Anda di halaman 1dari 9

METODOLOGI KITAB AL-FATHU AR-RABBANI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Kitab Syarah Hadis

Dosen Pengampu : Zulham Qudsi Farizal Alam,MA

Disusun Oleh :

1. Rahmania Fitriyani (2030410014)


2. Muhammad Khoirul Anam (2030410017)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS USHULUDDIN
PROGAM STUDI ILMU HADIST TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Di saat Rasulullah masih hidup, beliau telah menyuruh dan hanya membolehkan para
sahabatnya untuk mencatat semua yang datang dari beliau berupa ayat-ayat Allah yang
diwahyukan padanya. Sebaliknya beliau telah melarang mencatat selain dari Al-Qur’an.
Hal ini di maksudkan untuk menghindari terjadinya pencampur-adukan diantara ayat-ayat
Al-qur’an dengan sabda-sabda beliau. Konteks larangan Rasulullah itu bukan merupakan
larangan mutlak, buktinya beliau membolehkan sebagian sahabatnya seperti Zaid bin
Tsabit untuk mencatat sebagian dari sabda-sabdanya. Namun tujuannya tak lain dan tak
bukan melainkan sebagai upaya untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an itu sendari.
Pada awalnya para sahabat, setelah wafatnya Rasulullah SAW, sangat berhati-hati
dalam meriwayatkan Hadits. Namun setelah terjadinya berbagai gejolak politik
muncullah sebagian orang yang tidak bertanggung jawab membuat hadits-hadits palsu
untuk tujuan politik mereka. Melihat kondisi seperti ini kebanyakan sahabat, tabi’in dan
tabi’ tabi’in tidak berdiam diri dan mereka berusaha dengan segenap kemampuan mereka
menjaga kevaliditasan sebuah hadits. Upaya untuk memelihara validitas ini terus
dilakukan oleh para sahabat, tabi’in’ dan tabi tabi’in dengan caranya masing-masing dan
sesuai dengan tradisi yang ada pada masa itu.
Pada tahapan berikutnya setelah kodifikasi hadits pada masa kekhalifahan Umar bin
Abdul Aziz, apresiasi terhadap hadits makin tinggi sehingga hadits berkembang menjadi
ilmu tersendiri yang dipelajari di mesjid-mesjid dan halaqah-halaqah. Seiring dengan
perkembangan Islam, pendidikan Islam pun semakin pesat, termasuk ilmu hadits.
Keinginan untuk mengetahui dan mendalami hadits telah menjadi tradisi keilmuan.
Kenyataan demikian telah melahirkan Imam besar dalam ilmu hadits. Di antara mereka
adalah : Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Abu Daud. Mereka masing-masing
menulis kitab hadits shahih Bukhari, shahih Muslim dan Sunan Abu Daud yang
kemudian kita kenal sebagai kitab hadits yang refresentatif dan berkualitas tinggi juga
merupakan tiga di antara enam kitab yang tergolong ke dalam kutubussittah. Hal ini
karena kitab-kitab hadits tersebut disusun dengan penyaringan yang begitu ketat terhadap
hadits-hadits yang ada menyangkut berbagai persoalan baik sanadnya, matan dan lain-
lain.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Biografi abd al-Rahman al-Banna?
2. Bagaimana Metode Kitab Fathu ar-Rabbani?

3. TUJUAN
1. Mengetahui Biografi Abdul al-Rahman al-Banna
2. Mengetahui Metode Kitab Fathu ar-Rabbani.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ahmad Abd al-Rahman al-Banna


Ahmad Abd al-Rahman Muhammad al-Banna al-saati, yang terkenal al-Saati lahir
pada tahun 1300 dan wafat pada tahun 1378, beliau berkembangsaan mesir dan
lahir di desa Samshiroh, beliau berugaman muslim ahli sunnah waljama’ah.putra dan
petri beliau di antaranya yaitu Hasan albana, abdurrahman al banna, jamal al banna,
fauziah al-banna. Ayahnya seorang religius yang berkomitmen tinggi, dan ibunya
juga merupakan orang yang religius dalam bidang sains.
Beliau merupakan seorang penghafal al-Qur’an yang mulia sejak dini, dan juga
menguasai hukum- hukum tajwid dari Syekh Ahmad Abdur Rifa’i. Dia melakukan
perjalanan ke Alexandria sebuah kota di mesir. Dan mengukuhkan keilmuannya
dengan belajar di masjid Syekh Ibrohim basya. Dan tinggal di sebelahnya selama
beberapa tahun, sembari belajar memperbaiki jam tangan sebagai biaya mata
percahariannya.
Beliau kembali ke Desanya sebagai seorang sarjana hukum,dan juga bekerja sebagai
tukang reparasi jam tangan. Beliau menikah dengan seorang putrinya pedagang
ternak di desanya dan membawa istrinya ke mahmudiyyah pada tahun 1331, dimana
ia menetap dan membuka toko di sungai nil dan membangun sebuah rumah kecil dan
membangun rumah kecil yang sengat dekat dengan pelabuhan.
Beliau bertukar percakapan dengan para ulama, dan menetap dengan mereka di
sana, ia bertemu dengan ulamanya, Syekh Muhammad Zahran, pemilik Sekolah
Agama Al-Rashad dan editor majalah bulanan Al-Isaad, dan ia menggunakan
perpustakaannya, yang penuh dengan buku-buku agama.
Beliau juga menandatangani Musnad Imam Ahmad bin Hanbal Al-Shaibani, yang
merupakan ensiklopedia hadis terbesar, dan itu berisi sekitar tiga puluh ribu hadits,
tetapi disusun menurut "musnad" dan bukan menurut topik. , ada pembicaraan tentang
zakat, dan oleh karena itu buku yang berharga ini digunakan sebagai referensi untuk
fikih, dan untuk menjadikannya referensi yang bermanfaat, perlu untuk
mengklasifikasi ulang tiga puluh ribu hadits dan mengekstrak semua hadits doa juga.
seperti hadits-hadits zakat, dll., suatu tugas yang tidak dapat dilakukan oleh para
imam Islam dari abad ketiga, termasuk Ibn katsir.
Diantara kitab karya-karya beliau yaitu:
1. Kitab bada’iul mannan fi jam’i wa tartibi musnadi as-syafi’i wa sunani
2. Kitab al-fathu arrabbani litartibi musnad imam ahmad bin hambal as-syaibani
3. Kitab bulugil amani min asrori al fathi ar rabani, syarah kitab as-sabiq
B. Metode Kitab Fathu ar-Rabbani.
Syarh, Syarah, atau Syarhu adalah istilah dalam literatur Islam, digunakan secara
umum sebagai bagian dari judul buku. Secara harafiah artinya "penjelasan",
umumnya nama ini digunakan dalam buku-buku komentar, penjelasan dan penjabaran
dari kitab asal non-Alquran, yaitu kitab-kitab Hadis atau kitab karangan ulama.
Syarah hadis, yakni fiqh al-ḥadīth. Secara historis, ia merupakan embrio bagi
kemunculan syarah hadis, atau dengan kata lain syarah hadis merupakan hasil dari
sebuah proses transformatif dari istilah yang telah ada sebelumnya, yaitu fiqh al-
ḥadith. Oleh sebab itu, sarjana Muslim yang berijtihad dalam memahami hadis Nabi
disebut sebagai faqih dan bentuk pluralnya dinamakan fuqahā’. Meskipun demikian,
penggunaan kata ini tidaklah musnah dan tetap eksis, sebab selain bertransformasi
menjadi syarah hadis, ia tetap digunakan sebagai bentuk pemahaman dan
pembongkaran makna hadis (fahmuhu wa istikhrāj ma’nāhu).
Al-fathu ar-Rabbani termasuk kitab syarah hadis yang menggunakan metode
taḥlili(analitis). Sebagaimana dalam tafsir, metode ini berusaha mengulas makna
hadis secara mendalam. Satu hadis dibahas dalam banyak halaman serta dijelaskan
secara komprehensif maksud-maksud yang terkandung di dalamnya, sesuai dengan
keilmuan dan kecenderungan pensyarah. Metode ini, sebagaimana dalam tafsir,
mempunyai kekurangan hasil syarah dimungkinkan bersifat parsial dan cenderung
subjektif.
Metodologi penyusununan kitab Al-fathu ar-Rabbani Bagian pertama dari kitab ini
membahas tauhid dan ilmu agama,disntaranya:
1. Kitab Tauhid
2. Kitab Iman dan Islam
3. Kitab Takdir
4. Kitab pengetahuan
5. Kitab Berdiri dalam Kitab dan Sunnah

[+] Bagian kedua dari buku ini: Bagian Fiqh


1. Kitab tooharoh
2. Kitab haid
3. Kitab tayamum
4. Kitab sholat
5. Kibat jenajah
6. Kitab puasa
7. Kitab zakat
8. Kitab haji
9. Dll
[+] Bagian ketiga dari buku ini berkaitan dengan Al-Qur'an Dermawan

1. Kitab Niat dan Keikhlasan dalam Bekerja


[+] Bagian keempat dari buku ini - bagian bujukan buku ekonomi

1. Kitab Dorongan untuk Kebaikan Bisnis


2. Kitab Kebenaran dan Hubungan
3. Kitab Etika Baik, apa yang tercantum di dalamnya
4. Kitab Pertapaan, Meminimalisir Dunia, dan Kepuasan dengan Subsistensi
5. Kitab Kemiskinan dan Kekayaan
6. Kitab kesabaran dan penyemangat di dalamnya
7. Kitab Cinta dan Persahabatan

[+] (Bagian kelima dari buku ini, bagian intimidasi)

1. Kitab Afat al-Lsan


2. Kitab Pujian dan Fitnah
3. Kitab Penciptaan Dunia)

[+] (Bagian keenam dari buku ini)

1. Departemen Sejarah (Kitab hadits para nabi tentang mereka dan atas Nabi kita,
doa perdamaian)
2. Kitab Kebajikan
3. Kitab Khilafah dan Kerajaan
4. Kitab keutamaan dan apa yang disebut dalam keutamaan bangsa Muhammadiyah
5. Kitab Kesengsaraan dan Tanda-tanda Kiamat

[+] Bagian ketujuh: Tentang munculnya Hari Kiamat dan kondisi akhirat, dan cobaan
dan tanda-tanda yang mendahuluinya.

