Anda di halaman 1dari 23

MAQASID AL-QUR’AN MENURUT YUSUF AL-QARDAWI

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Maqasid Syari’ah

Dosen Pengampu:
Abu Sari, M. Ag
Disusun Oleh:
Hubbina Nabila
NIM: 202012134105

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FITHRAH
SURABAYA
2023
PEMBAHASAN
A. Biografi Yusuf al-Qardhawi
Yusuf Al-Qardhawi dilahirkan di desa Shafth Turaab, mesir bagian barat pada
tanggal 9 september 1926 M, daerah Mahallah al-Kubra Provinsi al-Garbiyah Republik
Arab Mesir, dari keluarga yang taat beragama dan dibesarkan pamannya yang sudah
dianggap ayahnya.1 Ayahnya adalah seorang petani yang wafat pada saat Qardhawi
berusia 2 tahun, dan diasuh oleh pamannya, lahir dari keluarga yang tekun beragama,
dibesarkan oleh pamannya sejak umur 2 tahun, dan mendapatkan pendidikan dari
pamannya, sehingga oleh Yusuf al-Qaradawi dianggap sebagai ayahnya sendiri.
Pada usia lima tahun ia sudah menghapal al-Qur‟an belajar dari pamannya dan
pada usia 10 tahun dia telah hafal al-Qur‟an 30 Juz cukup fasih dan melanjutkan
pendidikan Ibtidaiyah 4 tahun dan Sanawiyyah selama 5 tahun ditempuh di Ma’had
Tanta, yusuf al-Qardhawi memang sudah cukup mempunyi dalam dunia intelektual di
umur 15 beliau sudah membaca dan mempelajari tingkat mahasiswa, dan buku yang ia
pelajari dari pamannya yaitu buku tasawuf Minhaj al-‘Abidin, dan buku selanjutnya yang
ia baca dan pelajari tentantang buku tasawwuf Ihya’ ‘Ulum al-Din, yang ia pelajari dari
Syaikh Muhammad Abu Syah. Yusuf al-Qaradawi sangat terkesan dan kagum dengan
buku karangan al-Ghazali itu karena isinya yang sangat mengagumkan. Beliau pun
bersungguh-sungguh dalam mempelajari ajaran tasawuf dan melekat dalam jiwanya.2
Selain tertarik dengan buku-buku Tasawuf, Yusuf al-Qaradawi juga sangat
tertarik dengan buku-buku sastra, seperti karya al-Manfaluthi, Al-Nazarat,al-„Ibrat dan
kisah yang lainnya. Selain itu ia juga membaca al-Iqd al-Farid, karya tentang Sastra yang
ditulis oleh Ibn Abd Rabbih (w. 328 H/940 M). Yusuf al-Qaradawi menyelesaikan studi
di Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Kairo pada tahun 1952/1953. Setelah itu ia
belajar bahasa Arab selama dua tahun dan memperoleh ijazah internasional dan sertifikat
mengajar. Tahun 1957 ia melanjutkan Ma’had-Buhus wa al-Dirasat al-Arabiyah al-Aliyah
(Lembaga Tinggi Riset dan Kajian Kearaban). Tahun 1960 ia menamatkan

1
Yusuf Qardhawi, Masalah-masalah Islam Kontemporer, Penerjemah: Muhammad Ichsan, (Jakarta: Najah Press
1994), Cet. I, h. 219.
2
Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi, Cet. I (Yogyakarta: Teras, 2008), h. 42
studi pada Pascasarjana di Universitas al-Azhar dengan konsentrasi Tafsir Hadits. Dan
menyelesaikan pendidikannya, pada program cumlaude.3
Dalam pengetahuan ilmiahnya, Qardhawi banyak mengutip atau mempelajari
karya-karya al-Gazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, Syaikh al-Bakhi al-Khauli,
Muhammad Abdullah Darraz serta Syaikh Mahmud Syaltut.4 Ia mengambil menelah
perjuangan gurunya (Hasan al-Banna). Pada masa kekuasaan raja Faruq tahun 1949,
Qadhawi pernah dipenjarakan karena terlibat dalam pergerakan ikhwanul muslimin, pada
bulan April 1956 ia ditangkap dan yang terakhir pada bulan Oktober 1956 ia
dipenjarakan selama 2 tahun. Setelah keluar dari tahanan beliau kemudian hijrah ke
Daha, Qatar dan dari sinilah ia kemudian berjumpa dengan Abd al-Mu’is al-Satar, beliau
merupakan teman seperjuangan Yusuf Qaradhawi dalam mendirikan Madarasah Ma’had
al-Din (Institut Agama) yang cikal bakal lahirnya Fakultas Syari’ah, Qatar yang
berkembang dengan beberapa fakultas dan akhirnya menjadi sebuah Universitas Qatar
yang didirikan bersama dengan Ibrahim Khadim. Qardhawi pernah memegang berbagai
jabatan penting yaitu:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Studi Islam di Universitas Qatar.
2. Direktur Kajian Sunnah dan Sirah di Universitas Qatar.
3. Anggota Lembaga Tertinggi Dewan Fatwa dan Pengawasan Syariah di Persatuan
Bank Islam Internasional.
4. Pakar Fikih Islam di Organisasi Konferensi Islam.
5. Anggota atau Pendiri Yayasan Kebajikan Islam Internasional.
6. Anggota Majelis Pengembangan Dakwah Islamiyah di Afrika
Sikap moderat dan keterbukaan beliau terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
Yusuf al-Qaradawi juga cukup tekenal sebagai ahli hukum dan ahli politik. Dalam hal ini
pemikiran beliau cukup dipengaruhi oleh Syaikh Hasan al-Banna, baginya kekaguman
beliau terhadap Syaikh Hasan al-Banna adalah ulama yang cukup konsisten dalam
menyuarakan ajaran Islam, tanpa terpengaruh oleh paham nasionalisme dan sekularisme
yang dibawa oleh penjajah Mesir dan dunia Islam. Sedangkan wawasan Ilmiahnya lebih

