Anda di halaman 1dari 12

HAD RIDDAH (MURTAD)

Disusun oleh:

KELOMPOK 4:

1. M. Syafriansyah (1830102081)
2. Messy Primasela (1830102083)
3. Muhammad Arifin (1830102088)
4. Santa Vigi Giorvina (1830102101)
5. Rio Saragi (1830102099)

DOSEN PENGAMPU:

BITOH PURNOMO, LL. M

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH

PALEMBANG

2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Riddah atau murtad merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah yang
diancam dengan hukuman diakhirat, yaitu dimasukkan ke neraka selama-lamanya.
Namun pada kenyataannya hal tersebut merupakan hal yang banyak diabaikan
oleh kebanyakan orang. Entah memang karena tidak takut akan ancaman Allah
SWT. Atau memang karena tidak percaya akan adanya kesengsaraan di neraka.
Bila seseorang murtad bukan hanya ucapan melainkan banyak macamnya
tentunya hukuman yang akan menantipun akan semakin banyak dan berat.

Oleh karena itu, Allah sudah mengatur pasal-pasal tentang had riddah ini
sesuai dengan ketentuan-Nya yang dapat menjadi petunjuk bagi umat manusia
dalam meniti kehidupan di muka bumi yang fana ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Riddah ?
2. Apa dasar hukum dan syarat Had Riddah ?
3. Bagaimana perbedaan pendapat Ulama Mazhab tentang Had Riddah ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa definisi dari Riddah
2. Mengetahui dasar hukum dan syarat Had Riddah
3. Mengetahui perbedaan pendapat Ulama Mazhab tentang Had Riddah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Riddah

Riddah secara etimologis berarti kembali dari sesuatu kepada sesuatu


yang lain, sedangkan menurut terminologi fiqh adalah keluarnya seseorang
(menjadi kafir) setelah dia memeluk islam. Sementara itu menurut Sayyid Sabiq
mengatakan yang dimaksud dengan riddah adalah kembalinya orang yang telah
beragama Islam yang berakal dan dewasa kepada kekafiran karena kehendaknya
sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain, baik yang kembali itu laki-laki atau
perempuan. Adapun menurut Zainuddin dalam bukunya Hukum Pidana Islam
menjelaskan bahwa riddah adalah kembalinya seorang muslim yang berakal dan
baligh untuk memilih keyakinan agama lain atas dasar pilihannya bukan atas
paksaan. Riddah dalam arti bahasa kembali dari sesuatu dari sesuatu yang lain.
Dan menurut istilah syara’ adalah keluar dari agama Islam.

Riddah merupakan perbuatan kufur terburuk dan paling berat


hukumannya serta melebur pahala lama, jika terbawa sampai meninggal.
Perbuatan tersebut dinamai riddah, sedangkan pelakunya dinamai murtad atau
orang yang keluar dari Islam.

Menurut istilah Syara’, pengertian riddah sebagaimana dikemukakan oleh


Wahbah Zuhaili adalah kembali dari agama islam kepada kekafiran, baik dengan
niat, perbuatan yang menyebabkan kekhafiran, atau dengan ucapan. Pengertian
yang sama dikemukakan juga oleh Abdul Qadir Audah sebagai berikut. Riddah
adalah kembali (ke luar) dari agama islam atau memutuskan (ke luar) dari agama
islam.1

Istilah riddah, menurut fuqaha hanya terbatas pada keluarnya seorang


Muslim ke agama non-Muslim. Jadi kalau ada non-Muslim yang keluar dari
1
Zainuddin Ali ,. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal 76
agamanya dan pindah ke agama lain, maka perpindahan tersebut tidaklah dapat
dikategorikan riddah. Alasannya adalah bahwa perpindahan dari orang kafir ke
agama yang juga kafir itu tidak ada perbedaan, karena sama-sama batil, sedangkan
perpindahan Muslim kepada agama kafir itu berarti perpindahan dari hidayah dan
din al-haqq kepada kesesatan dan kekafiran.

Tetapi menurut al Mawardi (364-1075h), Sedikit berbeda dari pengertian


di atas, beliau berpendapat sebagai berikut: Ahli al-riddah adalah orang yang
keluar dari agama Islam, sekelompok orang dengan status hukum keIslaman yang
pasti, baik mereka lahir dalam keadaan fitrah (Islam) maupun mereka masuk
Islam yang sebelumnya beragama lain. Terhadap kedua jenis kelompok orang ini
berlaku ketentuan hukum tentang murtad dengan ketentuan hukum yang sama.
Dan beliau memaparkan pendapat di atas untuk membedakan antara jihad
melawan kaum musyrik dan non musyrik. Adapun golongan yang termasuk kaum
musyrik adalah kaum murtad, pemberontak dan perampok (Mawardi, 1994: 24).

