BAB 1
PENDAHULUAN
Terorisme merupakan salah satu pembahasan yang sering menjadi topik pembicaraan
oleh kalangan akademisi dan para ahli. Beberapa penyebab terjadinya peristiwa terorisme
banyak terjadi dikarenakan penyesatan dan doktrin yang menyalah artikan konsep jihad
sebagai gerakan jihad, dengan berbagai macam sekenario yang sudah dirancang
sebelumnya, seperti contoh bom bunuh diri di Bali, bom bunuh diri di hotel dan gereja di
kota Surabaya. Diluar negeri pun kerapkali banyak propaganda yang dilakukan oleh
orang-orang non muslim, yang salah satunya dimanfaatkan untuk merusak citra Islam
dikanca dunia, sehingga Islam terkesan sebagai agama yang penuh dengan kekerasan,
penuh dengan teror dan sarat akan pertumpahan darah. Sebagai contoh kasus yang baru-
baru ini hangat diperbicangkan, kasus penembakan di New Zealand, berdasarkan hasil
olah TKP dan pendalaman kasus terhadap si pelaku, ternyata pelaku adalah non muslim,
dan ini jelas terbukti kalau teroris itu tidak melulu disamaratakan dengan agama islam.
skriptural terhadap sumber-sumber Islam, seperti Persatuan Islam (Persis), dan dalam
konteks Dewan Ulama Indonesia (MUI) terbaru melalui fatwanya. Sementara itu,
fundamentalisme modern atau dalam politik diwakili misalnya oleh partai-partai politik
Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bulan Bintang (PBB), dan partai-
partai Islam lainnya yang bercita-cita untuk mendirikan negara Islam berdasarkan
Illa rahmatan illa alamiin sangat tegas didalam Al- Qur‟an. Islam radikal memandang
bahwa “umat Islam telah menyimpang dari ajaran Islam yang murni”, dengan
Islam yang menurut kelompok ini dipandang akan mengayomi dan menjamin
Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk menjelaskan pandangan Islam mengenai
terorisme dalam definisi dari istilah yang ada, maka kami akan menjelaskan poin-poin
utama pengertian terorisme yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama Islam. Kami ingin
mencoba untuk membuktikan bahwa agama Islam bukan hanya agama anti teror dan
terorisme, bahkan ia adalah agama yang memiliki strategi yang baik dan matang dalam
memerangi dan menghadapai aksi terorisme. selain itu artikel ini pun berupaya untuk
1.3 Tujuan
Tujuan Kita dapat Mengetahui Semua Hal yang Ada Pada Rumusan Masalah.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
Kata Islam berasal dari kata “aslama” yang merupakan turunan dari kata “as-
salm, as-salam, as-salamah” yang artinya bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan
batin. Dengan demikian, dari asal kata ini, dapat diartikan bahwa dalam Islam terkandung
makna suci, bersih tanpa cacat atau sempurna. Kata “Islam” juga dapat diambil dari kata
“as-salm” yang berarti perdamaian dan keamanan. Secara terminologis disepakati oleh
para ulama bahwa Islam adalah, kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak
manusia diturunkan ke muka bumi dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan
sempurna dalam Al-Qur‟an yang suci yang diwahyukan Tuhan kepada nabi-Nya yang
terakhir, yakni nabi Muhammad SAW., satu kaidah hidup ynag membuat tuntunan yang
jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual maupun material. Dari
definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah
mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia
golongan. Teroris berarti orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa
kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan yang sudah
(pelaku) dan “terorisme” (aksi) berasal dari bahasa latin “terrere” yang kurang lebih
berart menbuat gemetar atau menggetarkan. Kata juga bisa menimbulkan kengerian.
Mulyadi, dalam salah satu artikelnya menyatakan bahwa tindakan pidana terorisme
4
adalah kegiatan yang melibatkan unsur kekerasan atau menimbulkan efek bahaya bagi
kehidupan manusia yang melanggar hukum pidana. Sedangkan yang dimaksud dalam
pasal 1 ayat (1) undang- umdang No. 15 Tahun 2003 tentang pemberantasan tindak
pidana terorisme diatas adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan secara
sistematis dengan maksud untuk menghancurkan kedaulatan bangsa dan negara dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suatu teror atau rasa takut terhadap
orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara
merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau
atau lingkungan hidup atau fasilitas public atau fasilitas internasional. Jadi terorisme
kehilangan rasa aman yang merupakan nikmat Allah terbesar kepada mahkluknya.
Dari berbagai pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa terorisme adalah
tindakan kekerasan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang, yang bertujuan
kehilangan rasa aman, sampai kehilangan nyawa. Dengan mengatas namakan jihad
membela Agama.
terorisme. Terlepas dari penolakan label terorisme itu, realitas menunjukan bahwa ada
mencapai tujuannya, termasuk melalui cara-cara terorisme. Secara normatif, agama dan
terorisme barangkali tidak memiliki keterkaitan sama sekali. Tetapi secara empiris,
benang merah diantara keduanya memang tidak bisa dielakan Islam itu bukan teroris,
5
karena Islam sebagai agama mengandung makna kedamaian, ketentraman dan cinta kasih
sayang kepada semua makhluk. Sedangkan terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap
masyarakat. Terorisme adalah salah satu bentuk kejahatan yang diorganisir dengan baik,
bersifat transnasional dan digolongkan sebagai kejahatan yang luar biasa yang tidak
membedakan sasaran. Oleh karena itu Islam sangat menentang sikap tersebut, karena
sebagai agama, Islam didasarkan pada prinsip-prinsip dasar, dengan yang utama percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mematuhi aturan-aturan-Nya yang mengatur
perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan. Dan Islam juga menghargai bahkan
memuliakan setiap manusia tanpa harus memandang warna kulit, bahasa, ras atau
bahkan agama. Islam sebagai agama, pandangan hidup, dan sebagai “way of life” atau
jalan hidup bagi penganutnya, tentu saja tidak mengijinkan dan bahkan mengutuk
terorisme. Islam dengan kitab sucinya Al Quran yang mengajarkan tentang moral-moral
yang berdasarkan konsep-konsep seperti cinta, kasih sayang, toleransi dan kemurahan
hati. Nilai-nilai yang ada di dalam Al Quran membuat seorang Muslim bertanggung
jawab untuk memperlakukan semua orang, apakah itu Muslim atau non-Muslim, dengan
rasa kasih sayang dan rasa keadilan, melindungi yang lemah dan yang tidak bersalah dan
mencegah kemungkaran. Membunuh seseorang tanpa alasan adalah salah contoh yang
Oleh karenanya, maka islam melarang setiap umatnya untuk melakukan kekerasan
terhadap orang lain dengan mengatasnamakan agama, baik dalam bentuk teror,
intimidasi fitnah, dan apalagi pembunuhan. Islam sangat menghormati hak hidup seorang
manusia, sehingga melarang mereka yang tidak bersenjata dan musuh, terhadap
masyarakat sipil serta harta kekayaan mereka.serangan atas hidup seseorang, apakah
6
dengan membunuh, mengancam, meneror, yang menjadikan orang takut seperti kasus-
kasus terorisme belakangan ini adalah merupakan serangan terhadap hak hidup seluruh
manusia.
memahami teks dan norma agama secara dangkal. Radikalisme dalam konteks sebab
terjebak pada situasi politik dan hegemoni Barat. Radikalisme dalam konteks sebab tidak
puas dengan kinerja pemerintah dan ingin mengadakan revolusi secara besar-besaran.
Adian Husaini (2004) dalam sebuah artikelnya menjelaskan bahwa banyak ilmuwan dan
tokoh AS, seperti Chomsky, William Blum, yang tanpa ragu-ragu memberi julukan AS
sebagai „a leading terrorist state‟, atau „a rogue state‟. Maka dari itu, sangat naif bagi
Huntington yang justru mencoba menampilkan fakta yang tidak adil dan sengaja
membingkai Islam sebagai musuh baru AS. Bahkan ia menyatakan, “The rethoric of
America‟s ideological war with militant communism has been transferred to its religious
and cultural war with militant Islam.” Di sisi lain, aksi terorisme oleh kalangan Islam
militan dan radikal ini juga menuai protes dari kalangan Muslim moderat, meskipun
kalangan Muslim moderat juga berpandangan bahwa terorisme ini juga termasuk pada
dengan jihad. Sehingga definisi jihad pengertiannya menjadi cenderung distortif dan
manipulatif. Bom Bali, bom Kuningan dan lainnya yang terjadi di Indonesia semakin
menguatkan media barat untuk mencitrakan bahwa agama Islam identik dengan teroris.
Sedangkan dalam Islam sendiri sebagian menganggap perbuatan itu adalah jihad.
Kata jihad berasal dari kata Juhd, yang berarti upaya, usaha, kerja keras dan
7
mengerahkan segenap kemampuan fisik maupun materi dalam memerangi dan melawan
musuh agama. Dengan kata lain, berjihad adalah berperang, seperti dimaksud dengan
imperatif ini: ”jaahidil-kuffar wal munafiqin (perangilah orang-orang kafir dan orang
Melalui aksi beberapa pihak, dunia barat telah menampilkan suatu konsep yang
salah mengenai jihad (Perang Suci). Kata Jihad di-identikkan dengan barisan orang-
orang religius yang fanatik dengan janggut yang seram dan mata berapi-api, dengan
Jihad dalam terminologi Islam berarti melakukan suatu upaya, berusaha dan
berjuang dengan cara yang mulia. Selama berabad- abad makna Jihad telah dirusak atau
setidaknya telah dibuat menyimpang. Hal yang sangat penting yang diperlukan oleh
dunia Islam adalah menghidupkan kembali dan merebut kembali makna sejati dari Jihad.
Jihad dapat dibagi menjadi dua kategori besar. Pertama adalah Jihad Akbar. Ini adalah
Jihad melawan diri sendiri dalam mengekang kecenderungan dosa, yaitu dengan
penyucian diri. Ini adalah jihad yang paling sulit, oleh karenanya dalam hal ganjaran dan
Jihad yang kedua adalah Jihad Asghar. Ini adalah Jihad pedang. Ini adalah Jihad
secara komunal dan berada dibawah syarat dan kondisi tertentu. Al-Qur‟an menyatakan
bahwa peperangan hanya dilakukan pada mereka yang menyerang Muslim terlebih
dahulu dan syarat ini juga yang sangat ditekankan dalam ayat-ayat Al-Qur‟an yang lain.
Ayat yang disebut ayat pedang di dalam Al- Qur‟an seringkali dipergunakan diluar
konteks, seolah dikesankan sebagai pembantaian yang membabi buta kepada kaum kafir.
Kata- kata Al-Qur’an seperti „bunuhlah‟, dimanapun kalian menemukannya, hal itu
hanya berlaku dalam kasus dimana musuh telah menyerang Muslim lebih dahulu dan
8
berlaku kepada orang-orang kafir dan musuh-musuh yang telah melanggar suatu
perjanjian yang sudah disepakati. Hal tersebut tidak berlaku untuk peperangan atau
pertarungan tanpa sebab. Menafsirkan ayat-ayat ini diluar konteks yang sudah disebutkan
diatas maka hal itu akan menjadi ejekan dari cita-cita luhur Islam. Tidak ada satupun
contoh dalam kehidupan Nabi Muhammad saw yang menawarkan kepada seseorang
untuk memilih pedang ataukah Islam. Gambaran Islam sebagai agama yang kasar dan
barbar yang menetapkan hak baginya untuk menimpakan kehancuran materil dan
penderitaan manusia yang tanpa dasar dengan dalih perintah Allah, bukanlah jenis Islam
yang kita jumpai dalam Al-Qur’an dan dalam ajaran mulia Rasulullah saw.
terorisme yaitu : Politik, Budaya, Sosial. Pertama, sebab politik yang didominasi oleh
kolonialisme budaya Barat dan ketiga, sebab social karena kemiskinan dan alinasi.
Sementara tidak satupun tokoh politik di Barat yang menolak perang terhadap terorisme,
pada saat yang sama, secara politik juga membenarkan bahwa “kekecewaan dan perasaan
sakit masyarakat muslim,” karena perlakuan tidak adil pada tiga aspek yang disebutkan di
atas, menjadi alasan rasional yang memberikan lejitimasi tuntutan aksi tindakan terorisme
(Zulfi, 2011).
Kondisi seperti tersebut menjadi sebab yang mendorong munculnya tindakan teror,
yang berdampak pada: pertama, munculnya sikap frustasi bagi sebagian kaum muslim,
seperti yang diwakili oleh kelompok radikal. Sikap frustasi ini pada akhirnya mendorong
diri menjadi eksklusif dalam bermasyarakat, reaksioner dalam menghadapi persoalan, dan
memobilisasi massa pendukung aksi kekerasan. Kegagalan ini munkin juga disebabkan
9
karena eksklusifitas mereka dalam kehidupan masyarakat luas. Ketiga, tidak ada pilihan
lain. Para pelaku teror menganggap diri mereka sebagai kelompok lemah. Karena
kekuatan militer tidak dimiliki, diplomasi yang selalu dikebiri oleh lembaga politik
internasional dan local, maka satu-satunya jalan yang harus ditempuh dalam melawan
ketidakadilan, penindasan dan fitnah adalah dengan jalan bom bunuh diri, dan tindakan
teror lainnya. Tujuan aksi terorisme adalah menyatakan perang melawan tiga aspek, yakni
2. Tindakan tersebut berdampak pada masyarakat baik fisik, psikis, harta benda mereka
4. Adanya tujuan atau kepentingan yang ingin dicapai pelaku, pada umumnya bernuansa
politik.
5. Korban tindakan tidak selalu berkaitan langsung dengan tujuan yang hendak dicapai.
a. Bom, Taktik yang sering digunakan adalah pengeboman.Dalam dekade terakhir ini
sering terjadi aksi teror yang dilaksanakan dengan menggunakan bom, baik di
Indonesia maupun di luar negeri, dan hal ini kedepan masih mungkin terjadi.
terhadap pesawat Garuda Indonesia di Don Muang Bangkok pada tahun 1981. Tidak
10
saat ini dan massa yang akan datang, baik di Indonesia maupun di luar negeri.
c. Pembunuhan, Pembunuhan adalah bentuk aksi teroris yang tertua dan masih
digunakan hingga saat in. Sasaran dari pembunuhan ini seringkali telah diramalkan,
Sasaran dari pembunuhan ini biasanya adalah pejabat pemerintah, penguasa, politisi
dan aparat keamanan.Dlam sepuluh tahun terakhir tercatat 246 kasus pembunuhan
menculik personel, sepperti yang dilakukan oleh kelompok GAM terhadap kameraman
RCTI Ersa Siregar dan Fery Santoro di Aceh. Penculikan biasanya akan diikuti dengan
sangat tipis. Kedua bentuk operasi ini seringkali meimiliki pengegertian yang sama.
tempat umum ataupun di dalam hutan seperti yang dilakukan oleh kelompok Kelly
Kwalik di Papua yang menyandera tim peneliti Lorenz pada tahun 1996. Tuntutan
dan kesenjangan, maka upaya menangkal terorisme global harus dengan menciptakan
sebuah tatanan global yang bersendikan keadilan baik di bidang politik, ekonomi,
begitu juga di bidang kehidupan social lainnya. Wawan H. Purwanto, menyatakan bahwa
11
terorisme tidak dapat diatasi dengan kekerasan, tetapi lebih kepada penyelesaian akar
masalah, sebab terorisme ini lebih kepada kepanjangan dari perang. Karena terorisme
tidak mempunyai hubungan dengan agama tertentu, maka upaya menangkal terorisme
harus dilakukan dengan lembut, hati-hati, dan bijaksana, penganut agama, dan
peradaban. Perang melawan terorisme harus juga memberantas akar dan penyebab
agama disertai konteks kebijakan global negara-negara Barat yang tidak adil, maka
program melawan kekerasan itu tidak hanya diarahkan pada pelurusan terhadap paham
1. Para tokoh agama dituntut agar mereka ikut adil memberi pencerahan pemikiran
dan bernegara. Mereka juga harus menjadi perekat di antara umat yang berbeda
agama.
agama.
3. Bijak dalam bersosial media, karena dalam menyebar luaskan suatu informasi,
terlebih dahulu mencari tau kebenaran dan keaslian informasi tersebut apakah itu hoax
atau fakta. Karena kasalahan dalam memberi dan menerima informasi juga
sekolah, mesjid. Hal ini dilakukan apabial ada isu-isu yang tidak beresdapat langsung
12
dilaporkan pada pihak berwajib atau tokoh agama yang bertanggung jawab. Para
generasi muda merupakan para penerus bangsa. Oleh Karen itu, pemuda harus
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, Terorisme adalah setiap tindakan
atau ancaman yang dapat mengganggu keamanan orang banyak yang dilakukan oleh
perorangan, kelompok ataupun negara. Islam mengutuk keras tindakan terorisme dengan
motif apapun, karena berbeda dengan misi Islam sebagai rahmatan lil alamin, dan agama
diatasnamakan jihad fi sabilillah, ini satu kesalahan besar. Islam itu bukan teroris, karena
Islam sebagai agama mengandung makna kedamaian, ketentraman dan cinta kasih sayang
masyarakat. Islam melarang setiap umatnya untuk melakukan kekerasan terhadap orang
lain dengan mengatasnamakan agama, baik dalam bentuk teror, intimidasi fitnah, dan
apalagi pembunuhan.
Faktor yang melatar belakangi munculnya terorisme. Pertama, sebab politik yang
didominasi oleh konflik berkepanjangan Israel- Arab dan campurtangan politik dan
militer Amerika Serikat di negara- negara Muslim. Kedua, sebab budaya, yakni
perlawanan terhadap kolonialisme budaya Barat dan ketiga, sebab social karena
kemiskinan dan alinasi. Sementara tidak satupun tokoh politik di Barat yang menolak
perang terhadap terorisme, pada saat yang sama, secara politik juga membenarkan bahwa
“kekecewaan dan perasaan sakit masyarakat muslim,” karena perlakuan tidak adil pada
tiga aspek yang disebutkan di atas, menjadi alasan rasional yang memberikan lejitimasi
tuntutan aksi tindakan terorisme. Ada bebrerapa bentuk kejahatan yang sering dilakukan
para teroris untuk melakukan aksinya, pertama, Terorisme fisik. Yaitu peristiwa-
14
pengeboman, penculikan, aksi bom bunuh diri, pembajakan, dll. Kedua, Terorisme
ideologi. Yaitu terorisme jenis ini jauh lebih berbahaya daripada terorisme fisik, sebab
seluruh bentuk terorisme fisik yang terjadi bersumber dan dorongan ideologi para
pelakunya.
Jihad dalam terminologi Islam berarti melakukan suatu upaya, berusaha dan berjuang
dengan cara yang mulia. Selama berabad- abad makna Jihad telah dirusak atau setidaknya
telah dibuat menyimpang. Hal yang sangat penting yang diperlukan oleh dunia Islam
adalah menghidupkan kembali dan merebut kembali makna sejati dari Jihad. Jihad dapat
dibagi menjadi dua kategori besar. Pertama adalah Jihad Akbar. Ini adalah Jihad melawan
diri sendiri dalam mengekang kecenderungan dosa, yaitu dengan penyucian diri. Ini
adalah jihad yang paling sulit, oleh karenanya dalam hal ganjaran dan berkatnya Jihad ini
masuk ke dalam kategori Jihad tertinggi. Jihad yang kedua adalah Jihad Asghar. Ini
adalah Jihad pedang. Ini adalah Jihad secara komunal dan berada dibawah syarat dan
kondisi tertentu. Al-Qur‟an menyatakan bahwa peperangan hanya dilakukan pada mereka
yang menyerang Muslim terlebih dahulu dan syarat ini juga yang sangat ditekankan
dalam ayat-ayat Al-Qur‟an yang lain. Terorisme tidak dapat diatasi dengan kekerasan,
tetapi lebih kepada penyelesaian akar masalah, sebab terorisme ini lebih kepada
kepanjangan dari perang. Karena terorisme tidak mempunyai hubungan dengan agama
tertentu, maka upaya menangkal terorisme harus dilakukan dengan lembut, hati-hati, dan
bijaksana, penganut agama, dan peradaban. Perang melawan terorisme harus juga
memberantas akar dan penyebab terorisme. Adapun cara yang dapat dilakukan sebagai
solusi untuk membentengi diri dari pengaruh terorisme sebagai barikut: (1) Para tokoh
agama dituntut agar mereka ikut adil memberi pencerahan pemikiran kepada masyarakat
pemuda, (3) Bijak dalam bersosial media, karena kasalahan dalam memberi dan
menerima informasi juga berpengaruh pada persatuan dan kesatuan dalam bermasyarakat,
di sekolah, mesjid.
3.2 Saran
Setelah kita memahami semuanya, sudah dapat disimpulkan dan terlihat jelas
perbedaan antara jihad dan terorisme. Seperti kita ketahui bahwah banyak kalangan
masyarakat yang kadang salah mengartikan arti jihad dan terorisme. Bijak lah dalam
mengunakan media sosial serta cermat menyaring informasi yang mengatas namakan
agama untuk perjuangan agar tidak terjerumus akan segala pengaruh negatif dalam
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/karsa/article/view/135 7/1030.
Salenda, Kasjim. 2009.Terorisme dan Jihad dalam Perspektif Hukum Islam, BAdan
Qardhawi, Yusuf. 2010. Jihad Menurut Al-Qur‟an dan Sunnah, Bandung:PT Mizan
Pustaka.
Yusuf, Ali Anwar. 2003. Studi Agama Islam, Bandung: Pustaka setia.