3
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), h. 322.
4
Abdurrahman Qadir, Studi Pembaharuan Hukum Islam, Studi Pemikiran Yusuf Qardhawi tentang Zakat Profesi,
h. 8.
banyak dipengaruhi oleh ulama-ulama alAzhar.5 Yusuf Al Qaradhawi meninggal dunia
pada Senin, 26 September 2022. Syheikh Yusuf Al Qardhawi berpulang dalam usia 96
tahun.
B. Maqasid al-Qur’an Menurut Yusuf al-Qardhawi
Kata Maqasidul Qur‟an adalah bentuk jamak dari kata maqshad yang bermakna
tempat yang diorientasikan atau dituju. Sedangkan al-Qur‟an terambil dari kata qara’a
yaitu bacaan atau himpunan, karena alQur‟an menghimpun huruf dan kalimat ayat-ayat
al-Qur‟an.6 Maka secara bahasa, makna Maqashid al-Qur‟an mempunyai arti sebagai
maksud dan tujuan al-Qur‟an atau Maqashid al-Qur‟an adalah hikmah atau tujuan
diturunkan al-Qur‟an kepada umat manusia dalam rangka menciptakan kemashlahatan
dan mencegah kerusakan.
Maqasid menurut pandangan Yusuf al-Qardhawi bahwa al-Qur’an yang Mulia
telah menyerukan banyak prinsip dan tujuan yang tidak cocok untuk umat manusia.
Kami membagi di sini dengan tujuh di antaranya, yang ditegaskan dan diulang-ulang oleh
Al-Qur'an, dan yang saya maksud adalah yang paling berhati-hati, yaitu:
1. Memperbaiki keyakinan dan persepsi tentang keilahian, risalah dan hari pembalasan.
2. Menentukan harkat dan martabat manusia, khususnya kaum lemah.
3. Mengarahkan manusia kepada ibadah yang baik dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
4. Dakwah untuk menyucikan jiwa manusia.
5. Membentuk keluarga yang baik dan adil terhadap perempuan.
6. Membangun bangsa yang terpercaya bagi kemanusiaan.
7. Dakwah untuk manusia agar saling kerja sama.

Dalam hal ini Yusuf al-Qardhawi membagi 7 dalam Maqasid al-Qur‟an dan
menerangkan atau memerinci dari ketujuh tersebut:

1. Memperbaiki keyakinan dan persepsi (Pandangan).


Adapun tujuan pertama dalam pembahasan ini, menyangkut beberapa elemen
atau beberapa pembagian dalam memperbaiki keyakinan dan pandangan:

6
Manna’ al-Qattan, Mabahis Al-Qur’an, (Kairo: Maktabah al-Wahbah, t.t.), h. 14.
a. Meletakkan dasar Tauhid
Seruan kepada tauhid adalah dasar dari kebebasan sejati, karena tidak ada
kebebasan bagi orang yang menguduskan manusia atau memuja berhala. Ini
adalah dasar persaudaraan dan kesetaraan, karena didasarkan pada keyakinan
bahwa semua orang adalah hamba Tuhan, dan bahwa mereka adalah anak-anak
dari satu ayah dan satu ibu, jadi mereka adalah saudara satu sama lain, dan bukan
satu sama lain adalah tuannya. untuk satu sama lain. Itulah sebabnya Rasulullah
‫ ﷺ‬dengan ayat mulia ini:

Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju


kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita
tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain
Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah,
bahwa kami adalah orang Muslim.”(Qs. Al imran: 64)
Al-Qur'an, menyerukan panggilan untuk tauhid, menolak dari
kemusyrikan, dan mernyatakan kebaikan. Konsekuensi dari orang-orang tauhid di
dunia dan di akhirat, dan konsekuensi buruk dari orang-orang musyrik. Al-Qur'an
telah menetapkan di sini apa yang telah dikorupsi oleh agama-agama kitab suci
yang pagan (praktek penyembahan pahala) dan menyimpang dari doktrin
monoteisme. Bahkan Yudaisme menjadikan Tuhan lebih seperti makhluk, dia
menyesal, takut dan iri, dan sekrang disebut Israel, jadi dia tidak bisa melarikan
diri darinya (Tuhan) kecuali dia berjanji untuk memberkati keturunannya, jadi dia
melepaskannya!! Kekristenan dipengaruhi oleh paganisme Roma, dan dibayangi
oleh paganisme atas contoh gereja dengan gambar dan patung, dan mengambil
doktrin Trinitas, penyaliban, dan penebusan dari doktrin (yesus). Dan kemusrikan
paling di benci dan jangan mendekatinya, Al-Qur'an menganggap kemusyrikan
sebagai kejahatan terbesar yang dilakukan oleh makhluk:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan- Nya


(syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia
kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa
yang besar. An-Nisa: 48.
b. Memperbaiki keyakinan akan nubuwwah dan pesannya
Ada beberapa yang perlu dilakukan dan cara memperbaiki keyakinan:
• Mengklarifikasi perlunya kenabian dan pesan: “Orang-orang tidak akan
berdebat melawan Tuhan setelah para rasul) (Qs. An-Nisa: 160). (Dan Kami
tidak menurunkan Kitab kepadamu kecuali untuk menjelaskan kepada mereka
apa yang berselisih tentang mereka) (Qs. An-Nahl: 64). “Manusia itu satu
umat, maka Allah mengutus para nabi sebagai pembawa kabar gembira dan
firasat, dan Dia turunkan bersama mereka Kitab dengan kebenaran, agar Dia
memutuskan di antara manusia tentang apa yang mereka berselisih” (Qs. Al-
Baqarah: 213)
• Pemberitahuan kabar gembira dan peringatan: “Rasul yang membawa kabar
gembira dan pemberi peringatan? (Qs. An-Nisa': 110). Para rasul bukanlah
tuhan atau anak tuhan, tetapi mereka adalah manusia yang diwahyukan kepada
mereka: “Katakanlah, aku ini hanya manusia seperti kamu, diwahyukan
kepadaku juga. Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa. (Qs. Al-Kahfi: 110)
• Menyanggah kecurigaan yang dimunculkan orang-orang dari zaman dahulu di
hadapan para rasul, seperti ucapan mereka: “Kamu hanyalah manusia seperti
kami” [Ibrahim: 10]. Dan ucapan mereka: “Dan jika Allah menghendaki,
pasti Dia menurunkan malaikat” (Qs. Al-Mu'minun: 24).
• Menjelaskan pada orang-orang yang mempercayai rasul-rasul dan akibat-
akibat orang-orang yang mengingkari rasul-rasul. Dan di dalam Al-Qur'an
terdapat banyak sekali kisah para rasul dengan kaumnya yang selalu diakhiri
dengan kehancuran orang-orang yang mengingkari dan keselamatan orang-
orang yang beriman: “Dan kaum Nuh, ketika mereka mengingkari para rasul,
Kami tenggelamkan mereka. dan menjadikan mereka sebagai tanda bagi
manusia.
c. Menegakkan keyakinan akan akhirat dan hari pembalasan
Dan dari apa yang dimaksud Al-Qur'an dan diulang-ulang dalam surat
yang trurn di Mekah dan Madinahnya: Keyakinan akan akhirat dan pahala di
dalamnya. Perhitungan, surga dan neraka.
Dalam menegakkan dan mengoreksi keyakinan ini, Al-Qur’an telah menempuh
berbagai cara:
• Diantaranya: menetapkan bukti kemungkinan kebangkitan dengan
menunjukkan kemampuan Tuhan untuk menciptakan kembali ciptaan
sebagaimana Dia pertama kali memulainya: (Dan Dialah yang memulai
penciptaan, kemudian mengulanginya, dan itu lebih mudah bagi-Nya). (Qs. Al
- Rum: 27)
• Termasuk: peringatan tentang penciptaan benda-benda besar yang di
sekitarnya penciptaan manusia dianggap hal yang sepele: dan apakah mereka
tidak melihat bahwa Tuhan, yang menciptakan langit dan bumi dan tidak
menyadari penciptaan mereka, adalah mampu menghidupkan orang mati.
Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu (Qs. Al-Ahqaf: 33).
• Penjelasan hikmah Tuhan Yang Maha Esa dalam pembalasan sehingga
dermawan dan pelaku kejahatan, orang benar dan orang fasik tidak sama pada
akhirnya, dengan demikian hidup akan sia-sia dan sia-sia Tuhan Yang Maha
Esa tidak akan ridha: (Apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan
kamu dengan sia-sia dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
Dengan sia-sia. (Qs. al-Qiyamah: 36).
• Penjelasan tentang apa yang ditunggu oleh orang-orang beriman yang saleh di
akhirat tentang pahala dan kepuasan, dan apa yang telah disiapkan untuk
orang-orang kafir yang tidak bermoral dari hukuman dan kerugian. Inilah
sebabnya mengapa Al-Qur'an banyak berbicara tentang Kebangkitan dan
kengeriannya, dan Kitab yang tidak meninggalkan hal kecil atau besar tetapi
menghitungnya, dan tentang timbangan yang digunakan untuk mengukur
perbuatan baik dan buruk.
• Menghapus ilusi yang disebarkan oleh politeisme (Penyembahan banyak
tuhan atau dewa-dewa) dan musyrik bahwa berhala-berhala mereka akan
memberi syafaat bagi mereka pada Hari Kebangkitan, serta apa yang diklaim
Ahli Kitab tentang syafaat para wali (pendetanya) dan lainnya. Dan inilah
yang paling banyak didustakan dan dibatalkan oleh Al-Qur'an. Tidak ada
syafaat kecuali dengan izin Allah, dan tidak ada syafaat kecuali bagi seorang
mukmin yang tauhid, dan tidak ada manfaat bagi seseorang kecuali dengan
usahanya, dan dia tidak menanggung beban orang lain: “Bahwasanya seorang
yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (an-Najm:
36).
2. Menentukan martabat dan hak asasi manusia
Adapun tujuan yang berkaitan dengan menegakkan harkat dan martabat
manusia dan memelihara hak-haknya tercermin dalam unsur-unsur berikut:
a. Keterangan tentang kemulian manusia
Al-Qur'an menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang murah hati
kepada Allah. Dia menciptakan Adam dengan tangannya sendiri, meniupkan ke
dalam dirinya dari ruhnya, dan menjadikannya seorang khalifah di bumi, dan
anak-anaknya diangkat setelahnya, dan itu adalah kedudukan. di mana mata para
malaikat memandangnya, tetapi itu tidak diberikan kepada mereka, karena mereka
tidak memenuhi syarat untuk itu, tetapi Adam memenuhi syarat untuk itu.Kepada
siapa segala sesuatu di alam semesta telah ditaklukkan: bumi dan langit. Dalam
hal ini, Allah SWT berfirman: (Dan Kami telah memuliakan anak-anak Adam dan
membawa mereka di darat dan laut, dan memberikan mereka dengan hal-hal yang
baik, dan kami lebihkan mereka atas banyak dari mereka) (Qs. Al-Israa: 70) dan
pada surat (Luqman: 20)
b. Keterangan hak asasi manusia
Dan untuk menegaskan kemulian manusia ini, Al-Qur'an menetapkan
(empat belas abad yang lalu) apa yang dibanggakan umat manusia saat ini, dan
beberapa orang bodoh menganggapnya sebagai buah dari era modern, dan yang
saya maksud adalah apa yang disebut (manusia). hak): hak asasi manusia atas
kebebasan berpikir dan berpikir ditetapkan oleh Al-Qur'an dalam contoh
firmannya
• Katakanlah lihat apa yang ada di langit dan di bumi? (Qs. Yunus : 101).
• Dan dia berkata: “Katakan, aku hanya menasihatimu dengan satu hal:
membela Tuhan berpasangan dan sendiri-sendiri, lalu renungkan (Qs. Saba:
46).
• Hak asasi manusia untuk kebebasan berserikat ditetapkan oleh Al-Qur'an
dengan mengatakan: (Tidak ada paksaan dalam agama) (Qs. Al-Baqarah:
206).
• Mereka menyuruh yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar.” (Qs. At-
Taubah: 71).
• Dan hak asasi manusia untuk persamaan ras, warna kulit dan garis keturunan,
dalam Al-Qur'an dengan mengatakan: “Hai manusia, kami menciptakan kamu
dari laki-laki dan perempuan, dan membuat kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Di antara kamu ada kasih sayang
dan kasih sayang, sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
bagi suatu kaumYang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang
paling bertakwa di antara kamu (Qs. Al-Hujurat: 13).
c. Menegaskan hak-hak orang yang lemah
Al-Qur'an menetapkan hak asasi manusia secara umum, tetapi itu berarti
perhatian besar terhadap hak-hak manusia yang lemah pada khususnya, jangan
sampai yang kuat menindas mereka (lemah), atau para penguasa dan pejabat
mengabaikannya.
• Firmannya: “Pernahkah kamu melihat orang yang berdusta dalam agama
(karena itulah yang meninggalkan anak yatim) atau atas makanan orang
miskin? (Qs. Al-Ma'un: 1-3].

Dia tidak puas dengan kewajiban memberi makan orang miskin,


melainkan dia memerintahkan nasihat dan mengajaknya untuk melakukannya. Ini
adalah beberapa hak yang ditetapkan Al-Qur'an untuk manusia.

3. Ibadah dan ketakwaan kepada Tuhan (Allah)


Tidak ada satu kitab pun dari Kitab Suci yang mengagungkan puji-pujian
kepada Allah, Yang Maha Agung, dan mengingat ilmu-Nya yang luas,
kebijaksanaan-Nya yang agung, kebesaran-Nya, kelengkapan kehendak-Nya,
keagungan kreativitas-Nya, keluasan rahmat-Nya. pengaruh ketuhanan-Nya,
dorongan untuk melaksanakan ibadah-Nya, berdiri di ambang pintu-Nya, dan
mengharap karunia-Nya, dan ketakutan kepadanya. Dari dominasi keadilan-Nya,
Islam adalah agama yang benar, pengabdian agama kepadanya, tenggelam dalam
cintanya, keakraban dengannya, kerinduan padanya, ketenteraman mengingatnya,
ketekunan dalam bersyukur, kebaikan ibadahnya, ketergantungan padanya, berpaling
kepadanya, bersabar dengan penderitaannya. , dan puas dengan keputusannya.
Tidak ada buku yang merayakan semua ini dengan pernyataan yang paling
fasih, dan gaya yang paling indah - selain Al-Qur'an. Pertama Rabin Al-Fatihah dan
Penutup Hampir tidak ada halaman Al-Qur'an yang tidak memuji Allah SWT dengan
apa yang layak Dia dapatkan, menggambarkan-Nya dengan setiap kesempurnaan
yang sesuai dengan Dzat Suci-Nya.
Al-Qur'an menyebut kata "Tuhan" sebnayak 2697, adapun kata ganti yang
merujuk kepada (Tuhan) sulit untuk disebutkan. Demikian juga nama-nama Allah
Yang Maha Agung dan Maha Agung, seperti: Yang Maha Pengasih, Maha
Penyayang, Yang Maha Mengetahui,Tidak heran jika tujuan pertama Al-Qur'an
adalah untuk mengenal Tuhan Yang Maha Esa dengan ciptaan-Nya, untuk
menghubungkan mereka dengan tali-Nya, untuk membuat mereka disayangi dengan
rahmat dan karunia-Nya, dan untuk menakut-nakuti mereka dari kekuasaan-Nya. dan
keadilan, agar mereka mengenal-Nya, mencintai-Nya, kembali kepada-Nya, dan
mengikuti metode-Nya, yang diturunkan oleh Kitab-Nya, dan Dia diutus dengan itu,
Rasul-Nya, untuk membimbingnya ke apa yang paling lurus.
Al-Qur‟an telah menjelaskan bahwa tugas pertama manusia adalah untuk
menyembah Tuhan Yang Maha Esa:
• Firmannya: “Aku menciptakan jin dan manusia hanya untuk mereka sembah)
(Qs. Al-Dhariyat: 56).
Tidak ada agama seperti Islam, yang memerintahkan dan menganjurkan ibadah
kepada Allah SWT, dan menghubungkan seorang Muslim dengan Tuhannya, dengan
berbagai ibadah, termasuk: harian seperti shalat lima waktu, mingguan seperti shalat
Jumat, puasa tahunan. Ramadhan, dan usia (yang dilakukan sekali seumur hidup)
seperti haji, yang bersifat finansial seperti zakat, dan yang bersifat ketangguhan
seperti haji dan jihad.
• “Sembahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan agama sebelum kamu,
agar kamu bertakwa (Qs. Al-Baqarah:21) .
4. Pemurnian jiwa manusia
Di antara tujuan Al-Qur'an adalah seruan untuk menyucikan jiwa manusia,
karena tidak ada keberhasilan di awal dan selanjutnya kecuali dengan pemurnian.
sebagaimana firmannya yang artinya:

“Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS. al-Syams [91]: 7-10).
Jiwa, menurut fitrahnya, dosa yang menajiskannya dan menodainya,
kesiapannya untuk kesalehan yang memurnikan dan memurnikannya. Orang dengan
akal dan kehendaknya harus memilih yang mana dari dua jalan: jalan pemurnian atau
jalan keburukan.
Salah satu elemen dasar dari pesan Muhammad saw adalah: Penyucian,
sebagaimana dinyatakan dalam empat ayat Kitab Allah: di antaranya adalah apa yang
datang dalam panggilan Ibrahim dan Ismail kepada bangsa Muslim yang dijanjikan:
“Ya Tuhan kami, dan utuslah di antara mereka seorang Rasul dari kalangan mereka
sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah dan mensucikan mereka bahwa Engkaulah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. Al-Baqarah: 129).
Yang tidak diragukan lagi kebenarannya adalah bahwa kebaikan bangsa dan
masyarakat terletak pada kebaikan individunya, dan kebaikan individu terletak pada
kebaikan jiwanya yang berada di antara sisinya, dengan kata lain: dengan mensucikan
jiwa tersebut, sampai mereka bergerak. dari (jiwa yang memerintahkan kejahatan) ke
(jiwa yang menyalahkan) Kemudian (jiwa yang menenangkan).
Hal terpenting yang harus dimiliki oleh jiwa yang suci adalah: akhlak orang-
orang mukmin, yang terlihat dalam Al-Qur'an, terutama di awal Surat al-Anfal dan
orang-orang mukmin, dan di tengah guntur dan turunnya, dan di akhir Kriteria dan
Kamar dan lainnya, yang diwakili dalam karakter Nabi Muhammad saw.
5. Pembentukan keluarga dan kesetaraan perempuan
Di antara tujuan yang Al-Qur‟an: terbentuknya keluarga yang shalih, yang
merupakan tiang masyarakat yang shalih, dan inti bangsa yang shalih.
a. Pernikahan menurut Al-Qur'an
Tidak ada keraguan bahwa dasar pembentukan keluarga adalah perkawinan,
yang mengikat seorang pria dan seorang wanita dengan ikatan hukum yang kuat,
ikatan yang kuat, berdasarkan ketakwaan dari Allah dan keridhaan-Nya.

Al-Qur‟an menolak dua kecenderungan yang menyimpang:


• Pertama: kecenderungan (monastik/kependetaan) yang bertentangan dengan
fitrah, yang mengharamkan perkawinan, dan memandang naluri seksual
sebagai kekejian dari pekerjaan setan, dan mengasingkan (bayangan)
perempuan.
• Kedua adalah kecenderungan (pornografi) yang melepaskan naluri, tanpa
kendali atau hubungan, dan menyerukan kebebasan kenikmatan seksual antara
seorang pria dan seorang wanita, tanpa mengaitkannya dengan tanggung jawab
hukum, yang melaluinya kehidupan pernikahan yang bertujuan terbentuk, yang
darinya. sebuah keluarga yang terhubung didirikan, berdasarkan keibuan yang
penuh perhatian dan kebapaan yang penuh perhatian.Keputraan yang saleh dan
persaudaraan yang penuh kasih sayang, di mana perasaan cinta, altruisme, dan
kerja sama ditanam.
b. Pernikahan adalah perjanjian yang berat (teguh)
Dan itu adalah ekspresi yang sama yang diberikan Al-Qur'an tentang apa
yang ada di antara Allah dan rasul-rasulnya, seperti dalam firmannya yang
artinya:

“Dan ketika Kami mengambil dari mereka perjanjian mereka dan dari kamu, dan
dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa , putra Maryam, dan Kami mengambil dari
mereka perjanjian yang khusyuk” (Qs. Al-Ahzab: 7).
Al-Qur‟an mengungkapkan hubungan antara pasangan, dengan mengatakan:
“Mereka adalah pakaian untuk Anda, dan Anda adalah pakaian untuk mereka?
(Qs. Al-Baqarah: 187).
Ini mengungkapkan sejauh mana kedekatan, pemikiran, kehangatan,
perlindungan, penyembunyian dan perhiasan antara pasangan, yang masing-
masing seperti pakaian bagi pemiliknya.
Al-Qur'an tidak menemukan kesalahan dalam kenikmatan sensual antara
pasangan, bahkan pada malam puasa: "Dibolehkan bagimu pada malam puasa
untuk berbuat baik kepada istrimu" (Qs. Al-Baqarah: 187). Juga tidak ada batasan
kenikmatan antara seorang laki-laki dan istrinya: “Wanita-wanitamu adalah bajak
bagimu, maka datanglah membajakmu ke mana pun kamu mau” (Qs. Al-Baqarah:
223).
c. Keturunan yang baik (soleh dan solehah)
Di antara tujuan pertama keluarga dalam Al-Qur'an: keturunan yang saleh
yang akan menjadi penyejuk mata bagi orang tua. Oleh karena itu, Yang
Maha kuasa berfirman yang artinya:

“Dan Allah menjadikan bagimu istri-istri dari jenismu sendiri, dan menjadikan
bagimu dari istri-istrimu itu anak-anak dan cucu-cucu) (Qs. An-Nahl: 72.)
Dan kami telah melihat rasul-rasul terpilih dalam Al-Qur'an meminta
keturunan kepada Allah, yang akan menjadi perpanjangan dari keberadaan
mereka, seperti yang dikatakan Nabi Ibrahim: "Tuhan, berilah aku salah satu dari
orang-orang yang saleh." Jadi kami memberinya kabar gembira tentang seorang
anak baik (Qs. As-Saffat: 100-101)
Dan seperti yang dikatakan Zakariyya: “Berilah aku darimu seorang wali
yang akan mewarisiku dan mewarisi dari keluarga Yakub, dan jadikanlah dia
Tuhan yang penyayang” (Qs. Maryam: 5-6). Maka jawaban ilahi datang
kepadanya: “Oh, Zakaria, kami memberimu kabar baik tentang seorang anak laki-
laki bernama Yahya.
d. Kerukunan umat beragama
Suatu keluarga harus memilki tingkat keharmonisan agama, dan mengapa al-
Qur‟an melarang menikahi orang musyrik, dalam firmanya yang artinya:

“Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman.


Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan
musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang
(laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman.
Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki
musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan
Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan
ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran”. (Qs. al-
Baqarah: 221).

Dan kesimpulan dari ayat tersebut menunjukkan kepada kita hikmah dari
larangan ini. Betapa besar perbedaannya, dan seberapa jauh jarak antara orang-
orang yang menyeru ke Neraka mereka adalah orang-orang musyrik dan orang-
orang yang menyeru ke surga dan ampunan, dan mereka adalah Muslim
.
e. Kesetaraan bagi perempuan dan pembebasan mereka dari penindasan kebodohan:
Di antara hal-hal terpenting yang dibawa Al-Qur'an ke sini: keadilan
wanita, pembebasan mereka dari penindasan dan tirani Jahiliyyah dan kontrol
mereka yang tidak adil atas nasib mereka. al-Qur'an menghormati wanita dan
memberinya hak-haknya sebagai manusia, kedermawanannya sebagai seorang
wanita, kedermawanannya sebagai seorang anak perempuan, kedermawanannya
sebagai seorang istri, kedermawanannya sebagai seorang ibu, dan
kedermawanannya sebagai anggota masyarakat.
6. Membangun bangsa yang syahid di atas kemanusiaan
Di antara tujuan dasar Al-Qur'an: pembentukan (bangsa) yang berbeda yang
menerapkan pesannya, mendasarkan hidupnya pada keyakinannya, Syariah dan cita-
citanya, mengangkat generasinya berdasarkan bimbingannya, dan membawa
pesannya ke seluruh dunia, membawa serta rahmat, cahaya, dan kebaikan bagi
seluruh umat manusia.
Terbentuknya bangsa ini bukanlah perkara yang mudah dalam situasi
kemunculan Islam yang terkenal. Islam lahir di Jazirah Arab, yang didasarkan pada
tribalisme dan fanatisme. Suku adalah dasar kesetiaan, dan sumber kebanggaan dan
kepemilikan. Tidak ada tempat bagi keistimewaan suku tanpa adanya pangkat,
melainkan tidak ada eksistensi tanpanya. Itu adalah garis keturunan dan garis
keturunan, dan itu adalah otoritas dan kekuasaan, dan itu adalah ekonomi dan politik.
Islam ingin membangun (bangsa) atas dasar keyakinan dan gagasan, dan
bukan atas dasar materi atau tanah apa pun dari apa manusia membangun bangsa
mereka, seperti ras, warna kulit, bahasa, atau tanah, yang orang tidak memiliki
kehendak dan pilihan. Sebaliknya, itu adalah takdir yang dipaksakan padanya, dan
seseorang tidak memilih jenis kelamin, warna kulit, bahasa, atau tanah tempat dia
dilahirkan. Tapi dia mewarisi semua ini tanpa memiliki pendapat tentangnya.
Islam menginginkan umat Islam menjadi bangsa yang benar, bukan
tergantung level umat manusia, karena tidak didasarkan pada ikatan suku, warna
kulit, daerah atau golongan. Sebaliknya, itu adalah bangsa kepercayaan dan pesan di
atas segalanya.
1. Deskripsi utama umat dalam Al-Qur'an:

Ciri yang paling menonjol yang membedakan bangsa ini dari bangsa lain
adalah empat gambaran yang disebutkan dalam Al-Qur‟an:
a. Kekuasaan.

sumber ilahi, tujuan ilahi. Ini adalah bangsa yang didirikan dengan wahyu
Allah swt dan ajaran dan aturan menjalankannya sampai agamanya selesai.

b. Moderat
Moderat yang menjadikan suatu bangsa menjadi saksi bagi manusia, dan
menjadikannya sebagai tempat kedudukan yang besar bagi umat manusia.

Ini adalah moderasi yang komprehensif (Mampu menagkap wawasan yang luas):
moderasi dalam keyakinan dan persepsi, moderasi dalam ritual dan ibadah,
moderasi dalam moral dan perilaku, moderasi dalam ketertiban dan undang-
undang, dan moderasi dalam pikiran dan perasaan.

a. Dakwah

karena ia adalah bangsa dakwah dan risalah, dan bukan bangsa yang
teralienasi (mengasingkan diri) terhadap dirinya sendiri, melainkan
memonopoli pesan kebenaran, kebaikan, dan petunjuk untuk kepentingan
umat, dan bekerja untuk menyebarkannya di antara orang-orang.

b. Persatuan

Kesatuan bangsa yang diinginkan Islam adalah satu bangsa, meskipun


terdiri dari suku, warna dan lapisan, Islam telah mencairkan semuanya dalam
wadahnya, melarutkan perbedaan di antara mereka, dan menghubungkan ke
satu yang lain dan tak terpisahkan.
Suatu umat yang Tuhannya Tuhan Yang Maha Esa, dan Nabinya
adalah Muhammad, saw, dan kitabnya adalah satu dan Al-Qur'an, dan
ciumannya adalah Ka'bah (Rumah Suci), dan hukumnya adalah satu, yaitu
hukum Islam, dan tanah airnya adalah satu (Rumah Islam) di atas luasnya, dan
kepemimpinannya diwakili oleh (Khalifah Muslim), dan Amirul Mukminin,
yang mewujudkan kesatuan politik bangsa.
Oleh karena itu, dalam ungkapan kami tidak boleh dikatakan: bangsa-
bangsa Islam, melainkan bangsa Islam. Ini adalah satu bangsa seperti yang
diperintahkan Tuhan, dan bukan bangsa yang terpisah, seperti yang diinginkan
oleh kolonialisme.
7. Dakwah untuk manusia agar saling kerja sama
Tidaklah dipahami dari seruan Islam untuk mendirikan “bangsa yang
berbeda” dengan tujuan, nilai dan metodenya, dengan pesan yang berbeda, dengan
komponen, cita-cita dan karakteristiknya: bahwa Islam mengajarkan pada agama
yang tertutup bagi dirinya sendiri, dan bahwa bangsanya hidup untuk dirinya sendiri,
tertutup pada dirinya sendiri, tidak peduli tentang orang lain, apakah mereka benar
atau rusak, mereka dibimbing Atau tersesat.
karena Islam sejak awal panggilannya, telah menjadi pesan universal,
panggilan untuk semua orang dan rahmat bagi semua hamba Tuhan, baik Arab atau
non-Arab dan untuk semua negara Tuhan, baik timur atau barat, dan untuk semua
warna, putih atau hitam.
Umat Islam dituntut dengan membawa pesan universal ini kepada dunia,
sehingga tidak boleh memonopoli kebaikan dan cahaya untuk dirinya sendiri,
melainkan harus, setelah dibimbing oleh cahaya Allah dengan membimbing orang
lain untuk itu, dan setelah telah benar dengan iman dan perbuatan benar, itu reformasi
bangsa, dan mengundang mereka untuk kebaikan yang telah memuliakan mereka.
Inilah sebabnya mengapa Allah menggambarkan umat Islam dan memujinya dalam
kitab-Nya ketika Ia berbicara tentangnya dengan mengatakan: “Kamu adalah bangsa
yang terbaik.” Al imran 110
Pesan global agama islam ialah seruan untuk berbuat baik kepada umat
manusia. Rahmat atau kebaikan ini diwujudkan dalam beberapa prinsip dan nilai
lebih tinggi yang diserukan oleh islam, diantaranya:
a. Pembebasan manusia dari perbudakan manusia:
bahwa Islam dengan seruannya kepada tauhid murni dan perlawanannya
terhadap politeisme dalam segala bentuk dan tingkatannya, membebaskan
manusia dari perbudakan manusia, sama seperti ia membebaskannya dari
perbudakan benda, ilusi, atau berhala.
b. Persaudaraan dan Kesetaraan Manusia
Salah satu buah tauhid yang diserukan Islam adalah persaudaraan
manusia, dan di antara prasyaratnya adalah kesetaraan manusia. Persaudaraan
ini didasarkan pada dua hal:
Pertama: bahwa semua orang, sesuai dengan dakwah tauhid - adalah
hamba dari satu Tuhan, yang menciptakan mereka dan menjadikan mereka
setara, sehingga mereka setara dalam derajat pengabdian kepada Tuhan.
Kedua: bahwa mereka semua adalah anak-anak dari satu ayah, - tidak peduli
betapa berbeda warna kulit mereka, tanah air mereka, bahasa mereka berbeda,
kelas mereka berbeda, bahwasannya anak-anak dari Adam.
Inilah yang disampaikan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada
umat pada saat haji wada' ketika ia berkata kepada orang banyak: "Hai
manusia, Tuhanmu adalah satu, dan ayahmu adalah satu, kalian semua berasal
dari Adam, dan Adam berasal dari tanah, tidak ada keutamaan bagi orang
Arab atas non-Arab, dan tidak ada keutamaan orang kulit putih atas kulit
hitam kecuali dengan takwa”.

c. Keadilan bagi semua orang


Di antara apa yang Islam serukan untuk kebaikan umat manusia adalah
penegakan keadilan di antara semua orang, karena itu bukan keadilan untuk
orang Arab saja, juga bukan untuk umat Islam saja, melainkan keadilan untuk
semua orang. Allah SWT berfirman dalam menjelaskan tujuan dari pesan :

“Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang jelas, dan Kami
telah menurunkan bersama mereka Kitab dan Neraca agar manusia dapat menegakkan
keadilan” (Qs. Al-Hadid: 25)
Dengan demikian, ayat tersebut menunjukkan bahwa diutusnya rasul-
rasul dan diturunkannya kitab-kitab itu adalah untuk mencapai tujuan dasar,
yaitu: agar (manusia) menegakkan keadilan, yaitu keadilan, yang dengannya
setiap orang yang memiliki hak yang sama.
d. Perdamaian dunia
Di antara apa yang juga diserukan Islam adalah perdamaian di antara
manusia, bukan perang dan perselisihan. Mungkin hal ini mengejutkan bagi
sebagian orang, karena mereka mengetahui bahwa Islam adalah agama jihad
di jalan Allah, dan bahwa jihad di jalan Allah adalah amal yang terbaik di sisi
Allah, dan bahwa orang yang berpuasa pahalanya besar, dan orang yang
goyah, tidak mendapatkan pahala orang yang berjihad di jalan Allah.

Perlu diketahui jihad dalam islam hanya wajib membela seruan jika
diserang atau rakyaknya dianiaya, dan memerangi umat islam, dan
menyelamatkan umat yang tertindas, jihad tidak diatur untuk agresi,
menyerang ataupun melanggar perdamaian, jihad adalah rahmat dari allah
untuk menjaga perdmaian dunia.
e. Toleransi dengan non-Muslim
Di antara prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang diserukan Islam di sini:
toleransi dengan non-Muslim, dan berurusan dengan mereka dengan semangat
kemanusiaan yang tinggi yang tidak fanatisme dan tidak menyimpan dendam
terhadap mereka yang menentangnya. Islam mengajarkan untuk sosialisasi
kepada semua umat dan saling bertoleransi.
BAB III
KESIMPULAN

Yusuf Al-Qardhawi dilahirkan di desa Shafth Turaab, mesir bagian barat pada
tanggal 9 september 1926 M, daerah Mahallah al-Kubra Provinsi al-Garbiyah Republik
Arab Mesir. Yusuf Al Qaradhawi meninggal dunia pada Senin, 26 September 2022,
berpulang dalam usia 96 tahun. Dalam pengetahuan ilmiahnya, Qardhawi banyak
mengutip atau mempelajari karya-karya al-Gazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, Syaikh
al-Bakhi al-Khauli, Muhammad Abdullah Darraz serta Syaikh Mahmud Syaltut. Ia
mengambil menelah perjuangan gurunya (Hasan al-Banna). Dan memiliki banyak buku
karangan dan merupakan seorang cendikiawan.
Maqasid menurut pandangan Yusuf al-Qardhawi bahwa al-Qur‟an yang Mulia
telah menyerukan banyak prinsip dan tujuan yaitu: Memperbaiki keyakinan dan persepsi
tentang keilahian, risalah dan hari pembalasan, Menentukan harkat dan martabat manusia,
khususnya kaum lemah, Mengarahkan manusia kepada ibadah yang baik dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, Dakwah untuk menyucikan jiwa manusia, Membentuk
keluarga yang baik dan adil terhadap perempuan, Membangun bangsa yang terpercaya
bagi kemanusiaan, Dakwah untuk manusia agar saling kerja sama.
DAFTAR PUSTAKA

al-Qattan, Manna‟, Mabahis Al-Qur’an, Kairo: Maktabah al-Wahbah, 2000.

Aziz Dahlan, Abdul, (et al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 2, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve Cet. VII, 2006.
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005.
Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi, Cet. 1. Yogyakarta: Teras, 2008.
Qadir, Abdurrahman, Studi Pembaharuan Hukum Islam, Studi Pemikiran Yusuf Qardhawi
tentang Zakat Profesi.
Qardhawi, Yusuf, Masalah-masalah Islam Kontemporer, Penerjemah: Muhammad Ichsan, Cet.1.
Jakarta: Najah Press 1994.

Anda mungkin juga menyukai