Anda di halaman 1dari 18

Taat Hukum Tuhan

dan Fungsi Profetik


Agama

By. Abidatul Isti’anah, M.Pd.I


085707037818
abida_pi@yahoo.co.id
PENGERTIAN HUKUM
 Umum:
Patuh terhadap perundang-undangan, ketetapan
dari pemerintah, pemimpin yang dianggap berlaku
untuk oleh orang banyak
Mematuhi peraturan perundang-undangan untuk
menciptakan kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat yang berkeadilan.
 Islam:
 Melaksanakan perintah dan meninggalkan
larangan yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an,
Hadits serta Ijima’ ulama dengan sabar dan ikhlas.
QS. Al-Nisa’: 59,
‫ول َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَِإ ْن َتنَ َاز ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء‬ َ ‫الر ُس‬ َّ ‫يعوا‬ ِ ِ
ُ ‫ين آ ََمنُوا أَطيعُوا اللَّهَ َوأَط‬ َ
ِ َّ‫يا أ َُّيها ال‬
‫ذ‬ َ َ
‫َح َس ُن تَأْ ِو اًلي‬‫أ‬‫و‬ ‫ر‬ ‫ي‬‫خ‬ ‫ك‬ ِ
‫ل‬ ‫ذ‬
َ ِ
‫ر‬ ‫َخ‬ِ ‫آْل‬ ‫ا‬ ِ
‫م‬‫و‬ ‫ْي‬
‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ ِ َّ‫ول إِ ْن ُك ْنتُم ُت ْؤِمنُو َن بِالل‬
‫ه‬ ِ ‫س‬ ‫الر‬‫و‬ ِ َّ‫َفردُّوهُ إِلَى الل‬
‫ه‬
ْ َ ٌْ َ َ َْ َ ْ َّ
ُ َ ُ
Artinya:
“hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta ulil
Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan rasulnya, jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih baik bagimu dan lebih baik akibatnya.”
PENAFSIRAN AYAT

