Anda di halaman 1dari 9

TERORISME

“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ilmu Kalam”


Dosen Pengampu : Jamal Ghofir, S,sos.I,.M.A

Disusun Oleh :

1. SRI WINDIYA
2. ROBIATUL ADAWIYAH
3. MIFTAKUL AMIN.

Kelompok : 13
Kelas : PAI C
Semester : 2

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MAKHDUM IBRAHIM
2019

Abstraksi
Teror sudah lama ada hampir seiring dengan sejarah peradaban manusia, tetapi mulai
efektif digemakan pada abad pertengahan ketika negara-negara atau kerajaan-kerajaan
berperang, dan terror digemakan sebagai salah satu cara untuk memenangkan peperangan.
Tetapi waktu itu hampir terlalu gampang untuk ditebak, siapa yang melakukan terror. Namun
sekarang, kejadian terror hampir sangat sulit ditebak siapa pelakunya, organisasi atau negara
mana yang mengaturnya.

Pada saat ini, apabila kita mendengar kata-kata terorisme, pikiran kita hampir selalu
terkait atau tergambar adanya sesuatu yang negatif, adanya bom yang meledak hebat yang
menghancurkan gedung-gedung dan sarana prasarana lain, tewasnya manusia yang tidak
terhitung jumlahnya serta akibat lain yang dikategorikan perbuatan biadab, tidak bermoral,
tidak berperikemanusiaan. Namun, apakah memang demikian sebenarnya? Bahkan kadang-
kadang selalu digandeng-gandengkan antara terorisme dengan islam. Apabila demikian,
apakah sebenarnya terorisme itu?. Dalam hal ini kelompok kami akan membahas lebih lanjut
tentang terorisme dalam makalah yang berjudul “Terorisme”.

Kata Kunci : Sejarah,Perspektif Islam,Target dan Tujuan Terorisme.

1. Latar Belakang Sejarah Munculnya Istilah Terorisme

Sejarah tentang Terorisme berkembang sejak berabad lampau, ditandai dengan bentuk


kejahatan murni berupa pembunuhan dan ancaman yang bertujuan untuk mencapai tujuan
tertentu. Perkembangannya bermula dalam bentuk fanatisme aliran kepercayaan yang
kemudian berubah menjadi pembunuhan, baik yang dilakukan secara perorangan maupun
oleh suatu kelompok terhadap penguasa yang dianggap sebagai tiran. Pembunuhan terhadap
individu ini sudah dapat dikatakan sebagai bentuk murni dari Terorisme dengan mengacu
pada sejarah Terorisme modern.

Meski istilah Teror dan Terorisme baru mulai populer abad ke-18, namun fenomena yang


ditujukannya bukanlah baru. Menurut Grant Wardlaw dalam buku Political Terrorism (1982),
manifestasi Terorisme sistematis muncul sebelum Revolusi Prancis, tetapi baru mencolok
sejak paruh kedua abad ke-19. Dalam suplemen kamus yang dikeluarkan Akademi Prancis
tahun 1798, terorisme lebih diartikan sebagai sistem rezim teror.
Kata Terorisme berasal dari Bahasa Prancis le terreur yang semula dipergunakan untuk
menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Prancis yang mempergunakan kekerasan secara
brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang yang dituduh melakukan kegiatan
anti pemerintah. Selanjutnya kata Terorisme dipergunakan untuk menyebut gerakan kekerasan
anti pemerintah di Rusia. Dengan demikian kata Terorisme sejak awal dipergunakan untuk
menyebut tindakan kekerasan oleh pemerintah maupun kegiatan yang anti pemerintah.

Terorisme muncul pada akhir abad 19 dan menjelang terjadinya Perang Dunia-I, terjadi
hampir di seluruh belahan dunia. Pada pertengahan abad ke-19, Terorisme mulai banyak
dilakukan di Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Mereka percaya bahwa Terorisme adalah cara
yang paling efektif untuk melakukan revolusi politik maupun sosial, dengan cara membunuh
orang-orang yang berpengaruh. Sejarah mencatat pada tahun 1890-an aksi
terorisme Armenia melawan pemerintah Turki, yang berakhir dengan bencana pembunuhan
massal terhadap warga Armenia pada Perang Dunia I. Pada dekade tersebut, aksi Terorisme
diidentikkan sebagai bagian dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan ideologi.

