Disusun Oleh :
1. SRI WINDIYA
2. ROBIATUL ADAWIYAH
3. MIFTAKUL AMIN.
Kelompok : 13
Kelas : PAI C
Semester : 2
Abstraksi
Teror sudah lama ada hampir seiring dengan sejarah peradaban manusia, tetapi mulai
efektif digemakan pada abad pertengahan ketika negara-negara atau kerajaan-kerajaan
berperang, dan terror digemakan sebagai salah satu cara untuk memenangkan peperangan.
Tetapi waktu itu hampir terlalu gampang untuk ditebak, siapa yang melakukan terror. Namun
sekarang, kejadian terror hampir sangat sulit ditebak siapa pelakunya, organisasi atau negara
mana yang mengaturnya.
Pada saat ini, apabila kita mendengar kata-kata terorisme, pikiran kita hampir selalu
terkait atau tergambar adanya sesuatu yang negatif, adanya bom yang meledak hebat yang
menghancurkan gedung-gedung dan sarana prasarana lain, tewasnya manusia yang tidak
terhitung jumlahnya serta akibat lain yang dikategorikan perbuatan biadab, tidak bermoral,
tidak berperikemanusiaan. Namun, apakah memang demikian sebenarnya? Bahkan kadang-
kadang selalu digandeng-gandengkan antara terorisme dengan islam. Apabila demikian,
apakah sebenarnya terorisme itu?. Dalam hal ini kelompok kami akan membahas lebih lanjut
tentang terorisme dalam makalah yang berjudul “Terorisme”.
Terorisme muncul pada akhir abad 19 dan menjelang terjadinya Perang Dunia-I, terjadi
hampir di seluruh belahan dunia. Pada pertengahan abad ke-19, Terorisme mulai banyak
dilakukan di Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Mereka percaya bahwa Terorisme adalah cara
yang paling efektif untuk melakukan revolusi politik maupun sosial, dengan cara membunuh
orang-orang yang berpengaruh. Sejarah mencatat pada tahun 1890-an aksi
terorisme Armenia melawan pemerintah Turki, yang berakhir dengan bencana pembunuhan
massal terhadap warga Armenia pada Perang Dunia I. Pada dekade tersebut, aksi Terorisme
diidentikkan sebagai bagian dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan ideologi.
Bentuk pertama Terorisme, terjadi sebelum Perang Dunia II, Terorisme dilakukan dengan
cara pembunuhan politik terhadap pejabat pemerintah. Bentuk kedua Terorisme dimulai di
Aljazair pada tahun 50an, dilakukan oleh FLN yang memopulerkan “serangan yang bersifat
acak” terhadap masyarakat sipil yang tidak berdosa. Hal ini dilakukan untuk melawan apa
yang disebut sebagai Terorisme negara oleh Algerian Nationalist. Pembunuhan dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan keadilan. Bentuk ketiga Terorisme muncul pada tahun
60an dan terkenal dengan istilah “Terorisme Media”, berupa serangan acak terhadap siapa
saja untuk tujuan publisitas. Bentuk ketiga ini berkembang melalui tiga sumber, yaitu:
Namun Terorisme bentuk ini dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang ketika itu
sebagian besar buta huruf dan apatis. Seruan atau perjuangan melalui tulisan mempunyai
dampak yang sangat kecil. Akan lebih efektif menerapkan “the philosophy of the bomb” yang
bersifat eksplosif dan sulit diabaikan. Pasca Perang Dunia II, dunia tidak pernah mengenal
"damai". Berbagai pergolakan berkembang dan berlangsung secara berkelanjutan. Konfrontasi
negara adikuasa yang meluas menjadi konflik Timur - Barat dan menyeret beberapa
negara Dunia Ketiga ke dalamnya menyebabkan timbulnya konflik Utara - Selatan.
Perjuangan melawan penjajah, pergolakan rasial, konflik regional yang menarik campur
tangan pihak ketiga, pergolakan dalam negeri di sekian banyak negara Dunia Ketiga,
membuat dunia labil dan bergejolak. Ketidakstabilan dunia dan rasa frustasi dari banyak
Negara Berkembang dalam perjuangan menuntut hak-hak yang dianggap fundamental dan
sah, membuka peluang muncul dan meluasnya Terorisme. Fenomena Terorisme meningkat
sejak permulaan dasa warsa 70-an. Terorisme dan Teror telah berkembang dalam sengketa
ideologi, fanatisme agama, perjuangan kemerdekaan, pemberontakan, gerilya, bahkan juga
oleh pemerintah sebagai cara dan sarana menegakkan kekuasaannya.
A. Target Terorisme
1. Teror yang ditujukan kepada pihak-pihak yang ada pada suatu wilayah dan kekuasaan
negara tertentu, yang dapat berupa pemberontakan bersenjata, pengacauan
stabilitasnasional, dan gangguan keamanan nasional.
2. Tindakan teror yang ditujukan kepada bangsa atau negara lain diluar kawasan negara
yang didiami oleh teroris, dengan bentuk :
a. Dari Pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Dalam bentuk penjajahan,
invansi, intervensi,agresi dan perang terbuka.
b. Dari Pihak yang Lemah kepada Pihak yang kuat. Dalam bentuk pembajakan,
gangguan keamanan internasional, sabotase, tindakan nekat dan berani mati,
pasukan bunuh diri, dsb.
3. Selain itu, arah gerakan terorisme sekarang menarget remaja dan anak muda. Remaja
dinilai menjadi sosok paling rentan untuk ditarik menjadi jaringan sel terorisme.
Sebab, ancaman radikalisme di kalangan remaja masih sangat tinggi di Indonesia.
Bahkan, berdasarkan penelitian di kalangan siswa dan guru agama, 50 persen siswa
setuju menggunakan cara radikal untuk membela agama.
4. Menunjukkan kelemahan alat-alat kekuasaan ( Aparatur Pemerintah )
5. Menimbulkan pertentangan dan radikalisme di masyarakat atau segmen tertentu
dalam masyarakat.
6. Mempermalukan aparat pemerintah dan memancing mereka bertindak represif
kemudian mendiskreditkan pemerintah dan menghasilkan simpati masyarakat
terhadap tujuan teroris
7. Menggunakan media masa sebagai alat penyebarluasan propaganda dan tujuan
politik teroris.
8. Sasaran fisik bangunan antara lain : Instalasi Militer, bangunan obyek vital seperti
pembangkit energi , instalasi komunikasi, kawasan industri, pariwisata dan sarana
transportasi
9. Personil Aparat Pemerintah, Diplomat ,Pelaku bisnis dan Personil lawan politik.
Jadi, sasaran aksi teroris yang umumnya terhadap manusia maupun obyek lainnya harus
mampu dijaga dengan system yang lebih baik dari system teroris yang bertujuan untuk
menyoroti kelemahan system kepemerintahan yang dirancang untuk menghasilkan reaksi
publik yang positif atau simpatik bagi para teroris.
B. Tujuan Terorime
Terorisme mempunyai tujuan diantaranya :
1. Ingin menyebarkan ketakutan di skala yang luas dalam suatu Negara.
2. Kelompok terroris tersebut ingin menjatuhkan / menerror negara yang mereka serang.
Hal ini dilakukan oleh terroris internasional, seperti Al-Qaeda, dll. Sedangkan terroris
dalam negeri contohnya separatis gerakan aceh merdeka atau disingkat GAM.
3. Idamkan mati sahid. Dalam penelitiannya, bahwa para pelaku teror tersebut
mengidam-idamkan mati sahid yang menjadi tujuannya. Kelompok teror tersebut,
lebih mementingkan kehidupan akhirat ketimbang hidup di dunia.
4. Ingin mengambil kekuasaan suatu kelompok atau negara tersebut dan tidak ingin jika
negara tersebut maju dan damai.
KESIMPULAN
Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti
waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali
merupakan warga sipil.
Pada hakekatnya mereka (teroris) punya keyakinan bahwa apa yang mereka lakukan itu
benar. Mereka mengatas-namakan agama sebagai kedok kejahatan mereka. Padahal jika kita
cermati, hal demikianlah yang bisa mengadu domba satu agama dengan agama yang lain,
yang tentunya juga akan merusak citra ISLAM yang indah dan damai. Tentu hal demikian
bukan hanya menjadi musuh bangsa, tetapi menjadi musuh kita semua sebagai kaum muslim.
DAFTAR PUSTAKA
Januari,ahmad.2018,terorisme-bentuk-pemahaman-dangkal-terhadap-islam,
(online)https://www.republika.co.id, diakses pada 6 juli 2019
https://nasional.kompas.com/read/2014/09/18/09443281/
Apa.Motif.Seseorang.Menjadi.Teroris.? Diakses pada 7 juli 2019