Kesimpulan daripada pengertian ini, orang murtad ialah seorang muslim


mukallaf yang keluar daripada agama Islam sama ada dengan kepercayaan,
perkataan atau perbuatan dengan kehendak sendiri. Dan perkataan murtad
membawa maksud keluar dari berpegang dengan agama Islam tanpa mengira apa
jenis sekalipun agama bukan Islam itu (Suhaida, 2010: 29)2

Macam Macam Riddah

1) Riddah dengan perkataan hati; seperti mendustakan firman-firman Allah, atau


menyakini bahwa ada pencipta selain Allah swt.
2) Riddah dengan perbuatan hati, seperti : membenci Allah dan Rasul-Nya, atau
sombong terhadap perintah Allah. Seperti yang dilakukan oleh Iblis ketika
tidak mau melaksankan perintah Allah swt untuk sujud kepada Adam, karena
kesombongannya.
3) Riddah dengan lisan : seperti mencaci maki Allah dan Rasul-Nya, atau
mengolok-ngolok ajaran Islam.

2
Ibid, hal 77
4) Riddah dengan perbuatan : sujud di depan berhala, menginjak mushaf.

Seorang Muslim menjadi murtad, jika melakukan empat hal tersebut


sekaligus, ataupun hanya melakukan salah satu dari keempat tersebut.

B. Dasar Hukum dan Syarat Had Riddah

Dasar hukum tentang riddah ini terdapat di dalam al-Qur’an dan Hadits.
Salah-satunya yang terdapat dalam al-Qur’an adalah:

“Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat,
dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-
Baqarah :217)

“Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat
kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang
dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan
dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya adzab
yang besar.” (QS. An-Nahl:106)

Di samping Al-qur’an, rasulullah saw.menjelaskan hukuman untuk orang


murtad ini di dalam sebuah hadits :

Dari Ibn Abbas ra. Ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: “Barang siapa menukar
agamanya maka bunuhlah dia.” (Hadits riwayat Bukhari dari ibn Abas)

Dari ayat dan hadits tersebut jelaslah bahwa murtad termasuk salah satu
jenis tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati.

Syarat-syarat orang yang terkena Had Riddah

Dengan adanya ancaman dalam bentuk hukuman dunia itu, maka


riddahtermasuk dalam salah satu tindak kejahatan yang dikenai ancaman hukuman
hudud. Hukuman hudud dilaksanakan bila telah terpenuhi syarat dan rukun dari
pelaksanaan hudud tersebut, yaitu:

1. Tindakan itu adalah keluar dari agama Islam, denganmelalui salah satu cara
sebagaimana disebutkan sebelumnya, yaknimelakukan sesuatu melalui
perbuatan yang secara jelas dengan dalil yangpasti dalam teks al-Qur’an dan
al-Sunnah, dan melalui ucapan dan akidah(al-riddah bi al-fi’l, al-qawl wa al-
aqidah).

2. Keluar dari agama Islam itu dilakukan dengan niat, sengaja dan penuh
Kesadaran, serta mengetahui bahwa tindakannya itu dilarangagama dengan
ancaman hukuman dunia dan akhirat.

Selanjutnya Muhammad Rawas Qal’ahjiy berpendapat bahwa


seseorangtidak dianggap murtad, kecuali orang tersebut mempunyai beberapa
syarat.diantaranya sebagai berikut.

a. Islam yaitu, disyaratkan bagi orang murtad adalah orang yang sebelumnyasudah
memeluk agama Islam, kemudian ia meninggalkan Islam dan pindahke agama
selain Islam. Oleh karena itu, hukuman riddah tidak berlaku padaorang Yahudi
yang meninggalkan agamanya pindah ke agama kristen atau
sebaliknya.Tindakan itu dilakukannya dalam beragama Islam. Pindahnyanon
muslim dari satu agama ke agama lain, tidak disebut murtad, karenakekafiran
itu sama tingkatannya antara satu dengan lainnya.

1. b. Balig dan berakal. Apabila orang gila, tidur, pemabuk dan semacamnya,
jikamereka berucap riddah, maka tidak dianggap murtad, karena
merekaberucap tidak menggunakan akal, dan apabila seorang yang belum
balig atauberumur murtad, maka riddah-nya tidak dianggap, karena
akalnya belumsempurna. Dengan pernyataan yang sama, Amir
Syarifuddin berpendapat, pelaku tindakan riddah itu, adalah seseorang
yang telah dewasa dan berakalsehat. Murtad yang dilakukan oleh anak-
anak atau orang gila, tidak termasukkepada tindakan yang dikenai
hukuman mati.
c. Berniat dan Ikhtiyar, Tindakan riddah itu dilakukan secarasadar dengan
kehendak sendiri. Apabila tindakan seorang muslim, karenaterpaksa
mengucapkan kalimat kufur, maka ia tidak kafir. Orang yang salah berucap
dengan kalimat kafir, atau karenakebodohanya sehingga ia tidak tahu bahwa
ucapannya bisamengkafirkannya, maka ia tidak dianggap kafir.
d. Bertakwa dan beriman (ma’ru fan bi al-taqwa wa husn al-iman). IbnTaymiyah
berpendapat, tidak boleh mengkafirkan salah satu ulama muslim,hanya
dikarenakan salah bicara atau berpendapat.

Kaidah –Kaidah Tentang Riddah oleh Abdul qodir Auda :

1. “Setiap Orang yang menolak melakukan Perbuatan yang diwajibkan islam


Kepadanya Disertai keyakinan Halal meninggalkannya maka ia termasuk
jarimah murtad.”.
Contoh : - Ia tidak menunaikan Syari;at islam dengan alasan tidak wajib
hukumnya,Meninggalkan sholat dengan alasan Wajib.
2. “Setiap Orang yang melakukan perbuatan yang dilarang islam
disertai dengan keyakinan halal melakukannya,maka dia telah keluar
dari islam”.
Contoh :Orang Melakukan zina dengan alasan zina itu Halal.
3. “Setiap Keyakinan yang berlawanan dengan kaidah islam,menunjukan
telah keluar dari islam”
Contoh : Orang Yang Mengganggap al-qur’an bukan dari Allah
,melainkan isinya pembohongan.

C. Perbedaan pendapat Ulama Mazhab tentang Had Riddah


1. Hukuman Asli Atau Pokok (Dibunuh)
Hukuman bagi orang yang murtad adalah hukuman mati. Tidak
dibunuhnya orang murtad kecuali ia telah balig dan berakal sehat, dan
penetapan riddah dengan perkataan atau kesaksian3.

Menurut Jumhur Ulama kewajiban membunuh orang murtad tersebut


didasarkan pada Hadis Nabi Muhammad SAW : Telah menceritakan
kepadaku (imam Bukhārī) AbūNu’mān Muḥammad bin Faḍl, telah
menceritakan kepadaku Ḥammad bin Zaid. Dari Ayyūb dari Ikrimah dia
berkata ‘AlīRA pernah membakar orang kafir zindiq, lalu hal itu sampai
pada Ibnu Abbās, dan dia berkata: Sungguh aku belum pernah membakar
mereka karena larangan Rasulullah Saw. “janganlah kamu mengazab
mereka dengan azab Allah”. Dan saya membunuh mereka karena sabda
Rasūlullāh Saw. “Barangsiapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah
ia”.(HR. Bukhārī)

Hukuman mati adalah hukuman yang berlaku umum untuk setiap


orang yang murtad, baik laki-laki maupun perempuan. Kecuali Imam Abu
Hanifah yang membedakan antar hukuman laki-laki dan perempuan.

Golongan Syafi’iyah, Malikiyah, dan Hanabilah mengatakan,


sesungguhnya hukum atau status wanita yang murtad adalah sama seperti
lakilaki yang murtad4.Maka wajib diminta agar dia bertobat selama tiga hari
sebelum dibunuh, dan diajak memeluk Agama Islam, karena sesungguhnya
darahnya dihormati dalam Islam, dan barangkali terdapat subhat berupa
fasiq,maka diusahakan untuk menghilangkannya. Dan penetapan kewajiban
diminta bertobat oleh Sayyidina Umar Ra.5 Daroqutni meriwayatkan dari
Jabir bin Abdullah r.a. sesungguhnya ada seorang wanita yang biasa
dipanggil “Ummu Ruman” telah murtad, maka Nabi Muhammad SAW
memerintahkan untuk mengajaknya kembali pada Islam jika ia bertobat, dan

3
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Bulan Bintang, Yogjakarta, 1967. hlm. 278
4

5
Abdul Rahman al Jaziri, Kitab Al-Fiqh ‘Ala Madzhab Al-Arbi’ah, (Beirut-Libanon, Dar AlKitab,
t.th), Juz V,.hlm: 374.
apabila ia tidak mau kembali maka bunuhlah, karena dengan murtad maka
kedudukannya seperti kafir harbi. maka boleh membunuhnya sebagai
hukuman (had) tetapi dosanya lebih keji dari dari pada kafir harbi karena ia
pernah memeluk Agama Islam6.

Madzhab Malikiyyah berkata, wanita yang murtad apabila sedang


menyusui maka eksekusinya ditangguhkan karena untuk kesempurnaan
menyusui anaknya dan tidak boleh diambil anaknya.Ditangguhkan juga
wanita yang memiliki suami, dan wanita yang dalam keadaan talak raj’i.

Adapun wanita yang ditalak ba’in jika ia murtad setelah haid dan
setelah ditalak maka jangan ditangguhkan., dan jika belum haid maka
ditangguhkan karena menunggu haid walaupun kebiasaannya lima tahun
sekali. Jika ada wanita yang sudah tidak subur dan sudah tua yang ragu akan
datangnya haid maka dia diberi kebebasan selama tiga bulan. Jika ada
wanita yang sedang mengandung dan jika ia jelas tidak mengandung maka
dieksekusi setelah dia bertobat, dan apabila ia tidak memiliki suami maka ia
tidak diberi kebebasan7.

2. Hukuman Pengganti (Ta’zir)


Menurut imam Hanafi ,Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang
diberikan pemerintah jika murtada mau melakukan 2 hal ;
1) Bertaubat,maka yang awalnya hukumannya menjadi dibunuh
berubah menjadi Ta’zir yaitu Dipenjara Sementara.
2) Wanita/Anak, Yaitu Di penjara dan dipaksa masuk islam. Jika ia
tidak ingin masuk islam setelah di paksa lalu dibunuh.

3. Penyitaan atau Perampasan Harta

Menurut Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, apabila


orang murtad meninggal atau dibunuh maka hartanya menjadi milik

6
Ibid
7
bersama dan tidak boleh diwaris oleh siapapun. Atau dengan kata lain,
harta tersebut harus disita oleh Negara untuk bait al-mal. Imam Malik
mengecualikan dari ketentuan ini harta orang kafir zindiq dan orang
munafiq.Menurut Imam Malik harta tersebut dapat diwaris oleh ahli waris
yang beragama Islam.8

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Riddahsecaraetimologis berarti kembali dari sesuatu kepada sesuatu yang


lain,sedangkan menurutterminologi fiqh adalah keluarnya atau berpindahnya
keyakinanhati seseorang dari agama islam, baik pindah pada agama lain atau
menjadi tidak beragama dengan kehendaknya sendiri (tampa paksaan dan lain-
lain).

8
Ahmad Wardi Muslich., Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2004). hlm 130
Riddah merupakan perbuatan kufur terburuk dan paling berat hukumannya
sertamelebur pahala lama, jika terbawa sampai meninggal. Perbuatan tersebut
dinamairiddah,sedangkan pelakunya dinamaimurtadatau orang yang keluar dari
islam.

Dalam Al qur’anyang dijadikan dasar hukum diatas, sanksi terhadap


orangmurtad adalah dibunuh. Sanksi hukum yang dimaksud, disepakati oleh pakar
hukum islam klasik bagi kaum laki-laki atau pria, sedangkan terhadap perempuan
yangmurtad ada perbedaan pendapat. Menurut Hanafiyah sanksinya adalah
dipenjara bukan dibunuh, sedangkan jumhur fuqaha (mayoritas ahli fiqh),
menolak pendapatHanafiyah dan sepakat bahwa hukuman mati terhadap
orangmurtad baik laki-lakidan perempuan.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin, 2009. Hukum Pidana Islam.Jakarta: Sinar Grafika.

Wardi Muslich., Ahmad. 2004. Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika.

Ahmad Hanafi, 1967.Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Yogyakarta: Bulan Bintang.

Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam, Jakarta: UI Press.

Abdul Rahman al Jaziri, Kitab Al-Fiqh ‘Ala Madzhab Al-Arbi’ah, (Beirut-


Libanon, Dar AlKitab, t.th), Juz V

Anda mungkin juga menyukai