Oleh:
BANJARMASIN
2022
1
PENDAHULUAN
Pada era berikutnya, sebuah karya tulis bidang tafsir yang turut
mengisi kegiatan penafsiran dan pantas untuk menjadi bahan kajian, yaitu;
Al-Tafsir al-Munir fi al-"Aqidah wa al-Syari'ah wa al al-Manhaj yang ditulis
oleh al-Ustadz Doktor Wahbah al-Zuhaily (edisi pertama diterbitkan pada
tahun 1991 M/1411 H).
2
PEMBAHASAN
Wahbah Az-Zuhaili adalah salah satu sosok ulama fiqh abad ke-20
yang terkenal dari Syiria. Namanya sebaris dengan tokoh-tokoh fiqh yang
telah berjasa dalam dunia keilmuan Islam abad ke-20. Prof. Dr. Wahbah
Az-Zuhaili. Dilahirkan disuatu perkampungan yang bernama Dair ‘Athiyah,
salah satu arah menuju Damaskus. Pada tanggal 6 Maret 1932 Masehi
atau bertepatan dengan tahun 1351 Hijriyah, ia dilahirkan oleh seorang
wanita pilihan Allah SWT yang menjadi ibunya bernama Hj. Fatimah binti
Musthafa Sa’dah.
3
belajar Al-Qur’an dan sekolah Ibtidaiyah di kampungnya. Dan Tsanawiyah
di Damaskus pada umur remaja yakni 14 tahun yaitun pada tahun 1946
Masehi. Ia sangat suka belajar, terbukti setelah ia menamatkan
sekolahnya pada tingkat Tsanawiyah, ia tidak lantas puas, lalu ia
melanjutkan pendidikannya di Kulliyyah Syar’iyyah Damaskus dan tamat
pada tahun 1952 m. Kemudian melanjutkan pendidikan lagi ke kairo. Ia
mengikuti beberapa kuliah secara bersamaan, yaitu Fakultas Syari’ah
dan Fakultas Bahasa Arab di Universitas Al-Azhar dan Fakultas Hukum di
Universitas ‘Ain Syam.
4
sama. Setiap hari beliau mengabdikan diri dalam bidang ilmu yang
digelutinya dalam kurun waktu 16 jam, dan ditempuh selama lebih dari
tujuh tahun, sehingga beliau dikenal pakar dalam bidang Fiqh dan Ushul
Fiqh. Masih banyak lagi profesi beliau dalam bidang syari’ah yang
digelutinya, diantaranya: sebagai kepala pengawas studi syari’ah
lembaga perbankan Islam dan salah satu anggota majelis Syari’ah Bank
Islam.
5
Zuhrah, (w. 1395H), Mahmud Shaltut (w. 1963M) Abdul Rahman Taj, Isa
Manun (1376H), Ali Muhammad Khafif (w. 1978M), Jad al-Rabb
Ramadhan (w.1994M), Abdul Ghani Abdul Khaliq (w.1983M) dan
Muhammad Hafiz Ghanim. Di samping itu, beliau amat terkesan dengan
buku-buku tulisan Abdul Rahman Azam seperti al-Risalah al-Khalidah
dan buku karangan Abu Hassan al-Nadwi berjudul Ma dza Khasira al-
‘alam bi Inkhitat al-Muslimin.1
1
Aiman, Ummul. "Metode Penafsiran Wahbah Al-Zuhayli: Kajian al-Tafsir al-
Munir." MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman 36.1 (2016).
2
Muhammadun, Muhammadun. "Pemikiran Hukum Islam Wahbah Az-Zuhaili Dalam
Pendekatan Sejarah." Eduprof: Islamic Education Journal 2.2 (2020): 278-294.
6
4) Nazariat al-Darurat al-Syar’iyyah, Maktabah al-Farabi, Damsiq,
1969.
9) Usul al-Fiqh al-Islami (dua Jilid), Dar al-Fikr al-Fikr, Damsyiq, 1986.
7
Damsyiq, 1996.
