Maqasid al-Qur’an
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Agus Irwanto
NIM
202012134106
Jurusan Ushuluddin
SURABAYA
2022
PEMBAHASAN
A. Biografi Yusuf al-Qardhawi
Yusuf Al-Qardhawi dilahirkan di desa Shafth Turaab, mesir bagian barat pada
tanggal 9 september 1926 M, daerah Mahallah al-Kubra Provinsi al-Garbiyah Republik
Arab Mesir, dari keluarga yang taat beragama dan dibesarkan pamannya yang sudah
dianggap ayahnya.1 Ayahnya adalah seorang petani yang wafat pada saat Qardhawi
berusia 2 tahun, dan diasuh oleh pamannya, lahir dari keluarga yang tekun beragama,
dibesarkan oleh pamannya sejak umur 2 tahun, dan mendapatkan pendidikan dari
pamannya, sehingga oleh Yusuf al-Qaradawi dianggap sebagai ayahnya sendiri.
Pada usia lima tahun ia sudah menghapal al-Qur‟an belajar dari pamannya dan
pada usia 10 tahun dia telah hafal al-Qur‟an 30 Juz cukup fasih dan melanjutkan
pendidikan Ibtidaiyah 4 tahun dan Sanawiyyah selama 5 tahun ditempuh di Ma‟had
Tanta, yusuf al-Qardhawi memang sudah cukup mempunyi dalam dunia intelektual di
umur 15 beliau sudah membaca dan mempelajari tingkat mahasiswa, dan buku yang ia
pelajari dari pamannya yaitu buku tasawuf Minhaj al-‘Abidin, dan buku selanjutnya yang
ia baca dan pelajari tentantang buku tasawwuf Ihya’ ‘Ulum al-Din, yang ia pelajari dari
Syaikh Muhammad Abu Syah. Yusuf alQaradawi sangat terkesan dan kagum dengan
buku karangan al-Ghazali itu karena isinya yang sangat mengagumkan. Beliau pun
bersungguh-sungguh dalam mempelajari ajaran tasawuf dan melekat dalam jiwanya.2
Selain tertarik dengan buku-buku Tasawuf, Yusuf al-Qaradawi juga sangat
tertarik dengan buku-buku sastra, seperti karya al-Manfaluthi, Al-Nazarat,al-„Ibrat dan
kisah yang lainnya. Selain itu ia juga membaca al-„Iqd al-Farid, karya tentang Sastra
yang ditulis oleh Ibn „Abd Rabbih (w. 328 H/940 M)7 Yusuf al-Qaradawi menyelesaikan
studi di Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Kairo pada tahun 1952/1953. Setelah
itu ia belajar bahasa Arab selama dua tahun dan memperoleh ijazah internasional dan
sertifikat mengajar. Tahun 1957 ia melanjutkan Ma‟had-Buhus wa al-Dirasat al-Arabiyah
al-Aliyah (Lembaga Tinggi Riset dan Kajian Kearaban). Tahun 1960 ia menamatkan
1
Yusuf Qardhawi, Masalah-masalah Islam Kontemporer, Penerjemah: Muhammad Ichsan, (Jakarta: Najah Press
1994), Cet. I, h. 219.
2
Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi, Cet. I (Yogyakarta: Teras, 2008), h. 42
studi pada Pascasarjana di Universitas al-Azhar dengan konsentrasi Tafsir Hadits. Dan
menyelesaikan pendidikannya, pada program cumlaude.3
Dalam pengetahuan ilmiahnya, Qardhawi banyak mengutip atau mempelajari
karya-karya al-Gazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, Syaikh al-Bakhi al-Khauli,
Muhammad Abdullah Darraz serta Syaikh Mahmud Syaltut.4 Ia mengambil menelah
perjuangan gurunya (Hasan al-Banna). Pada masa kekuasaan raja Faruq tahun 1949,
Qadhawi pernah dipenjarakan karena terlibat dalam pergerakan ikhwanul muslimin, pada
bulan April 1956 ia ditangkap dan yang terakhir pada bulan Oktober 1956 ia
dipenjarakan selama 2 tahun. Setelah keluar dari tahanan beliau kemudian hijrah ke
Daha, Qatar dan dari sinilah ia kemudian berjumpa dengan „Abd al-Mu‟is al-Satar, beliau
merupakan teman seperjuangan Yusuf Qaradhawi dalam mendirikan Madarasah Ma‟had
al-Din (Institut Agama) yang cikal bakal lahirnya Fakultas Syari‟ah, Qatar yang
berkembang dengan beberapa fakultas dan akhirnya menjadi sebuah Universitas Qatar
yang didirikan bersama dengan Ibrahim Khadim. Qardhawi pernah memegang berbagai
jabatan penting yaitu:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Studi Islam di Universitas Qatar.