Bentuk pertama Terorisme, terjadi sebelum Perang Dunia II, Terorisme dilakukan dengan
cara pembunuhan politik terhadap pejabat pemerintah. Bentuk kedua Terorisme dimulai di
Aljazair pada tahun 50an, dilakukan oleh FLN yang memopulerkan “serangan yang bersifat
acak” terhadap masyarakat sipil yang tidak berdosa. Hal ini dilakukan untuk melawan apa
yang disebut sebagai Terorisme negara oleh Algerian Nationalist. Pembunuhan dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan keadilan. Bentuk ketiga Terorisme muncul pada tahun
60an dan terkenal dengan istilah “Terorisme Media”, berupa serangan acak terhadap siapa
saja untuk tujuan publisitas. Bentuk ketiga ini berkembang melalui tiga sumber, yaitu:

1. kecenderungan sejarah yang semakin menentang kolonialisme dan tumbuhnya gerakan-


gerakan demokrasi serta HAM.
2. pergeseran ideologis yang mencakup kebangkitan fundamentalis agama, radikalis setelah
era perang Vietnam dan munculnya ide perang gerilya kota.
3. kemajuan teknologi, penemuan senjata canggih dan peningkatan lalu lintas.

Namun Terorisme bentuk ini dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang ketika itu
sebagian besar buta huruf dan apatis. Seruan atau perjuangan melalui tulisan mempunyai
dampak yang sangat kecil. Akan lebih efektif menerapkan “the philosophy of the bomb” yang
bersifat eksplosif dan sulit diabaikan. Pasca Perang Dunia II, dunia tidak pernah mengenal
"damai". Berbagai pergolakan berkembang dan berlangsung secara berkelanjutan. Konfrontasi
negara adikuasa yang meluas menjadi konflik Timur - Barat dan menyeret beberapa
negara Dunia Ketiga ke dalamnya menyebabkan timbulnya konflik Utara - Selatan.
Perjuangan melawan penjajah, pergolakan rasial, konflik regional yang menarik campur
tangan pihak ketiga, pergolakan dalam negeri di sekian banyak negara Dunia Ketiga,
membuat dunia labil dan bergejolak. Ketidakstabilan dunia dan rasa frustasi dari banyak
Negara Berkembang dalam perjuangan menuntut hak-hak yang dianggap fundamental dan
sah, membuka peluang muncul dan meluasnya Terorisme. Fenomena Terorisme meningkat
sejak permulaan dasa warsa 70-an. Terorisme dan Teror telah berkembang dalam sengketa
ideologi, fanatisme agama, perjuangan kemerdekaan, pemberontakan, gerilya, bahkan juga
oleh pemerintah sebagai cara dan sarana menegakkan kekuasaannya.

2. Terorisme Menurut Perspektif Islam

Terorisme, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata teror berarti usaha


menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan. Teroris
adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut, biasanya untuk
tujuan politik sedangkan terorisme adalah penggunaan kekerasan untuk menimbulkan
ketakutan dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik); praktek praktek
tindakan teror. Sedangkan menurut Jhon L.Esposito, terorisme adalah “Terorism is the
liberate, unjustifiable and random use of violence for political ands against protected
person.”
Jadi, secara bahasa teror disamakan dengan kesewenang-wenangan, kekejaman,
kebengisan dan serupa dengan itu. Sedang perbuatan teror dan penggunaan kekerasan dengan
maksud menimbulkan ketakutan guna mencapai suatu tujuan (seringkali tujuan politik)
disebut terorisme. Teroris adalah orang yang melakukan perbuatan teror sebagaimana yang
terkandung dalam pengertian (bahasa) terorisme.
Secara singkat bisa dikatakan bahwa terorisme merupakan sebuah bentuk kekerasan
langsung atau tidak langsung, yang dikenakan pada sasaran yang tidak sewajarnya mendapat
perlakuan kekerasan itu, dan dengan aksi tersebut dimaksudkan agar terjadi rasa takut yang
luas di tengah-tengah masyarakat. Bila seseorang meledakkan sebuah bom di masjid, gereja,
pasar, hotel, pertokoan atau dikerumunan orang maka teroris yang meledakkan bom itu
mengharapkan segera terjadi suasana ketakutan di tengah-tengah masyarakat. Semakin takut
perasaan masyarakat maka semakin berhasil gerakan terorisme.
Namun kapan sebenarnya istilah teror, teroris dan terorisme muncul dalam kehidupan
umat manusia. Sejauh yang dapat direkam oleh sejarah, wacana tentang aksi teror sudah
berlangsung sejak era Yunani kuno. Sejarawan Yunani, Xenophon (430-349 SM), pernah
mengulas tentang manfaat dan efektivitas perang urat syaraf untuk menakut-nakuti musuh.
Tetapi sulit diketahui kapan aksi teror mulai dilakukan. Ada yang berpendapat, aksi teror
seusia sejarah peradaban manusia itu sendiri. Dengan demikian, aksi-aksi teror dapat dilacak
dan ditelusuri dalam setiap kurun sejarah peradaban manusia. Tidak terkecuali pada zaman
lahirnya agama Islam di tanah Arabia yang kurang lebih empat belas abad yang lalu.
Tidak jarang pula, tindakan terorisme dilakukan kaum fanatik/militan yang bersifat
religius. Sikap militansi ini bisa timbul dalam setiap agama tanpa terkecuali. Kelompok
militan, fanatik dan radikal bisa timbul di kalangan agama Hindu, Budha, Sikh, Yahudi,
Kristen, Islam dan sebagainya. Golongan fanatik ini cendrung menegasikan yang lain.
Kalangan ini sebagai salah satu ladang subur lahirnya dan timbulnya pelaku-pelaku terorisme,
munculnya orang-orang yang terpaksa meyakini tindak kekerasan adalah satu-satunya jalan
pembebasan bagi mereka. Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa terorisme pada mulanya
berarti tindakan kekerasan –disertai dengan sadisme- yang dimaksudkan untuk menakut-
nakuti lawan. Akan tetapi dalam perkembangannya lebih lanjut terjadi transformasi makna,
misalnya dalam kamus adikuasa, terorisme adalah tindakan protes yang dilakukan oleh
negara-negara atau kelompok-kelompok kecil terhadap kepentingan-kepentingan negara-
negara kuat.
Dalam konteks Islam, pengertian terorisme menjadi netral –bahkan positif dalam hal-
hal tertentu- ketika term terorisme disepadankan dengan term al-Irhab (‫اب‬II‫ ) االره‬yang
merupakanmusytaq (pecahan kata) dari kata kerja ra-ha-ba, yang berarti menakutkan,
mengancam dan mengerikan. Yang mengidentikkan terorisme dengan al-irhãb merujuk
kepada QS al-Anfal (8): 60.
... ‫وََأ ِع ُّدوا لَهُ ْم َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم ِم ْن قُ َّو ٍة َو ِم ْن ِربَا ِط ْالخَ ي ِْل تُرْ ِهبُونَ بِ ِه َع ُد َّو هَّللا ِ َو َع ُد َّو ُكم‬
Terjemahnya:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu), kamu menggentarkan
musuh Allah dan musuh kalian… 
Dalam ayat ini digunakan kata turhibuna. Menurut Muhammad Ismail Ibrahim
dalam Mu’jam al-Alfaz wa al-I’lam al-Quraniyah, memberikan penjelasan tentang kata al-
irhab, dengan akhafahu wa afza’ahu (menakut-nakuti dan mengejutkannya). Jika kata al-
irhãb dalam bahasa Arab modern digunakan sebagai pengganti kata “teror”, maka dapat
disimpulkan, bahwa Allah memerintahkan agar kaum muslimin menjadi “teroris”, yakni
menimbulkan rasa takut dan gentar pada musuh-musuh Allah dan kaum muslimin.

3. Target Dan Tujuan Terorisme

A. Target Terorisme

  Adapun target terorisme sebagai berikut :