B. Metode Penafsiran
8
penulisannya dan Rasm Usmani
Metode yang digunakan beliau untuk menulis kitab ini dengan metode
tafsir tahlili dalam menafsirkan ayat-ayatnya. Namun, ada sebagian kecil
juga yang menggunakan metode tafsir maudhu'i. Tapi dalam kitab tafsir ini
lebih dominan menggunakan metode tafsir tahlili, karena metode ini yang
hampir digunakan oleh Wahbah Zuhaili dalam semua kitab tafsirnya.
Dilihat dari corak penafsiran yang telah dikemukakan oleh Abd Hayy al-
Farmawi dalam kitabnya yang berjudul muqaddimah tafsir maudhu'i, bahwa
ada tujuh corak dalam penafsiran, yaitu Tafsir bi al-Ma'tsur, Tafsir bi al-Ra'yi,
Tafsir bi al-Shufi, Tafsir bi al-Fiqh, Tafsir bi al-Falsafi, Tafsir bi al-'Ilm, Dan
Tafsir adab al-Ijtima'i. Begitu juga dengan Tafsir al-Munir yang memiliki
corak penafsiran sendiri. Jika dilihat dari manhaj dan metode yang
digunakan serta analisa dari penulis lainnya bahwa corak penafsiran Tafsir
al-Munir ini adalah bercorak adabi alIjtima'i (sosial kemasyarakatan) selain
9
itu ada juga nuansa fiqh karena terdapat penjelasan hukum yang terkandung
di dalamnya. Bahkan, meskipun tafsir ini juga bercorak fiqh tapi dalam
penjelasannya menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan yang
sedang terjadi pada masyarakat. Sehingga, bisa dikatakan corak penafsiran
tafsir al-munir ini corak yang ideal karena selaras antara 'adabi ijtima'i dan
fiqhinya.3
D. Contoh Penafsiran
ﻈِﻬُﺮ
ْ ﺐ َﻓَﻠﺎ ُﻳ
ِ ﻢ اْﻟَﻐْﻴ ٰ ٢٥ - ﻲ َاَﻣًﺪا
ُ ﻋِﻠ ْٓ ﻞ َﻟٗﻪ َرِّﺑ
ُ ﺠَﻌ
ْ ن َاْم َﻳ
َ ﻋُﺪْو
َ ﺐ َّﻣﺎ ُﺗْﻮ
ٌ ي َاَﻗِﺮْﻳ
ْٓ ن َاْدِر
ْ ﻞ ِا
ْ ُﻗ
ﺧْﻠِﻔٖﻪ
َ ﻦ
ْ ﻦ َﻳَﺪْﻳِﻪ َوِﻣ
ِ ﻦ َﺑْﻴ
ْۢ ﻚ ِﻣ
ُ ﺴُﻠ
ْ ل َﻓِﺎَّﻧٗﻪ َﻳ
ٍ ﺳْﻮ
ُ ﻦ َّر
ْ ﻀﻰ ِﻣ ِ ِاَّﻟﺎ َﻣ٢٦ - ۙﺣًﺪا
ٰ ﻦ اْرَﺗ َ ﻏْﻴِﺒٖٓﻪ َا
َ ﻋٰﻠﻰ
َ
ﻲٍء
ْ ﺷ
َ ﻞ
َّ ﺼﻰ ُﻛ
ٰ ﺣ
ْ ﻢ َوَا
ْ ط ِﺑَﻤﺎ َﻟَﺪْﻳِﻬ
َ ﺣﺎ
َ ﻢ َوَا
ْ ﺖ َرِّﺑِﻬ
ِ ﺳٰﻠ
ٰ ن َﻗْﺪ َاْﺑَﻠُﻐْﻮا ِر َ ِّﻟَﻴْﻌَﻠ٢٧ - ۙﺻًﺪا
ْ ﻢ َا َ َر
٢٨ - َﻋَﺪًدا
Artinya: “katakanlah (Muhammad), “Aku tidak mengetahui, apakah azab
yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat ataukah Tuhanku menetapkan
waktunya masih lam” “Dia mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak
memperlihatkan kepada siapapun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada
rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-
penjaga (malaikat) didepan dan di belakangnya. Agar Dia mengeahui, bahwa
rasul-rasul itu sungguh, sedang (ilmu-Nya) meliputi yang ada pada mereka,
dan Dia mengetahui segala sesuat satu persatu.” (QS. Al-Jinn: 25-28).
