Makalah
Dosen pengampu:
oleh:
0
PEMIKIRAN TAFSIR AMIN AL-KHULI DAN AISYAH BINTU SYATHI’
A. Pendahuluan
Ilmu tafsir al-Qur`an merupakan ilmu dasar yang berupaya memahami dan
memperdalam makna ayat-ayat al-Qur`an. Seiring berjalannya waktu sangat
banyak karya tafsir yang telah dibuat oleh para ulama. Mulai dari ulama terdahulu
hingga ulama kontemporer.
a. Amin al-khuli
Nama lengkap beliau adalah Amin bin Ibrahim ‘Abd al-Baqi bin
Amin bin Ismail bin Yusuf al-Khuli. Ia lahir di Syusyai pada tanggal 1 mei
1
Aisy Najiha Khurin’in, “Tafsir Sastra Kontemporer Oleh Amin Al-Khuli Dan Aisyah
Abdurrahman Bintu Al-Syathi`”, dalam jurnal AL-FURQAN volume 6 No. 1, Juni 2023, 63.
1
1895. Beliau lahir dari pasangan Ibrahin ‘Abd al-Baqi dan Fatimah binti
Ali.2
Amin al-Khuli sudah mengkhatamkan hafalan Qur’annya pada usia
sepuluh tahun dengan menggunakan qiraat imam Hafs. Beliau juga telah
mempelajari berbagai disiplin ilmu lainnya. Oleh karena itu beliau
diterima di Madrasah al-Qoissuni.
Setelah itu beliau melanjutkan pendidikannya di Madrasah Usman
pasa selama tiga tahun. Ketika di madrasah tersebut, salah seorang
gurunya yang bernama Syaikh ‘Abd al-Rahman Khalifah melihat
kecerdasan yang luar biasa pada diri Amin al-Khuli. Karena hal tersebut
gurunya menyarankan agar Amin al-Khuli melanjutkan pendidikannya di
Madrasah al-Qadha’ al-Syar’i (Akademi Hukum), sebuah madrasah yang
telah melahirkan banyak ulama intelektual.
Setelah menyelesaikan studinya di Madrasah Usman Pasa selama
tiga tahun, pada umurnya yang lima belas tahun, Amin al-Khuli
melanjutkan studinya di Madrasah al-Qadhi al-Syar’i sesuai saran dari
gurunya. Setelah melalui proses seleksi yang ketat, Amin al-Khuli berhasil
lulus dengan ujian hafalan al-Qur`an, membaca kitab dan membuat esai
bidang fiqih dan nahwu. Disinilah Amin al-Khuli mulai merasa
kemampuan intelektualnya terasah dengan mendalami berbagai macam
ilmu.3
b. Aisyah Bintu Syathi’
Namanya Aisyah Abdurrahman, ia terkenal dengan panggilan Bint
al-Syathi’.4 Beliau lahir di daerah Dumyat pada tanggal 6 November 1913.
Ia lahir dari pasangan Muhammad ‘Ali ‘Abdurrahman dan Farida
‘Abdussalam Muntasir. Ayahnya adalah seorang yang memiliki cara
pandang dan sikap yang sangat konservatif. Menurutnya, seorang gadis
2
Muhammad Aminullah, “HERMENEUTIKA DAN LINGUISTIK PERSPEKTIF METODE
TAFSIR SASTRA AMIN AL-KHULI” dalam jurnal IAI Muhammadiyah Ranggo Kota Bima
Volume 9 No. 9, 2 Juli-Desember 2016, 328.
3
Ibid, 329.
4
Wali Ramadhani, “BINTU SYATI` DAN PENAFSIRANNYA TERHADAP SURAH AL-‘ASR
DALAM KITAB AT-TAFSIIR AL-BAYANI LIL QUR’ANIL KARIM” dalam jurnal At-Tibyan
Volume 3 No. 2, Desember 2018, 266.
2
yang telah beranjak dewasa harus tetap di rumah untuk belajar. Ia sangat
melarang anaknya untuk menuntut ilmu di luar rumah.
Saat Bintu Syathi’ berusia lima tahun, ia mulai untuk belajar
membaca dan menulis bersama seorang syekh bernama Syekh Murs. Di
bawah bimbingan beliau pula Bintu Syathi’ mulai menghafal al-Qur`an
dan dilanjut hingga ia menyelesaikan hafalan Qur`annya.
Pada tahun 1920, Bintu Syathi’ secara terus terang meminta izin
pada sang ayah untuk mengizinkan=nya menuntut ilmu secara formal,
akan tetapi sang ayah tetap menolak. Hingga akhirnya sang ibu, karena
melihat anaknya yang bersedih, meminta bantuan dari kakeknya Bintu
Syathi’, Syeikh Ibrahim al-Damhuji, agar Bintu Syathi’ dapat menempuh
pendidikan sesuai dengan keinginanya.
Akhirnynya, pada tahun 1939 ia berhasl meraih jenjang sarjananya
pada jurusan sastra dan bahasa Arab di Universitas Fuad I, Kairo. Dua
tahun kemudian ia meneruskan jenjang magisternya. Pada tahun 1950 ia
meraih gelar Doktornya pada bidang yang sama dengan disertasi al-
Ghufrān li Abū al-A’lā al-Ma’āriy.5
C. Karya dan Posisinya Dalam Pengembangan Tafsir
a. Amin al-Khuli
Amin al-Khuli menyelesaikan sekolahnya pada tahun 1920.
Kemudian beliau diserahi tugas untuk mengajar di Madrasah al-Qadha’ al-
Syar’i pada tanggal 10 mei 1920. Pada tanggal 7 November 1923 negara
memilih beberapa orang imam bagi kedutaan Mesir di London, Paris,
Washington dan Roma. Amin al-Khuli merupakan salah seorang imam
yang dipilih keduataan Mesir di Roma.
Setelah beberapa tahun beliau berada di Roma, akhirnya beliau
dipindah tugaskan ke kedutaan Mesir di Berlin, Jerman. Selama tahun-
tahunnya hidup di Eropa beliau tekun menggali khazanah pengetahuan dan
kebudayaan Eropa yang ditulisnya dalam berbagai artikel. Salah satunya
5
Ibid, 267.
3
yang cukup fenomenal adalah Egyptian Society and Politics yang
dipublikasikan di Jerman dalam tiga bahasa. 6
Setelah karir imam dan negosiator ditiadakan oleh kedutaan Mesir,
pada tahun 1927 al-Khuli pulang ke Mesir dan kembali mengajar di
Madrasahnya. Di tahun yang sama ia pindah ke Universitas Mesir
(Universitas Kairo) dan mengabdi pada jurusan Bahasa Arab di Fakultas
Adab dengan meniti karir dari bawah. Pada Tahun 1942 ia diangkat
menjadi dosen tetap pada jurusan Sastra Arab dan karirnya terus menanjak
sampai akhirnya ia menjadi guru besar studi al-Qur`an di Universitas
Kairo.
Karirnya di perguruan tinggi mulai meredup pasca konflik di
Fakultas Adab yang berakhir dengan terbelahnya para dosen pengajar.
Konflik berawal saat ia ditugasi sebagai promotor disertasi doktoral
Muhammad Ahmad Khalafallah pada tahun 1947. Para intelektual Al-
Azhar menuding Ahmad Khalaf dan Âmîn Al-Khûli sebagai orang yang
inkar dan kafir terkait pandangan Ahmad Khalaf yang kontroversial
mengenai ketidakbenaran kisah-kisah yang disampaikan Alqur’an secara
historis tentang nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw, yang dikuatkan
oleh Âmîn Al-Khûli. Dalam perdebatan yang panjang dan tajam antara
cendikiawan Al-Azhar dengan keduanya berakhir dengan dicopotnya gelar
guru besar yang disandang Âmîn Al-Khûli.
Aktifitas intelektual, sosial, dan politiknya kemudian lebih banyak
ia curahkan dengan menulis dan mengkaji seni dan sastra dengan lebih
semangat dan tanggung jawab hingga ia menghasilkan karya yang dapat
dinikmati hingga saat ini. Aktifitas ini ia jalani hingga akhir hidupnya pada
tahun 1966.
Di antara karya-karya Âmîn Al-Khûli adalah; Fi al-Adab al-Misri:
Fikr wa Manhaj, Al-Mujaddidûn Fi al-Islâm ‘ala asas Kitabay: al-Tanbi’ah
Biman Yab’asuhu Allah ‘Ala Kulli Mi’at Li al-Suyuti wa Bugyat al-
Muqtadin wa Minhat al-Mujiddin ‘Ala Tuhfat al-Muhtadin li al-Maragi al-
Jurjawi, Silat al-Islam bi Islah al-Masihiyyah, Mahij Tajdid Fi al-Nahw wa
6
Muhammad Aminullah, “HERMENEUTIKA DAN LINGUISTIK PERSPEKTIF METODE
TAFSIR SASTRA AMIN AL-KHULI”, 329-330.
4
al-Balaghah wa al-Tafsir wa al-Adab, Min Huda Qurân Fi Amwalihim,
Min Huda Qurân Fi Ramadhan, Mu’jam Alfaz Qurân al-Karim, Min Huda
Qurân: al-Qadat al-Rasul, Min Huda Qurân: al-Qard al-Hasan, al-Jundiyah
wa al-Salam, Min Huda Qurân: Musykilat Hayatina al-Lughawiyyah, Fann
al-Qawl.7
b. Aisyah Bintu Syathi’
Bintu Syathi’ sendiri merupakan nama pena yang ia gunakan
untuk menulis. Ia dilahirkan di sebelah barat sungai Nil. Nama itu
disandangkan kepadanya karena memang ia dilahirkan di tepi sungai Nil.
Jadi, nama itu berarti anak perempuan tepian (sungai). 8 Ia sengaja
menyembunyikan identiasnya karena takut akan kemarahan sang ayah
ketika membaca artikel-artikel yang ditulis.selama di kota kairo Bintu
Syathi’ mulai banyak menulis karya-karya ilmiah, hingga akhirnya ia
menjadi penulis di sebuah lembaga jurnalistik. Karir kepenulisannya terus
berkembang dengan terbitnya karya-karyanya berupa cerpen di majalah-
majalah yang lain, seperti al-Hilal, al-Balagh dan kawkeb al-Sharq. Ia
sering mengambil tema-tema sosial dan ekonomi sebagai refleksi dari
kehidupan yang dialaminya di tengah-tengah masyarakat pedesaan.
Ketika Bintu Syathi’ masih dalam penyelesaian studinya di
program Magisternya, ia menikah dengan dosennya, Prof. Amin al-Khuli. 9
Minatnya terhadap kajian tafsir dimulai sejak pertemuannya dengan
suaminya tersebut yang merupakan seorang pakar tafsir, ketika ia bekerja
di Universitas Kairo. Dari sini, Bintu Syathi’ mendalami tafsir dan menulis
buku tafsirnya yang terkenal dengan al-Tafsīr al-bayān li al-Qur`an al-
Karim yang diterbitkan pada tahun 1962.
Adapun karya-karya Bintu Sya>t}i>’ dalam bidang kajian
Alquran adalah sebagai berikut:
1. At-Tafsir Al-Bayani Li Alquran Al-Karim, Vol I, Kairo, Daar
Al-Ma’arif, 1962, Edisi I, 1966, Edisi III, 1968.
7
Ibid, 331.
8
Wali Ramadhani, “BINTU SYATI` DAN PENAFSIRANNYA TERHADAP SURAH AL-‘ASR
DALAM KITAB AT-TAFSIIR AL-BAYANI LIL QUR’ANIL KARIM”, 267.
9
Abdul Qādir Muhammad Ṣālih, Tafsīr wa al-Mufassirūn fī al-‘Aṣr al-Hadīth (Beirut: Dār al-
Ma’rifah, 2003), 405.
5
2. At-Tafsir Al-Bayani Li Alquran Al-Karim, Vol II, Kairo, Dar
Al-Ma’arif, 1969.
3. Al-I’jaz Al-Bayani Li Alquran Wa Masail Ibn Al-Azraq
Dirasah Qur’aniyyah Lughawiyyah wa Bayaniyyah, Kairo, Dar Al-
Ma’arif, 1971.
4. Kitabuna Al-Akbar, Umm Durman, Jami’ah Umm Durman al-
Islamiyyah, 1867. Dan masih banyak lagi.
Karir Bintu Syathi’ dimulai sebagai guru sekolah dasar khusus
perempuan di al-Mansuriah pada tahun 1929. Tahun 1932, beliau menjadi
supervisor pendidikan di sebuah lembaga bahasa Inggris dan Prancis. Pada
tahun 1939 beliau menjadi asisten dosen pada Universitas Kairo. Menjadi
inspektur bahasa Arab pada sebuah lembaga pada tahun 1942 sekaligus
sebagai kritikus sastra pada koran al-Ahram. Menjadi asisten doesn bahasa
Arab pada Universitas ‘Ain al-Syam pada tahun 1950. Menjadi asisten
profesor bahasa Arab pada sebuah Universitas Khusus perempuan dan
akhirnya menjadi profesor penuh untuk sastra Arab di Universitas ‘Ain al-
Syam pada tahun 1967. Bintu Syathi’ wafat pada awal Desember 1998
pada usianya yang ke 85 tahun.10
Ide dan gagasan yang dilakukan oleh Amin al-Khuli tidak lepas dari
pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Abduh. Menurut Muhammad
Abduh, urgensi dari sebuah produk tafsir adalah mewujudkan al-Qur`an
sebagai kitab pedoman bagi seluruh umat, menampilkan hikmah-hikmahnya
sehingga al-Qur`an dapat menarik hati para pembacanya. Landasan tersebut lah
yang kemudian dijadikan loncatan oleh Amin al-Khuli untuk membuat
pambaharuan yang lebih jauh. Istilah yang ia sampaikan dalam merespon hal
tersebut, yaitu awwal al-tajdid qatl al-qadim fahman (awal mula pembaharuan
adalah memusnahkan pehaman yang kuno).11 Bahwa menurutnya, produk tafsir
10
Wali Ramadhani, “BINTU SYATI` DAN PENAFSIRANNYA TERHADAP SURAH AL-‘ASR
DALAM KITAB AT-TAFSIIR AL-BAYANI LIL QUR’ANIL KARIM”, 268.
11
Amin al-Khuli, Manahij Tajdid fi al-Nahwi wa al-balaghah wa al-Tafsir wa al-Adib (Beirut: dar
al-Ma’rifah, 1961), 303.
