Ayat di atas menegaskan bahwa Allah swt memerintahkan ketaatan kepada Ulil Amri
juga, yaitu para ulama’ dan pemimpin negara. Akan tetapi perhatikan bahwa Allah tidak
meletakkan perkataan ‘taat’ sebelum perkataan Ulil Amri sebagaimana Allah
meletakkannya sebelum perkataan Allah dan Rasulullah. Maksudnya bahwa ketaatan
kita kepada perintah Allah dan Rasul-Nya adalah mutlak. Itu sebabnya perintah taat
kepada ulil amri tidak disertai kata taat karena mereka tidak memiliki hak untuk ditaati
bila ketaatan terhadap mereka bertentangan dengan ketaatan kepada Allah atau
Rasulnya
Pendapat ulama berbeda tentang makna kata ulil Amri. dari segi bahasa kata Uli
adalah bentuk jamak dari Wali yang berarti pemilik atau yang mengurus dan
menguasai. Bentuk jamak dari kata tersebut menunjukkan bahwa mereka banyak.
Sedangkan kata Al-amri adalah perintah atau urusan. Dengan demikian ulil Amri
adalah orang yang berwewenang mengurus urusan kaum muslimin.
Perlu dicatat bahwa kata Al Amru berbentuk makrifat. ini menjadikan banyak ulama
membatasi wewenang pemilik kekuasaan itu hanya pada persoalan-persoalan
kemasyarakatan, bukan persoalan aqidah
RUANG LINGKUP HUKUM ISLAM
Ibadah: aktifitas seorang mukmin yang
bersifat vertikal sec. ritual yang trata cara
dan pelaksanaannya diatur dgn rinci oleh
Allah dan RasulNya (dlm hadits). Spt, ahalat,
zakat dan haji
Mu’amalat: ketetapan2 Allah yg mengatur
hub. Manusia dgn lainnya yg terbatas pada
aturan2 pokok, dan tidak seluruhnya diatur
sec. rinci sbg ibadah. Spt, jual beli,
perkawinan, warits, pencurian
HUKUM ISLAM DAN FUNGSINYA
Di dalam ajaran agama islam terdapat hukum atau aturan yang harus
dipatuhi oleh setiap umat karena sumbernya berasal dari Al-Qur'an
dan Hadist.
Hukum islam (syar‘i) terdiri atas lima komponen yaitu :
1. Wajib ; Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh
pemeluk agama islam yang telah dewasa dan waras (mukallaf), di
mana jika dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan
akan mendapat dosa. Misal: Sholat fardu, Puasa Bulan Ramadhan,
dll
2. Sunnah; Sunnat adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat
islam akan mendapat pahala dan jika tidak dilaksanakan tidak
berdosa. Misal; Sholat Dhuha, Tahjjud, dll
3. Haram; Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh sama
sekali dilakukan oleh umat muslim di mana pun mereka berada
karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa di neraka
kelak. Misal; Membunuh, Durhaka kepada Ortu, dll
4. Makruh; Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak
dilakukan akan tetapi jika dilakukan tidak berdosa dan jika
ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah SWT. Misal: Merokok,
Fungsi hukum Islam
Fungsi utama hukum Islam adalah untuk
beribadah kepada Allah SWT. Hukum Islam
adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat
manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah
yang sekaligus juga merupakan indikasi
keimanan seseorang.
Hukum Islam tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, tetapi juga hubungan
antara manusia dengan dirinya sendiri,
manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat, manusia dengan benda, dan
antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
TUJUAN HUKUM ISLAM
Tujuan hukum Islam, baik secara global maupun
secara detail, mencegah kerusakan pada manusia
dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka;
mengarahkan mereka kepada kebenaran, dan
kebajikan, serta menerangkan jalan yang harus
dilalui oleh manusia.
Agar hukum Islam mendatangkan kemaslahatan,
Islam menetapkan sejumlah aturan, baik berupa
perintah atau larangan. Perangkat aturan ini
disebut hukum pidana Islam.
Sedangkan tujuan pokok dalam penjatuhan hukum
dalam syari’at Islam ialah pencegahan dan
pengajaran serta pendidikan.
HUKUM ISLAM TERBAGI DUA, YAITU:
Syari’at, adalah semua ketetapan hukum
yang telah ditetapkan oleh Allah dan
Rasul-Nya, sifat tetap dan tidak dapat
dirubah-rubah. Misal sholat 5 waktu,
Fikih adalah pemahaman manusia yang
memenuhi syarat terhadap syari’at atau
terhadap ketentuan yang ada dalam Al-
Qur’an dan Al-Sunnah terutama yang
berkenaan dengan masalah
kemasyarakatan.
RASULULLAH SAW BERSABDA
Bahwasannya Rasulullah ketika mengutus Mu’adz
ke Yaman bersabda : “Bagaimana engkau akan
menghukum apabila datang kepadamu satu
perkara ?”. Ia (Mu’adz) menjawab : “Saya akan
menghukum dengan Kitabullah”. Sabda beliau :
“Bagaimana bila tidak terdapat di Kitabullah ?”.
Ia menjawab : “Saya akan menghukum dengan
Sunnah Rasulullah”. Beliau bersabda:
“Bagaimana jika tidak terdapat dalam Sunnah
Rasulullah ?”. Ia menjawab : “Saya berijtihad
dengan pikiran saya dan tidak akan mundur…”.
SUMBER HUKUM ISLAM
Al-Qur’an
Al-Sunnah
Al-Ijma’
Al-Qiyas
B. PEMBAGIAN SYARIAT ISLAM
1. I’TIQODIYAH, hukum atau peraturan yang berkaitan dengan dasar-dasar
keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus benar-
benar kita imani. Sebagai contoh, peraturan yang berhubungan dengan
esensi dan Sifat Allah Yang Mahakuasa.
2. ‘AMALIYAH;
Ilmu moral, yaitu aturan-aturan yang berkaitan dengan pendidikan dan
peningkatan jiwa. Sebagai contoh, semua aturan yang mengarah pada
perlindungan keutamaan dan mencegah kejahatan, keburukan, sama
seperti kita harus berbuat benar, harus memenuhi janji, dapat
dipercaya, dan dilarang berbohong dan pengkhianatan.
Ilmu Fiqh, yaitu peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan dan hubungan manusia satu sama lain. Ilmu fiqh berisi dua
bagian: pertama, ritual menjelaskan hukum-hukum hubungan manusia
dengan Tuhannya. Dan ibadah tidak sah (tidak diterima) kecuali disertai
dengan niat. Contoh ibadah seperti shalat, zakat, puasa, dan haji
C. TUJUAN SYARIAT ISLAM
NB:
Primordialisme adalah sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik
mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya.
Formalisme adalah pandangan menurut adat kebiasan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Rosyadi Khoiron, “Pendidikan Profetik”, Pustaka
Pelajar, Cet. I, 2004, Yogyakarta
Shofan Mohammad “Pendidikan Berparadigma
Profetik (Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi
Sistem Pendidikan Islam)”, IRCiSoD bekerjasama
dengan UMG Press, Cet. I , 2004, Yogyakarta
Kuntowijoyo (Alm), “Muslim Tanpa
Masjid”, Bandung: Mizan, 2001
Banawi Imam, “Segi-segi Pendidikan Islam”, Al-
Ikhlas, 1987, Surabaya