Abstrak
Kitab Ah}ka>m min Al-Qur’an Al-Kari>m adalah sebuah kitab tafsir yang dikarang
oleh Muhammad Ibn Shalih al-‘Uthaimin. Kitab ini memiliki termasuk pada
kitab tafsir yang bercorak Fiqh dengan ciri khas tersendiri yang menunjukkan
kecenderungan mufassirnya. Oleh karenanya, dalam artikel ini akan menjelaskan
perihal biografi, karya, serta metodologi dalam kitab ini sehingga diketahui
bagaimana cara Al-‘Uthaimin dalam menafsirkan Alquran. Al-‘Uthaimin sendiri
adalah seorang penganut ajaran Ibnu Taymiyah yang mana penafsirannya sangat
dipengaruhi oleh ajaran yang ia anut. Selain itu kitab ini juga dikemas dengan
bahasa yang jelas dan tidak bertele-tele yang menjadikan penjelasan dalam kitab
ini mudah untuk dipahami.
Kata Kunci: Al-‘Uthaimin, Kitab Ah}ka>m min Al-Qur’an Al-Kari>m, Tafsir Fiqhi
Pendahuluan
Alquran diwahyuhkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Proses
pewahyuan ini sekaligus bertujuan agar diresapi dan diamalkan dalam prilaku
keseharian. Alquran disebut sebagai pedoman hidup dalam berbagai aspek
kehidupan misalnya, hubungan antar sesama manusia dan hubungan manusia
dengan alam.1
Alquran sebagai pentujuk dan sumber hukum islam senantiasa menjadi
rujukan umat islam. Petunjuk Allah dalam Alquran tetap akan relevan dalam
setiap kondisi dan situasi apapun. Sehingga, pemahaman makna-makna ayat
1
Lilik Ummi Kaltsum dan Abd. Maqsith, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam, ( Ciputat : Uin Press,
2015), 1.
Alquran merupakan hal yang sangat penting untuk memahami petunjuk Allah
melalui firman-Nya.
Sejalan dengan isi kandungan Alquran yang beraneka ragam, para
mufassir mengklasifikasikan ayat-ayat Alquran kedalam beberapa kelompok.
Misalnya, ayat-ayat yang berhubungan dengan akidah dinamakan ayat al-‘aqa’id,
ayat-ayat yang membahas masalah etik disebut ayat akhlak, ayat yang berisikan
sejarah dinamakan al-qashah, begitu juga dengan ayat ahkam yang membahas
tentang hukum fiqih.2
Tafsir ayat ahkam adalah salah satu corak penafsiran ayat Alquran yang
mana lebih memfokuskan kepada pada penafsiran yang berpotensi pada dasar
3
hukum fiqih. Pada kali ini, pemateri akan sekilas membahas tafsir ayat ahkam
min Quran karya Syaikh Shalih bin Muhammad bin Sulaiman bin Abdurrahman
Utsaimin.
2
Muhammad, Amin Suma, tafsir Ahkam ayat-ayat Ibadah, ( Tangerang : Lentera Hati,
2016), 2.
3
Nur Azizah, Mengenal Tafsir Ahkam, (Tangerang : Lentera hati, tt), 5.
4
Muhamma>d S}alih al-Utsaimin, Ahka>m min al-Qur’an, (Saudia Arabiyah : Dar al-wat}an,
2013), 7.
5
Saifuddin Amin, Etika Peserta Didik menurut Syaikh Muhammad bin Shalih al-
Utsaimin, (Yogyakarta : Budi Utama, 2019), 33.