1. Teror yang ditujukan kepada pihak-pihak yang ada pada suatu wilayah dan kekuasaan
negara tertentu, yang dapat berupa pemberontakan bersenjata, pengacauan
stabilitasnasional, dan gangguan keamanan nasional. 
2. Tindakan teror yang ditujukan kepada bangsa atau negara lain diluar kawasan negara
yang didiami oleh teroris, dengan bentuk :
a. Dari Pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Dalam bentuk penjajahan,
invansi, intervensi,agresi dan perang terbuka.
b. Dari Pihak yang Lemah kepada Pihak yang kuat. Dalam bentuk pembajakan,
gangguan keamanan internasional, sabotase, tindakan nekat dan berani mati,
pasukan bunuh diri, dsb.
3. Selain itu, arah gerakan terorisme sekarang menarget remaja dan anak muda. Remaja
dinilai menjadi sosok paling rentan untuk ditarik menjadi jaringan sel terorisme.
Sebab, ancaman radikalisme di kalangan remaja masih sangat tinggi di Indonesia.
Bahkan, berdasarkan penelitian di kalangan siswa dan guru agama, 50 persen siswa
setuju menggunakan cara radikal untuk membela agama.
4. Menunjukkan kelemahan alat-alat kekuasaan ( Aparatur Pemerintah )
5. Menimbulkan pertentangan dan radikalisme di masyarakat atau segmen tertentu
dalam masyarakat.
6. Mempermalukan aparat pemerintah dan memancing mereka bertindak represif
kemudian mendiskreditkan pemerintah dan menghasilkan simpati masyarakat
terhadap tujuan teroris
7. Menggunakan media masa sebagai alat penyebarluasan propaganda dan tujuan
politik teroris.
8. Sasaran fisik bangunan antara lain : Instalasi Militer, bangunan obyek vital seperti
pembangkit energi , instalasi komunikasi, kawasan industri, pariwisata dan sarana
transportasi
9. Personil Aparat Pemerintah, Diplomat ,Pelaku bisnis dan Personil lawan politik.

Jadi, sasaran aksi teroris yang umumnya terhadap manusia maupun obyek lainnya harus
mampu dijaga dengan system yang lebih baik dari system teroris yang bertujuan untuk
menyoroti kelemahan system kepemerintahan yang dirancang untuk menghasilkan reaksi
publik yang positif atau simpatik bagi para teroris.

B. Tujuan Terorime
Terorisme mempunyai tujuan diantaranya :
1. Ingin menyebarkan ketakutan di skala yang luas dalam suatu Negara.
2. Kelompok terroris tersebut ingin menjatuhkan / menerror negara yang mereka serang.
Hal ini dilakukan oleh terroris internasional, seperti Al-Qaeda, dll. Sedangkan terroris
dalam negeri contohnya separatis gerakan aceh merdeka atau disingkat GAM.
3. Idamkan mati sahid. Dalam penelitiannya, bahwa para pelaku teror tersebut
mengidam-idamkan mati sahid yang menjadi tujuannya. Kelompok teror tersebut,
lebih mementingkan kehidupan akhirat ketimbang hidup di dunia.
4. Ingin mengambil kekuasaan suatu kelompok atau negara tersebut dan tidak ingin jika
negara tersebut maju dan damai.
KESIMPULAN

Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan


perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Dalam kamus Bahasa Indonesia, Terorisme
artinya penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai suatu
tujuan (terutama tujuan politik).

Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti
waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali
merupakan warga sipil.

Pada hakekatnya mereka (teroris) punya keyakinan bahwa apa yang mereka lakukan itu
benar. Mereka mengatas-namakan agama sebagai kedok kejahatan mereka. Padahal jika kita
cermati, hal demikianlah yang bisa mengadu domba satu agama dengan agama yang lain,
yang tentunya juga akan merusak citra ISLAM yang indah dan damai. Tentu hal demikian
bukan hanya menjadi musuh bangsa, tetapi menjadi musuh kita semua sebagai kaum muslim.
DAFTAR PUSTAKA

Avisha,Abi.2013.Perspektif Islam Tentang Terorisme,(online),

http://abiavisha.blogspot.com, diakses 2 Juli 2019

2016,Terorisme Dalam Pandangan Islam ,(Online)

https://infoterkinikoe.blogspot.com/2016, diakses 4 Juli 2019

Januari,ahmad.2018,terorisme-bentuk-pemahaman-dangkal-terhadap-islam,
(online)https://www.republika.co.id, diakses pada 6 juli 2019

https://nasional.kompas.com/read/2014/09/18/09443281/
Apa.Motif.Seseorang.Menjadi.Teroris.? Diakses pada 7 juli 2019

https://makalahsekolahan.blogspot.com/2015/05/makalah-terorisme.html, diakses pada


7 juli 2019

Anda mungkin juga menyukai