Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TERORISME DAN JIHAD

Disusun Guna Memenuhi Tugas Hadis Dan Isu-Isu Kontemporer


Dosen Pengampu : Dr. Hj. Umma Farida, Lc. M.A.

Disusun oleh :
1. Dyfan Iftikar Manaf (2030410003)
2. Muhammad Prasetya (2030410005)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS USHULUDDIN
PROGAM STUDI ILMU HADIST TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penguasa negara-negara Barat (Amerika dan Eropa) yang diprakarsai oleh
Pemerintah Amerika Serikat (Bush Yunior) dan Inggris (T. Blaire) bersama sekutunya
(Eropa) telah memvonis bahwa jihad dan terorisme dalam Islam adalah satu dokrtin
yang wajib dilaksanakan dalam menghadapi musuh-musuh Islam . Tindakan mereka
ini oleh sebagian sejarawan dikategorikan sebagai aksi terorisme. Demikian halnya
golongan Khawarij sering melakukan tindakan kekerasan terhadap pihak lain yang
tidak sepaham, baik dalam bidang keagamaan maupun politik.1

Salah satu alasan teroris melakukan tindakan terorisme adalah faktor ideologis
yang erat kaitannya dengan isu fundamentalisme, radikalisme, dan fanatisme
keagamaan. Pada umumnya mereka termotivasi oleh semangat jihad seperti yang
diungkapkan oleh trio bom Bali, Imam Samudra, Amrozi, dan Ali Gufron.
Sebahagian umat Islam memahami jihad dengan makna yang sangat sempit, padahal
makna jihad itu cukup luas, yaitu seluruh aktivitas manusia bisa berorientasi jihad di
jalan Allah swt. Para Fuqahᾱ, memahami jihad dalam bentuk dakwah, seperti Imam
Hanafi, yang memahami jihad sebagai dakwah terhadap orang kafir agar mau
memeluk Islam dengan cara memerangi bila mereka menolak ajakan itu. Kemudian
pengikut Imam Malik, jihad diartikan sebagai peperangan umat Islam terhadap orang-
orang kafir untuk menegakkan agama Allah, begitu pula dengan pengikut Imam
Syafi’i dan Hanbali. Oleh karena itu, Jika diperhatikan istilah jihad dan terorisme
sangat berbeda. Jihad dari bahasa al-Qur’an atu dalam makna bahasa Arab memiliki
makna baik, sementara terorisme berasal dari bahasa Latin dalam hal ini adalah Eropa
yang bermakna mengancam, menakutkan, dan tercela. Namun dalam wacana politik,
pemaknaan dan gerakan dapat dipertemukan, terletak dari siapa atau kelompok mana
yang menafsirkan dan berkepentingan dengannya. Maka dari itu pemaknaan jihad dan
teroris merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk dikaji.

1
Azyumardi Azra, “Jihad dan Terorisme”, dalam Menggugat Terorisme, ed. Tabrani Sabirin (Jakarta: CV.
Karsa Rezeki, 2002), h. 72-73.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Terorisme ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Jihad?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Terorisme
2. Untuk mengetahui pengertian Jihad

BAB II
PEMBAHASAN
A. Terorisme
1. Pengertian Terorisme
Menurut bahasa: “Terorisme adalah melakukan sesuatu yang menyebabkan
orang menjadi panik, takut gelisah, tidak aman dan menimbulkan gangguan dalam
bidang kehidupan dan interaksi manusia”.
Sedangkan menurut syari’at: “Terorisme adalah segala sesuatu yang
menyebabkan goncangan keamanaan, pertumpahan darah, kerusakan harta atau
pelampauan batas dengan berbagai bentuknya”2. dari berbagai catatan sejarah,
kejadian yang melanda umat saat ini, bahwa kejadian dan aksi tidaklah keluar dari dua
perkara:
a. Terorisme fisik, yaitu peristiwa yang sekarang terjadi puncak sorotan
masyarakat,berupa peledakan, penculikan, bom bunuh diri, pembajakan dan
seterusnya.
b. Terorisme idiologi ( pemikiran / pemahaman ), yaitu dengan menjelaskan
segala pemikiran menyimpang dan menyempal dari tuntunan Islam yang
benar. Sebas ideologi tersebut merupakan cikal bakal munculnya terorisme
fisik dan apabila tidak di berantas akan ssenantiasa menjadi ancaman serius
di masa yang akan datang.