beliau hafal Alquran. Setelah itu, beliau mencari ilmu dan belajar khat (ilmu tulis
menulis), ilmu hitung, dan beberapa ilmu sastra kepada kakeknya. Beliau, Syaikh
Utsaimin juga belajar ilmu faraidh (warid), dan fiqh kepada Syaikh Abdurrahman
bin Ali bin ‘Audan. Sedangkan, untuk ilmu tauhid, tafsir, hadis, fiqh, ushul fiqh,
faraidh, mustalahah hadis, nahwu, shorof, ia belajar kepada guru pertamanya yaitu
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di. Ketika beranjak dewasa, Syaikh Utsaimin
belajar kepada guru yang kedua yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz,
disini Syaikh Ustaimin mempelajari kitab Shahih Bukhari.6
Berdasarkan pemaparan tersebut maka diketahui bahwa sejak kecil beliau
telah menerima dasar-dasar ilmu agamanya berupa Alquranul Karim langsung
dari kakeknya tersebut, kemudian mempelajari baca tulis dan hisab serta masuk
kesebuah madrasah. Beliau menghafal Alquran Karim dalam usia dini,
sebagaimana beliau juga telah hafal beberapa matan (isi/ teks) kitab hadis dan
fiqih. System pendidikan seperti ini memang masih berlangsung dikalangan
keluarga muslim secara umum terlebih lagi didaerah timur tengah khususnya di
Saudi Arabiyah sampai sekarang.
Beliau Syaikh Utsaimin, diawal pengembaraan mencari ilmu dilakukan
dengan cara halaqoh, beliau menghabiskan satu buku untuk dipelajari dari seorang
Syaikh, kemudian barulah pindah kesyaikh yang lainnya dengan pelajaran yang
berbeda. Dan system pendidikan saat itu juga masih dilakukan dengan system
halaqoh. Materi yang diajarkan masih berorientasi kepada pembelajaran kitab
klasik dan lebih menekankan kepada aspek hafalan. Sampai saat ini pun system
masih berlaku di Saudi Arabia.
Selanjutnya, beliau juga menimba ilmu pengetahuan dari beberapa ulama
yang terkenal di Saudi Arabiah seperti Syaikh ‘Abdurrazaq ‘Afifi yang
mengajarkan ilmu Nahwu dan Balaghah kepada Syaikh Utsaimin. Sekitar tahun
1371 H, beliau mulai mengajar disebuah lembaga pengajaran yang ada dimasjid
Agung. Ketika sudah dibuka lembaga Ma’had Al-‘Ilmi (lembaga pendidikan
formal dan perguruan tinggi) di Riyadh.7
6
Imam Naawi, Syarah Hadis Arba’in¸(Solo : Pustaka Arafah, 2006), 28.
7
Ibid.., 37
Setelah dua tahun belajar dan menyelesaikan studinya di Ma’had ‘Ilmi,
beliau diangkat sebagai guru di ma’had Unaizah Al-‘Ilmi. Disamping itu, beliau
melanjutkan studi jarak jauh di Fakultas Syari’ah serta terus berguru kepada
Syaikh Abdurrahman As-Sa’adi. Ketika Syaikh Abdurrahman As-Sa’di wafat
maka Syaikh Utsaimin menggantikan posisinya sebagai imam masjid Agung
Unaizah dan mengajar diperpustakaan Nasional Unaizah. Kemudian, beliau
berpindah mengajar di fakultas Syari’ah dan fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Al-Imam Muhammad bin Sa’ud cabang Qashim.
Beliau, Syaikh Muammad Utsaimin wafat pada hari rabu 15 Syawwal
tahun 1421 H (74 tahun) pada jam enam sore dirumah sakit Raja Faishal Jeddah,
setelah terserang penyakit kanker usus dan dimakamkan dikota Makkah al-
Mukarramah.
Dalam bukunya yang merupakan syarah dari kitab yang dikarang oleh
Ibnu Taymiyah yang berjudul Muqaddimah al-Tafsir, dia beranggapan bahwa
kebutuhan umat terhadap pemahaman Alquran, menariknya untuk menulis segala
sesuatu yang diketahui dan dipahaminya, sehingga al-Uthaimin banyak menulis
tafsir dan buku lainnya yang isinya berupa maksud-maksud Allah, berupa
penjelasan tentang hukum, dan banyak mengeluarkan fatwa hukum. Salah satunya
adalah kitab Ahkam min al-Qur’an al-Karim yang berorientasi pada dhahirnya
menjelaskan akan hukum, tetapi didalam kitab ini banyak mengandung penjelasan
hikmah-hikmah dan faedah setiap ayat Alquran.
