Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOGRAFI IMAM AL BUKHARI

O
L
E
H

NAMA: FAUZAN KHALID


IKRAR PRAMUDYA
RANDY MARTA
ROZI GUNANDA
KELAS: I.D

POLITEKNIK NEGERI PADANG


2015/2016

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Sumber dari segala sumber hukum yang utama atau yang pokok di dalam
agama Islam adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Selain sebagai sumber hukum, AlQuran dan As-Sunnah juga merupakan sumber ilmu pengetahuan yang universal.
Untuk mengetahui As-Sunnah atau hadits-hadits Nabi, maka salah satu dari
beberapa bagian penting yang tidak kalah menariknya untuk diketahui adalah
mengetahui profil atau sejarah orang-orang yang mengumpulkan hadits, yang
dengan jasa-jasa mereka kita yang hidup pada jaman sekarang ini dapat dengan
mudah memperoleh sumber hukum secara lengkap dan sistematis serta dapat
melaksanakan atau meneladani kehidupan Rasulullah untuk beribadah seperti yang
dicontohkannya.
Untuk itu pada makalah kami ini ditulis tentang profile sejarah hidup salah
satu tokoh penghimpun hadits yang paling terkenal serta sekilas penjelasan tentang
kitab hadits-nya yang masyhur
Abad ketiga Hijriah merupakan kurun waktu terbaik untuk menyusun atau
menghimpun Hadits Nabi di dunia Islam. waktu itulah hidup enam penghimpun
ternama Hadits Sahih yaitu: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam
Tirmizi, Imam Nasai, Imam Ibn Majah
Tokoh islam penghimpun dan penyusun hadits itu banyak, dan yang lebih
terkenal di antaranya seperti yang disebut diatas. Adapun urutan pertama yang
paling terkenal diantara enam tokoh tersebut di atas adalah Imam Bukhari, yang
mana biografinya menjadi isi dari makalah kami kali ini.

1.2. Rumusan Masalah

Selama ini mungkin sudah sangat banyak orang yang mengenal dan
mengetahui berbagai hadits shahih yang terkenal, seperti Shahih Bukhari, dan
Shahih Muslim. Yang mana hadits tersebut mereka jadikan untuk menghukumi
berbagai aktivitas kehidupan mereka setelah al Quran. Namun sebagian besar dari
kita tidak begitu mengenal dan mengetahui tentang penyusun atau
penghimpunnya.
Sesuai dengan permasalahan yang ada tadi, maka makalah ini mengulas
tentang tokoh penghimpun hadits dengan batasan batasan sebagai berikut:

1. Tokoh penghimpun hadits yang dibahas pada makalah ini hanya Imam
Bukhari
2. Studi Imam Bukhari terhadap Ilmu
3. Guru guru Imam Bukhari dalam Keilmuan
4. Karya karya Imam Bukhari
5. Karakteristik studi Imam Bukhari

1.3. Tujuan

Pada dasarnya setiap aktivitas tentu mempunyai maksud dan tujuan tertentu,
begitu pula dengan makalah ini. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Memperluas pengetahuan tentang para tokoh penghimpun hadits, baik itu


sejarah hidupnya, karyanya, gurunya maupun karakteristik dari studinya
2. Untuk menyelesaikan tugas dari Dosen Mata Kuliah Ulumul Hadits Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah

1.4. Manfaat

a. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai ilmu hadits dan tokoh
penghimpunnya.
b. Bagi Pembaca
1. Dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan.
2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bila dilain waktu ada tugas pembuatan
makalah dengan materi yang ada hubungannya dengan isi dari makalah ini.

PEMBAHASAN
2.1. Biografi Umum

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim
Ibn Al Mughirah ibn Bardizbah Al Jufi Al Bukhari. Beliau dilahirkan pada hari Jumat
13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M) di Bukhara (Bukhara adalah nama sebuah kota
yang berada di negeri Rusia). Imam Bukhari adalah seorang yang berbadan kurus,
berperawakan sedang, tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek. Kulitnya agak
kecokelatan dan sedikit sekali makan. Ia sangat pemalu namun ramah, dermawan,
menajuhi kesenangan dunia dan cinta akhirat. Karena ketekunan, ketelitian, dan
kecerdasannya dalam mencari, menyeleksi dan menghafal hadits, serta banyak
menulis kitab ia diberi gelar Amir al Muminin fi al hadits (pemimpin orang
mukmin dalam hadits), suatu gelar ahli hadits tertinggi.
Ia adalah cucu seorang persia yang bernama Bardzibah. Bardzibah adalah
pemeluk majusi, agama kaumnya. Ayahnya bernama ismail, seorang ulama besar
ahli hadits yang pernah belajar di bawah bimbingan sejumlah tokoh termasyhur
saat itu seperti Malik Ibn Anas, Hamad ibn Zaid dan Ibn Mubarak. Riwayat hidupnya
telah dipaparkan oleh Ibn Hibban dalam kitab As-Siqat, begitu juga putranya, Imam
Bukhari, membuat biografinya dalam at-Tarikh al-Kabir. Ayahnya dikenal sebagai
orang yang wara dalam arti berhati hati terhadap hal yang bersifat syubhat (raguragu). Ayahnya meninggal di waktu Imam Al - Bukhari masih kecil dan
meninggalkan banyak harta yang memungkinkan ia hidup dalam pertumbuhan dan
perkembangan yang baik. Imam Al - Bukhari dirawat dan dididik oleh ibunya.
Ada riwayat yang mengatakan bahwa pada waktu kecil, matanya tidak bisa
melihat. Ibunya sangat bersedih karenanya, dan selalu berdoa untuk
kesembuhannya. Lalu ibunya bermimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim Alaihissalam
yang berkata: "Wahai ibu, Allah telah menyembuhkan penyakit mata anakmu
karena doamu." Esok harinya, sang ibu melihat mata anaknya sudah normal (dapat
melihat).
Keunggulan dan kejeniusan Bukhari sudah nampak semenjak masih kecil.
Allah menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang tajam dan daya
hafalan yang sangat kuat, teristimewa dalam menghafal hadits.
Bukhari memiliki daya hapal tinggi, yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin
Ismail. Kakak sang Imam ini menuturkan bahwa Bukhari tidak pernah membuat
catatan kuliah, tapi ia membuat teman temannya tercengang karena ternyata

Bukhari hapal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap terinci dengan keterangan yang
tidak sempat dicatat oleh teman temannya tersebut.
Ketika berusia 10 tahun ia sudah banyak menghafal hadits. Dalam usia 16
tahun, ia sudah hafal kitab sunan Ibn Mubarak dan Waqi, juga mengetahui pendapat
pendapat ahli rayi (penganut faham rasional), dasar dasar dan madzhabnya.
Ketika sedang berada di Bagdad, Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10
orang ahli hadits yang ingin menguji ketinggian ilmu beliau. Dalam pertemuan itu,
10 ulama tersebut mengajukan 100 buah hadits yang sengaja "diputar-balikkan"
untuk menguji hafalan Imam Bukhari. Ternyata hasilnya mengagumkan. Imam
Bukhari mengulang kembali secara tepat masing-masing hadits yang salah
tersebut, lalu mengoreksi kesalahannya, kemudian membacakan hadits yang
benarnya. Ia menyebutkan seluruh hadits yang salah tersebut di luar kepala, secara
urut, sesuai dengan urutan penanya dan urutan hadits yang ditanyakan, kemudian
membetulkannya. Inilah yang sangat luar biasa dari sang Imam, karena beliau
mampu menghafal hanya dalam waktu satu kali dengar.
Selain dikenal sebagai ahli hadits, Imam Bukhari juga sebenarnya adalah ahli
dalam fiqh. Beliau juga sering belajar memanah sampai mahir. Keadaan itu timbul
sebagai pengamalan sunnah Rasul yang mendorong dan menganjurkan kaum
muslimin belajar menggunakan anak panah dan alat alat perang lainnya.
Tujuannya adalah untuk memerangi musuh musuh Islam dan
mempertahankannya dari kejahatan mereka.
Imam Al Bukhari wafat pada tanggal 30 Ramadhan di malam idul fitri tahun
256 H (31 Agustus 870 M) dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Sebelum wafat,
beliau berpesan agar jenazahnya dikafani tiga helai kain, tanpa baju dan sorban.
Jenazahnya dimakamkan setelah zuhur di hari idul fitri itu. Makam beliau terletak di
Bikharnatk dekat dengan Samarkand.
Tempat beliau lahir kini termasuk wilayah Rusia, yang waktu itu memang
menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan Islam sesudah Madinah, Damaskus
dan Bagdad. Daerah itu pula yang telah melahirkan filosof-filosof besar seperti alFarabi dan Ibnu Sina. Bahkan ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani,
al-Bairuni dan lain-lain, juga dilahirkan di Asia Tengah. Sekalipun daerah tersebut
telah jatuh di bawah kekuasaan Uni Sovyet (Rusia), namun menurut Alexandre
Benningsen dan Chantal Lemercier Quelquejay dalam bukunya "Islam in the Sivyet
Union" (New York, 1967), pemeluk Islamnya masih berjumlah 30 milliun. Jadi
merupakan daerah yang pemeluk Islam-nya nomor lima besarnya di dunia setelah
Indonesia, Pakistan, India dan Cina.

2.2. Studi Terhadap Ilmu

Tahun 210 H, Bukhari berangkat menuju Baitullah untuk menunaikan ibadah


haji, disertai ibu dan saudaranya, Ahmad. Saudaranya yang lebih tua ini kemudian
pulang kembali ke Bukhara bersama ibunya, sedang dia sendiri memilih Mekah

sebagai tempat tinggalnya. Mekah merupakan salah satu pusat ilmu yang penting
di Hijaz.
Sewaktu-waktu ia pergi ke Madinah. Di kedua tanah suci itulah ia menulis
sebagian karya-karyanya dan menyusun dasar-dasar kitab Al-Jami'as-Shahih dan
pendahuluannya.
Ia menulis Tarikh Kabir-nya di dekat makam Nabi s.a.w. dan banyak menulis
pada waktu malam hari yang terang bulan. Sementara itu ketiga buku tarikhnya,
As-Sagir, Al-Awsat dan Al-Kabir, muncul dari kemampuannya yang tinggi mengenai
pengetahuan terhadap tokoh-tokoh dan kepandaiannya memberikan kritik,
sehingga ia pernah berkata bahawa sedikit sekali nama-nama yang disebutkan
dalam tarikh yang tidak ia ketahui kisahnya.
Kemudian ia pun memulai studi perjalanan dunia Islam selama 16 tahun.
Dalam perjalanannya ke berbagai negeri, hampir semua negeri Islam telah ia
kunjungi sampai ke seluruh Asia Barat. Diceritakan bahawa ia pernah berkata:
"Saya telah mengunjungi Syam, Mesir, dan Jazirah masing-masing dua kali, ke
basrah empat kali, menetap di Hijaz (Mekah dan Madinah) selama enam tahun dan
tak dapat dihitung lagi berapa kali saya mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk
menemui ulama-ulama ahli hadits."
Pada waktu itu, Baghdad adalah ibu kota negara yang merupakan gudang
ilmu dan ulama. Di negeri itu, ia sering menemui Imam Ahmad bin Hambal dan
tidak jarang ia mengajaknya untuk menetap di negeri tersebut dan mencelanya
kerana menetap di negeri Khurasan.
Dalam setiap perjalanannya yang melelahkan itu, Imam Bukhari senantiasa
menghimpun hadits-hadits dan ilmu pengetahuan dan mencatatnya sekaligus. Di
tengah malam yang sunyi, ia bangun dari tidurnya, menyalakan lampu dan menulis
setiap masalah yang terlintas di hatinya, setelah itu lampu di padamkan kembali.
Perbutan ini ia lakukan hampir 20 kali setiap malamnya. Ia merawi hadits dari
80.000 perawi, dan berkat ingatannya yang memang super jenius, ia dapat
menghapal hadits sebanyak itu lengkap dengan sumbernya. Namun tidak semua
hadits yang ia hafal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi
dengan sangat ketat diantaranya apakah sanad (riwayat) dari hadits tersebut
bersambung dan apakah perawi (periwayat/pembawa) hadits itu terpercaya dan
tsiqqoh (kuat).
Pada usia 18 tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya "Qudhaya as
Shahabah wat Tabiien" (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabiien).
Beliau berkeliling ke berbagai negeri pusat pusat ilmu hadits seperti Mesir,
Syam, Baghdad, Hijjaz, Basrah, Kuffah, dan lain lainnya. Di saat berkeliling ke
berbagai negeri itu, beliau suatu hari duduk di Majelisnya Ishaq bin Ruhiyah. Di sana
ada saran untuk mengumpulkan hadits hadits Nabi dalam satu kitab. Dengan usul
ini mulailah Al Bukhari menulis kitab shahihnya dan kitab tersebut baru selesai
dalam tempo 16 tahun sesudah itu. Setelah menyaring dan meneliti 600.000 hadits
beliau pilih daripadanya 7.275 hadits shahih dan seluruhnya di kumpulkan dalam
satu kitab dengan judul Al Jamius Shahih Al Musnad min Haditsi Rasulillahi wa

Sunani wa Ayyamihi yang kemudian terkenal dengan nama kitab Shahih Bukhari.
Namun ada juga yang menyatakan bahwa asal mula penulisan kitab ini karena
mimpi Imam Al Bukhari. Kitab ini mendapat pujian dan sanjungan dari berbagai
pihak di seantero negeri negeri Islam, sehingga ketokohan beliau dalam ilmu
hadits semakin diakui kalangan luas.
Kemasyhuran Imam Bukhari segera mencapai bagian dunia Islam yang jauh,
dan ke mana pun ia pergi selalu di elu-elukan. Masyarakat heran dan kagum akan
ingatannya yang luar biasa. Pada tahun 250 H. Imam Bukhari mengunjungi
Naisabur. Kedatangannya disambut gembira oleh para penduduk, juga oleh
gurunya, seorang Ahli hadits yang bernama Muhammad bin Yahya Adz Zihli dan
para ulama lainnya.
Tak lama kemudian terjadi fitnah terhadap Imam bukhari atas perbuatan
orang-orang yang iri dengki. Mereka meniupkan tuduhannya kepada Imam Bukhari
sebagai orang yang berpendapat bahawa "Al-Qur'an adalah makhluk." Hal inilah
yang menimbulkan kebencian dan kemarahan gurunya, az-Zihli kepadanya,
sehingga ia berkata: "Barang siapa berpendapat lafaz-lafaz Al-Qur'an adalah
makhluk, maka ia adalah ahli bidahh. Ia tidak boleh diajak bicara dan majlisnya
tidak boleh di datangi. Dan barang siapa masih mengunjungi majlisnya, curigailah
dia." Setelah adanya ultimatum tersebut, orang-orang mulai menjauhinya.
Pada hakikatnya, Imam Bukhari terlepas dari fitnah yang dituduhkan
kepadanya itu. Diceritakan, seorang berdiri dan mengajukan pertanyaan
kepadanya: "Bagaimana pendapat Anda tentang lafaz-lafaz Al-Qur'an, makhluk
ataukah bukan?" Bukhari berpaling dari orang itu dan tidak mau menjawab kendati
pertanyaan itu diajukan sampai tiga kali. Tetapi orang tersebut terus mendesaknya,
maka ia menjawab: "Al-Qur'an adalah kalam Allah, bukan makhluk, sedangkan
perbuatan manusia adalah makhluk dan fitnah merupakan bidah." Yang dimaksud
dengan perbuatan manusia adalah bacaan dan ucapan mereka. Pendapat yang
dikemukakan Imam Bukhari ini, yakni dengan membedakan antara yang dibaca
dengan bacaan, adalah pendapat yang menjadi pegangan para ulama ahli tahqiq
dan ulama salaf. Tetapi dengki dan iri adalah buta dan tuli.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahawa Bukhari perbah berkata: "Iman
adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Al-Qur'an
adalah kalam Allah, bukan makhluk. Sahabat Rasulullah SAW. yang paling utama
adalah Abu Bakar, Umar, Usman kemudian Ali. Dengan berpegang pada keyakinan
dan keimanan inilah aku hidup, aku mati dan dibangkitkan di akhirat kelak, insya
Allah." Demikian juga ia pernah berkata: "Barang siapa menuduhku berpendapat
bahawa lafaz-lafaz Al-Qur'an adalah makhluk, ia adalah pendusta."
Az-Zahli benar-benar telah murka kepadanya, sehingga ia berkata: "Lelaki itu
(Bukhari) tidak boleh tinggal bersamaku di negeri ini." Oleh kerana Imam Bukhari
berpendapat bahawa keluar dari negeri itu lebih baik, demi menjaga dirinya,
dengan hrapan agar fitnah yang menimpanya itu dapat mereda, maka ia pun
memutuskan untuk keluar dari negeri tersebut.
Setelah keluar dari Naisabur, Imam Bukhari pulang ke negerinya sendiri,
Bukhara. Kedatangannya disambut meriah oleh seluruh penduduk. Untuk keperluan

itu, mereka mengadakan upacara besar-besaran, mendirikan kemah-kemah


sepanjang satu farsakh ( 8 km) dari luar kota dan menabur-naburkan uang dirham
dan dinar sebagai manifestasi kegembiraan mereka. Selama beberapa tahun
menetap di negerinya itu, ia mengadakan majlis pengajian dan pengajaran hadith.
Tetapi kemudian badai fitnah datang lagi. Kali ini badai itu datang dari
penguasa Bukhara sendiri, Khalid bin Ahmad az-Zihli, walaupun sebabnya timbul
dari sikap Imam Bukhari yang terlalu memuliakan ilmu yang dimlikinya. Ketika itu,
penguasa Bukhara, mengirimkan utusan kepada Imam Bukhari, supaya ia
mengirimkan kepadanya dua buah karangannya, al-Jami' al-Shahih dan Tarikh.
Imam Bukhari keberatan memenuhi permintaan itu. Ia hanya berpesan kepada
utusan itu agar disampaikan kepada Khalid, bahawa "Aku tidak akan merendahkan
ilmu dengan membawanya ke istana. Jika hal ini tidak berkenan di hati tuan, tuan
adalah penguasa, maka keluarkanlah larangan supaya aku tidak mengadakan majlis
pengajian. Dengan begitu, aku mempunyai alasan di sisi Allah kelak pada hari
kiamat, bahawa sebenarnya aku tidak menyembunyikan ilmu." Mendapat jawaban
seperti itu, sang penguasa naik pitam, ia memerintahkan orang-orangnya agar
melancarkan hasutan yang dapat memojokkan Imam Bukhari. Dengan demikian ia
mempunyai alasan untuk mengusir Imam Bukhari. Tak lama kemudian Imam
Bukhari pun diusir dari negerinya sendiri, Bukhara.
Imam Bukhari, kemudian mendo'akan tidak baik atas Khalid yang telah
mengusirnya secara tidak sah. Belum sebulan berlalu, Sultan Uzbekistan Ibn Tahir
memerintahkan agar Khalid bin Ahmad dijatuhi hukuman, dipermalukan di depan
umum dengan menungang himar betina. Maka hidup sang penguasa yang dhalim
kepada Imam Bukhari itu berakhir dengan kehinaan dan dipenjara.
Tak lama kemudian, atas permintaan warga Samarkand, sebuah negeri
tetangga Uzbekistan, Imam Bukhari akhirnya menetap di Samarkand. Tiba di
Khartad, sebuah desa kecil sebelum Samarkand, ia singgah untuk mengunjungi
familinya. Namun di sana beliau jatuh sakit selama beberapa hari dan akhirnya
meninggal dunia.

2.3. Guru gurunya dalam Keilmuan

Dalam perjalanannya ke berbagai negeri, Imam Bukhari bertemu dengan


guru-guru terkemuka yang dapat dipercaya. Beliau mengatakan: "Aku menulis
hadits dari 1.080 guru, yang semuanya adalah ahli hadits dan berpendirian bahwa
iman itu adalah ucapan dan perbuatan."

Di antara para guru itu adalah:


Ali bin al-Madini
Ahmad bin Hanbal

Yahya bin Ma'in


Muhammad bin Yusuf al-Firyabi
Maki bin Ibrahim al-Balkhi
Muhammad bin Yusuf al-Baykandi
Ibnu Rahawaih
Abu Asim An-Nabil
Muhammad bin Isa At-Tabba'
Ubaidullah bin Musa
Muhammad bin Salam Al-Bikandi
Ishak bin Mansor
Khalad bin Yahya bin Safuan
Ayub bin Sulaiman bin Bilal
Ahmad bin Isykab, dan masih banyak yang lainnya.
Jumlah guru yang haditsnya diriwayatkan dalam kitab sahihnya sebanyak 289 guru.

2.4. Karya karya Imam Bukhari


Karya karya Imam Bukhari antara lain:

1. Al-Jami' ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari

Kitab Al Jami As Shahih (Sahih Bukhari), menjadi karya monumental Imam


Bukhari. Dalam sebuah riwayat diceritakan, Imam Bukhari berkata: "Aku bermimpi
melihat Rasulullah saw., seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang
kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu
kepada sebagian ahli ta'bir, ia menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan
mengikis habis kebohongan dari hadits-hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara
lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami' As-Sahih.".

Menurut Al' Allamah Ibnu Shalah, dalam kitab Muqaddimah, kitab Shahih
Bukhari itu memuat 7275 hadits selain itu ada hadits-hadits yang dimuat berulang,
ada 4000 hadits yang dimuat utuh tanpa pengulangan. Penghitungan itu juga
dilakukan oleh Syekh Muhyiddin An Nawawi dala kitab At-Taqrib.
Selain itu Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kata pendahuluan untuk kitab Fathul
Bari, yakni syarah atau penjelasan atas kitab Shahih Bukhari, menulis, semua hadits
shahih uang dimuat dalam Shahih Bukhari (minus hadits yang dimuat berulang)
sebanyak 2.602 buah. Sedangkan hadis yang mu'allaq (ada kaitan satu dengan
yang lain, bersambung) namun marfu (diragukan) ada 159 buah. Adapun jumlah
semua hadis shahih termasuk yang dimuat berulang sebanyak 7397 buah. Yang
mualaq sejumlah 1.341 buah, dan yang mutabi sebanyak 344 buah. Jadi jumlah
seluruhnya 9.082 buah hadits. Perhitungan berbeda diantara para ahli hadits dalam
mengomentari kitab Shahih Bukhari semata-mata karena perbedaan pandangan
mereka dalam ilmu hadits.
Dalam menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati hati.
Menurut Al Firbari, salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari
berkata ,Saya susun kitab Al jami Ash Sahih ini di masjidil Haram, Mekkah dan
saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah (shalat istikharah) 2
rakaat memohon pertolongan kepada Allah, dan setelah meyakini betul bahwa
hadits ini benar benar shahih. Di Masjidil Haram-lah dia menyusun dasar
pemikiran dan bab babnya secara sistematis. Setelah itu ia menulis mukaddimah
dan pokok pokok bahasannya di Rawdah Al Jannah, sebuah tempat antara
makam Rasulullah dan mimbar di Masjid Nabawi, Madinah. Barulah setelah itu ia
mengumpulkan sejumlah hadits dan menempatkannya dalam bab bab yang
sesuai. Proses penyusunan kitab ini dilakukan di dua kota suci tersebut dengan
cermat dan tekun selama 16 tahun. Ia menggunakan kaidah penelitian secara
ilmiah dan cukup modern sehingg haditsnya dapat dipertanggungjawabkan.

2. Al-Adab al-Mufrad (Bidang Akhlaq)


3. Adh-Dhu'afa ash-Shaghir
Berisi tentang sejumlah perawi-perawi hadis yang lemah.
4. At-Tarikh ash-Shaghir (Kisah sejarah singkat)
5. At-Tarikh al-Ausath (Kisah Sejarah)
6. At-Tarikh al-Kabir
Kitab ini merupakan karangan yang paling indah dan baik mengikut bab
begitu juga topiknya. Perawi-perawi hadis semenjak dari zaman sahabat hingga
zaman beliau serta mengandungi perbahasan tentang kecacatan-kecacatan Hadis,
Sejarah, Ta'dil dan sebagainya. Ia telah dicetak di Hyderabad di India pada tahun
1691 M dengan disemak oleh Al-Allaamah Abdul Rahman Al-Mu'allimi Rahimahullah.

7. At-Tafsir al-Kabir
8. Al-Musnad al-Kabir (Hadits hadits yang besar)
9. Qadhaya ash Shahabah wa Tabi'in
Berisi tentang peristiwa-peristiwa hukum di zaman sahabat dan Tabiien. Ia
menyusunnya saat berusia 18 tahun
10. Kitab al-Ilal
11. Raf'ul Yadain fi ash-Shalah (Kemashlahatan)
12. Birr al-Walidain (Berbakti kepada kedua orang tua)
13. Kitab ad-Du'afa (Kemiskinan)
14. Asami ash-Shahabah
15. Al-Hibah (Pemberian)
16. Khalq Af'al al-Ibad (Akhlak dalam ibadah)
17. Khair Al-Kalam fi Al-Qiraah Khalf al-Imam
Panduan membaca Quran bagi Imam Shalat
18. Kitab Al Kuna
Dicetak sebagai lampiran Kitab At-Taarikh Al-Kabir dipercetakan Hyderabad.

2.5. Karakteristik Studi

Sebagai intelektual muslim yang berdisiplin tinggi, Imam Bukhari dikenal


sebagai pengarang kitab yang produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin
ilmu hadits, tapi juga ilmu-ilmu lain, seperti tafsir, fikih, dan tarikh. Fatwa-fatwanya
selalu menjadi pegangan umat sehingga ia menduduki derajat sebagai mujtahid

mustaqil (ulama yang ijtihadnya independen), tidak terikat pada mazhab tertentu,
sehingga mempunyai otoritas tersendiri dalam berpendapat dalam hal hukum.

Pendapat-pendapatnya terkadang sejalan dengan Imam Abu Hanifah (Imam


Hanafi, pendiri mazhab Hanafi), tetapi terkadang bisa berbeda dengan beliau.
Sebagai pemikir bebas yang menguasai ribuan hadits shahih, suatu saat beliau bisa
sejalan dengan Ibnu Abbas, Atha ataupun Mujahid dan bisa juga berbeda pendapat
dengan mereka.
Dalam meneliti dan menyeleksi hadits dan diskusi dengan para perawi
tersebut, Imam Bukhari sangat sopan. Kritik-kritik yang ia lontarkan kepada para
perawi juga cukup halus namun tajam. Kepada para perawi yang sudah jelas
kebohongannya ia berkata, perlu dipertimbangkan, para ulama meninggalkannya
atau para ulama berdiam dari hal itu sementara kepada para perawi yang
haditsnya tidak jelas ia menyatakan Haditsnya diingkari. Bahkan banyak
meninggalkan perawi yang diragukan kejujurannya. Beliau berkata Saya
meninggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu
dipertimbangkan dan meninggalkan hadits-hadits dengan jumlah yang sama atau
lebih, yang diriwayatan oleh perawi yang dalam pandanganku perlu
dipertimbangkan.
Banyak para ulama atau perawi yang ditemui sehingga Bukhari banyak
mencatat jati diri dan sikap mereka secara teliti dan akurat. Untuk mendapatkan
keterangan yang lengkap mengenai sebuah hadits, mencek keakuratan sebuah
hadits ia berkali-kali mendatangi ulama atau perawi meskipun berada di kota-kota
atau negeri yang jauh seperti Baghdad, Kufah, Mesir, Syam, Hijaz seperti yang
dikatakan beliau Saya telah mengunjungi Syam, Mesir dan Jazirah masing-masing
dua kali, ke Basrah empat kali menetap di Hijaz selama enam tahun dan tidak dapat
dihitung berapa kali saya mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulamaulama ahli hadits.
Kriteria hadits shahih menurut Imam Bukhari adalah dalam hal
persambungan sanad ia menekankan adanya informasi positif tentang periwayat
bahwa mereka benar benar bertemu atau minimal satu zaman dalam hal sifat
atau tingkat keilmuan periwayat ia menekankan adanya kriteria paling tinggi.
Dalam hal penulisan sebuah kitab hadits dikenal ada empat macam sistematika,
yaitu:

1. Sistematika kitab sahih dan sunan


Yaitu kitab yang disusun dengan cara membagi menjadi beberapa kitab dan
tiap tiap tiap kitab dibagi menjadi beberapa bab.

2. Sistematika Musnad

Yaitu sebuah kitab hadits yang disusun menurut nama periwayat pertama
yang menerima dari Rasul, seperti semua hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar
diletakkan di bawah nama Abu Bakar. Untuk mencari sebuah hadits dalam kitab ini
sangat sulit, tetapi dapat dipermudah dengan adanya buku Miftah Kunuzi al
Sunnah yang memuat 12 buah kitab hadits dan al Mujam al Mufahras memuat 9
buah kitab hadits.

3. Sebuah kitab hadits yang disusun berdasarkan lima bagian bagian tertentu
yaitu bagian hadits yang berisi perintah, berisi larangan, berisi khabar, berisi ibadah
dan bagian yang berisi tentang afal secara umum.

4. Sistematika Kamus
Kitab hadits karya Imam Bukhari disusun dengan memakai sistemtika model
pertama, yaitu dengan membagi menjadi beberapa judul tertentu dengan istilah
kitab. Istilah kitab kemudian dibagi menjadi beberapa sub judul dengan istilah bab.
Ada sejumlah kitab yang tidak memuat bab, ada pula sejumlah bab yang berisi
banyak hadits tetapi ada pula yang hanya berisi beberapa hadits saja, bahkan
adapula bab yang hanya berisi ayat ayat al Quran saja.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, ada beberapa kesimpulan yang


dapat diambil dari makalah ini antara lain:
1. Imam Bukhari adalah seorang ahli hadits yang sangat terkenal dan mendapat
gelar tertinggi bagi ahli hadits yaitu Amir al Muminin fi al hadits (pemimpin
orang mukmin dalam hadits).
2. Imam Bukhari mempunyai sifat dan bukti pekerti yang sangat baik. Kejeniusan
dan keunggulannya tampak sejak kecil. Ia mempunyai daya hafal dan daya ingat
yang sangat hebat.
3. Imam Bukhari sangat tekun dan teliti dalam menyeleksi dan menghafal hadits.
4. Pengembaraannya ke berbagai negeri membuat dia mempunyai jumlah guru
yang sangat banyak. Semua gurunya berbobot dan dapat dipercaya.
5. Imam Bukhari sangat produktif dalam berkarya, terbukti dengan banyaknya buku
yang telah ia karang.
6. Dalam menyusun kitabnya, ia menggunakan metode sistematika kitab shahih
dan sunan, yaitu dengan memakai istilah kitab dab bab.

DAFTAR PUSTAKA

Azami.M.M.. Memahami Ilmu Hadis. Jakarta : Lentera, 2003


___________, Studi Kitab Hadis, I, Yogyakarta: Teras, 2003
http://al-ahkam.net/portal-hadith
http://opi.110mb.com/haditsweb/sejarah/sejarah_singkat_imam_bukhari.htm
http://almuttaqin.blogs.friendster.com
http://idrusali85.wordpress.com/2007/09/28/sejarah-singkat-imam-bukhari/
http://islam.blogsome.com/2006/01/26/imam-bukhori/
www.wikipedia.org
www.gusmus.net

Anda mungkin juga menyukai