Maka, terorisme adalah tindakan yang menggunakan kekerasan untuk


menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan
politik). Teroris adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa
takut (biasanya untuk tujuan politik). Teror adalah perbuatan sewenang-wenang,
kejam, bengis, dalam usaha menciptakan ketakutan, kengerian oleh seseorang atau
golongan.3 “Kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran
Islam. Dan orang yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaqnya.”
[HR.Ahmad juz 7, hal. 410, no. 20874].

Kusnato Anggoro dari Center For Strategic And International Studies (CSIS)
terorisme merupakan kegiatan untuk menciptakan kekhawatiran dengan tujuan pokok
mengubah kebijakan dengan tindak kekerasan sebagai instrumen di indonesia,
menurut kusnanto kelompok laskar jihad bukan berarti terorisme. Gerakan komando
2
Ma’mun Efendi Nur,Meluruskan Makna Jihad dan terorisme,(Semarang,2006), hlm. 23
3
HR. Ahmad juz 7, hal. 410, Sesuai dengan pengertian tersebut sebenarnya sudah jauh dari konsep
islam sebenarnya yang tidak mempebolehkan kekerasan dan kejahatan dalam bentuk apapun.
jihad juga sulit dianggap teroris karena tidak memiliki ideologi dan tujuan yang jelas
serta berskala kecil. Sementara peledakan bom jelas merupakan teror, karena
menciptakan kekhawatiran luar biasa.

Mengikuti definisi di atas gerakan islam garis keras tidak identik dengan
teroris. Seperti kata K.H Hasyim Muzadi “orang islam yang berwawasan keras kalau
dia keras–kerasnya sendiri, apa hubungannya dengan teroris. Baru disebut teroris
kalau dia berbuat deskruktif di luar dirinya. Mana yang domestik mana yang bagian
dari terorisme internasional, dan mana yang wacana yang keras tanpa mereka
melakukan kekerasan tanpa melanggar hukum. Perlu dibedakan kelompok militan
agama yang memiliki kepekaan tinggi terhadap masalah sosial dan bergerak
mengatasinya dengan amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan yang baik dan
mencegah kemungkaran) dengan kelompok miiltan yang memang menggunakan
teror dan kekerasan. Militasi agama agama mengambil banyak bentuk. Meski
sebagian kaum militan cenderung beraksi dengan kekerasan dan teror, sebagian
lainnya beraktifitas tanpa kekerasan. Cukup banyak penganut agama militasi , yaitu
bahasa perjuangan sebagiannya menggunakan modus berperang , menyerang,
membalas serangan,berjuang atas mandat suci, dan berjuang dengan alat- alat yang
cocok dalam menjalankan tugas.