8
Fatih Mufarrikh, Pemikiran Muhammad bin Salih al-‘Uthaimin tentang Pendidikan
Islam, Tesis, (Surakata: Universitas Muhammadiyah, 2018), 16
9
Putri Mifatkhul Khusnaini, Pandangan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat terhadap
Perederan Jual Beli Tuak di Kabupaten Tuban Jawa Timur, Tesis, (Malang: UIN Maulana
Malik Ibrahim, 2016), 28
Muhammad Shalih Al-‘Uthaimin, dkk, Syarah Pengantar Studi Ilmu Tafsir, terj.
10
Latifatul Muhajiroh, Metodologi dan Corak Tafsir Ah}ka>m min Al-Qur’a>n Al-Kari>m
11
Karya Muhammad s}a>lih> Al-‘Uthaimin, Skripsi, (Surabaya, UIN Sunan Ampel, 2019), 75
surah Al-Fa>tih}ah kemudian dilanjut kepada surah Al-Baqarah sampai
pada akhir juz 29. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh Al-
‘Uthaimin dalam menafsirkan Al-Qur’an diantaranya:
a. Menafsirkan ayat Al-Qur’an secara langsung secara tahlili dengan
berdasar pada ayat Al-Qur’an dan hadis serta dalil-dalil para
ulama.
b. Al-‘Uthaimin juga menjelaskan dalil-dalil yang ia ambil dari setiap
ayatnya, bahkan dari penggalan ayat.
c. Jika ayat yang ditafsirkan mengandung hukum syariat, maka akan
ditarik hukum syariat yang dikandung oleh ayat tersebut, dan jika
ayat Al-Qur’an tidak mengandung hukum syariat, maka beliau
menafsirkannya dengan menjelaskan hikmah yang terkandung
pada ayat tersebut, terkadang mengutip dari hadis Bukhari,
Muslim, Imam Ahmad yang dituliskan dalam catatan kaki, akan
tetapi beliau tidak memberikan penilaian terhadap hadis yang
beliau kutip.12
Al-‘Uthaimin dalam menjelaskan sebuah ayat Al-Qur’an maupun
hadis menggunakan perkataan yang jelas dan tidak berbelit-belit serta
selalu diiringi dengan untaian nasihat.13 Beliau juga tidak banyak
menyebutkan perkataan dan masalah-masalah cabang yang banyak
terdapat pada kitab tafsir lainnya, seperti penjelasan tentang masalah
balaghah dan I’rab.14
2. Sumber Penafsiran
Sebagai seorang penganut Ibnu Taymiyah, beliau menggunakan
metode yang sama dengan panutannya. Al-‘Uthaimin menggunakan
12
Ibid, 77
13
Kesi Iswardani, Studi Komparasi Pandangan Muhammad Bin Shalih Al-‘Utsaimin dan
Yusuf Al-Qardhawi Tentang Zakat Fitri, Skripsi, (Yogyakarta, Universitas
Muhammadiyah, 2019), 84.
Hanisah, Penafsiran Syeikh Al-‘Utsaimin Terhadap Ayat-Ayat Bid’ah dalam Al-
14
الم
Di ayat pertama, Surah Al-Baqarah ini para Ulama’ berselisih pendapat tentang
huruf-huruf yang mengawali dibanyak surah Al-Qur’an. diantaranya ada yang
mengatakan bahwa hal ini merupakan sesuatu yang hanya dimengerti oleh Allah
swt saja, maka mereka pun mengembalikan pengertian ini kepada Allah dan tidak
berani menafsirkannya. Hal ini menurut riwayat Al-Qurtubi melalu kitab tafsirnya
Abu Bakae, Umar, Utsman, Ali dan Ibnu Mas’ud.