2. Direktur Kajian Sunnah dan Sirah di Universitas Qatar.
3. Anggota Lembaga Tertinggi Dewan Fatwa dan Pengawasan Syariah di Persatuan
Bank Islam Internasional.
4. Pakar Fikih Islam di Organisasi Konferensi Islam.
5. Anggota atau Pendiri Yayasan Kebajikan Islam Internasional.
6. Anggota Majelis Pengembangan Dakwah Islamiyah di Afrika
Sikap moderat dan keterbukaan beliau terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
Yusuf al-Qaradawi juga cukup tekenal sebagai ahli hukum dan ahli politik. Dalam hal ini
pemikiran beliau cukup dipengaruhi oleh Syaikh Hasan al-Banna, baginya kekaguman
beliau terhadap Syaikh Hasan al-Banna adalah ulama yang cukup konsisten dalam
menyuarakan ajaran Islam, tanpa terpengaruh oleh paham nasionalisme dan sekularisme
yang dibawa oleh penjajah Mesir dan dunia Islam. Sedangkan wawasan Ilmiahnya lebih
3
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), h. 322.
4
Abdurrahman Qadir, Studi Pembaharuan Hukum Islam, Studi Pemikiran Yusuf Qardhawi tentang Zakat Profesi, h.
8.
banyak dipengaruhi oleh ulama-ulama alAzhar.5 Yusuf Al Qaradhawi meninggal dunia
pada Senin, 26 September 2022. Syheikh Yusuf Al Qardhawi berpulang dalam usia 96
tahun.
B. Karya-Karya Yusuf al-Qardhawi
Beliau adalah seorang ulama yang mana memiliki keilmuwan yang cukup luas
dan sangat intelektual sesuai dengan pendidikan, Yusuf al-Qardhawi termasuk ulama
konteporer yang sangat proaktif dalam menulis kitab-kitabnya dan memiliki banyak
literatur karangan beliau di antaranya:
1. al-Aqliyyat al-Diniyyah wa al-Hall al-Islami
2. al-„Aql wa al-„Ilm fi al-Qur‟an al-Karim (1996)
3. Aulawiyyat al-Harakah al-Islamiyyah fi al-Marhalah al-Qadimah (1990)
4. „Awamil al-Sa‟ah wa al-Murunah fi al-Syari‟ah al-Islamiyyah
5. Ba‟I al-Murabahah li al-Amr bi al-Syarra‟ (1983)
6. Bayyinat al-Hall al-Islami wa Syubhat al-„Ilmaniyyin wa al- Mutagharribin (1988)
7. Daur al-Qaim wa al-Akhlaq fi al-Iqtishad al-Islami
8. Adwa‟ ala qadhiyah al-Takfir baina al-Ghulah wa al-Muqassirin
9. Akhlaq al-Islam fi Dani al-Kitab wa al-Sunnah
10. „Aqa‟id al-Islam fi Dani al-Kitab wa al-Sunnah
11. Al-Fiqh al-Islami baina al-Ashalah wa al-Tajdid
12. Fiqh al-Zakah (cet. II. 1973)
13. Ghair al-Muslimin fi al- -Islami (cet. V 1996)
14. Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam (1976)
15. Al-Hall al-Islami Faridhah wa Dharurah (1974)
16. Al-Hall al-Islami wa Syubhat al-Murtabin wa al-Musyakkikin
17. Haqiqah al-Tauhid
18. Al-Hayah al-Rabbaniyah wa al- (1995)
19. Al-Hulul al- (1971) 31) Al-Ibadah fi al-Islam (1971)
20. Al-Ijtihad fi al- -Islamiyyah (1985)
Inilah bukti produktifitas beliau dalam berkarya kitab-kitabnya berbagai jaring ke
ilmuwan beliau tulis denga penanya dan juga sangat aktif menulis artikel-artikel dan
5
Abdul Aziz Dahlan (dkk), Ensiklopedia Hukum Islam, h. 1448
terbit di majalah mesir, misal: majalah Nur al-Islam majalah al-Ummuh dan masih
banyak lagi karangan beliau yang belum dicantumkan dan ini hanya sebagian dari
karangan beliau.