2. Pandangan Islam Tentang Terorisme


Allah Ta’ala mengutus Nabi Muhammad dengan membawa agama Islam di
tengah-tengah manusia ini sebagai rahmat, dan merupakan suatu kenikmatan yang
besar bagi manusia bukan suatu musibah yang membawa malapetaka. Allah
berfirman: “Sungguh Allah telah member kenikmatan kepada orang-orang mukmin
ketika Allah mengutus dikalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah membersihkan (jiwa)
mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan
sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan
yang nyata.”4
Dari ayat-ayat tersebut dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lain,
menerangkan bahwa Nabi Muhammad dan Islam yang diserukannya, benar-benar
membawa rahmat di alam semesta ini, dan mengeluarkan manusia dari gelap gulita
(tanpa mengetahui tujuan hidup), kealam terang benderang, sehingga mengetahui
4
QS. Ali Imran : 164
jalan yang lurus, membebaskan dirinya dari kesesatan menuju jalan yang
menyelamatkan hidupnya di dunia dan akhirat kelak. Bahkan sebelum Nabi
menyerukan Islam, manusia selalu dalam kekacauan dan permusuhan, sebagaimana
peringatan Allah dalam surat Ali Imran : 103 “Dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu, ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara …5. Oleh karena itu, seharusnyalah manusia bersyukur kepada Allah atas
diutusnya Nabi Muhammad membawa Dinul Islam ini. Karena hanya dengan
Islamlah manusia di dunia ini dapat hidup rukun, damai dan saling menebarkan kasih
sayang. Dengan mengabaikan Islam, maka dunia akan kacaubalau, terorisme timbul
di mana-mana seperti sekarang ini.
Terorisme dengan menggunakan kekerasan, kekejaman serta kebengisan dan
cara-cara lain dapat menimbulkan rasa takut dan trauma pada manusia untuk
mencapai tujuan. Sedangkan Islam dengan lemah-lembut, santun, membawa khabar
gembira tidak menjadikan manusia takut dan lari, serta membawa kepada kemudahan,
tidak menimbulkan kesusahan, dan tidak ada paksaan.
Bahkan dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa dalam peperangan pun Nabi
berpesan kepada para shahabat, sabda beliau : “Hai manusia, janganlah kamu
menginginkan bertemu dengan musuh, dan mohonlah kepada Allah agar kalian
terlepas dari marabahaya. Apabila kalian bertemu dengan musuh, maka bershabarlah
dalam menghadapi mereka, dan ketahuilah bahwasanya surga itu dibawah bayangan
pedang”.6
Oleh karena itu rasanya tidak berlebihan kalau ada orang yang mengatakan
bahwa "politik itu kotor", karena dalam mencapai tujuannya dengan menghalalkan
segala cara, sekalipun dengan terorisme. Dengan demikian bagi seorang muslim
haram hukumnya mendukung, mengikuti alur politik yang menghalalkan segala cara
dalam mencapai tujuan politiknya. Demikian itu bukan berarti orang Islam tidak boleh
berpolitik, tidak boleh meraih kekuasaan. Boleh berpolitik, tetapi tidak boleh keluar