ُ َٰذ لِ ك الْ ِك ت ا
ب َل ر يْب ۛ ف ِ ي ِه ۛ ه ُ د ًى لِ لْ ُم ت َّقِ ين
Di ayat Kedua, Firman Allah Swt.
“dhalika al-Kitab” yakni Kitab Alquran, Allah menggunakan isim isyarat karena
untuk menunjukkan bahwa kitab tersebut berada ditempat yang jauh, karena
17
Hanisah, Penafsiran Syekh Al-Utsaimin , …19.
kedudukannya yang tinggi, tempatnya yang agung, juga karena Alquran
merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Allah telah
memberi sifat agung kepada Alquran. Allah menyebut sebagai “kitab” karena
ditulis di Lauhul al-Mahfuz. Dan ditulis ke dalam lembaran-lembaran yang ada
pada malaikat, juga dalam bentuk lembaran-lembaran seperti yang telah ditangan
manusia saat ini. Kemudian Firman Allah,
“la raibafihi” maksudnya ialah bahwa kitab ini tidak ada keraguan didalamnya
dan juga tidak ada prasangka akan otentitasnya, sebab Alquran benar-benar turun
dari Allah,
“Hudan li al-muttaqin” maksudnya ialah orang-orang yang takut kepada azab
Allah, baik dengan cara menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
َٰ ْ والَّ ِذيْن يُؤْ ِمنُ ْون ِبما ٓ ا ُ ْن ِزل اِليْك وما ٓ ا ُ ْن ِزل ِم ْن ق ْب ِلك ۚ و ِب
اَل ِخرةِ ُه ْم يُ ْوقِنُ ْون
Ayat 4 mempunyai makna, kitab-kitab yang diturunkan kepada Rasul ada kitab
taurat, Kitab Injil, Kitab zabur, dengan keyakinan yang sempurna dan tanpa ada
penolakan terhadapnya.18
18
Muhamma>d S}alih al-Utsaimin, Ahka>m min al-Qur’an.., 63.
Ayat 5 mempunyai makna, orang-orang yang mendapatkan petunjuk jalan yang
lurus dan ilmu yang bermanfaat dan orang yang mendapatkan petunjuk berupa
hidayah dari Allah dan mengikuti petunjuk yang Allah turunkan yaitu Alquran,
maka keberuntungan yang akan mereka dapatkan, keberuntungan disini
mempunyai maksud bahwa sampainya apa yang dicari dan keselamatan dari
berbagai bencana.
Keutamaan dan hukum-hukum Qs. Al-Baqarah ayat 1-5 Menurut Syaikh Shalih
Utsaimin
ٍ ف ْليأْتُوا بِحدِي
ث ِمثْ ِل ِه إِ ْن كانُوا صا ِدقِين
Artinya : “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal
Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.”19
19
Alquran, 52:34.
Ungkapan dalam penggalan ayat ini ialah ungkapan yang
melemahkan, meskipun itu dengan nada yang ringan. Dan masih banyak
surat yang menjelaskan tentang hal ini, diantaranya surat al-Baqarah ayat
23, surat Hud ayat 13, surat al-Isra’ ayat 88. Hikmah disebutkannya huruf
hijaiyah diawal surat adalah ahli bahasa berkata “kami tidak familiar
mengenai huruf-huruf itu tetapi kami tidak mampu menciptakannya.”
Huruf-huruf itu disebut dengan fawa>tih} al-Suwa>r, dan jika huruf tersebut
berdiri sendiri maka tidak dapat diketahui maknanya. Sebab Allah telah
menurunkan Alquran dengan lisan bangsa Arab yang jelas. Sedangkan
huruf hijaiyah yang tersusun tersebut tidak memiliki arti dalam kultur
bahasa Arab secara umum.
2. Dalam firman Allah ذلك الكتابdisebutkan sebagai dalil yang menunjukkan
bahwa derajat Alquran itu tinggi karna Alquran adalah kalamullah yang
turun tidak membawa kebathilan, melainkan membawa kebenaran
tentang apa yang ada dimasanya juga masa setelahnya. Bahasa yang
digunakan para sastrawan pun adalah bahasa yang fasih yang didalamnya
terdapat ilmu yang bermanfaat.