 Ayat di atas menegaskan bahwa Allah swt memerintahkan ketaatan kepada Ulil Amri
juga, yaitu para ulama’ dan pemimpin negara. Akan tetapi perhatikan bahwa Allah tidak
meletakkan perkataan ‘taat’ sebelum perkataan Ulil Amri sebagaimana Allah
meletakkannya sebelum perkataan Allah dan Rasulullah. Maksudnya bahwa ketaatan
kita kepada perintah Allah dan Rasul-Nya adalah mutlak. Itu sebabnya perintah taat
kepada ulil amri tidak disertai kata taat karena mereka tidak memiliki hak untuk ditaati
bila ketaatan terhadap mereka bertentangan dengan ketaatan kepada Allah atau
Rasulnya
 Pendapat ulama berbeda tentang makna kata ulil Amri. dari segi bahasa kata  Uli
 adalah bentuk jamak dari  Wali  yang berarti pemilik atau yang mengurus dan
menguasai. Bentuk jamak dari kata tersebut menunjukkan bahwa mereka banyak.
Sedangkan kata Al-amri adalah perintah atau urusan. Dengan demikian  ulil Amri
adalah orang yang berwewenang mengurus urusan kaum muslimin.
 Perlu dicatat bahwa kata Al Amru  berbentuk makrifat. ini menjadikan banyak ulama
membatasi wewenang pemilik kekuasaan itu hanya pada persoalan-persoalan
kemasyarakatan, bukan persoalan aqidah
RUANG LINGKUP HUKUM ISLAM
 Ibadah: aktifitas seorang mukmin yang
bersifat vertikal sec. ritual yang trata cara
dan pelaksanaannya diatur dgn rinci oleh
Allah dan RasulNya (dlm hadits). Spt, ahalat,
zakat dan haji
 Mu’amalat: ketetapan2 Allah yg mengatur
hub. Manusia dgn lainnya yg terbatas pada
aturan2 pokok, dan tidak seluruhnya diatur
sec. rinci sbg ibadah. Spt, jual beli,
perkawinan, warits, pencurian
HUKUM ISLAM DAN FUNGSINYA
Di dalam ajaran agama islam terdapat hukum atau aturan yang harus
dipatuhi oleh setiap umat karena sumbernya berasal dari Al-Qur'an
dan Hadist.
Hukum islam (syar‘i) terdiri atas lima komponen yaitu :
1. Wajib ; Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh
pemeluk agama islam yang telah dewasa dan waras (mukallaf), di
mana jika dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan
akan mendapat dosa. Misal: Sholat fardu, Puasa Bulan Ramadhan,
dll
2. Sunnah; Sunnat adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat
islam akan mendapat pahala dan jika tidak dilaksanakan tidak
berdosa. Misal; Sholat Dhuha, Tahjjud, dll
3. Haram; Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh sama
sekali dilakukan oleh umat muslim di mana pun mereka berada
karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa di neraka
kelak. Misal; Membunuh, Durhaka kepada Ortu, dll
4. Makruh; Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak
dilakukan akan tetapi jika dilakukan tidak berdosa dan jika
ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah SWT. Misal: Merokok,
Fungsi hukum Islam
Fungsi utama hukum Islam adalah untuk
beribadah kepada Allah SWT. Hukum Islam
adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat
manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah
yang sekaligus juga merupakan indikasi
keimanan seseorang.
Hukum Islam tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, tetapi juga hubungan
antara manusia dengan dirinya sendiri,
manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat, manusia dengan benda, dan
antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
TUJUAN HUKUM ISLAM
 Tujuan hukum Islam, baik secara global maupun
secara detail, mencegah kerusakan pada manusia
dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka;
mengarahkan mereka kepada kebenaran, dan
kebajikan, serta menerangkan jalan yang harus
dilalui oleh manusia.
 Agar hukum Islam mendatangkan kemaslahatan,
Islam menetapkan sejumlah aturan, baik berupa
perintah atau larangan. Perangkat aturan ini
disebut hukum pidana Islam.
 Sedangkan tujuan pokok dalam penjatuhan hukum
dalam syari’at Islam ialah pencegahan dan
pengajaran serta pendidikan.
HUKUM ISLAM TERBAGI DUA, YAITU:
 Syari’at, adalah semua ketetapan hukum
yang telah ditetapkan oleh Allah dan
Rasul-Nya, sifat tetap dan tidak dapat
dirubah-rubah. Misal sholat 5 waktu,
 Fikih adalah pemahaman manusia yang
memenuhi syarat terhadap syari’at atau
terhadap ketentuan yang ada dalam Al-
Qur’an dan Al-Sunnah terutama yang
berkenaan dengan masalah
kemasyarakatan.
RASULULLAH SAW BERSABDA
Bahwasannya Rasulullah ketika mengutus Mu’adz
ke Yaman bersabda : “Bagaimana engkau akan
menghukum apabila datang kepadamu satu
perkara ?”. Ia (Mu’adz) menjawab : “Saya akan
menghukum dengan Kitabullah”. Sabda beliau :
“Bagaimana bila tidak terdapat di Kitabullah ?”.
Ia menjawab : “Saya akan menghukum dengan
Sunnah Rasulullah”. Beliau bersabda:
“Bagaimana jika tidak terdapat dalam Sunnah
Rasulullah ?”. Ia menjawab : “Saya berijtihad
dengan pikiran saya dan tidak akan mundur…”.
SUMBER HUKUM ISLAM
 Al-Qur’an
 Al-Sunnah

 Al-Ijma’
 Al-Qiyas
B. PEMBAGIAN SYARIAT ISLAM
1. I’TIQODIYAH, hukum atau peraturan yang berkaitan dengan dasar-dasar
keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus benar-
benar kita imani. Sebagai contoh, peraturan yang berhubungan dengan
esensi dan Sifat Allah Yang Mahakuasa.
2. ‘AMALIYAH;
 Ilmu moral, yaitu aturan-aturan yang berkaitan dengan pendidikan dan
peningkatan jiwa. Sebagai contoh, semua aturan yang mengarah pada
perlindungan keutamaan dan mencegah kejahatan, keburukan, sama
seperti kita harus berbuat benar, harus memenuhi janji, dapat
dipercaya, dan dilarang berbohong dan pengkhianatan.
 Ilmu Fiqh, yaitu peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan dan hubungan manusia satu sama lain. Ilmu fiqh berisi dua
bagian: pertama, ritual menjelaskan hukum-hukum hubungan manusia
dengan Tuhannya. Dan ibadah tidak sah (tidak diterima) kecuali disertai
dengan niat. Contoh ibadah seperti shalat, zakat, puasa, dan haji
C. TUJUAN SYARIAT ISLAM