5
QS. Ali Imran 103
6
[HR. Muslim juz 3, hal. 1372, Pesan Nabi SAW menunjuiian betapa iasih sayang beliau terhadap jiwa
manusia, seialipun dalam peperangan sedapat mungiin menghindari bertemu musuh agar tdai terjadi
marabahaya. Namun ialau terpaisa bertemu dengan musuh, jangan taiut dan jangan dihadapi dengan hawa nafsu
yang melampaui batas, tetapi hendailah dihadapi dengan shabar dan tabah, iarena surga di bawah bayangan
pedang. Memang iedua hal tersebut mempunyai tujuan yang berbeda. Terorisme biasanya digunaian untui
tujuan politi, ieiuasaan, sedangian Islam bertujuan untui menuntun manusia dalam mencapai iebahagiaan
hidupnya dengan dilandasi rasa iasih sayang hanya semata-mata mengharap ridla Allah SWT.
dari bingkai Islam, dengan tujuan untuk kejayaan Islam dengan mengharap Ridha
Allah semata-mata dalam mencapai kesuksesan cita-cita harokahnya, Rasulullah
melalui cara-cara yang ditunjukkan oleh Allah serta berusaha memenuhi persyaratan
untuk memperoleh janji Allah, karena janji Allah pasti tepat dan tidak perlu
diragukan.
3. Penyebab Islam Sering Dikaitkan Dengan Terorisme
Gerakan terorisme Internasional sering dikaitkan dengan Islam. Keberadaan
teroris yang membawa bendera Islam ini memang ada dan tidak bisa dikesampingkan
aksi-aksinya. Keberadaan mereka tidak hanya mengancam peradaban barat, tetapi
juga merusak islam itu sendiri. Banyak kelompok-kelompok teroris yang mengkaitkan
gerakan terorisnya dengan agama Islam melalui gerakan radikal dalam menggunakan
konsep jihad yang mereka buat sehingga menimbulkan kontroversi dalam definisi
jihad di dalam umat islam.
Para golongan-golongan tertentu yang melakukan terorisme atas nama jihad,
membuat masyarakat umum salah mengartikan pengertian jihad itu sendiri. Pada
dasarnya pengertian jihad adalah perjuangann yang dilakukan oleh individu muslim
maupun kelompok islam dalam menyiarkan agama islam, dan perjuangan-perjuangan
lain yang lebih luas seperti: perjuangan dibidang pendidikan, kesehatan, moral,
ekonomi, politik, keamana, hak dan kewajiban, lapangan pekerjaan, dan lain-lain
dengan segenap kemampuan yang dimiliki.
Adapun isu memerangi terorisme yang dilancarkan Amerika dan sekutu-
sekutunya adalah perang melawan Islam dan kaum Muslimin. Musuh-musuh Islam
mencoba membidik Islam dan kaum muslimin dibalik isu terorisme. Mereka takut
dangan bangkitnya kaum muslimin. Dengan demikian mereka berusaha sekuat tenaga
dan dengan bebagai macam cara untuk menghancurkan kebangkitan kaum muslimin.
Salah satunya dengan melancarkan perang melawan terorisme. Saat umat Islam
menjadi tertuduh dan semua ketakutan dengan segala hal tentang islam, karena selalu
dikait-kaitkan dengan isu terorisme. Para pelajar, aktivis islam dan semisalnya
menjadi resah. Mereka khawatir dituduh dan dianggap sebagai sarang dan penyedia,
serta membantu aktivitas terorisme.7
Sangat tidak mengherankan bila di tengah isu terorisme yang sedang hangat
sekarang tiba-tiba muncul pernyataan beberapa tokoh yang mencoba
menggeneralisasi bahwa terorisme itu adalah keinginan menerapkan syariah Islam
7
Nur Ma’mun Efendi, Meluruskan Makna Ijtihad dan Terorisme:(Semarang: 2006)
dalam Daulah Islam. Mereka mencoba menebar ‘pukat harimau’ untuk menjaring
aktivis pergerakan Islam. Tak mengherankan bila banyak pihak yang menganalisis
bahwa aksi-aksi terorisme di Indonesia ini sengaja dimainkan oleh pihak asing.
Tujuannya adalah melemahkan umat Islam Indonesia sehingga Islam tidak bisa
bangkit menjadi sebuah kekuatan yang besar di negeri berpenduduk muslim terbesar
di dunia ini.
B. Jihad
1. Pengertian Jihad
Secara etimologi, jihâd artinya berjuang atau perjuangan yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh. Atau dengan kata lain jihad adalah pengerakan segenap
kekuatan, baik berupa perkataan maupun perbuatan dalam peperangan.8 Bentuk kata
jihad, dalam bahasa Arab adalah sighat (bentuk) masdar dari – ‫يجهد – جهد( )جهادا و جهدا‬
yang berakar kata dengan huruf-huruf jim, ha dan dal. Kata yang terdiri dari huruf
hijaiah ‫ د – ه – ج‬dengan berbagai bentuk kata turunannya, sebagaimana dinyatakan
oleh Rohimin, di dalam Alquran kata ini terulang sebanyak 41 kali, 8 kali dalam ayat
Makkiyah dan 33 kali dalam ayat Madaniyah pada 23 ayat. 9 Ketika kata jihad itu
dikaitkan dengan kata fî sabîlillâh, maka masuklah definisi terminologis. Menurut
definisi terminologis, jihad adalah memerangi kaum kafirin yang memerangi Islam
dalam rangka menegakkan kalimat Allah.
Sedangkan Kasjim Salenda berpendapat bahwa, jihad secara terminologi
memiliki makna makro dan mikro. Pengertian secara makro mencakup makna yang
luas yang tidak semata-mata diartikan perang dengan perjuangan fisik, tetapi juga
mencakup non-fisik misalnya perang melawan hawa nafsu. Adapun secara mikro,
jihad diartikan peperangan saja. Selain itu, penggunaan kata jihad di dalam Al-Quran
selalu terkait dengan kata al-qital (membunuh, melaknat, dan mengutuk), al-harb
(perang), alghazw (perang fisik), an-nafr (berangkat, pergi, mengalahkan, berpaling,
perasaan takut).10
Berdasarkan beberapa definisi jihad yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa istilah jihad mengandung makna yang bervariasi, akan tetapi
secara sederhana Kasjim Salenda mengelompokan jihad ke dalam dua kategori yakni
jihad internal (al- jihâd al-akbar) merupakan perjuangan mengendalikan diri dari sifat-