3. Firman Allah الكتابsebagai dalil bahwa Alquran ditulis di lauhul mahfudz
seperti firman Allah Qs. Al-Buruj 21-22. Dan Qs. Abasa 12-16.
4. Firman Allah ذلك الكتابal-Ta’ri>f sebagai dalil yang menunjukkan bahwa
kitab ini telah ma‟ruf dan dijanjikan. Sebab kitab Allah yaitu Alquran
sangat terkenal dikalangan sahabat Nabi, tidak ada satupun yang
mengingkarinya dan para Qurra’ telah sepakat bahwa siapa saja yang
mengingkari satu huruf berarti kafir.
Adapun perbedaan pendapat dalam Qira>’ah Sab’ah bahwa
sesungguhnya perbedaan pendapat sudah ada sejak zaman Nabi
Muhammad, sebab ketujuh qiraat tersebut semuanya diperbolehkan dalam
pembacaan Alquran.
5. Firman Allah َ ُهدًى ِل ْل ُمت َّ ِق ْينmerupakan dalil atas kegunaan Alquran sebagai
petunjuk yang dikaitkan dengan ketaqwaan, karena pada umumnya orang
yang bertaqwa kepada Allah itu mereka mendapatkan petunjuk dari
Alquran.
6. Firman Allah َ ُهدًى ِل ْل ُمت َّ ِق ْينmerupakan bukti bahwa sesungguhnya orang
yang tidak bertaqwa, tentu tidak mendapatkan petunjuk dari Alquran dan
begitu seterusnya. Dan karena inilah Allah berfirman dalam surat al-
Mut}affifi>n ayat 7-9 dan ayat 10-14, bahwa Allah mengabarkan tentang
keadaan menunjukkan ketika mereka dibacakan ayat-ayat Allah, tidak
memberikan manfaat apapun bagi mereka, tidak sampai masuk ke hati.
Mereka tidak melihat keadaan yang agung dari Alquran, mereka bahkan
mengatakan “itu seperti dongeng orang-orang terdahulu” sebagaimana
cerita-cerita yang dikisahkan orang-orang terdahulu. Karena mereka
terlalu sering melakukan dosa sehingga hatinya tidak bisa tersentuh oleh
Alquran. Sementara orang yang bertaqwa, menyesuaikan diri dengan
petunjuk Alquran, diantara ayat Alquran yang menunjukkan hal ini ialah
surat Maryam ayat 76, al-Taubah ayat 124. Ketika ketaqwaan seseorang
berkurang, mereka kebanyakan mengurangi intensitas mencari
petunjuknya dalam Alquran, sebanyak berkurangnya ketaqwaan mereka.
Adapun firman Allah surat al-Baqarah ayat 3-4. Allah telah berfirman
tentang sifat-sifat orang-orang yang bertaqwa. Allah mensifati mereka dengan
sifat-sifat keimanan, yaitu iman kepada yang ghaib, yang tidak terlihat, yang
telah dikabarkan kepada mereka oleh Allah dan Rasul-Nya. Sifat-sifat orang
bertaqwa adalah mereka yang mendirikan sholat, yang istiqomah dengan
shalatnya dengan memenuh syarat dan rukunnya, kewajibannya, sekaligus
menyempurnakan pelaksanaan shalat mereka. dengan melaksanakan sunnah-
sunnahnya, menginfaqkan sebagian harta yang mereka peroleh dari Allah sebagai
rezeki mereka sebagaima yang ditetapkan dalam syariat sebagai infaq atau
sedekah dengan cara moderat, yakni tidak berlebih-lebihan sebagaimana firman
Allah surat al-Furqan ayat 67: Dan orang-orang yang apabila mereka berinfaq,
mereka tidak berlebih-lebihan, mereka juga tidak kikir, mereka melakukan
pembelanjaan dengan jalan yang tengah-tengah.