Mufrudaat Lughawiyyah
10
yang gaib yang hanya diketahui oleh ilmu-Nya. (ل
ٍ ﺳْﻮ
ُ ﻦ َّر
ْ ﻀﻰ ِﻣ ِ )ِاَّﻟﺎ َﻣ
ٰ ﻦ اْرَﺗ
sesungguhnya rasul diberitahu oleh Allah akan beberapa yang gaib sebagai
mukjizat baginya. (ﻚ
ُ ﺴُﻠ
ْ ) َﻳmenjadikan dan mendirikan. ( ﻦ َﻳَﺪْﻳِﻪ ْۢ )ِﻣdi
ِ ﻦ َﺑْﻴ
hadapan rasul yang diridhai. ( ﺪۙا َ )َرpenjaga dan pelindung berupa malaikat
ً ﺻ
yang melindunginya sehingga dia bisa menyampaikan semua wahyu.
Adapun karamah para wali mengenai hal-hal yang gaib maka itu datang dari
malaikat.
(ﻮا
ْ ن َﻗْﺪ َاْﺑَﻠُﻐ
ْ ﻢ َا
َ ) ِّﻟَﻴْﻌَﻠsupaya pengetahuan Allah menjadi tampak
sebagaimana yang teriadi dalam realita tanpa tambahan atau pengurangan.
Atau supaya Nabi Muhammad saw., orang yang diberi wahyu itu mengetahui
bahwasanya) Jibril dan malaikat bersama Jibril itu telah menyampaikan
wahyu tanpa ada penyimpangan dan perubahan. Oleh karena itu, (ﻮاْ )َاْﺑَﻠُﻐ
berdasarkan makna yang pertama adalah rasul, berdasarkan makna kedua
adalah para malaikat. Dhamir diiamakkan adalah demi mempertimbangkan
makna kata (ﻦ
ِ ﻢ( )َﻣ
ْ ﺖ َرِّﺑِﻬ ٰ )ِرmereka menyampaikan
ِ ﺳٰﻠ
11
Tafsir dan Penjelasan
Ini dikuatkan dengan riwayat yang ada pada hadits Imam Muslim dari
Umar ketika Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad saw, "Beritahulah aku
mengenai hari Kiamat?" Rasulullah saw. menjawab, "Orangyang ditanya
mengenainya tidaklah lebih mengetahui dari pada yang bertanya."
12
Kemudian, Allah menciptakan untuk rasul, pengawas dan penjaga dari
malaikat yang menjaganya dari gangguan setan karena hal gaib yang
diperlihatkan oleh Allah kepada rasul untuk mengendalikan wahyu,
menghalangi para setan untuk mencuri kabar-kabar gaib untuk diberikan
kepada para dukun. Dalam firman ini ada, penyimpanan kalimat.
Perkiraannya adalah kecuali rasul yang diridhai, Allah menunjukkan kepada
rasul, hal yang gaib melalui wahyu. Kemudian, menciptakan penjaga dari
jenis malaikat di hadapan rasul dan di belakangnya. Kata ar-Rashdu arlnya
para malaikat penjaga yang menjaga setiap rasul dari gangguan jin dan
setan-setan.
13
Ketiga, seorang dukun perempuan Baghdad yang dibawa oleh Sultan
Sinjar bin raja Syah dari Baghdad sampai Khurasan. Raja menanyakan dukun
perempuan itu mengenai keadaan-keadaan yang akan datang, lalu dia
menyebutkan beberapa hal, kemudian teriadi sesuai dengan ucapannya.
14
banyak dulu dan sekarang. Ilmu modern menguatkannya, tetapi itu
tidak boleh dianggap sebagai ciptaan, profesi, atau hukum segala
sesuatu sebab referensi itu semua adalah kepada Allah, kekuasaan
dan kehendak-Nya. Tidak pada eksperimen yang pasti atau
perbuatan manusia sesuai yang diinginkan.
2. Allah menjaga para rasul dan wahyu-Nya dari pencurian para setan
dan penyampaian hal itu kepada para dukun. Adh-Dhahak berkata,
"Allah tidak mengutus seorang Nabi, kecuali bersamanya ada
malaikat yang melindunginya dari setan untuk menyerupai bentuk
malaikat. jika ada setanberbentuk malaikat yang mendatanginya
mereka berkata, "lni setan, waspadalah." jika malaikat datang
kepadanya, mereka berkata, "ini utusan Tuhanmu."
15
4
dan Maha Menjaga segala sesuatu.
Menurut ‘Ali Iyazi, Tafsir al-Munir membahas seluruh ayat al Qur’an dari
awal surat Al fatihah sampai akhir surat An-nas. Pembahasan kitab tafsir ini
menggunakan gabungan antara corak tafsir bi al-ma’thur dengan tafsir bi ar-
ra’y, serta menggunakan gaya bahasa dan ungkapan yang jelas, yakni gaya
bahasa kontemporer yang mudah dipahami bagi generasi sekarang ini. Oleh
sebab itu, al-Zuhaily membagi ayat-ayat berdasarkan topik untuk
memelihara bahasan dan penjelasan di dalamnya.5
16
dalam kategori keilmuan Islam yang diselenggarakan oleh pemerintah
Republik Islam Iran. Kitab ini juga disambut oleh berbagai negara dengan
cara menerjemahkannya dalam berbagai bahasa, seperti Turki, Prancis,
Malaysia, dan menyusul Indonesia.6
Tafsir ini mudah dicerna bahkan oleh orang asing, karena bahasa yang
digunakan sangat sederhana. Selain itu, kitab ini disusun dengan
sistematika yang manarik, tidak amburadul, sehingga pembaca dengan
mudah mencari apa yang diingikannya, walaupun tidak membaca secara
keseluruhan. Tafsir ini juga mengarahkan pembaca pada tema pembahasan
setiap kumpulan ayat-ayat yang ditafsirnya, karena tafsir ini membuat sub
bahasan dengan tema yang sesuai dengan ayat yang ditafsirkan. Selain
mengaitkan ayat dengan ayat yang semakna, melalui munasabah dan lain-
lain, tafsir ini juga memudahkan bagi pembaca untuk mengambil
kesimpulan hukum atau hikmah yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, karena Wahbah sendiri, di penghujung pembahasan,
menyimpulkan ayat yang ditafsirkan dengan pembahasan Fiqh al-Hayah au
al-Ahkam.
Sulit untuk mencari kelemahan dari tafsir ini. Karena tafsir ini adalah
kumpulan dari buku-buku tafsir klasik dan kontemporer. Seolah-olah
pengarang menutup kekurangan yang ada dalam suatu tafsir dengan tafsir
yang lain, sehingga penafsirannya menjadi sempurna. Namun, satu hal yang
mungkin perlu disadari bahwa dengan menggabungkan tafsir-tafsir yang
ada, seolah-olah penulis tidak mengungkapkan suatu tafsiran baru yang
6
Muhammad Arifin Jahari dalam sebuah artikel “Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dan Tafsir
Al-Munir”
7
Lisa Rahayu, “Makna Qaulan dalam al-Qur’an; Tinjauan Tafsir Tematik Menurut Wahbah al-
Zuhailī” (Skripsi Sarjana, Fakutas Ushuluddin Univesitas UIN SUSKSA Riau, Pekanbaru, 2010), 33
-34.
17
sesuai dengan kehidupan modern sekarang, dan ini adalah suatu kelemahan.
Yang dilakukan oleh Wahbah az-Zuhaily hanya mengutip dan melakukan
sistematika pembahasan yang lebih rapi dari tafsir-tafsir yang lain.8
Kesimpulan
8
Muhammad Arifin Jahari dalam sebuah artikel “Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dan Tafsir Al-
Munir”
18
Daftar Pustaka
Muhammad Arifin Jahari dalam sebuah artikel “Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dan
Tafsir Al-Munir”
19