6
yang menurut Abduh difungsikan sebagai upaya merealisasikan al-Qur`an
sebagai kitab pedoman bukanlah tujuan pertama, yang harus dituju pertama
kalli adalah memperhatikan perangkat yang ada dalam al-Qur`an sehingga isi
kandungan dapat disampaikan sebagai bentuk hidayah bagi seluruh umat.12
7
harus diperhatikan makna dari sebuah lafal dalam al-Qur`an dengan mengamati
makna etimologis dengan mendahului makna yang paling dekat di zaman Nabi
Muhammad shallahu alaihi wa sallam. Setelah meneliti lafal tersebut dalam
segi mufrod kemudian langkah yang diambil oleh seorang penafsir adalah
meniliti kosakata dalam segi murakkab (susunan kata) dalam hal ini penafsir
membutuhkan ilmu nahwu, balagah dan lainnya.16
Tidak hanya itu, dalam tafsir sastrawi hal yang juga perlu dipertimbangkan
adalah tafsir psikologis atau yang disebut dengan al-tafsir al-nafs. Menurutnya,
ranah psikologis termasuk kajian yang penting dalam tafsir sastrawi,
dikarenakan adanya hubungan antara balaghah dan psikologis yang mendasari
penyesuaian redaksi pada suatau kalam. Hubungan tersebut menjadi salah satu
bukti kemukjizatan al-Qur`an.17 Redaksi al-Qur`an yang disampaikan dengan
memerhatikan sisi psikologis akan mudah diterima oleh pendengaranya karena
penyampaiannya penuh dengan kesadaraan jiwa, hati, dan perasaan. Dalam
balaghah hal ini juga menjadi tolak ukur seseoarang dalam melihat
kemampuannya (malakah) dalam balaghah lebih sering disebut dengan dzauq
salim. Itu diantara pembaharuan yang dilakukan oleh Amin al-Khuli dalam
penafsiran, pembaharuan tersebutlah yang kemudian mempengaruhi istrinya
yaitu Bintu Syati’.
16
Ibid, 312.
17
Ibid, 315.
8
terhadap al-Qur`an sebgaia kitab yang wajib dipelajari secara keseluruhan.
Ketiga, menggali nilai-nilai al-Qur`an yang terkandung dalam rentetan
kronologis sejarah yang ada didalamnya.18
E. Contoh Penafsirannya
Dalam hal ini pemakalah akan menyajikan satu contoh buah penafsiran
dari Bintu Syati’, yakni dua ayat dari awal surat al-ḋuha yang memperlihatkan
metode pembaharuan yang dibawa olehnya. Penafsiran tersebut diambil
langsung dari kitab beliau yang berjudul al-tafsir al-bayani li al-Qur`an al-
karim juz pertama. Dalam kitabnya, langkah awal sebelum ia menafsirkan ayat,
terlebih dahulu ia menyebutkan letak penurunannya, surah keberapa yang
menyesuaikan tartib al-nuzuly dan pendapat ulama berkenaan tentang sabab
nuzul ayat tersebut.
18
Dini Tri Hidayatus Syadyya,”Studi Terhadap Metodologi Kitab Tafsir al-Tafsir al-Bayani Li al-
Qur`an al-Karim Karya Aisyah Bint Syathi” dalam jurnal al-Wajid, Volume 1 No.2, Desember
2020, 148.
19
Ibid, 149.
9
Demi waktu ḋuha dan demi malam apabila telah sunyi.
F. Simpulan
Dari pembahasan yang sudah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa Amin al-
Khuli dan Bintu Syathi` memiliki pembaharuan dalam bidang tafsir dari segi
kesastraan al-Qur`an. Hal tersebut dapat dilihat dari masing-masing karya
20
Aisyah Abdurrahman, al-Tafsir al-bayany lil Qur`an al-Karim (Beirut: dar al-Ma’arif, t.tp), 25-
26.
10
keduanya. Kitab yang dihasilkan oleh Amin al-Khuli sebagai metodenya,
sedangkan Kitab Bintu Syathi` sebagai penerapan dari metode tersebut.
11
Daftar Pustaka
Alquran
Khurin’in, Aisy Najiha, “Tafsir Sastra Kontemporer Oleh Amin Al-Khuli Dan
Aisyah Abdurrahman Bintu Al-Syathi`”, dalam jurnal AL-FURQAN volume 6
No. 1, Juni 2023.
Syadyya, Dini Tri Hidayatus,”Studi Terhadap Metodologi Kitab Tafsir al-Tafsir al-
Bayani Li al-Qur`an al-Karim Karya Aisyah Bint Syathi” dalam jurnal al-
Wajid, Volume 1 No.2, Desember 2020.
Abdurrahman, Aisyah, al-Tafsir al-bayany lil Qur`an al-Karim (Beirut: dar al-
Ma’arif, t.tp).
12