Contoh dalam kitab al fathu ar-rabani :

‫ ومعناه شرعا جاء فى حديث جبريل المشهور الذى‬،‫ واالسالم معناه لغة االنقياد واالذعان‬،‫االيمان معناه لغة التصديق‬
‫ وفيه ان النبى صلى هللا عليه وآله وسلم أجاب جبريل عليه السالم حين سأله‬،‫رواه االمام احمد والشيخان وغيرهم‬
‫ االسالم ان تشهد ان ال اله اال هللا وان محمداً رسول هللا وتقيم الصالة وتؤتى الزكاة وتصوم رمضان‬،‫عنهما بقوله‬
‫وتحج البيت ان استطعت اليه سبيال‬

Iman berarti bahasa persetujuan, dan Islam berarti bahasa penyerahan dan penyerahan,
dan makna hukumnya datang dalam hadits terkenal Jibril, yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, dua Syekh dan lainnya, di mana Nabi, damai dan berkah atas dia dan
keluarganya, jawab Jibril, saw, ketika dia bertanya kepadanya tentang mereka dengan
mengatakan, "Islam adalah untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan." Dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa
Ramadhan, dan haji ke Baitullah jika Anda mampu.
Iman adalah percaya kepada Tuhan, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
Hari Akhir, dan takdir, semuanya baik dan buruk. Modernis, teolog dan mayoritas
Mu'tazilah menunjukkan bahwa iman adalah Islam dan kedua nama tersebut secara
hukum sinonim (Imam Abu Suleiman Ahmed bin Muhammad bin Ibrahim Al-Khattabi
Al-Basti, semoga Allah SWT merahmatinya, mengatakan dalam bukunya Ma 'alim Al-
Sunan: Seberapa sering orang bingung tentang masalah ini (Al-Zuhri berdiri) Artinya
firman Yang Mahakuasa (Orang Badui berkata: "Kami aman." Katakanlah, "Kamu tidak
beriman." Tetapi katakan, "Kami telah berserah diri”, dan ketika iman masuk ke dalam
hatimu.” Dari orang-orang mukmin, kami menemukan di dalamnya hanya sebuah rumah
Muslim) Dia berkata, dan yang benar dari itu adalah membatasi pembicaraan dalam hal
ini dan tidak diceraikan, karena seorang Muslim mungkin beriman dalam beberapa hal
dan tidak beriman dalam beberapa hal. dari mereka, dan seorang mukmin adalah seorang
Muslim dalam segala hal, maka setiap mukmin adalah seorang Muslim, dan tidak setiap
Muslim adalah seorang mukmin Dan jika Anda berpegang teguh pada hal ini, maka
penafsiran ayat-ayat itu akan lurus bagi Anda, dan ucapan adil di dalamnya, dan tidak ada
yang berbeda
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ahmad Abd al-Rahman Muhammad al-Banna al-saati merupakan seorang
penghafal al-Qur’an yang mulia sejak dini Dan mengukuhkan keilmuannya
dengan belajar di masjid Syekh Ibrohim basya. Dan tinggal di sebelahnya selama
beberapa tahun, sembari belajar memperbaiki jam tangan sebagai biaya mata
percahariannya.
Al-fathu ar-Rabbani termasuk kitab syarah hadis yang menggunakan metode
taḥlili, terdapat 7 sub bab yang mengulas makna hadis secara mendalam. Satu
hadis dibahas dalam banyak halaman serta dijelaskan secara komprehensif
maksud-maksud yang terkandung di dalamnya.
B. TUJUAN
Semoga malakah ini dapat bermanfaat bagi kita dan memberi banyak ilmu.
Apabila ada kesalahan kata dalam penulisan dan perkataan mohon maaf dan
koseksinya.
DAFTAR PUSTAKA

https://al-maktaba.org/book/32851
https://onesearch.id/Search/Results?lookfor=
%22KUMPULAN+HADITS+AHMAD+IBN+HANBAL%22&type=Subject
https://m-republika-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/oby3s94?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16672015411023&referrer=https%3A
%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.republika.co.id
%2Fberita%2Foby3s94%2Falfath-arrabbani-62-nasihat-syekh-abdul-qadir-jailani

Anda mungkin juga menyukai