C. Maqasid al-Qur’an Menurut Yusuf al-Qardhawi
Kata Maqasidul Qur‟an adalah bentuk jamak dari kata maqshad yang bermakna
tempat yang diorientasikan atau dituju. Sedangkan al-Qur‟an terambil dari kata qara’a
yaitu bacaan atau himpunan, karena alQur‟an menghimpun huruf dan kalimat ayat-ayat
al-Qur‟an.6 Maka secara bahasa, makna Maqashid al-Qur‟an mempunyai arti sebagai
maksud dan tujuan al-Qur‟an atau Maqashid al-Qur‟an adalah hikmah atau tujuan
diturunkan al-Qur‟an kepada umat manusia dalam rangka menciptakan kemashlahatan
dan mencegah kerusakan.
Maqasid menurut pandangan Yusuf al-Qardhawi bahwa al-Qur‟an yang Mulia
telah menyerukan banyak prinsip dan tujuan yang tidak cocok untuk umat manusia.
Kami membagi di sini dengan tujuh di antaranya, yang ditegaskan dan diulang-ulang oleh
Al-Qur'an, dan yang saya maksud adalah yang paling berhati-hati, yaitu:
Memperbaiki keyakinan dan persepsi tentang keilahian, risalah dan hari pembalasan.
Menentukan harkat dan martabat manusia, khususnya kaum lemah.
Mengarahkan manusia kepada ibadah yang baik dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Dakwah untuk menyucikan jiwa manusia.
Membentuk keluarga yang baik dan adil terhadap perempuan.
Membangun bangsa yang terpercaya bagi kemanusiaan.
Dakwah untuk manusia agar saling kerja sama.
Dalam hal ini Yusuf al-Qardhawi membagi 7 dalam Maqasid al-Qur‟an dan
menerangkan atau memerinci dari ketujuh tersebut:
6
Manna’ al-Qattan, Mabahis Al-Qur’an, (Kairo: Maktabah al-Wahbah, t.t.), h. 14.
a. Meletakkan dasar Tauhid
Seruan kepada tauhid adalah dasar dari kebebasan sejati, karena tidak ada
kebebasan bagi orang yang menguduskan manusia atau memuja berhala. Ini
adalah dasar persaudaraan dan kesetaraan, karena didasarkan pada keyakinan
bahwa semua orang adalah hamba Tuhan, dan bahwa mereka adalah anak-anak
dari satu ayah dan satu ibu, jadi mereka adalah saudara satu sama lain, dan bukan
satu sama lain adalah tuannya. untuk satu sama lain. Itulah sebabnya Rasulullah
ﷺ, dengan ayat mulia ini:
Suatu umat yang Tuhannya Tuhan Yang Maha Esa, dan Nabinya
adalah Muhammad, saw, dan kitabnya adalah satu dan Al-Qur'an, dan
ciumannya adalah Ka'bah (Rumah Suci), dan hukumnya adalah satu, yaitu
hukum Islam, dan tanah airnya adalah satu (Rumah Islam) di atas luasnya, dan
kepemimpinannya diwakili oleh (Khalifah Muslim), dan Amirul Mukminin,
yang mewujudkan kesatuan politik bangsa.
Oleh karena itu, dalam ungkapan kami tidak boleh dikatakan: bangsa-
bangsa Islam, melainkan bangsa Islam. Ini adalah satu bangsa seperti yang
diperintahkan Tuhan, dan bukan bangsa yang terpisah, seperti yang diinginkan
oleh kolonialisme.
7. Dakwah untuk manusia agar saling kerja sama
Tidaklah dipahami dari seruan Islam untuk mendirikan “bangsa yang
berbeda” dengan tujuan, nilai dan metodenya, dengan pesan yang berbeda, dengan
komponen, cita-cita dan karakteristiknya: bahwa Islam mengajarkan pada agama
yang tertutup bagi dirinya sendiri, dan bahwa bangsanya hidup untuk dirinya sendiri,
tertutup pada dirinya sendiri, tidak peduli tentang orang lain, apakah mereka benar
atau rusak, mereka dibimbing Atau tersesat.
Tidak, karena Islam, sejak awal panggilannya, telah menjadi pesan universal,
panggilan untuk semua orang, dan rahmat bagi semua hamba Tuhan, baik Arab atau
non-Arab, dan untuk semua negara Tuhan, baik timur atau barat, dan untuk semua
warna, putih atau hitam.
Dalam Al-Qur'an ayat-ayat mulia dari Kitab Allah yang dengan jelas menyatakan
universalitas dakwah:
Dan Kami tidak mengutus kamu melainkan sebagai rahmat bagi semesta
alam (Al-Anbiya: 107).
Maha Suci Dia yang menurunkan Furqan kepada hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan bagi semesta alam (Al Furqan: 1).
Itu tidak lain hanyalah mengingat dunia (2) dan Anda akan mengetahui
peringatannya setelah beberapa saat? [Hal.: 87, 88].