8
Abdul Baqi Ramdhun. Jihad Jalan Kami (Solo: Era Intermedia, 2002), 11
9
Rohimin. Jihad Makna......16-17
10
Rumadi. Renungan Santri Dari Jihad Hingga Kritik Wacana Agama. (Jakarta:Erlangga, tt.), 22-23
sifat negatif dan perjuangan untuk peningkatan kualitas intelektualitas dan integritas
kepribadian individu dan masyarakat.11 Kemudian yang kedua, jihad eksternal (al-
jihâd al-asghar) meliputi perjuangan dengan fisik di medan pertempuran. Sekalipun
jihad dapat dibagi menjadi beberapa bagian (job), bukan berarti membuka
kemungkinan bagi setiap muslim untuk memilih berdasar pada kemauannya sendiri,
tetapi semua bagian itu saling mengikat dan berjalan secara integratif. Hal ini
dikarenakan sifat jihâd bermakna kontekstual, berdasar pada suatu problematika yang
ada. Sehingga “entitas jihad” tidak dapat berdiri secara bebas, melainkan bergantung
sepenuhnya pada problematika tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses
interpretasi makna jihâd seringkali terinfeksi dari berbagai macam kepentingan. Baik
kepentingan politik maupun kepentingan sosial. Walau pada hakikatnya perintah jihâd
merupakan sebuah misi suci dari Allah Ta’ala. Sehingga memiliki bagian yang
penting di dalam ajaran agama Islam. Hingga disebutkan bahwa kesempurnaan iman
seseorang tergantung pada jihâd yang telah ia lakukan meskipun jihâd sendiri
bervariasi dalam pemaknaannya.
2. Kontekstualisasi Jihad di Era Kontemporer
Di era kontemporer, di mana zaman telah sangat berkembang yang didukung
oleh teknologi canggih, mengakibatkan perlunya reinterpretasi makna jihad. Karena
tafsir di era klasik tentu sudah tidak relevan lagi jika diterapkan di era kontemporer.
Karena perbedaan ruang dan waktu membutuhkan sebuah transformasi baru dalam
melaksanakan ajaran jihad. Dalam sejarah Islam, jihad merupakan salah satu dari dua
realitas utama Islam, dan realitas lainnya adalah Alquran. Sementara kitab suci ini
(dan Sunah Rasul) sebagai sumber keimanan, maka jihad merupakan manifestasi dari
keimanan.12
Dalam perspektif Alquran dan Sunah, perwujudannya sangat beragam dan
berspektrum sangat luas menjangkau segala aktivitas selama dasar dan tujuannya
berada dalam bingkai ajaran dan moralitas luhur agama. Kedamaian adalah sisi lain
dari kasih sayang, dan Islam memiliki hal itu. Segala bentuk ajarannya telah sangat
baik diberikan kepada manusia. Sehingga jika dijalankan dengan kesungguhan
akan dapat menghasilkan konsep hidup yang penuh dengan moralitas-moralitas
luhur. Seperti, keadilan, kesetaraan, kebebasan, kesejahteraan, kedamaian, saling
menghormati, dan toleransi. Pembumian toleransi, penegakan keadilan dan

11
Kasjim Salenda. Terorisme dan Jihad.....140
12
Abd A’la. Jahiliyah......148
penyebarluasan nilai moralitas luhur yang lain adalah bagian intrinsik dari Islam itu
sendiri. Rasulullah menegaskan bahwa dalam rangka penegakan risalah
kerahmatan itu, pengembangan moralitas luhur merupakan misi utamanya.
Perkembangan zaman yang berlanjut menimbulkan penafsiran baru akan
makna jihad. Reduksi makna jihad yang semakin menimbulkan ambivalensi agama
harus secara tegas dipangkas dari peradaban Islam modern. Beberapa tokoh
Muslim kontemporer meyakini bahwa jihad sama sekali tidak identik dengan
perang (qital). Tujuan utama jihad adalah human welfare dan bukan warfare.
Dengan demikian jihad menjadi kewajiban muslim sepanjang hidupnya. Maka
sejalan dengan itu, seperti dikutip oleh Abd A’la bahwa tokoh muslim menawarkan
perluasan lahan jihad sesuai dengan konteks kekinian.
Moniruzzaman, misalnya, mengeksplorasi jihad dalam konteks dunia
kontemporer ke dalam tiga hal. Pertama, eco-political jihad; merupakan upaya
keras untuk melakukan reforestasi, pelestarian binatang langka, gerakan anti polusi
dan pengembangan politik lingkungan. Kedua, humanist jihad; mengarahkan
kepada gerakan melawan tirani, opresi dan pelanggaran hak-hak asasi manusia.
Ketiga, jihad against international terrorism; selain upaya eliminasi terorisme,
juga terkait dengan upaya penyelesaian kekerasan dan pembersihan etnis, serta
endemik global.13 Kemudian, karena jihad memiliki spektrum yang luas maka alat
dan objeknya juga bervariasi. Dalam segi alat misalnya, seperti dikutip oleh Gugun
El-Guyane (2010: 57-58), Abdul Karim Zaidan membaginya menjadi dua, yaitu: 1)
Jihad dengan lisan. Ini berarti menerangkan ajaran-ajaran Islam dan menangkis
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam. 2) Jihad dengan harta. Yaitu
mendermakan harta dalam amal-amal kebajikan, terutama untuk membiayai perang
para pejuang fi sabilillah dalam menghadapi musuh-musuh Allah SWT. 14 Hal
tersebut diperkuat dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abdillah Ibn Mas’ud
sebagai berikut : “Dari Abi Rafi‟ dari Abdillah ibn Mas‟ud diriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda: “... Siapa saja yang berjihad melawan mereka (orang
kafir) dengan tangannya berarti ia orang yang beriman; siapa saja yang berjihad
melawan mereka (orang kafir) dengan lisannya berarti ia juga orang yang beriman;
dan siapa saja yang berjihad melawan mereka (orang kafir) dengan hatinya juga
termasuk orang yang beriman. Di luar itu, tidak ada iman sebiji sawi pun.”

