ْي ُك ْم ۚ َوٱتَّق‬
َ‫وا ٱهَّلل َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬ ۟ ‫نَّما ْٱل ُمْؤ ِمنُونَ ْخ َوةٌ فََأصْ لِح‬
‫ِإ‬ َ ‫ِإ‬
Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat”.
Persaudaraan yang diperintahkan dalam Alquran tidak hanya ditujukan untuk
umat Islam lainnya tetapi juga anggota masyarakat non-Muslim. Salah satu alasan
yang dijelaskan Al-Qur'an adalah bahwa manusia bersaudara karena berasal dari
sumber yang sama. Seperti yangditegaskan dalam surat Al-Hujaraat ayat 13.

‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َعا َرفُ ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل ِ َأ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر‬

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Bentuk persaudaraan yang dianjurkan oleh Al-Qur'an tidak hanya
persaudaraan sesame muslim tetapi juga persaudaraan dengan sesama anggota
masyarakat yang berbeda agama. Artinya kita harus menjalin persaudaraan dengan
seluruh umat manusia. Namun, ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan saat
menjalin pertemanan dengan warga non muslim.
5. Langkah untuk membangun persaudaraan dan toleransi di antara Sesama muslim dan
Non Muslim adalah sebagai berikut :
a. Tidak boleh saling melecehkan dan menghina karena mungkin yang melecehkan
lebih baik dari yang melecehkan. Seperti yang terdapat dalam Surat Al-Hujuraat
ayat 11

۟ ُ‫وا اَل يَ ْسخَرْ قَوْ ٌم ِّمن قَوْ ٍم َع َس ٰ ٓى َأن يَ ُكون‬


ۖ ‫وا َخ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َسٓا ٌء ِّمن نِّ َسٓا ٍء َع َس ٰ ٓى َأن يَ ُك َّن خَ ْيرًا ِّم ْنه َُّن‬ ۟ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ
َّٰ َٓ ٰ ۟ ‫َّ ُ َُأ‬
َ‫ك هُ ُم ٱلظلِ ُمون‬ َ ‫ق بَ ْع َد ٱِإْل ي ٰ َم ِن ۚ َو َمن ل ْم يَتبْ ف ولِئ‬ ُ ‫س ٱٱِل ْس ُم ْٱلفُسُو‬ ِ َ‫وا بِٱَأْل ْل ٰق‬
َ ‫ب ۖ بِْئ‬ ۟ ‫َواَل ت َْل ِم ُز ٓو ۟ا َأنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُز‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki


merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-
buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang
tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.

b. Tidak boleh berprasangka buruk dan saling memfitnah terhadap sesame orang yang
beriman. Seperti yang dijelaskan dalam Surat Al-Hujaraat ayat 12

‫ض ُكم بَ ْعضًا ۚ َأيُ ِحبُّ َأ َح ُد ُك ْم‬ ۟ ‫ْض ٱلظَّنِّ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َج َّسس‬


ُ ‫ُوا َواَل يَ ْغتَب بَّ ْع‬ َ ‫ُوا َكثِيرًا ِّمنَ ٱلظَّنِّ ِإ َّن بَع‬ ۟ ‫وا ٱجْ تَنِب‬ ۟ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
‫ِإ‬ َ
۟
‫َأن يَْأ ُك َل لَحْ َم َأ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َوٱتَّقُوا ٱهَّلل َ ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ تَوَّابٌ َّر ِحي ٌم‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka


(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.

c. Saling membantu atau menolong. Dalam QS. Al-Anfaal/8 ayat 72 dijelaskan


bahwa orang-orang yang hijrah (Al-Muhajirun) dan berjuang dengan harta dan
jiwanya di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi perlindungan dan saling
membantu (Ansar), mereka satu sama lain saling melindungi.

ٓ
ُ ‫صر ُٓو ۟ا ُأ ۟و ٰلَِئكَ بَ ْع‬
‫ضهُ ْم َأوْ لِيَٓا ُء‬ ۟ ‫ُوا بَأ ْم ٰ َولِ ِه ْم َوَأنفُ ِس ِه ْم فِى َسبي ِل ٱهَّلل ِ َوٱلَّ ِذينَ َءا َو‬
َ َ‫وا َّون‬ ِ
۟ ۟ ۟
ِ ‫ِإ َّن ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُوا َوهَا َجرُوا َو ٰ َجهَد‬
‫َنصرُو ُك ْم فِى ٱلدِّي ِن‬ ۟ ‫اجر‬ ٰ ۟ ‫وا َولَ ْم يُهَا ِجر‬ ۟ ُ‫بَعْض ۚ َوٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ ‫ُوا ۚ َوِإ ِن ٱ ْست‬ ِ َ‫ُوا َما لَ ُكم ِّمن َولَيَتِ ِهم ِّمن َش ْى ٍء َحتَّ ٰى يُه‬ َ ٍ
‫صي ٌر‬ ِ َ‫ق ۗ َوٱهَّلل ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬ ٰ
ٌ َ‫فَ َعلَ ْي ُك ُم ٱلنَّصْ ُر ِإاَّل َعلَ ٰى قَوْ ۭ ٍم بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَهُم ِّميث‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad


dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan
tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu
sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi
belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka,
sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan
kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan
pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan
mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.

d. Menegakan Perdamaian. Tetap Damai Jika ada orang beriman yang tidak setuju,
maka anggota masyarakat lainnya harus berusaha untuk mendamaikan mereka. Hal
ini jelas dijelaskan dalam Al Quran surat Al-Hujaraat ayat 9.

۟ ُ‫َت حْ َد ٰىهُما َعلَى ٱُأْل ْخ َر ٰى فَ ٰقَتِل‬ ۟ ۟


‫وا ٱلَّتِى تَب ِْغى َحتَّ ٰى تَفِ ٓى َء‬ َ ‫َان ِمنَ ْٱل ُمْؤ ِمنِينَ ٱ ْقتَتَلُوا فََأصْ لِحُوا بَ ْينَهُ َما ۖ فَِإ ۢن بَغ ْ ِإ‬ ِ ‫طٓاِئفَت‬ َ ‫وَِإن‬
َ‫ُوا بَ ْينَهُ َما بِ ْٱل َع ْد ِل َوَأ ْق ِسطُ ٓو ۟ا ۖ ِإ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ْٱل ُم ْق ِس ِطين‬
۟ ‫ت فََأصْ لِح‬
ْ ‫ِإلَ ٰ ٓى َأ ْم ِر ٱهَّلل ِ ۚ فَِإن فَٓا َء‬

Artinya: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar
perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu
perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut,
damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil;
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”

Sumber Refrensi
Nurdin, A., Mikdar, S., & Suharmawan, W. (2021). Pendidikan Agama Islam. Tangerang:
Universitas Terbuka.

https://tafsirweb.com/

Anda mungkin juga menyukai