1. Memelihara Agama (hifd ad-din)


2. Memelihara Jiwa (hifd al-nafs)
3. Memelihara Akal (hifd al-Aql) (hadits
Rasulullah Saw menyatakan, “Agama
adalah akal, siapa yang tiada berakal
(menggunakan akal), maka tiadalah
agama baginya”)
4. Memelihara Kehormatan (hifd al-nasl)
5. Memelihara Harta (hifd al-irz)
FUNGSI PROFETIK AGAMA
1. Pengertian Profetik Agama
Profetik berasal dari bahasa inggris prophetical yang
mempunyai makna Kenabian atau sifat yang ada
dalam diri seorang nabi. Yaitu sifat nabi yang
mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal
secara spiritual-individual, tetapi juga menjadi pelopor
perubahan, membimbing masyarakat ke arah
perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti
melawan penindasan.
Fungsi profetik agama adalah agama sebagai
sarana menuju kebahagiaan dan juga memuat
peraturan-peraturan yang mengkondisikan
terbentuknya batin manusia yang baik, yang
berkualitas, yaitu manusia yang bermoral
(agama sebagai sumber moral). kearifan yg
2. Fungsi Profetik Agama dalam Taat Hukum
a. Dalam Mengatasi Krisis Kebudayaan dan
Kemanusiaan. Menjelaskan dan mengubah fenomena-
fenomena sosial masyarakat yang salah atau kurang
baik seperti :
• Dalam Deideologisasi yang tidak sehat dan
merugikan tatanan masyarakat (Politik atau
paham yang tidak sehat)
• Dalam keamanan dan kebebasan yang nyaris
menabrak rambu-rambu hukum dan norma
serta nilai yang ada
• Dalam Reduksionisme (penurunan kwalitas ilmu
pengetahuan) Ijazah ilegal dan aspal
• Dalam Materialisme (kebendaan), pamer,
glamour, poya-poya dsb
• Dalam Ekologi (lingkungan) ketidakseimbangan
kehidupan dalam masyarakat (Imbalance), baik
materi dan non materi, baik lahir maupun
b. Mengatasi/ Merevitalisasi Keberagaman Dalam Menjalankan
Agama Dengan Back to Qur’an and Sunnah
 Menjadikan Al-Quran dan Sunnah
 Sebagai sumber dan payung hukum dalam
memahami dan mengamalkan ajaran Islam
 Sebagai sumber rujukan dalam menyelesaikan dan

memutuskan suatu hukum QS.Al-Maidah : 48 – 49


QS. An-Nisa’ ; 59 dsb
 Permasalahan yang ada bila tidak didapatkan dalam al-
Qur’an boleh melakukan Istinbat (memunculkan) hukum
dengan tetap merujuk kepada al-Qur’an. QS.Isra’ : 15
dan Taqrir yang dikeluarkan Rasulullah saw.
 menjadikan paham, mazhab, aliran sebagai keputusan
final yang Undervartable.
 Memperbolehkan Ikhtilaf, namun hanya pada masalah
Ijtihadiyah
 Tidak memandang hal-hal yang bersifat keduniaan yang
tidak ditentukan oleh QS, namun tetap mengacu pada
sifat Basyariah Rasulullah sebagai syari’at -> “antum
TUJUAN PROFETIK AGAMA DALAM TAAT
HUKUM
1) Mendorong seseorang (manusia) berperilaku dan berbuat sesuai dengan
aturan hukum dan perundang-undangan yang sah serta sesuai Al-
Qur’an, sehingga tercipta suatu kondisi masyarakat yang sadar dan taat
hukum.
2) Mendorong seseorang berperilaku yang baik dengan mentauladani
pribadi Rasulullah, agar manusia selamat dan bahagia dunia dan akhirat
(antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan Allah serta
dengan alam lingkungan).
3) Mengeluarkan manusia dari miopik (cara pandang yang sempit) dan
Primordial dan Formalisme sempit yang akan melahirkan berbagai
konflik sosial, politik bahkan menjurus kepada perpecahan dan
perperangan.

NB:
 Primordialisme adalah sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik
mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya.
 Formalisme adalah pandangan menurut adat kebiasan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
 Rosyadi Khoiron, “Pendidikan Profetik”, Pustaka
Pelajar, Cet. I, 2004, Yogyakarta
 Shofan Mohammad “Pendidikan Berparadigma
Profetik (Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi
Sistem Pendidikan Islam)”, IRCiSoD bekerjasama
dengan UMG Press, Cet. I , 2004, Yogyakarta
 Kuntowijoyo (Alm), “Muslim Tanpa
Masjid”, Bandung: Mizan, 2001
 Banawi Imam, “Segi-segi Pendidikan Islam”, Al-
Ikhlas, 1987, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai