Anda di halaman 1dari 16

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terorisme merupakan salah satu pembahasan yang sering menjadi topik pembicaraan

oleh kalangan akademisi dan para ahli. Beberapa penyebab terjadinya peristiwa terorisme

banyak terjadi dikarenakan penyesatan dan doktrin yang menyalah artikan konsep jihad

dalam Islam. Di Indonesia banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang mengatas namakan

sebagai gerakan jihad, dengan berbagai macam sekenario yang sudah dirancang

sebelumnya, seperti contoh bom bunuh diri di Bali, bom bunuh diri di hotel dan gereja di

kota Surabaya. Diluar negeri pun kerapkali banyak propaganda yang dilakukan oleh

orang-orang non muslim, yang salah satunya dimanfaatkan untuk merusak citra Islam

dikanca dunia, sehingga Islam terkesan sebagai agama yang penuh dengan kekerasan,

penuh dengan teror dan sarat akan pertumpahan darah. Sebagai contoh kasus yang baru-

baru ini hangat diperbicangkan, kasus penembakan di New Zealand, berdasarkan hasil

olah TKP dan pendalaman kasus terhadap si pelaku, ternyata pelaku adalah non muslim,

dan ini jelas terbukti kalau teroris itu tidak melulu disamaratakan dengan agama islam.

Peristiwa terorisme di Indonesia erat kaitanya dengan Islam fundamentalis yang

menyimpang sekaligus memiliki paham yang radikal. Fundamentalisme Islam di

Indonesia dapat dibagi menjadi dua: tradisional dan modern. Fundamentalisme

tradisional diwakili oleh kelompok-kelompok yang menekankan pendekatan literal dan

skriptural terhadap sumber-sumber Islam, seperti Persatuan Islam (Persis), dan dalam

konteks Dewan Ulama Indonesia (MUI) terbaru melalui fatwanya. Sementara itu,

fundamentalisme modern atau dalam politik diwakili misalnya oleh partai-partai politik

Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bulan Bintang (PBB), dan partai-

partai Islam lainnya yang bercita-cita untuk mendirikan negara Islam berdasarkan

Syariah dan ideologi Islam.


2

Secara subtansial, Islam tidak mengajarkan perilaku kekerasan. Wa ma arsalnaka

Illa rahmatan illa alamiin sangat tegas didalam Al- Qur‟an. Islam radikal memandang

bahwa “umat Islam telah menyimpang dari ajaran Islam yang murni”, dengan

pandangan yang demikian kolompok ini selalu menyerukan pemberlakuan syari’at

Islam yang menurut kelompok ini dipandang akan mengayomi dan menjamin

keselamatan dan keamanaan serta kesejahteraan umat Islam. Sehingga untuk

mewujudkan semua tujuannya, maka kelompok ini seringakali melakukan tindakan-

tindakan ektrim dan terorisme dengan mengatasnamakan agama.

Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk menjelaskan pandangan Islam mengenai

terorisme dalam definisi dari istilah yang ada, maka kami akan menjelaskan poin-poin

utama pengertian terorisme yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama Islam. Kami ingin

mencoba untuk membuktikan bahwa agama Islam bukan hanya agama anti teror dan

terorisme, bahkan ia adalah agama yang memiliki strategi yang baik dan matang dalam

memerangi dan menghadapai aksi terorisme. selain itu artikel ini pun berupaya untuk

menyampaikan pandangan Islam mengenai terorisme.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Islam dan Terorisme.?

2. Bagaimana Pandangan Islam Terhadap Terorisme.?

3. Bagaimana Konsep Jihad dalam Islam.?

4. Apa saja Faktor Penyebab Munculnya Terorisme.?

5. Kriteria Tindakan yang Dapat Di Kategorikan sebagai Tindakan Teroris.?

6. Bagaimana Cara Membentengi Diri Dari Pengaruh Terorisme.?

1.3 Tujuan

Tujuan Kita dapat Mengetahui Semua Hal yang Ada Pada Rumusan Masalah.
3

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Islam dan Terorisme

Kata Islam berasal dari kata “aslama” yang merupakan turunan dari kata “as-

salm, as-salam, as-salamah” yang artinya bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan

batin. Dengan demikian, dari asal kata ini, dapat diartikan bahwa dalam Islam terkandung

makna suci, bersih tanpa cacat atau sempurna. Kata “Islam” juga dapat diambil dari kata

“as-salm” yang berarti perdamaian dan keamanan. Secara terminologis disepakati oleh

para ulama bahwa Islam adalah, kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak

manusia diturunkan ke muka bumi dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan

sempurna dalam Al-Qur‟an yang suci yang diwahyukan Tuhan kepada nabi-Nya yang

terakhir, yakni nabi Muhammad SAW., satu kaidah hidup ynag membuat tuntunan yang

jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual maupun material. Dari

definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah

kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya, berisi aturan-aturan atau norma-norma yang

mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia

dengan alam semesta.

Sedangkan Terorisme, menurut kamus besar bahasa Indonesia kata teror

berarti menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau

golongan. Teroris berarti orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa

takut, biasanya untuk bertujuan politik. Sedangkan terorisme berarti penggunaan

kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan yang sudah

direncanakan dalam praktik tindakan teror. Disebutkan bahwa perkataan “teroris”

(pelaku) dan “terorisme” (aksi) berasal dari bahasa latin “terrere” yang kurang lebih

berart menbuat gemetar atau menggetarkan. Kata juga bisa menimbulkan kengerian.

Mulyadi, dalam salah satu artikelnya menyatakan bahwa tindakan pidana terorisme
4

adalah kegiatan yang melibatkan unsur kekerasan atau menimbulkan efek bahaya bagi

kehidupan manusia yang melanggar hukum pidana. Sedangkan yang dimaksud dalam

pasal 1 ayat (1) undang- umdang No. 15 Tahun 2003 tentang pemberantasan tindak

pidana terorisme diatas adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan secara

sistematis dengan maksud untuk menghancurkan kedaulatan bangsa dan negara dengan

membahayakan kedaulatan bangsa dan Negara yang dilakukan dengan menggunakan

kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suatu teror atau rasa takut terhadap

orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara

merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau

mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis

atau lingkungan hidup atau fasilitas public atau fasilitas internasional. Jadi terorisme

adalah menyebarkan ketakutan di tengah- tengah manusia dan menyebabkan mereka

kehilangan rasa aman yang merupakan nikmat Allah terbesar kepada mahkluknya.

Dari berbagai pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa terorisme adalah

tindakan kekerasan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang, yang bertujuan

untuk menyebarkan ketakutan di tengah-tengah masyarakat, hingga menyebabkan mereka

kehilangan rasa aman, sampai kehilangan nyawa. Dengan mengatas namakan jihad

membela Agama.

2.2 Pandangan Islam Terhadap Terorisme


Hampir semua pemuka Islam menolak adanya pengkaitan antara Islam

denganTerorisme. Ajaran Islam dipandang mengajarkan perdamaian dan bukan

terorisme. Terlepas dari penolakan label terorisme itu, realitas menunjukan bahwa ada

kelompok-kelompok di dalam Islam yang menggunakan simbol Islam di dalam

mencapai tujuannya, termasuk melalui cara-cara terorisme. Secara normatif, agama dan

terorisme barangkali tidak memiliki keterkaitan sama sekali. Tetapi secara empiris,

benang merah diantara keduanya memang tidak bisa dielakan Islam itu bukan teroris,
5

karena Islam sebagai agama mengandung makna kedamaian, ketentraman dan cinta kasih

sayang kepada semua makhluk. Sedangkan terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap

kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan

negara, bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan

masyarakat. Terorisme adalah salah satu bentuk kejahatan yang diorganisir dengan baik,

bersifat transnasional dan digolongkan sebagai kejahatan yang luar biasa yang tidak

membedakan sasaran. Oleh karena itu Islam sangat menentang sikap tersebut, karena

sebagai agama, Islam didasarkan pada prinsip-prinsip dasar, dengan yang utama percaya

kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mematuhi aturan-aturan-Nya yang mengatur

perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan. Dan Islam juga menghargai bahkan

memuliakan setiap manusia tanpa harus memandang warna kulit, bahasa, ras atau

bahkan agama. Islam sebagai agama, pandangan hidup, dan sebagai “way of life” atau

jalan hidup bagi penganutnya, tentu saja tidak mengijinkan dan bahkan mengutuk

terorisme. Islam dengan kitab sucinya Al Quran yang mengajarkan tentang moral-moral

yang berdasarkan konsep-konsep seperti cinta, kasih sayang, toleransi dan kemurahan

hati. Nilai-nilai yang ada di dalam Al Quran membuat seorang Muslim bertanggung

jawab untuk memperlakukan semua orang, apakah itu Muslim atau non-Muslim, dengan

rasa kasih sayang dan rasa keadilan, melindungi yang lemah dan yang tidak bersalah dan

mencegah kemungkaran. Membunuh seseorang tanpa alasan adalah salah contoh yang

jelas dari kemungkaran

Oleh karenanya, maka islam melarang setiap umatnya untuk melakukan kekerasan

terhadap orang lain dengan mengatasnamakan agama, baik dalam bentuk teror,

intimidasi fitnah, dan apalagi pembunuhan. Islam sangat menghormati hak hidup seorang

manusia, sehingga melarang mereka yang tidak bersenjata dan musuh, terhadap

masyarakat sipil serta harta kekayaan mereka.serangan atas hidup seseorang, apakah
6

dengan membunuh, mengancam, meneror, yang menjadikan orang takut seperti kasus-

kasus terorisme belakangan ini adalah merupakan serangan terhadap hak hidup seluruh

manusia.

Terorisme selalu berawal dari radikalisme. Radikalisme dalam konteks sebab

memahami teks dan norma agama secara dangkal. Radikalisme dalam konteks sebab

terjebak pada situasi politik dan hegemoni Barat. Radikalisme dalam konteks sebab tidak

puas dengan kinerja pemerintah dan ingin mengadakan revolusi secara besar-besaran.

Adian Husaini (2004) dalam sebuah artikelnya menjelaskan bahwa banyak ilmuwan dan

tokoh AS, seperti Chomsky, William Blum, yang tanpa ragu-ragu memberi julukan AS

sebagai „a leading terrorist state‟, atau „a rogue state‟. Maka dari itu, sangat naif bagi

Huntington yang justru mencoba menampilkan fakta yang tidak adil dan sengaja

membingkai Islam sebagai musuh baru AS. Bahkan ia menyatakan, “The rethoric of

America‟s ideological war with militant communism has been transferred to its religious

and cultural war with militant Islam.” Di sisi lain, aksi terorisme oleh kalangan Islam

militan dan radikal ini juga menuai protes dari kalangan Muslim moderat, meskipun

kalangan Muslim moderat juga berpandangan bahwa terorisme ini juga termasuk pada

konspirasi global untuk menghancurkan Islam.

2.3 Konsep Jihad Dalam Islam

Dari komentar-komentar yang menuding Islam sebagai aktor-aktor teroris menjadi

bahan pembicaraan yang terus berkembang yang kemudian menghubung-hubungkannya

dengan jihad. Sehingga definisi jihad pengertiannya menjadi cenderung distortif dan

manipulatif. Bom Bali, bom Kuningan dan lainnya yang terjadi di Indonesia semakin

menguatkan media barat untuk mencitrakan bahwa agama Islam identik dengan teroris.

Sedangkan dalam Islam sendiri sebagian menganggap perbuatan itu adalah jihad.

Kata jihad berasal dari kata Juhd, yang berarti upaya, usaha, kerja keras dan
7

perjuangan. Seseorang dikatakan berjihad apabila ia berusaha mati-matian dengan

mengerahkan segenap kemampuan fisik maupun materi dalam memerangi dan melawan

musuh agama. Dengan kata lain, berjihad adalah berperang, seperti dimaksud dengan

imperatif ini: ”jaahidil-kuffar wal munafiqin (perangilah orang-orang kafir dan orang

munafik)”(Q.S. At- Taubah: 73 dan Q.S. At-Tahrim:9).

Melalui aksi beberapa pihak, dunia barat telah menampilkan suatu konsep yang

salah mengenai jihad (Perang Suci). Kata Jihad di-identikkan dengan barisan orang-

orang religius yang fanatik dengan janggut yang seram dan mata berapi-api, dengan

mengacungkan pedang dan menyerang orang-orang kafir.

Jihad dalam terminologi Islam berarti melakukan suatu upaya, berusaha dan

berjuang dengan cara yang mulia. Selama berabad- abad makna Jihad telah dirusak atau

setidaknya telah dibuat menyimpang. Hal yang sangat penting yang diperlukan oleh

dunia Islam adalah menghidupkan kembali dan merebut kembali makna sejati dari Jihad.

Jihad dapat dibagi menjadi dua kategori besar. Pertama adalah Jihad Akbar. Ini adalah

Jihad melawan diri sendiri dalam mengekang kecenderungan dosa, yaitu dengan

penyucian diri. Ini adalah jihad yang paling sulit, oleh karenanya dalam hal ganjaran dan

berkatnya Jihad ini masuk ke dalam kategori Jihad tertinggi.

Jihad yang kedua adalah Jihad Asghar. Ini adalah Jihad pedang. Ini adalah Jihad

secara komunal dan berada dibawah syarat dan kondisi tertentu. Al-Qur‟an menyatakan

bahwa peperangan hanya dilakukan pada mereka yang menyerang Muslim terlebih

dahulu dan syarat ini juga yang sangat ditekankan dalam ayat-ayat Al-Qur‟an yang lain.

Ayat yang disebut ayat pedang di dalam Al- Qur‟an seringkali dipergunakan diluar

konteks, seolah dikesankan sebagai pembantaian yang membabi buta kepada kaum kafir.

Kata- kata Al-Qur’an seperti „bunuhlah‟, dimanapun kalian menemukannya, hal itu

hanya berlaku dalam kasus dimana musuh telah menyerang Muslim lebih dahulu dan
8

berlaku kepada orang-orang kafir dan musuh-musuh yang telah melanggar suatu

perjanjian yang sudah disepakati. Hal tersebut tidak berlaku untuk peperangan atau

pertarungan tanpa sebab. Menafsirkan ayat-ayat ini diluar konteks yang sudah disebutkan

diatas maka hal itu akan menjadi ejekan dari cita-cita luhur Islam. Tidak ada satupun

contoh dalam kehidupan Nabi Muhammad saw yang menawarkan kepada seseorang

untuk memilih pedang ataukah Islam. Gambaran Islam sebagai agama yang kasar dan

barbar yang menetapkan hak baginya untuk menimpakan kehancuran materil dan

penderitaan manusia yang tanpa dasar dengan dalih perintah Allah, bukanlah jenis Islam

yang kita jumpai dalam Al-Qur’an dan dalam ajaran mulia Rasulullah saw.

2.4 Faktor Penyebab Munculnya Terorisme


Dari berbagai referensi terdapat banyak factor yang melatar belakangi munculnya

terorisme yaitu : Politik, Budaya, Sosial. Pertama, sebab politik yang didominasi oleh

konflik berkepanjangan Israel-Arab dan campurtangan politik dan militer Amerika

Serikat di negara-negara Muslim. Kedua, sebab budaya, yakni perlawanan terhadap

kolonialisme budaya Barat dan ketiga, sebab social karena kemiskinan dan alinasi.

Sementara tidak satupun tokoh politik di Barat yang menolak perang terhadap terorisme,

pada saat yang sama, secara politik juga membenarkan bahwa “kekecewaan dan perasaan

sakit masyarakat muslim,” karena perlakuan tidak adil pada tiga aspek yang disebutkan di

atas, menjadi alasan rasional yang memberikan lejitimasi tuntutan aksi tindakan terorisme

(Zulfi, 2011).

Kondisi seperti tersebut menjadi sebab yang mendorong munculnya tindakan teror,

yang berdampak pada: pertama, munculnya sikap frustasi bagi sebagian kaum muslim,

seperti yang diwakili oleh kelompok radikal. Sikap frustasi ini pada akhirnya mendorong

diri menjadi eksklusif dalam bermasyarakat, reaksioner dalam menghadapi persoalan, dan

cenderung melakukan kekerasan dalam memecahkan persoalan. Kedua, kegagalan

memobilisasi massa pendukung aksi kekerasan. Kegagalan ini munkin juga disebabkan
9

karena eksklusifitas mereka dalam kehidupan masyarakat luas. Ketiga, tidak ada pilihan

lain. Para pelaku teror menganggap diri mereka sebagai kelompok lemah. Karena

kekuatan militer tidak dimiliki, diplomasi yang selalu dikebiri oleh lembaga politik

internasional dan local, maka satu-satunya jalan yang harus ditempuh dalam melawan

ketidakadilan, penindasan dan fitnah adalah dengan jalan bom bunuh diri, dan tindakan

teror lainnya. Tujuan aksi terorisme adalah menyatakan perang melawan tiga aspek, yakni

ketidakadilan, penindasan dan fitnah.