Katakanlah, aku tidak meminta balasan kepadamu untuk itu, karena itu
tidak lain hanyalah peringatan bagi alam semesta (Al-An'am: 90).
Umat Islam dituntut - seperti yang telah kami sebutkan - dengan membawa
pesan universal ini kepada dunia, sehingga tidak boleh memonopoli kebaikan dan
cahaya untuk dirinya sendiri, melainkan harus, setelah dibimbing oleh Cahaya
Allah. , membimbing orang lain untuk itu, dan setelah telah benar dengan iman dan
perbuatan benar, itu reformasi bangsa, dan mengundang mereka untuk kebaikan yang
telah memuliakan mereka. Inilah sebabnya mengapa Allah menggambarkan umat
Islam dan memujinya dalam kitab-Nya ketika Ia berbicara tentangnya dengan
mengatakan: “Kamu adalah bangsa yang terbaik.” Al imran 110
Pesan global islam ialah seruan untuk berbuat baik kepada umat manusia.
Rahmat atau kebaikan ini diwujudkan dalam beberapa prinsip dan nilai lebih tinggi
yang diserukan oleh islam, diantaranya:
a. Pembebasan manusia dari perbudakan manusia:
Pertama dari prinsip-prinsip ini: bahwa Islam dengan seruannya
kepada tauhid murni dan perlawanannya terhadap politeisme dalam segala
bentuk dan tingkatannya, membebaskan manusia dari perbudakan manusia,
sama seperti ia membebaskannya dari perbudakan benda, ilusi, atau berhala.
b. Persaudaraan dan Kesetaraan Manusia
Salah satu buah tauhid yang diserukan Islam adalah persaudaraan
manusia, dan di antara prasyaratnya adalah kesetaraan manusia. Persaudaraan
ini didasarkan pada dua hal:
Pertama: bahwa semua orang, sesuai dengan dakwah tauhid - adalah
hamba dari satu Tuhan, yang menciptakan mereka dan menjadikan mereka
setara, sehingga mereka setara dalam derajat pengabdian kepada Tuhan.
Kedua: bahwa mereka semua adalah anak-anak dari satu ayah, - tidak
peduli betapa berbeda warna kulit mereka, tanah air mereka, bahasa mereka
berbeda, kelas mereka berbeda – bahwasannya anak-anak dari Adam.
Inilah yang disampaikan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada
umat pada saat haji wada' ketika ia berkata kepada orang banyak: "Hai
manusia, Tuhanmu adalah satu, dan ayahmu adalah satu, kalian semua berasal
dari Adam, dan Adam berasal dari tanah, tidak ada keutamaan bagi orang
Arab atas non-Arab, dan tidak ada keutamaan orang kulit putih atas kulit
hitam kecuali dengan takwa”.
BAB III
KESIMPULAN
Yusuf Al-Qardhawi dilahirkan di desa Shafth Turaab, mesir bagian barat pada
tanggal 9 september 1926 M, daerah Mahallah al-Kubra Provinsi al-Garbiyah Republik
Arab Mesir. Yusuf Al Qaradhawi meninggal dunia pada Senin, 26 September 2022,
berpulang dalam usia 96 tahun. Dalam pengetahuan ilmiahnya, Qardhawi banyak
mengutip atau mempelajari karya-karya al-Gazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, Syaikh
al-Bakhi al-Khauli, Muhammad Abdullah Darraz serta Syaikh Mahmud Syaltut. Ia
mengambil menelah perjuangan gurunya (Hasan al-Banna). Dan memiliki banyak buku
karangan dan merupakan seorang cendikiawan.
Maqasid menurut pandangan Yusuf al-Qardhawi bahwa al-Qur‟an yang Mulia
telah menyerukan banyak prinsip dan tujuan yaitu:
Memperbaiki keyakinan dan persepsi tentang keilahian, risalah dan hari pembalasan.
Menentukan harkat dan martabat manusia, khususnya kaum lemah.
Mengarahkan manusia kepada ibadah yang baik dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Dakwah untuk menyucikan jiwa manusia.
Membentuk keluarga yang baik dan adil terhadap perempuan.
Membangun bangsa yang terpercaya bagi kemanusiaan.
Dakwah untuk manusia agar saling kerja sama.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Dahlan, Abdul, (et al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 2, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve Cet. VII, 2006.
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005.
Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi, Cet. 1. Yogyakarta: Teras, 2008.
Qadir, Abdurrahman, Studi Pembaharuan Hukum Islam, Studi Pemikiran Yusuf Qardhawi
tentang Zakat Profesi.
Qardhawi, Yusuf, Masalah-masalah Islam Kontemporer, Penerjemah: Muhammad Ichsan, Cet.1.
Jakarta: Najah Press 1994.