Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Ibn ‘Arabi dan Kitab Fusus Al-Hikam

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Membahas Kitab Tasawuf

Oleh
Kelompok 8:

Ahmad Hadi Irpana 210103030011


Ahmad Mujibullah 210103030012
Laili Rahmi 210103030207

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
BANJARMASIN
2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kitab fusus al-hikam adalah salah satu karya terkenal dari Asy-Syekh Al-Akbar
Muhyiddin Ibnu 'Arabi, seorang sufi dan filsuf Muslim yang hidup pada abad ke-12
dan ke-13 Masehi. Kitab ini berisi penjelasan tentang hikmah-hikmah Ilahi yang
terkandung dalam kisah 27 nabi yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Kitab ini ditulis
berdasarkan ilham intuisi yang diterima Ibnu 'Arabi secara spiritual dari Nabi
Muhammad.
Kitab fusus al-hikam merupakan hasil dari pergulatan Ibnu 'Arabi dengan
konsep Waḥdat al-Wujūd atau kesatuan wujud, yaitu pandangan bahwa segala sesuatu
yang ada di alam semesta adalah manifestasi dari zat Allah yang tunggal dan mutlak.
Dalam kitab ini, Ibnu 'Arabi menunjukkan bahwa setiap nabi memiliki ciri khas atau
bezel (fushush) yang mencerminkan salah satu sifat Allah.1 Dengan demikian, kitab ini
mengajak pembacanya untuk mengenal Allah melalui kenal diri, yaitu menyadari
hakikat manusia yang sempurna (al-insān al-kāmil) yang menggabungkan sifat-sifat
Ilahi dan insani.2
Kitab fusus al-hikam memiliki pengaruh yang besar dan luas dalam dunia
Islam, khususnya di kalangan para sufi dan pengkaji tasawuf. Kitab ini juga
menimbulkan berbagai reaksi dan kontroversi, baik dari pihak yang mengagumi
maupun yang mengkritik pemikiran Ibnu 'Arabi. Banyak komentar, syarah, dan
terjemahan yang dibuat atas kitab ini, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa-bahasa
lainnya. Kitab ini juga menjadi salah satu kitab pesantren yang diajarkan di beberapa
pondok pesantren di Indonesia.

1
Ibn Al-Arabi's Fusus Al-Hikam | An Annotated Translation of "The Bezel
(taylorfrancis.com), dalam https://www.taylorfrancis.com/books/mono/10.4324/9781315736655/ibn-
al-arabi-fusus-al-hikam-binyamin-abrahamov Diakses pada 31 Oktober 2023.
2
Mengenal Kitab Pesantren (27): Fushush Al Hikam, Cawan Hikmah dari Pergulatan Ibnu
'Arabi - Alif.ID, dalam https://alif.id/read/ahmad-faozi/mengenal-kitab-pesantren-27-fushush-al-hikam-
cawan-hikmah-dari-pergulatan-ibnu-arabi-b229684p/, Diakses pada 31 Oktober 2023.
PEMBAHASAN

A. Biografi Syekh Ibn ‘Arabi dan Karya-karyanya

Nama lengkap Ibn ’Arabi adalah Abu Bakr Muhammad ibn ’Ali ibn
Muhammad ibn Ahmad ibn ’Abdillah al-Ta’iy al-Hatimy, lebih dikenal dengan sebutan
Ibn’Arabi.1 Ada yang menyebutnya dengan nama Abu Bakr Muhammad ibn ’Ali
Muhy al-Din al-Hatimi al-Ta’iy al-Andalusi, dan oleh para pengikutnya digelari
dengan al-Syaikh al-Akbar. Di Spanyol ia juga dipanggil dengan Ibn Suraka, tetapi di
Timur, biasanya, ia dipanggil tanpa artikel (al-) untuk membedakannya dari al-Qadhi
Abu Bakr Ibn al-’Arabi. Ia dilahirkan di Murcia, Spanyol, pada tanggal 17 Ramadhan
560 H., bertepatan dengan tanggal 28 Juli 1165 M., dari keluarga dermawan dan ahli
zuhud yang saleh dan memiliki banyak karamah.

Ayahnya bernama ’Ali ibn Muhammad, seorang imam fiqh dan hadis, seorang
tokoh zuhud dan ahli tasawwuf. Ia adalah tokoh yang sangat terkenal dan berpengaruh
dalam bidang politik. Ia bersahabat akrab dengan para filosof. Ia juga sebagai pegawai
pemerintah di masa Muhammad ibn Mardanish, penguasa Murcia. Pada umur 8 tahun
(568 H./1173 M.), ibn ’Arabi dikirim oleh ayahnya ke Sevilla untuk mengikuti
pendidikan secara formal di bawah bimbingan guru guru tradisional. Ia belajar al-
Qur’an dan tafsir dari Abu Bakr ibn Khalaf, belajar hadis kepad Ibn Sarih al-Ru’aini
dan belajar fiqh di bawah bimbingan Abu al-Qasim al-Saraf dari Cordova.

Ada cerita lain bahwa Ibn ’Arabi tinggal di tanah kelahirannya, Murcia, selama
8 tahun. Selama itu ia belajar membaca kaidah-kaidah bahasa dan sastra serta
mempelajari agama. Pada tahun 568 H., ia pergi ke Sevilla setelah orang-orang
Muwahhidin menduduki Murcia. Di Sevilla inilah ia menghabiskan masa kecil dan
masa mudanya. Di sini ia mempelajari al-Qur’an, hadis dan fiqh di bawah bimbingan
salah seorang murid Ibn Hazm al-Zahiry. Ia menikah dengan Maryam binti ’Abdun ibn
’Abd al-Rahman al-Bazy. Pada awal kehidupannya, Ibn ’Arabi bekerja sebagai
sekretaris gubernur di sana.

Ibn ’Arabi pernah mengikuti pelajaran hadis dari Abu al-Qasim al-Khozastani
dan para ulama lain, dan khususnya mempelajari kitab Sahih Muslim kepada Syeikh
Abu al-Hasan ibn Abi Nasr dalam bulan Syawwal 606 H. Konon ia juga mendapat
ijazah dari Abu Tahir al-Salafi. Pada usianya yang relatif muda, ia bertemu dengan dua
orang wali wanita, yaitu Yasmin Mursianiyah dan Fatimah Qurtubiyah. Keduanya
berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan kehidupan Ibn ’Arabi,
khususnya Fatimah Qurtubiyah yang sudah lanjut usianya. Wanita ini berpengaruh dan
berperan sebagai pembimbing ruhani bagi Ibn ’Arabi selama dua tahun.

Ketika berusia 20 tahun, mulai nampaklah kecenderungan Ibn ’Arabi pada


tasawwuf. Sebagai pemuda yang cerdas dan memiliki pandangan spiritual yang dalam,
Ibn ’Arabi pergi meninggalkan Sevilla untuk mengelilingi Andalusia, dari satu kota ke
kota lainnya. Ia menemui orang-orang saleh dan salihah, yang dijumpainya selama
perjalanannya. Pada salah satu perjalanannya, ketika muqim (singgah) di Cordova,
Ibn’Arabi bertemu dengan Ibn Rusyd, pengulas terbesar filsafat Aristoteles. Dalam
pertemuan itu terjadilah dialog antara keduanya, yang masing-masing memetik
manfaat daripadanya.

Setelah beralih ke dunia sufi, hampir seluruh sisa hidup Ibn ’Arabi dicurahkan
untuk mempelajari dan mendalami tasawwuf. Dengan kesungguhandan ketekunannya,
maka dalam usia 30 tahun namanya sudah dikenal dikalangan ahli sufi dan juga di
kalangan ulama-ulama fiqh di berbagai wilayah yang tersebar di seluruh Andalusia dan
Maghrib. Pada tahun 590 H. atau tahun 1201, 1202 M. Ibn ’Arabi mengadakan
perjalanan ke wilayah Timur hingga sampai di Mekkah tahun 600 H., dan menetap di
sana selama 12 hari untuk menunaikan ibadah haji. Pada saat itu ia menulis surat untuk
sahabatnya, Muhammad ibn ’Abd al-’Aziz Abi Bakral-Qusyairy al-Mehdawy dari
Tunis, juga untuk sahabatnya yang lain Abi’Abdillah ibn al-Murabith. Pada tahun 601
H. Ibn ’Arabi melanjutkan pengembaraannya ke Bagdad dan menetap di sana kurang
lebih selama 7 tahun. Lalu ia kembali ke tanah suci Mekkah dan menetap di sana
beberapa bulan lamanya.

Kemudian pada akhir tahun berikutnya ia sampai di Asia Kecil. Di sini Ibn
’Arabi menerima hadiah sebuah rumah yang indah dari penguasa Nasrani. Namun
rumah itu kemudian ia hadiahkan kepada seorang pengemis yang datang meminta-
minta kepadanya. Selanjutnya Ibn ’Arabi pergi ke Aleppo dan kemudian ke wilayah
Damsyiq untuk menziarahi masjid Bait al-Maqdis. Pada masa inilah Ibn ’Arabi pulang
pergi antara Syam dan Hijaz. Akhirnya pada tahun 620 H., ketika telah berusia sekitar
60 tahun, ia menetap di Damaskus. Di sini pulalah ia menghabiskan sisa hidupnya
untuk mengarang serta menyusun karya-karyanya, terutama dalam bidang tasawwuf.

Di akhir hayatnya, ia menyusun tafsir al-Qur’an dengan nama Tafsir al-Kabir,


yang merupakan karya terakhirnya dan sekaligus merupakan satu-satunya karya yang
tidak sempat ia rampungkan, karena ia meninggal di saat ia menulis ayat 65 surat al-
Kahfi, yang terjemahannya :

Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami,


yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan
kepadanya ilmu dari sisi Kami”. Di saat itu pulalah Ibn ’Arabi meletakkan penanya
yang masih basah dan berhenti menulis untuk selamanya. Ibn ’Arabi wafat pada hari
Jum’at tanggal 28 Rabi’ al-Awwal 638 H. bertepatan dengan tanggal 16 Nopember
1240 M., di rumah salah seorang muridnya yang bernama al-Qadhi Muhy al-Din ibn
al-Zakiy. Kemudian jenazahnya dimandikan oleh al-Jamal ibn ’Abd al-Khaliq, ’Imad
al-Din ibn al-Nuhhas dan Muhy al-Din sendiri. Murid-muridnya ini pulalah yang
membawa jenazah Ibn ’Arabi ke lereng gunung Qasiyun, di luar Damaskus, untuk
dimakamkan. Mengenai karya-karya Ibn ’Arabi, dapat dijelaskan sebagai berikut:
iaadalah seorang penulis yang produktif dengan karyanya yang berjilid-jilid. Tingkat
produktifitas, bakat dan imajinasinya sangat tinggi dan mengagumkan. Jumlah
karyanya yang tersebar di dunia Islam tidak dapat dipastikan, namun diperkirakan
sekitar 300 buah, 150 di antaranya telah disusun katalognya oleh Brockelman, yang
sekarang tersebar di berbagai perpustakaan, baik di Timur maupun di Barat.

Judul-judul karya Ibn ’Arabi tercantum dalam beberapa buku, antara lain: Three
Muslim Sages, Tarikh Falasifat al-Islam fi al-Masyriq wa al-Maghrib, Dairat al-Ma’arif
al-Islamiyah, Ibn ’Arabi: The Great Muslim Mystic an Thinker. Di sini hanya akan
disinggung dua karyanya yang monumental, yaitu al-Futuhat al-Makkiyyah fi Ma’rifat
al-Asrar al-Mulukiyyah dan Fusus al-Hikam Al-Fatuhat al-Makkiyyah fi Ma’rifat al-
Asrar al-Mulukiyyah. Buku ini merupakan karya pokok Ibn ’Arabi dalam bidang
tasawwuf, terdiri dari 4 juz (jilid), 6 fasal yang dibagi menjadi 560 bab. Bab 599
merupakan ringkasan dari keseluruhan isi buku.

Salah satu karya yang ingin kita pelajari dan diskusikan adalah Fusus al-
Hikam. Menurut Brockelman, buku ini ditulis oleh Sadr al-Dintahun 630 H. Atau 1232
M., dan telah dikoreksi oleh Ibn ’Arabi. Buku ini berisi tentang ajaran 25 nabi dan rasul
mulai dari Adam sampai kepada Muhammad. Buku ini telah dicetak beberapa kali, di
Kairo tahun 1252 , 1304, 1309 dan 1329 M., dan di Istambul tahun 1897 M. Menurut
Moulvi S.A.Q. Husaini, kitab Fusus al-Hikam adalah salah satu karya Ibn ’Arabi yang
agak pendek, tetapi banyak diperbincangkan di Dunia Arab, Persia dan Turki. Dengan
cukup tegas Abu al-’Ala ’Afifi menyatakan bahwa buku ini adalah karya Ibn ’Arabi
yang paling tinggi nilainya dan kedalamannya, serta paling besar pengaruhnya bagi
pembentukan aqidah sufiyah pada masanya dan masa-masa berikutnya.

Pada tahun 1929 M. buku ini diringkas dan diterjemahkan oleh Sahib Khaja
Khan dengan judul Wisdom of the Prophet. Pada tahun 1955 M. diterjemahkan ke
dalam bahasa Perancis oleh Titus Burckhardt dengan judul La Sagesse des Prophetes
dan juga diterjemahkan ke dalm bahasa Turki oleh Nuri Benc Osmani dengan judul
Sarkislam Klasikeli, Istambul 1952 M
B. SUMBER DAN TOKOH-TOKOH YANG MEMPENGARUHI

Jane Clark, seorang pengkaji kontemporer tentang sufisme Ibn ‘Arabi asal
inggris bahwa para perintis awal yang memperkenalkan karya ibnu arabi kedalam
Bahasa-bahasa eropa pada bagian pertama dan pertengahan abad ke-20 cenderung
melihat ibnu arabi sebagai pemikir antnomik yang daya Terik terletak pada
interprestasi-interprestasinya yang berani dan penggunaan konsep-konsep “Non-
Islam” yang diambil dari falsafah dan kalam. A. E Afififi, Misalnya, yang bertanggung
jawab atas salah satu kajian awal dalam Bahasa inggris. Melihat syekh ini terutama
sebagai seorang Neo-Platonis yang menggunakan Al-Qur’an dan sunnah nabi “Untuk
mendukung apapun yang dia katakana, [tidak peduli] apakah kedua sumber ini
mempunai sangkut paut denga napa yang dia katakana atau itu tadak.” R.A Nicholson
demikian juga melihat sufi ini sebagai seorang teolg spekulatif dan mempertahankan
bahwa “ibnu arabi menggambil sebuah teks dari al-qur’an dan mendapatkan doktrinya
dari kitab suci ini dengan sebuah metode yang terkenal bagi para pengkaji philo dan
orighin. Sedangkan Henry Corbin tidak ragu-ragu menisbahkan ibnu arabi dengan para
mistikus iran yang mengambil prinsip-prinsip Syi’ah.

Tanpa ragu, dapat dikatakan bahwa sumber utama Fushush al-hikam,


sebagimana sumber karya-karya lain ibnu arabi adalah al-qur’an dan tokh yang
berpengaruh pada karya esoteric ini adalah nabi Muhammad, yang telah memberi
syekh ini kitab ini Ketika ia melihat Rosullulah dalam sebuah mimpi menyampaikan
kabar gembira pada sepuluh hari terahir Muharram 627 di damaskus, seperti
dikatakannya dalam mukaddimah Fushush al-hikam yang disebut di atas.

C. KAREKTERISTIK

Karakteristik Fushush al hikam adalah bahwa karya ang lain terdiri dari 27 bab
ini, sebagai konsekuensi kehadiran al-qur’an dan hadis didalamnya, menampilakan
kutipan ayat-ayat al-qur’an dan hadis-hadis nabi dalam setiap bab kecuali bab
terpendek yang terdiri dari satu halaman, yaitu bab keduapuluh enam dengan judul
“Fashs hikamah shammadiyaj fi kalimah khalidiyyah (tatakan batu permata
kebijaksanaan tempat bergantung dalam kata khalid). Ayat-ayat al-qur’an yang dikutip
pada umumnya bukanlah ayat-ayatyang utuh atau lengkap dari awal sampai akhir
masing-masing ayat, tetapi adalah bagian-bagian atau potongan-potonganya sesuai
konteks objek yang dibicarakan. Ia sendiri pernah mengarang sekumpulan syair yang
sangat indah, Terjuman al-asywaq yang mengundang tuduhan bahwa ia telah menulis
syair-syair tentang cinta yang didorong oleh hawa nafsu. Padahal sebenarnya Terjuman
al-asywaq adalah karya yang mengandung makna-makna esoteric dan simbolis
sebagai perasaan cinta kepada tuhan.

D. Kandungan Fusus Al-Hikam Karya Ibn ‘Arabi

Buku ini terdiri dari 27 bab, masing-masing membahas satu nabi dan hikmahnya.
Berikut adalah ringkasan singkat dari setiap bab:

Bab 1: Adam dan hikmah keesaan (al-aḥadiyyah). Bab ini menjelaskan bahwa
Adam adalah manusia pertama yang menyaksikan keesaan Allah dan mengenal nama-
nama-Nya. Adam juga melambangkan hakikat manusia yang sempurna (al-insān al-
kāmil) yang menggabungkan sifat-sifat Ilahi dan insani.3

Bab 2: Syis dan hikmah kekekalan (al-baqā’). Bab ini menjelaskan bahwa Syis
adalah anak Adam yang mewarisi ilmu dan keimanan dari ayahnya. Syis juga
melambangkan jiwa yang tetap bertahan di jalan Allah meskipun menghadapi berbagai
cobaan dan godaan.

Bab 3: Nuh dan hikmah kehidupan (al-ḥayāt). Bab ini menjelaskan bahwa Nuh
adalah nabi yang menyelamatkan umat manusia dari bencana banjir dengan

3
Fusus Al-Hikam: Mutiara Hikmah 27 Nabi by Ibn 'Arabi | Goodreads, dalam
https://www.goodreads.com/book/show/8642849-fusus-al-hikam, Diakses pada 31 Oktober 2023.
membangun bahtera. Nuh juga melambangkan kehidupan yang bersumber dari Allah
dan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang fana.

Bab 4: Idris dan hikmah pengetahuan (al-ʿilm). Bab ini menjelaskan bahwa Idris
adalah nabi yang diberi ilmu pengetahuan oleh Allah, termasuk ilmu bintang, angka,
dan tulisan. Idris juga melambangkan pengetahuan yang berasal dari wahyu dan bukan
dari akal.

Bab 5: Ibrahim dan hikmah ketuhanan (al-ulūhiyyah). Bab ini menjelaskan


bahwa Ibrahim adalah nabi yang menghancurkan berhala-berhala dan menegakkan
tauhid. Ibrahim juga melambangkan ketuhanan yang bersih dari segala syirik dan
kesombongan

Bab 6: Ishaq dan hikmah kesucian (al-qudsiyyah). Bab ini menjelaskan bahwa
Ishaq adalah anak Ibrahim yang lahir dari istri yang mandul, Sarah. Ishaq juga
melambangkan kesucian yang dianugerahkan oleh Allah kepada orang-orang yang taat.

Bab 7: Isma’il dan hikmah pengorbanan (al-dhabḥ). Bab ini menjelaskan bahwa
Isma’il adalah anak Ibrahim yang lahir dari istri yang budak, Hajar. Isma’il juga
melambangkan pengorbanan yang dilakukan oleh orang-orang yang ikhlas untuk
Allah, seperti ketika ia bersedia disembelih oleh ayahnya

Bab 8: Ya’qub dan hikmah keindahan (al-jamāl). Bab ini menjelaskan bahwa
Ya’qub adalah anak Ishaq dan ayah Yusuf. Ya’qub juga melambangkan keindahan
yang terpancar dari wajah-wajah para nabi dan orang-orang saleh.

Bab 9: Yusuf dan hikmah cinta (al-maḥabbah). Bab ini menjelaskan bahwa
Yusuf adalah anak Ya’qub yang dicintai oleh ayahnya dan dibenci oleh saudara-
saudaranya. Yusuf juga melambangkan cinta yang merupakan sifat Allah yang paling
agung dan paling menarik hati manusia.

Bab 10: Hud dan hikmah kekuatan (al-quwwah). Bab ini menjelaskan bahwa
Hud adalah nabi yang diutus kepada kaum 'Ad, yang sombong dengan kekuatan fisik
mereka. Hud juga melambangkan kekuatan yang berasal dari Allah dan tidak
bergantung pada faktor-faktor lahiriyah.

Bab 11: Salih dan hikmah keajaiban (al-muʿjizah). Bab ini menjelaskan bahwa
Salih adalah nabi yang diutus kepada kaum Tsamud, yang mengingkari keajaiban yang
ditunjukkan olehnya, yaitu unta betina yang keluar dari batu. Salih juga melambangkan
keaja.

Bab 12: Syu’aib dan hikmah keadilan (al-ʿadl). Bab ini menjelaskan bahwa
Syu’aib adalah nabi yang diutus kepada kaum Madyan, yang melakukan kecurangan
dalam timbangan dan ukuran. Syu’aib juga melambangkan keadilan yang merupakan
sifat Allah yang menegakkan keseimbangan di alam semesta.

Bab 13: Musa dan hikmah kehendak (al-irādah). Bab ini menjelaskan bahwa
Musa adalah nabi yang diutus kepada Fir’aun dan kaumnya, yang menentang kehendak
Allah. Musa juga melambangkan kehendak yang merupakan sifat Allah yang mengatur
segala sesuatu sesuai dengan rencana-Nya.

Bab 14: Harun dan hikmah bicara (al-kalām). Bab ini menjelaskan bahwa Harun
adalah saudara Musa yang membantunya menyampaikan risalah Allah kepada Fir’aun
dan kaumnya. Harun juga melambangkan bicara yang merupakan sifat Allah yang
memberikan wahyu kepada para nabi melalui kata-kata.

Bab 15: Khidir dan hikmah ilham (al-ilhām). Bab ini menjelaskan bahwa Khidir
adalah seorang wali Allah yang bertemu dengan Musa dan mengajarkan kepadanya
beberapa hikmah yang tersembunyi. Khidir juga melambangkan ilham yang
merupakan sifat Allah yang memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dekat
dengan-Nya.

Bab 16: Daud dan hikmah penguasaan (al-tasarruf). Bab ini menjelaskan bahwa
Daud adalah nabi yang menjadi raja atas Bani Israil, yang diberi kemampuan untuk
memahami bahasa binatang dan tumbuhan, serta membuat besi lunak dengan
tangannya. Daud juga melambangkan penguasaan yang merupakan sifat Allah yang
memberikan karunia kepada orang-orang yang beriman.

Bab 17: Sulaiman dan hikmah kerajaan (al-mulk). Bab ini menjelaskan bahwa
Sulaiman adalah nabi yang mewarisi kerajaan Daud, yang diberi kekuasaan atas
manusia, jin, binatang, tumbuhan, angin, dan makhluk-makhluk lainnya. Sulaiman juga
melambangkan kerajaan yang merupakan sifat Allah yang memiliki segala sesuatu di
alam semesta.

Bab 18: Ilyas dan hikmah kesempurnaan (al-kamāl). Bab ini menjelaskan bahwa
Ilyas adalah nabi yang diutus kepada kaum Ba’al, yang menyembah berhala. Ilyas juga
melambangkan kesempurnaan yang merupakan sifat Allah yang tidak memiliki cacat
atau kekurangan.

Bab 19: Alyasa’ dan hikmah pewarisan (al-wirāthah). Bab ini menjelaskan
bahwa Alyasa’ adalah murid Ilyas yang mewarisi ilmu dan karunia dari gurunya.
Alyasa’ juga melambangkan pewarisan yang merupakan sifat Allah yang memberikan
bagian kepada orang-orang yang berhak.

Bab 20: Yunus dan hikmah kesabaran (al-ṣabr). Bab ini menjelaskan bahwa
Yunus adalah nabi yang diutus kepada kaum Ninawa, yang meninggalkan mereka
tanpa izin Allah ketika mereka tidak mau beriman. Yunus juga melambangkan
kesabaran yang merupakan sifat Allah yang menguji orang-orang dengan berbagai
cobaan.

Bab 21: Zakariya dan hikmah doa (al-duʿā’). Bab ini menjelaskan bahwa
Zakariya adalah nabi yang memohon kepada Allah untuk diberi anak, meskipun
usianya sudah tua dan istrinya mandul. Zakariya juga melambangkan doa yang
merupakan sifat Allah yang mendengar dan mengabulkan permintaan orang-orang.

Bab 22: Yahya dan hikmah kematian (al-mawt). Bab ini menjelaskan bahwa
Yahya adalah anak Zakariya yang dibunuh oleh raja zalim, Herodes. Yahya juga
melambangkan kematian yang merupakan sifat Allah yang mengakhiri kehidupan
makhluk-makhluk-Nya.

Bab 23: Isa dan hikmah kebangkitan (al-baʿth). Bab ini menjelaskan bahwa Isa
adalah nabi yang diutus kepada Bani Israil, yang dibangkitkan oleh Allah setelah
disalib oleh orang-orang Yahudi. Isa juga melambangkan kebangkitan yang merupakan
sifat Allah yang menghidupkan kembali makhluk-makhluk-Nya.

Bab 24: Ilyasa’ dan hikmah kesembuhan (al-shifā’). Bab ini menjelaskan bahwa
Ilyasa’ adalah nabi yang diutus kepada kaum Romawi, yang menyembuhkan penyakit-
penyakit dengan izin Allah. Ilyasa’ juga melambangkan kesembuhan yang merupakan
sifat Allah yang memberikan kesehatan kepada orang-orang yang sakit.

Bab 25: Dzulkifli dan hikmah ketakwaan (al-taqwā). Bab ini menjelaskan bahwa
Dzulkifli adalah nabi yang dikenal dengan kesalehan dan ketakwaannya. Dzulkifli juga
melambangkan ketakwaan yang merupakan sifat Allah yang menuntut orang-orang
untuk taat kepada-Nya dan menjauhi kemaksiatan.

Bab 26: Luqman dan hikmah hikmah (al-ḥikmah). Bab ini menjelaskan bahwa
Luqman adalah seorang hamba Allah yang diberi hikmah oleh Allah, yaitu kemampuan
untuk membedakan antara haq dan bathil, serta memberikan nasihat yang baik.
Luqman juga melambangkan hikmah yang merupakan sifat Allah yang memberikan
petunjuk kepada orang-orang yang berakal.

Bab 27: Muhammad dan hikmah nubuwwah (al-nubuwwah). Bab ini


menjelaskan bahwa Muhammad adalah nabi terakhir dan utusan Allah kepada seluruh
umat manusia, yang membawa risalah Islam yang sempurna dan universal. Muhammad
juga melambangkan nubuwwah yang merupakan sifat Allah yang mengutus para nabi
sebagai pembawa wahyu dan syariat-Nya.
PENUTUP

Kesimpulan

Makalah ini membahas tentang pemikiran Ibn ‘Arabi, seorang sufi besar yang
mengklaim bahwa dunia adalah manifestasi diri Allah, dan bahwa semua agama adalah sama.
Makalah ini juga membahas tentang kitab Fusus Al-Hikam, yang merupakan karya terpenting
Ibn ‘Arabi yang menguraikan karakteristik khas dari 27 nabi Islam. Makalah ini menjelaskan
ide-ide utama Ibn ‘Arabi, seperti wujud, wahdat al-wujud, al-insan al-kamil, dan al-hikmah al-
muta’aliyah, serta menunjukkan bagaimana ia menghubungkan antara nabi-nabi dengan
hikmah-hikmah ilahi. Makalah ini juga mengkritisi beberapa aspek dari pemikiran Ibn ‘Arabi,
seperti sikapnya terhadap syariat, akal, dan nash, serta implikasinya terhadap pemahaman
Islam yang ortodoks. Makalah ini berusaha untuk memberikan gambaran yang objektif dan
komprehensif tentang Ibn ‘Arabi dan kitab Fusus Al-Hikam, serta memberikan apresiasi dan
evaluasi yang seimbang.
Sumber Referensi

https://alif.id/read/ahmadfaozi/mengenalkitabpesantren27fushushalhikamcawanhikma
h-dari-pergulatan-ibnu-arabi-b229684p/, Diakses pada 31 Oktober 2023.

https://www.taylorfrancis.com/books/mono/10.4324/9781315736655/ibnalarabifusus-
al-hikam-binyamin-abrahamov, Diakses pada 31 Oktober 2023.

https://www.taylorfrancis.com/books/mono/10.4324/9781315736655/ibnalarabifusus-
al-hikam-binyamin-abrahamov, Diakses pada 31 Oktober 2023.

https://divapress-online.com/book/fushush-al-hikam, Diakses pada 31 Oktober 2023.

https://alif.id/wpcontent/uploads/kalinspdf/singles/Mengenal%20Kitab%20Pesantren
%20%2827%29:%20Fushush%20Al%20Hikam,%20Cawan%20Hikmah%20
dari%20Pergulatan%20Ibnu%20'Arabi.pdf, Diakses pada 31 Oktober 2023.

https://sumberrezekibookstore.id/fushush-al-hikam, Diakses pada 31 Oktober 2023.


Arabi, Ibn. Fusus Al-Hikam.

Ibn Al-Arabi's Fusus Al-Hikam | An Annotated Translation of "The Bezel


(taylorfrancis.com), dalam
https://www.taylorfrancis.com/books/mono/10.4324/9781315736655/ibn-al-
arabi-fusus-al-hikam-binyamin-abrahamov Diakses pada 31 Oktober 2023.
Mengenal Kitab Pesantren (27): Fushush Al Hikam, Cawan Hikmah dari Pergulatan
Ibnu 'Arabi - Alif.ID, dalam https://alif.id/read/ahmad-faozi/mengenal-kitab-
pesantren-27-fushush-al-hikam-cawan-hikmah-dari-pergulatan-ibnu-arabi-
b229684p/, Diakses pada 31 Oktober 2023..
Noer, Kautsar Azhari. Warisan Agung Tasawuf: Mengenal Karya Besar Para sufi.
Cilandak: All Right Reserved, 2015.

Anda mungkin juga menyukai