2.5 Kriteria Tindakan yang Dapat Dikatergorikan Sebagai Tindakan Terorisme


Suatu tindakan kejahatan yang dikategorikan sebagai tindakan terorisme jika

memenuhi kriteria antara lain:

1. Andanya tindakan berupa ancaman ataupun kekerasan yang illegal.

2. Tindakan tersebut berdampak pada masyarakat baik fisik, psikis, harta benda mereka

maupun fasilitas umum baik yang berskala domestik maupun internasional.

3. Manimbulkan ketakutan dan kepanikan suatu kelompok atau masyarakat.

4. Adanya tujuan atau kepentingan yang ingin dicapai pelaku, pada umumnya bernuansa

politik.

5. Korban tindakan tidak selalu berkaitan langsung dengan tujuan yang hendak dicapai.

6. Pelakunya dapat berupa perorangan, kelompok terorganisir ataupun penguasa dalam

suatu pemerintahan yang sah.

Adapun taktik yang sering dilakukan oleh para teroris adalah:

a. Bom, Taktik yang sering digunakan adalah pengeboman.Dalam dekade terakhir ini

sering terjadi aksi teror yang dilaksanakan dengan menggunakan bom, baik di

Indonesia maupun di luar negeri, dan hal ini kedepan masih mungkin terjadi.

b. Pembajakan.Pembajakan sangat populer dilancarkan oleh kelompok teroris.Pembajkan

terhadap pesawat terbang komersial pernah terjadi di beberapa negara, termasuk

terhadap pesawat Garuda Indonesia di Don Muang Bangkok pada tahun 1981. Tidak
10

menutup kemungkinan pembajakan pesawat terbang komersial masih akaan terjadi

saat ini dan massa yang akan datang, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

c. Pembunuhan, Pembunuhan adalah bentuk aksi teroris yang tertua dan masih

digunakan hingga saat in. Sasaran dari pembunuhan ini seringkali telah diramalkan,

teroris akan mengklaim bertanggungjawab atas pembunuhan yang dilaksanakan.

Sasaran dari pembunuhan ini biasanya adalah pejabat pemerintah, penguasa, politisi

dan aparat keamanan.Dlam sepuluh tahun terakhir tercatat 246 kasus pembunuhan

oleh teroris seluruh dunia.

d. Penculikan, Tidak semua penghadangan ditujukan untuk membunuh.Dalam kasus

kelompok gerilya Abu Sayaf di Filipina, penghadangan lebih ditujukan untuk

menculik personel, sepperti yang dilakukan oleh kelompok GAM terhadap kameraman

RCTI Ersa Siregar dan Fery Santoro di Aceh. Penculikan biasanya akan diikuti dengan

tuntutan imbalan berupa uang atau tuntutan politik lainnya.

e. Penyanderaan. Perbedaan antara penculikan dan penyanderaan dalam dunia terorisme

sangat tipis. Kedua bentuk operasi ini seringkali meimiliki pengegertian yang sama.

Penculik biasanya meennan korbannya di tempat tersembunyi dan tuntutannya adalah

berupa materi dan uang, sedangkan penyanderaan biasanya menahan sandera di

tempat umum ataupun di dalam hutan seperti yang dilakukan oleh kelompok Kelly

Kwalik di Papua yang menyandera tim peneliti Lorenz pada tahun 1996. Tuntutan

penyannderaan lebih dari sekedar materi.Biasanya tuntutan politik lebih sering

dilemparkan pada kasus penyanderaan ini.

2.6 Cara Membentengi Diri Dari Pengaruh Terorisme


Berangkat dari kesadaran bahwa akar terorisme adalah kemiskinan, ketidakadilan,

dan kesenjangan, maka upaya menangkal terorisme global harus dengan menciptakan

sebuah tatanan global yang bersendikan keadilan baik di bidang politik, ekonomi,

begitu juga di bidang kehidupan social lainnya. Wawan H. Purwanto, menyatakan bahwa
11

terorisme tidak dapat diatasi dengan kekerasan, tetapi lebih kepada penyelesaian akar

masalah, sebab terorisme ini lebih kepada kepanjangan dari perang. Karena terorisme

tidak mempunyai hubungan dengan agama tertentu, maka upaya menangkal terorisme

harus dilakukan dengan lembut, hati-hati, dan bijaksana, penganut agama, dan

peradaban. Perang melawan terorisme harus juga memberantas akar dan penyebab

terorisme. Mengingat terorisme adalah dampak dari kekeliruan memahami teks-teks

agama disertai konteks kebijakan global negara-negara Barat yang tidak adil, maka

program melawan kekerasan itu tidak hanya diarahkan pada pelurusan terhadap paham

keagamaan kaum Muslim. Tetapi juga secara sungguh-sungguh harus berupaya

menciptakan tatanan global yang adil.

Adapun cara yang dapat dilakukan sebagai solusi untuk

membentengi diri dari pengaruh terorisme sebagai barikut:

1. Para tokoh agama dituntut agar mereka ikut adil memberi pencerahan pemikiran

kepada masyarakat tentang bahaya terorisme bagi kelangsungan kehidupan berbangsa

dan bernegara. Mereka juga harus menjadi perekat di antara umat yang berbeda

agama.

2. Meningkatkan pemahaman keagamanaan bagi para pemuda, karena para pemuda

rentang terpengaruh ajaran terorisme disebabkan oleh minimnya pemahaman ilmu

agama.

3. Bijak dalam bersosial media, karena dalam menyebar luaskan suatu informasi,

terlebih dahulu mencari tau kebenaran dan keaslian informasi tersebut apakah itu hoax

atau fakta. Karena kasalahan dalam memberi dan menerima informasi juga

berpengaruh pada persatuan dan kesatuan dalam bermasyarakat.

4. Membentuk komunitas-komunitas anti terorisme di lingkungan masyarakat, seperti di

sekolah, mesjid. Hal ini dilakukan apabial ada isu-isu yang tidak beresdapat langsung
12

dilaporkan pada pihak berwajib atau tokoh agama yang bertanggung jawab. Para

generasi muda merupakan para penerus bangsa. Oleh Karen itu, pemuda harus

menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam bergaul di masyarakat.


13

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, Terorisme adalah setiap tindakan

atau ancaman yang dapat mengganggu keamanan orang banyak yang dilakukan oleh

perorangan, kelompok ataupun negara. Islam mengutuk keras tindakan terorisme dengan

motif apapun, karena berbeda dengan misi Islam sebagai rahmatan lil alamin, dan agama

yang menjunjung tinggi nada kedamaian. Kalau seandainya tindakan terorisme

diatasnamakan jihad fi sabilillah, ini satu kesalahan besar. Islam itu bukan teroris, karena

Islam sebagai agama mengandung makna kedamaian, ketentraman dan cinta kasih sayang

kepada semua makhluk. Sedangkan terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap

kemanusiaan dan peradabanyang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan

negara, bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan

masyarakat. Islam melarang setiap umatnya untuk melakukan kekerasan terhadap orang

lain dengan mengatasnamakan agama, baik dalam bentuk teror, intimidasi fitnah, dan

apalagi pembunuhan.

Faktor yang melatar belakangi munculnya terorisme. Pertama, sebab politik yang

didominasi oleh konflik berkepanjangan Israel- Arab dan campurtangan politik dan

militer Amerika Serikat di negara- negara Muslim. Kedua, sebab budaya, yakni

perlawanan terhadap kolonialisme budaya Barat dan ketiga, sebab social karena

kemiskinan dan alinasi. Sementara tidak satupun tokoh politik di Barat yang menolak

perang terhadap terorisme, pada saat yang sama, secara politik juga membenarkan bahwa

“kekecewaan dan perasaan sakit masyarakat muslim,” karena perlakuan tidak adil pada

tiga aspek yang disebutkan di atas, menjadi alasan rasional yang memberikan lejitimasi

tuntutan aksi tindakan terorisme. Ada bebrerapa bentuk kejahatan yang sering dilakukan

para teroris untuk melakukan aksinya, pertama, Terorisme fisik. Yaitu peristiwa-
14

peristiwa yang sekarang menjadi puncak sorotan perhatian manusia: peledakan,

pengeboman, penculikan, aksi bom bunuh diri, pembajakan, dll. Kedua, Terorisme

ideologi. Yaitu terorisme jenis ini jauh lebih berbahaya daripada terorisme fisik, sebab

seluruh bentuk terorisme fisik yang terjadi bersumber dan dorongan ideologi para

pelakunya.

Jihad dalam terminologi Islam berarti melakukan suatu upaya, berusaha dan berjuang

dengan cara yang mulia. Selama berabad- abad makna Jihad telah dirusak atau setidaknya

telah dibuat menyimpang. Hal yang sangat penting yang diperlukan oleh dunia Islam

adalah menghidupkan kembali dan merebut kembali makna sejati dari Jihad. Jihad dapat

dibagi menjadi dua kategori besar. Pertama adalah Jihad Akbar. Ini adalah Jihad melawan

diri sendiri dalam mengekang kecenderungan dosa, yaitu dengan penyucian diri. Ini

adalah jihad yang paling sulit, oleh karenanya dalam hal ganjaran dan berkatnya Jihad ini

masuk ke dalam kategori Jihad tertinggi. Jihad yang kedua adalah Jihad Asghar. Ini

adalah Jihad pedang. Ini adalah Jihad secara komunal dan berada dibawah syarat dan

kondisi tertentu. Al-Qur‟an menyatakan bahwa peperangan hanya dilakukan pada mereka

yang menyerang Muslim terlebih dahulu dan syarat ini juga yang sangat ditekankan

dalam ayat-ayat Al-Qur‟an yang lain. Terorisme tidak dapat diatasi dengan kekerasan,

tetapi lebih kepada penyelesaian akar masalah, sebab terorisme ini lebih kepada

kepanjangan dari perang. Karena terorisme tidak mempunyai hubungan dengan agama

tertentu, maka upaya menangkal terorisme harus dilakukan dengan lembut, hati-hati, dan

bijaksana, penganut agama, dan peradaban. Perang melawan terorisme harus juga

memberantas akar dan penyebab terorisme. Adapun cara yang dapat dilakukan sebagai

solusi untuk membentengi diri dari pengaruh terorisme sebagai barikut: (1) Para tokoh

agama dituntut agar mereka ikut adil memberi pencerahan pemikiran kepada masyarakat

tentang bahaya terorisme, (2) Meningkatkan pemahaman keagamanaan bagi para


15

pemuda, (3) Bijak dalam bersosial media, karena kasalahan dalam memberi dan

menerima informasi juga berpengaruh pada persatuan dan kesatuan dalam bermasyarakat,

(4) Membentuk komunitas-komunitas anti terorisme di lingkungan masyarakat, seperti

di sekolah, mesjid.

3.2 Saran

Setelah kita memahami semuanya, sudah dapat disimpulkan dan terlihat jelas

perbedaan antara jihad dan terorisme. Seperti kita ketahui bahwah banyak kalangan

masyarakat yang kadang salah mengartikan arti jihad dan terorisme. Bijak lah dalam

mengunakan media sosial serta cermat menyaring informasi yang mengatas namakan

agama untuk perjuangan agar tidak terjerumus akan segala pengaruh negatif dalam

perkembangan saat ini.


16

DAFTAR PUSTAKA

Ariwidodo, Eko, (2017). “Shifting Paradigm of Modern Islam Fundamentalism as

Islamized Space Autonomy in Indonesia”, Karsa, Vol. 25 No.1,

http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/karsa/article/view/135 7/1030.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Salenda, Kasjim. 2009.Terorisme dan Jihad dalam Perspektif Hukum Islam, BAdan

Litbang dan Diklat Departemen Agama RI.

Mardenis. 2013. Pemberantasan Terorisme, Jakarta: Rajawali Pers. Mubaraq, Zulfi.

2011. Tafsir Jihad: Menyingkap Tabir Fenomena

Terorisme Global, Malang:Uin-Maliki Press.

Qardhawi, Yusuf. 2010. Jihad Menurut Al-Qur‟an dan Sunnah, Bandung:PT Mizan

Pustaka.

Susanto, Edy. 2018. Dimensi Studi Islam Kontemporer, Jakarta:Prenadamedia Grup.

Syamsuddin Arif, “Memahami Konsep Jihad”, dalam Hidayatullah, edisiJanuari 2006

Yatimin, Abdullah ,M. 2006. Studi Islam Komtemporer, Jakarta:Amzah.

Yusuf, Ali Anwar. 2003. Studi Agama Islam, Bandung: Pustaka setia.

Anda mungkin juga menyukai