13
Abd A’la. Jahiliyah......153
14
Gugun El-Guyane. Resolusi Jihad Paling Syar’I (Yogyakarta: Pustaka Pesantren 2010), 58
Penelusuran atas makna jihad yang dilakukan sebelum menghantarkan kita
pada holistisitas makna jihad yang sarat dengan nilai-nilai etika moralitas agung.
Ajaran ini menuntut umat Islam agar mengerahkan daya secara berkesinambungan
untuk menyelesaikan persoalan kehidupan dalam bingkai dan tujuan pembumian
akhlak al-karimah. Melalui ajaran ini, Islam menantang umatnya untuk selalu peka
terhadap kondisi yang mengitarinya dan sekaligus mampu menyikapinya secara
arif, kritis dan penuh tanggung jawab. Maka dalam konteks modernitas kekinian,
persoalan umat dan bangsa yang cukup menantang untuk dijadikan lahan jihad
adalah masalah kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan sifat hedonisme.
Sebab aspek kehidupan ini berada dalam ambang cukup memprihatinkan yang
dapat menjauhkan umat muslim dan bangsa dari keutuhan eksistensial sebagai
manusia. Bahasa-Bahasa gerakan radikalisme, sebagaimana sebagaimana diuraikan
di atas, terlalu mempolitisir teks-teks suci keagamaan (tasyîs al-nushûs
almuqaddasah). Maka tak pelak, jika terma "jihad" pun dipolitisir hanya identik
dengan makna "perang suci" (holy war).
Dalam konteks inilah, menarik kiranya untuk dibumikan teori dan sekaligus
harapan baru yang pernah diintrodusir oleh Gamal Banna, penulis Risalatul Jihad,
yang mengkontekstualisasi makna jihad kontemporer sebagaimana dikutip A.
Maftuh Abegebriel, tentang perspektif baru jihad berikut: "Jihad di abad modern
bukanlah kita mencari mati di jalan Allah, akan tetapi bagaimana kita bisa hidup
bersama-sama di jalan Allah. Karenanya, jihad sejatinya bukan untuk
memberhanguskan hak hidup manusia dengan mengalirkan darah sebagaimana
mitos "jenglot" mumi mini yang mempunyai hobi menghisap darah segar,
melainkan untuk membawa kehidupan bagi nilai-nilai kemanusiaan. Jihad untuk
hidup, dan bukan sebaliknya, jihad untuk mati. Hanya perjuangan dalam hidup dan
hidup dalam perjuangan. Itu lah makna jihad di era modern ini yang mendesak
untuk senantiasa kita wacanakan dan realisasisakan dalam kehidupan kontemporer.
Jihad pada masa awal Islam baik masa kenabian, khulafaur Rasyidin, adalah
menghadapi kekuatan orang kafir, kekuatan kekaisaran dengan paham kasta yang
membuat rakyat tertindas. Sehingga jihad pada masa itu yang paling utama ialah
menumbangkan penjajahan oleh kaum penindas baik dilakukan lewat peperangan
maupun yan lain. Sementara jihad pada masa kini tidaklah mengharuskan mati di
jalan Allah akan tetapi bagaimana caranya agar tetap hidup dan bertahan di jalan
Allah. Jihad yang lebih tepat ialah pembebasan negeri dan rakyat dari cengkraman
subordinasi ekonomi, keterbelakangan, serta sikap agar dapat mengarungi arus
globalisasi sehingga umat Islam tidak terperangkap dan masih melakukan aktifitas
sesuai syariat Islam.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terorisme adalah tindakan yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan
ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik). Teroris
adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut
(biasanya untuk tujuan politik
Jihad adalah kesungguhan dalam mencurahkan segala kemampuan untuk
mencapai tujuan. Sedangkan terorisme dalah setiap tindakan atau ancaman yang
dapat mengganggu keamanan orang banyak baik jiwa, harta, maupun
kemerdekaannya yang dilakukan oleh perorangan, kelompok ataupun negara.
Bentuk jihad terdiri dari jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan godaan
setan, jihad melawan kedzaliman dan kemungkaran di tengah-tengah masyarakat.
Sedangkan jenis-jenis terorisme terdiri dari teror sipil (Irhab Madaniy), teror
penjajahan, teror negara, teror internasional, teror politik.
Perbedaan antara jihad dan terorisme salah satunya adalah dari segi sifatnya,
terorisme selalu mendatangkan kerusakan dan anarkis yang berdampak signifikan
terhadap masyarat baik moril maupun materiil. Sedangkan jihad bersifat
melakukan upaya-upaya menuju perbaikan (islah) sekalipun dalam bentuk
peperangan.

B. Saran
Kami berharap makalah ini dapat berkembang dengan berjalannya diskusi
yang akan dijalankan oleh teman-teman. Kurang lebihnya kami mohon maaf, untuk
itu kepada para pembaca mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya makalah ini

DAFTAR PUSAKA
Abd A’la. Jahiliyah Kontemporer dan Hegemoni Nalar Kekerasan.
Yogyakarta: LkiS, 2012.
Abdul Baqi Ramdhun. Jihad Jalan Kami. Solo: Era Intermedia, 2002.
A. Maftuh Abegebriel, “Jihad, G-WOT dan Humanisme”, dalam Robert
Dreyfuss, Devil‟s Game Orchestra Iblis; 60 Tahun Perselingkihan Amerika-
Religious Extremist. Yogyakarta: SR Ins Publishing, 2007.
Azyumardi Azra, “Jihad dan Terorisme”, dalam Menggugat Terorisme, ed.
Tabrani Sabirin (Jakarta: CV. Karsa Rezeki, 2002), h. 72-73.
Gugun El-Guyane. Resolusi Jihad Paling Syar‟i. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2010.
Kasjim Salenda. Terorisme dan Jihad dalam Perspektif Humum Islam.
Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009.
Ma’mun Efendi Nur,Meluruskan Makna Jihad dan terorisme,
(Semarang,2006), hlm. 23
Rohimin. Jihad Makna & Hikmah. Jakarta: Erlangga, 2006.
Rumadi. Renungan Santri Dari Jihad Hingga Kritik Wacana Agama.
Jakarta: Erlangga, tt.

Anda mungkin juga menyukai