ٰٰۤ ٰٰۤ
Firman Allah َول ِٕىكَ ُه ُم ا ْل ُم ْف ِل ُح ْون ُ ول ِٕىكَ ع َٰلى ُهدًى ِم ْن َّربِ ِه ْم ۙ َوا ُ اmemiliki kandungan
makna bahwa Allah telah mengabarkan kepada manusia bahwa orang-orang yang
mendapat petunjuk ialah orang-orang yang juga mendapat anugerah ilmu dari
Allah, tempat kembali mereka adalah keberuntungan. Keberuntungan dalam hal
ini ialah keberuntungan dengan tercapainya apa yang diharapkan dan selamat
dari bahaya.
Kesimpulan
Tafsir Ah}kam min Al-Qur’an Al-Kari>m adalah salah atu kitab tafsir
karangan Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Sulaiman bin Abdurrahman
al-Utsaimin atau yang lebih dikenal dengan Al-‘Uthaimin. Beliau adalah seorang
ulama yang berasal dari Unaizah. Kitab tafsir ini termasuk karya tafsir yang
bercorak fiqh, akan tetapi kitab ini tidak terkhusus pada penjelasan hukum syariat
saja, melainkan banyak juga hikmah-hikmah yang terkandung dalam ayat Al-
Qur’an yang diungkap oleh Al-‘Uthaimin. Al-‘Uthaimin sendiri adalah penganut
ajaran Ibnu Taymiyah sehingga penafsirannya banyak dipengaruhi oleh ajaran
Ibnu Taymiyah, seperti pada sumber rujukan yang diambil yaitu tafsir bi al-
Riwayah dan juga dalil-dalil yang digunakan banyak menganut pendapat Imam
Hanbali dan juga Ibnu Taymiyah. Beliau juga menggunakan metode Tahlili dalam
penafsirannya yaitu metode penafsiran yang memaparkan segala aspek yang
terkandung dalam sebuah ayat serta menjelaskan makna yang terkandung
didalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir, sehingga
penjelasan runtut dan juga Ayat al-Qur’an ditafsirkan secara rinci. Akan tetapi
beliau mengungkapkan bahwa bahasa yang beliau gunakan dalam penafsirannya
jelas dan tidak berbelit-belit, sehingga beliau tidak mencantumkan penjelasan
perihal masalah balaghah dan I’rab seperti pada kitab tafsir lainnya.
Daftar Pustaka
Alquran
Kaltsum, Lilik Ummi dan Abd. Maqsith. 2015. Tafsir Ayat-Ayat Ahkam. Ciputat
: Uin Press
Suma, Muhammad Amin. 2016. Tafsir Ahkam ayat-ayat Ibadah,Tangerang :
Lentera Hati
Azizah, Nur. Tt. Mengenal Tafsir Ahkam. Tangerang : Lentera hati
al-Utsaimin, Muhamma>d S}alih. 2013. Ahka>m min al-Qur’an Al-Kari>m, Saudia
Arabiyah : Dar al-wat}an
Amin, Saifuddin. 2019. Etika Peserta Didik menurut Syaikh Muhammad bin
Shalih al-Utsaimin. Yogyakarta : Budi Utama
Nawawi, Imam. 2006. Syarah Hadis Arba’in. Solo : Pustaka Arafah.
Mufarrikh, Fatih. 2018. Pemikiran Muhammad bin Salih al-‘Uthaimin tentang
Pendidikan Islam. [Tesis]. Surakata: Universitas Muhammadiyah
Muhajiroh, Latifatul. 2019. Metodologi dan Corak Tafsir Ah}ka>m min Al-Qur’a>n
Al-Kari>m Karya Muhammad s}a>lih> Al-‘Uthaimin. [Skripsi]. Surabaya:
UIN Sunan Ampel
Iswardani, Kesi. 2019. Studi Komparasi Pandangan Muhammad Bin Shalih Al-
‘Utsaimin dan Yusuf Al-Qardhawi Tentang Zakat Fitri. [Skripsi].
Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah