Anda di halaman 1dari 17

Makalah Ilmu Tauhid

“Aqidah Shohihah dan Bathilah”

Disusun oleh :
Muhaammad Nurkholish
(1930304078)
Hanan Akbar
(1930304062)

Dosen Pengampu :
Murtiningsih, M.Pd.I
(196704191994032003)

PROGRAM STUDI ILMU QUR’AN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
TAHUN 2019
PEMBAHASAN

Aqidah merupakan pondasi dasar keislaman seorang sehingga seorang muslim haruslah memiliki aqidah
yang benar dan kokoh dalam hidupnya, yaitu aqidah yang dibangun diatas dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah.1

Maka dari itu, sesungguhnya aqidah menempati posisi paling penting didalam agama Islam. Kelurusan islam
seseorang dan kebaikan sangat dipengaruhi oleh aqidahnya, apabila aqidahnya lurus, maka baik amal perbuatannya.
Sebaliknya apabila aqidahnya menyimpang, Maka rusaklah amalnya.

Bahkan diakhirat nanti keselamatan dan kebahagiaan seseorang juga tergantung pada aqidahnya benar, maka
ia akan hidup selamat dan hidup bahagia. Namun sebaliknya, apabila aqidahnya rusak ia akan celaka dan hidupnya
sengsara.2

1. Pengertian Aqidah
1. Menurut Bahasa:

• Berasal dari Al-‘aqdu artinya ikatan yang kuat. Bisa pula berarti kepercayaan yang kokoh.

• Ikatan janji, terkadang juga disebut aqdun.

• Sesuatu yang bisa membuat hatui seseorang menjadi terikat kuat dan pasti padanya, disebut aqidah.

2. Menurut Istilah Umum:

Ialah keyakinan dan ketetapan yang bersifat pasti tanpa ada keraguan sedikitpun bagi pelakunya. Aqidah
dalam pengertian umum ini berlaku untuk keyakinan terhadap al-haq maupun terhadap al-batil.

3. Pengertian Aqidah Islamiyah:

Ialah: iman yang bersifat pasti kepada Allah baik dalam hal uluhiyah, rububiyah, asma’ maupun sifat-Nya,
kepada para malaikat, rasul-rasul, hari akhir, taqdir baik atau buruk dan kepada segenap apa yang diberitakan
oleh nushus shahihah (nash-nash yang sahih) berupa perkara-perkara ushuluddin (pokok-pokok din), serta segala
pemberitaan mengenai hal-hal ghaib. Juga iman kepada apa yang menjadi ijma’ (kesepakatan) As-Salafu Ash-
Shalih, serta menyerah total kepada Allah baik dalam masalah hukum; perintah, takdir, maupun syari’at-Nya dan
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan taat, ittiba’ dan bertahkim kepada beliau.

2. Pokok Bahasan Ilmu Aqidah

Aqidah jika ditilik kedudukannya sebagai ilmu menurut mahfum Ahlu Sunnah mencakup bahasan: at-tauhid
(rububiyah, uluhiyah, asma’ dan sifat), al-iman, al-islam, perkara ghaibiyat, nubuwat, taqdir, al-akhbar (berita-
bertita), landasan-landasan hukum qath’i dan semua permasalahan ushuluddin serta aqidah.

3. Istilah Lain Ilmu Aqidah

Ilmu aqidah mempunyai beberapa istilah yang penyebutannya, antara Ahlu Sunnah dengan firqah-firqah lainnya
berbeda. Beberapa istilah ilmu aqidah menurut ahlu sunnah, yakni :

1. Al-‘Aqidah(al-I’tiqad dan al-‘aqaid) misalnya, istilah aqidah salaf atau aqidah ahlu atsar dan lain-lain.

2. At-Tauhid, sebab pembahasannya berkisar mengenai tauhidullah baik uluhiyah, rububiyah maupun al-asma’
was-sifat.

1 Muqoddimah awal dari Abu Hafizhah Irfan, M.SI, dalam buku Ensiklopedi Aqidah Islam
2
Perkataan dari Al-Ustadz Abu Ghazie As-Sundawie dalam buku Ensikopledi Aqidah Islam
3. As-Sunnah, as-sunnah ialah ath-thariqah: jalan atau cara. Aqidah salaf disebut as-sunnah, dikarenakan ittiba’-
nya mereka (kaum salaf) kepada cara-cara ar-rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dalam
memahami aqidah.

4. Ushuluddin, mencakup rukun iman, rukun Islam, masalah-masalah qath’iyah (pasti) dan apa-apa yang telah
disepakati oleh para imam.

5. Al-Fiqhul Ak bar, merupakan kebalikan dari Al-Fiqhul Ashgar (hukum-hukum ijtihadiyah).

6. Asy-Syari’ah, artinya apa yang disyari’atkan oleh Allah dan Rasul-Nya, berupa sunnah-sunnah petunjuk. Dan
yang paling pokok adalah ushuluddin.

7. Al-Iman, mencakup semua permasalahan I’tiqadiyah.

Itulah beberapa istilah paling masyhur bagi Ahli Sunnah tentang ilmu aqidah. Terkadang dalam istilah tersebut
ada yang mempunyai kesamaan istilah dengan firqah-firqah lain, seperti Asy’ariyah.

Sedangkan beberapa istilah ilmu aqidah menurut firqah-firqah lain, yakni:

1. Ilmu kalam, istilahnya kaum mutakallimin seperti, Al-Mu’tazilah dan Asy’ariyah.

2. Filsafat, sebutan bagi para filosof dan pengagumnya.

3. Tasawuf, terkenal bagi sebagian kalangan kaum filosof, sufi, orientalis dan sebagainya. Istilah ini adalah istilah
bid’ah

4. Ilahiyat (Teologi), dipakai oleh Ahlul Kalam, para filosof, orientalis dan pengikutnya. Intinya adalah filsafat
dan logika ketuhanan.

5 Metafisika (alam dibalik kenyataan), istilah yang hampir identik dengan istilah ilahiyat, digunakan oleh kaum
filosof dan sebangsanya.

Semua istilah ini adalah istilah yang batil, dan tidak dapat diterapkan bagi ilmu aqidah. Disamping itu orang
sering menyebut bahwa landasan atau kaidah berfikir yang diyakini dan diimani dinamakan aqidah, walaupun
(penyebutan tersebut) batil atau tidak berlandaskan pada dalil ‘aqli maupunnaqli.

4. Beberapa manhaj yang ditempuh untuk menetapkan masalah ‘Aqaid

1. Manhaj yang berpegang pada akal dan mendustakan para rasul.

Yakni orang-orang yang menolak untuk ‘ ittiba’ kepada para rasul yang telah datang membawa berita benar.
Sebaliknya mereka mencoba mengenal hakekat yang ada dibalik alam semesta ini dengan akal fikirannya semata.
Sebab mereka berkeyakinan bahwa belajar dari para rasul berarti kedangkalan dan tidak kreatif. Jadi mereka akan
selalu menolak dalil-dalil yang jelas datangnya dari wahyu.

2. Manhaj para filosof dan mutakallimin

Suatu manhaj yang masih mengakui ajaran para rasul Allah, namun tidak bisa melepas ketergantungannya kepada
hawa nafsu dalam memahami hal-hal yang berada di luar jangkauan akal fikirannya, seperti persoalan yang
menyangkut masalah-masalah ghaib.

Diantara kelompok nomor dua ini adalah orang-orang yang menolak berhujjah, dalam masalah aqidah, dengan
Al-Qur’an dan hadits-hadits mutawattir yang dilalahnya tidak qath’i. Sedangkan terhadap hadits-hadits ahad mereka
menolak sama sekali dan tidak memperbolehkannya dijadikan hujjah, baik dalam masalah aqidah maupun dalam
masalah hukum. Yang termasuk kelompok ini, yaitu Mu’tazilah dan Khawarij.
3. Manhaj kaum sufi

Banyak di kalangan kaum sufi yang beranggapan bahwa ada cara khusus (thariqah) untuk mengenal dan
mengungkap rahasia tuhan, rahasia alam ghaib dan rahasia hukum.

Cara khusus tersebut dinamakan Thariqul-Kasyfi (cara mengungkap rahasia). Mereka memiliki model
periwayatan seperti, “Telah bercerita hatiku dari Tuhanku…” Menurut mereka, itulah cara yang paling tepat, sebab
cara-cara lain yang bersumber dari ulama adalah periwayatan fulan dari fulan, dan dari si fulan (lainnya) dari
Rasulullah dari Jibril. Adapun cara (thariqah) mereka (kaum sufi) adalah melalui pembicaraan hati yang berasal dari
tuhannya. Mereka lupa bahwa din yang dibawa oleh Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berasal dari Allah,
adalah cara (thariqah) satu-satunya yang telah diridhai Allah buat kita. Sedang thariqah mereka adalah jalan yang
tidak bisa dijadikan hujjah, tidak bisa dijadikan landasan bagi aqidah maupun hukum dan tidak berdasar sama sekali.
Sementara itu, setan telah banyak memasukkan unsur kebatilan melalui cara ini kepada para pengikutnya.

4. Manhaj as-salafush-shalih

Siapa saja yang memperhatikan setiap pernyataan As-salafush-Shalih pasti mengetahui bahwa mereka telah
menetapkan permasalahan aqa’id berdasarkan nash-nash Al-Qur’an dan Al-Hadits. Mereka tidak membedakan antara
hadits-hadits mutawatir dengan hadits-hadits ahad (yang shahih/tsabit) sebagai hujjah, baik dalam persoalan aqidah
maupun persoalan ahkam (hukum).

Tiada satu pun dari kalangan sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in yang menyeleweng dari ketetapan itu. Demikian
pula imam-imam pembawa petunjuk, seperti imam yang empat. Bahkan generasi As-Salafush-Shalih beserta seluruh
pengikutnya pada setiap zaman selalu mengecam keras kepada setiap orang yang ingin meninggalkan hadits-hadits
dan nash-nash untuk kemudian berpijak mendahulukan ra’yu.

5. Manhaj orang yang menolak hadits ahad sebagai hujjah dalam masalah aqidah

Dasar pijak mereka sebenarnya bersumber dari dasar pijak kaum Khawarij dan Mu’tazilah yang menolak hadits
ahad sebagai hujjah, baik bagi masalah aqidah maupun ahkam. Golongan kelima ini mengatakan, “Hadits-hadits ahad
tidak memberi faedah keyakinan (kepastian), sedangakan masalah aqidah mestilah dibangun berdasarkan keyakinan
(harus sesuatu yang pasti, red). Dan Al-Qur’an sendiri mencela orang yang mengikuti zhan (sangkaan) serta mencela
orang yg bersandar pada dalil yang tidak memberikan faedah ilmiah. “Mereka juga membawakan ayat :

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya.” (Al-Isra’:36)

Golongan ini tidak segan-segan melakukan penipuan besar-besaran dengan mengatakan bahwa manhaj yang
mereka tempuh adalah manhaj jumhur ahli-ilmi, seperti dinyatakan oleh Badrani Abu Al-‘Anain dan Syaikh Mahmud
Syaltut.

Bahkan sebagian mereka mengklaim bahwa hal itu telah disepakati oleh seluruh ahli-ilmi. Padahal kenyataanya,
pernyataan para imam justru sebaliknya. Keyakinan kelompok ini, bahwa hadits ahad tidak bisa memberikan apa-apa
melainkan zhan (prasangka) belaka, hal itu telah menjadi aqidah bagi mereka. Padahal untuk menetapkannya sebagai
aqidah mestinya memerlukan dalil yang qath’i. Sebab, masalah aqidah haruslah dibangun berdasarkan “Al-yakin”.
Tetapi, nyatanya qath’i itu tidak kunjung ada kecuali hawa nafsu dan ra’yu mereka.

6. Kedudukan sunnah Nabawiyah bagi aqidah

Telah menjadi kesepakatan seluruh umat Islam generasi pertama, bahwa Sunnah Nabawiyah merupakan sumber
rujukan kedua dan terakhir bagi syari’at Islam yang meliputi semua aspek kehidupan, termasuk diantaranya perkara-
perkara ghaibiyah, ‘i’tiqadiyah (aqidah), hukum amaliyah, siyasah (politik) ataupun tarbiyah (pendidikan).

Oleh karena itu, tidak diperkenankan sedikit pun menyelisihi sunnah tersebut dalam rangka mengikuti ra’yu
(pendapat), ijtihad atau qiyas apapun. Sebagaimana dinyatakan oleh Imam Syafi’i rahimahullah dalam akhir kitabnya
Ar-Risalah, bahwa : “Tidaklah halal qiyas, adapun khabar ada” atau seperti ungkapan yang terkenal di kalangan
ulama ushul generasi terakhir yang mengatakan : “Jika terdapat atsar, maka batalah nadhar (mencari-cari tafsirnya,
pen)”.

Al-Qur’an dan sunnah juga secara tegas memerintahkan kembali kepada keduanya dalam berbagai hal. Dengan
demikian, Sunnah Nabawiyah termasuk hadits ahad, merupakan hujjah bagi masalah ‘aqaid maupun ahkam

Beberapa dalil wajibnya berpegang kepada hadits ahad dalam aqidah

Lebih dari dua puluh dalil, seperti disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ash-Shawa’iqul-Mursalah,
semuanya menunjukkan bahwa hadits-hadits ahad yang shahih berfaedah (bisa dugunakan, red) sebagai dasar
keyakinan.

Contoh dalil :

1. Ketika ada seorang sahabat datang kepada kaum muslimin yang sedang shalat Subuh di masjid Quba dengan
membawa berita bahwa qiblat telah dipindahkan ke Ka’bah, maka mereka menerima berita itu dan beralih qiblat.
Ini menunjukkan bahwa dari sahabat tadi berfungsi sebagai ilmu yang mesti diterima. Peristiwa pemberitaan satu
orang seperti di atas banyak dialami oleh para sahabat radhiallahu’anhum.Sebagaimana diutusnya Mu’adz bin
Jabal dalam sebuah riwayat yang shahih (Al-Bukhari dan Muslim) untuk berda’wah ke Yaman.
2. Firman Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita
maka periksalah dengan teliti.” (Al-Hujurat :6) Dalam salah satu qira’ah kalimat fatabayyanu dibaca fatatsabbatu
(carilah kemantapan), ini bararti bahwa seorang yang adil (bukan fisik), jika ia membawa berita, maka beritanya
merupakan hujjah dan tidak wajib mencari kemantapan kebenaran beritannya sebab bisa diambil langsung.
3. Firman Allah Ta’ala:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (Al-Israa’ : 36)

Telah dimaklumi bahwa kaum muslimin sejak zaman sahabat senantiasa mengikuti berita-berita ahad,
mengamalkannya dan menetapkan dengannya perkara ghaib serta hakekat I’tiqadiyah. Seperti, berita tentang awal
mula diciptakannya makhluk dan tanda-tanda hari kiamat. Bahkan dengan hadits-hadits ahad ini mereka
menetapkan sifat-sifat Allah Ta’ala. Seandainya berita ahad ini tidak memberikan faedah ilmiah dan tidak
menetapkan bidang aqidah, berarti para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in serta imam-imam Islam semuanya telah
mengikuti sesuatu yang tidak berdasarkan kepada ilmu. Dengan kata lain, firman Allah dalam ayat Al-Isra’: 36
tersebut dan ayat-ayat lainnya tidak bisa dijadikan dalil untuk menolak hadits ahad sebagai hujjah ilmiah.

Jadi tidak dijadikannya hadits ahad sebagai hujjah dalam masalah aqidah adalah termasuk bid’ah.

Secara umum, dalil-dalil dari Al-Qur’an, As-Sunnah, tindakan-tindakan sahabat dan pernyataan para ulama
adalah dalil yang qath’I bagi wajibnya menjadikan hadits ahad sebagai hujjah dalam setiap persoalan syari’ah,
baik mengenai persoalan i’tiqodiyah maupun permasalahan amaliyah. Dan pemisahan antara keduanya
merupakan bid’ah yang tidak pernah dikenai oleh salafu shalih.

Oleh karenanya, Al-‘alamah Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan dalam I’lamul Muwaqi’in (2:24),
bahwa pembedaan tersebut batil berdasarkan ijma’ umat Islam. Karena sesungguhnya hadits ahad tetap harus
dijadikan hujjah bagi masalah perberitaan ilmiah (yakni, aqidah), sebagaimana ia juga merupakan hujjah bagi
masalah amaliah, terutama karena hukum-hukum amaliah mencakup pemberitaan dari Allah bahwa Dia telah
menyari’atkan suatu ketetapan, telah mewajibkannya dan telah meridhainya sebagai din.

Maka syari’at dan agamanya kembali kepada asma’ dan sifat-Nya. Para sahabat, tabi’in, tabi’untuk tabi’in,
ahlul-hadits dan ahlus-sunnah, terus berhujjah dengan khabar-khabar ahad ini untuk masalah sifat-sifat, taqdir,
asma’ dan ahkam. Tidak pernah terbetik suatu berita pun dari salah seorang diantara mereka yang membolehkan
berthujjah dengan hadits ahad hanya dalam masalah ahkam (hukum), tidak juga dalam masalah berita-berita
tentang asma’ dan sifat Allah.

Begitulah pemahaman manusia tentang aqidah. Ada aqidah Islamiyah yang sahih, yang dianut oleh golongan
ahlu sunnah wal-jama’ah, ada pula aqidah dhalalah (sesat) dengan berbagai perbedaannya-aqidah ini dianut oleh
ahlu firqah-, dan ada pula aqidah kafiriah yang dianut oleh kaum kuffar dengan berbagai millahnya. (Wallahu
a’lam)3

7. Ruang Lingkup Aqidah Islam


a. Ilahiah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah (Tuhan), seperti wujud Allah,
nama-nama dan sifat-sifat Allah, perbuatan-perbuatan (af’al) Allah, dan lain-lain.
b. Nubuwwah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu mukjizat, dan sebagainya yang berhubungan dengan nabi
dan rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, dan sebagainya.
c. Ruhaniah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik, seperti
malaikat, jin, iblis, setan, dan ruh.
d. Sam’iyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bias diketahui melalui sami, yakni dalil naqli
berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur dan sebagainya.
e. Disamping sistematika diatas, pembahasan aqidah bias juga mengikuti sistematika arkanul iman (rukun iman),
yaitu : Iman Kepada Allah, Malaikat, Kitab-Kitab Suci, Nabi dan Rasul, Hari Akhir, serta Qada’ dan Qadr.

8. Pentingnya Aqidah

َ‫ت ِر ْزقا ً لَّ ُك ْم فَالَ ت َجْ َعلُواْ ِ هلِلِ أَندَادا ً َوأَنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون‬
ِ ‫س َماءِ َما ًء فَأ َ ْخ َر َج ِب ِه مِ نَ الث َّ َم َرا‬
َّ ‫( ال‬22-21 : ‫(البقرة‬

“Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian; yaitu yang telah menciptakan
kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa. Dzat yang telah menjadikan bagi kalian
bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap serta yang menurunkan dari langit air [hujan] maka Allah keluarkan
dengan sebab air itu berbagai buah-buahan sebagai rizki untuk kalian. Oleh sebab itu janganlah kalian menjadikan
bagi Allah tandingantandingan, sementara kalian mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 21-22)

Syaikh Abdul Muhsin al-'Abbad hafizhahullah menerangkan, bahwa kedua ayat ini mengandung perintah pertama
yang Allah perintahkan di dalam mus-haf alQur'an; yaitu perintah untuk beribadah kepada Allah -yang ini merupakan
perintah paling agung- dan di dalam ayat itu juga terdapat larangan pertama yang Allah sebutkan di dalam mus-haf;
yaitu larangan berbuat syirik kepada Allah dan menjadikan tandingan bagi-Nya -yang ini merupakan larangan
terbesar-. Di dalam kedua ayat ini juga terkandung pengharusan kepada manusia untuk bertauhid uluhiyah; yaitu
beribadah kepada Allah dan meninggalkan segala sesembahan selainNya (lihat dalam Min Kunuz al-Qur'an alKarim,
di dalam Kutub wa Rasa'il Abdil Muhsin, 1/163).

Dalam kalimat 'sembahlah Rabb kalian' dan 'janganlah kalian menjadikan bagi Allah tandingan-tandingan'
terkandung makna yang sama dengan kalimat tauhid laa ilaha illallah. Kalimat ‘laa ilaha’ berisi penolakan ibadah
kepada selain Allah, sedangkan kalimat ‘illallah’ berisi penetapan bahwa Allah semata yang wajib disembah. Di dalam
kedua ayat di atas juga terkandung penetapan tauhid rububiyah; yaitu keyakinan bahwa Allah adalah pencipta
manusia, yang menciptakan langit dan bumi serta menurunkan air hujan lalu menumbuhkan tanam-tanaman dan
buahbuahan sebagai rizki untuk mereka. Di dalamnya terkandung pelajaran yaitu wajibnya mengesakan Allah dalam
ibadah sebagaimana mereka telah mengakui Allah maha esa dalam hal mencipta dan mengatur alam semesta. Inilah
yang biasa dikenal dengan istilah 'tauhid rububiyah menjadi dalil atas tauhid uluhiyah'. Sebagaimana tidak ada
pencipta selain Allah, maka demikian pula tidak ada yang boleh diibadahi dan disembah kecuali Allah semata. Metode
semacam ini sering dijumpai di dalam al-Qur'an. 4

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah shallallahu shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Iman
terdiri dari tujuh puluh sekian atau enam puluh sekian cabang. Yang paling utama adalah ucapan laa ilaha illallah
dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah salah satu cabang keimanan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

3 diambil dari: Khud Aqidataka, Penulis: Muhammad bin Jamil Zainu, Edisi Indonesia: Koreksi Aqidahmu, Penerjemah: Abu Hamdan, Penerbit:
Pustaka Istiqomah, Surakarta, Cetakan I, Rajab 1415 H/ Januari 1995, Halaman: 18-22
4
Diambil dari Buku Saku Aqidah Islam, penulis : Ari Wahyudi. Pada bab 1 Perintah Pertama, hal. 5-7
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan bahwa bagian iman
yang paling utapatung sebelum beliau memerintahkan manusia untuk menunaikan sholat, zakat, puasa, haji, dan
jihad, serta supaya mereka meninggalkan hal-hal yang diharamkan semacam riba, zina, khamr, dan judi.” (lihat al-
Irsyad ila Shahih al-I'tiqad, hal. 20-21) 15 ma adalah tauhid yang hukumnya wajib 'ain atas setiap orang, dan itulah
perkara yang tidaklah dianggap sah/benar cabangcabang iman yang lain kecuali setelah sahnya hal ini (tauhid).” 5

Semata-mata tegaknya sebuah daulah/pemerintahan Islam tidak bisa memperbaiki aqidah umat manusia. Realita
adalah sebaik-baik bukti atasnya. Di sana ada sebagian negara pada masa kini yang membanggakan diri tegak sebagai
negara Islam. Akan tetapi ternyata aqidah para penduduk negeri tersebut adalah aqidah pemujaan berhala yang sarat
dengan khurafat dan dongeng belaka. Hal itu disebabkan mereka telah menyelisihi petunjuk para nabi dan rasul dalam
berdakwah menuju Allah. 6

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Sesungguhnya ber-hukum dengan syari'at,
penegakan hudud/ hukum hadd, tegaknya daulah islamiyah, menjauhi hal-hal yang diharamkan serta melakukan
kewajiban-kewajiban [syari'at] ini semua adalah hak-hak tauhid dan penyempurna atasnya. Sedangkan ia merupakan
cabang dari tauhid. Bagaimana mungkin lebih memperhatikan cabangnya sementara pokoknya justru diabaikan?”. 7

Syaikh Muhammad Nashiruddin al rahimahullah berkata: Sungguh membuatku kagum ucapan salah seorang
penggerak ishlah/perbaikan pada masa kini. Beliau mengatakan: “Tegakkanlah daulah/pemerintahan Islam di dalam
hati kalian, niscaya ia akan tegak di atas bumi kalian.” 8

Betapa pun beraneka ragam umat manusia dan berbeda-beda problematika mereka, sesungguhnya dakwah kepada
tauhid adalah yang pokok. Sama saja apakah masalah yang menimpa mereka dalam hal perekonomian sebagiamana
yang dialami penduduk Madyan -kaum Nabi Syu'aib 'alaihis salam- atau masalah mereka dalam hal akhlak
sebagaimana yang menimpa kaum Nabi Luth 'alaihis salam. Bahkan, meskipun masalah yang mereka hadapi adalah
dalam hal perpolitikan! Sebab realitanya umat para nabi terdahulu itu -pada umumnya- tidak diterapkan pada mereka
hukum-hukum Allah oleh para penguasa mereka... Tauhid tetap menjadi prioritas paling utama!.9

Syaikh Khalid bin Abdurrahman asySyayi' hafizhahullah berkata, “Perkara yang pertama kali diperintahkan
kepada [Nabi] al-Mushthofa shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu untuk memberikan peringatan dari syirik. Padahal,
kaum musyrikin kala itu juga berlumuran dengan perbuatan zina, meminum khamr, kezaliman dan berbagai bentuk
pelanggaran. Meskipun demikian, beliau memulai dakwahnya dengan ajakan kepada tauhid dan peringatan dari syirik.
Beliau terus melakukan hal itu selama 13 tahun. Sampai-sampai sholat yang sedemikian agung pun tidak diwajibkan
kecuali setelah 10 tahun beliau diutus. Hal ini menjelaskan tentang urgensi tauhid dan kewajiban memberikan
perhatian besar terhadapnya. Ia merupakan perkara terpenting dan paling utama yang diperhatikan oleh seluruh nabi
dan rasul...”10

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada
pamannya -Abu Thalib- menjelang kematiannya, “Ucapkanlah laa ilaha illallah; yang dengan kalimat itu aku akan
bersaksi untuk menyelamatkanmu pada hari kiamat.” Akan tetapi pamannya itu enggan. Maka Allah menurunkan
ayat (yang artinya), “Sesungguhnya engkau tidak bisa memberikan petunjuk (hidayah taufik) kepada orang yang
kamu cintai, dst.” (QS. AlQashash: 56) (HR. Muslim)

Imam an-Nawawi rahimahullah membuat judul bab: Dalil yang menunjukkan bahwa barangsiapa yang mati di
atas tauhid maka dia pasti masuk surga. Kemudian beliau membawakan riwayat yang dimaksud.11

5 Lihat Syarh Muslim [2/88]


6 Lihat asy-Syirk fil Qadim wal Hadits [1/80] oleh Abu Bakr Muhammad Zakariya. Cet. Maktabah ar-Ruyd, 1422
7 Lihat dalam kata pengantar beliau terhadap kitab Mnhaj Al-Anbiya’ fi ad-Dakwah ila Allah, fiihil Hikmah wal ‘Aql oleh syaikh Dr. Rabi’ bin Hadi

al-Madhkhali hafizhahullah hal.11 maktabah al-Ghuroba’ al-Atsariyah, cet. Ke-2 tahun 1414 H
8 Lihat Ma’alim al-Manhaj as-Salafi fi at-Taghyir, hal. 24 karya syaikh Salim Al-Hilali
9 Lihat Sittu Duror min Ushuli Ahli al-Atsar oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani Hafidzahullah, hal. 18-19
10 Lihat ta’liq beliau dalam Mukhtashar Sirati An-Nabi wa Sirati Ash-Habihi al-‘Asyarati karya Imam Abdul Ghani al-Maqdisi, hal.59-60
11
Lihat syarh Muslim [2/63]
Dari 'Utsman bin 'Affan radhiyallahu'- anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang
meninggal dalam keadaan mengetahui bahwasanya tidak ada ilah [yang benar] selain Allah maka dia masuk
surga.”(HR. Muslim)

Dari 'Itban bin Malik radhiyallahu- 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah
mengharamkan api neraka kepada orang yang mengu -capkan laa ilaha illallah dengan ikhlas karena ingin mencari
wajah Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Syahadat dengan lisan saja tidak cukup.
Buktinya adalah kaum munafik juga memper-sak-sikan keesaan Allah 'azza wa jalla. Akan tetapi mereka hanya
bersaksi dengan lisan mereka. Mereka mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka yakini di dalam hati mereka.
Oleh sebab itu ucapan itu tidak bermanfaat bagi mereka...”12

Dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu- 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya hak
Allah atas hamba adalah mereka harus menyembahNya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Adapun hak hamba yang pasti diberikan Allah 'azza wa jalla adalah Dia tidak akan menyiksa [kekal di neraka, pent]
orang yang tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Dzar radhiyallahu'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Telah datang Jibril 'alaihis salam
kepadaku dan dia memberikan kabar gembira kepadaku; bahwa barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dalam
keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka dia pasti masuk surga.” Lalu aku berkata,
“Meskipun dia pernah berzina dan mencuri?”. Dia menjawab, “Meskipun dia berzina dan mencuri.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “...Apabila dia -orang yang bertauhid- itu adalah seorang pelaku dosa
besar yang meninggal dalam keadaan terus-menerus bergelimang dengannya (belum bertaubat dari dosa besarnya)
maka dia berada di bawah kehendak Allah (terserah Allah mau menghukum atau memaafkannya). Apabila dia
dimaafkan maka dia bisa masuk surga secara langsung sejak awal. Kalau tidak, maka dia akan disiksa terlebih dulu
lalu dikeluarkan dari neraka dan dikekalkan di dalam surga...”

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Adapun sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam 'meskipun dia berzina
dan mencuri', maka ini adalah hujjah/dalil bagi madzhab Ahlus Sunnah yang menyatakan bahwa para pelaku dosa
besar -dari kalangan umat Islam, pent- tidak boleh dipastikan masuk ke dalam neraka, dan apabila ternyata mereka
diputuskan masuk (dihukum) ke dalamnya maka mereka [pada akhirnya] akan dikeluarkan dan akhir keadaan mereka
adalah kekal di dalam surga...”13

Dari 'Aisyah radhiyallahu'anha, beliau ber-kata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, Ibnu Jud'an adalah orang yang
di masa Jahiliyah suka menyambung tali kekerabatan dan memberi makan orang miskin, apakah hal itu bermanfaat
untuknya?”. Maka beliau menjawab, “Tidak bermanfaat baginya. Karena sesungguhnya dia tak pernah suatu hari pun
memohon, 'Wahai Rabbku ampunilah dosaku di hari pembalasan nanti.'.” (HR. Muslim) 14

9. Prinsip-Prinsip Aqidah Shohih


a. Iman Kepada Allah, Di antara pengertian iman kepada Allah, adalah iman atau yakin bahwa Allah adalah Ilah
(sembahan) yang benar. Allah berhak disembah tanpa menyembah kepada yang lain, karena Dialah pencipta
hambahamba-Nya, Dialah yang memberi rezeki kepada manusia, yang mengetahui segala perkara yang
dilakukan manusia, baik yang dilakukan secara terangterangan atau sembunyi-sembunyi.15

12
Lihat syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, hal.23 cet. Dar Tsurayya
13 Lihat syarh muslim [2/168]
14 Diambil dari buku saku aqiah tauhid, hal 14-23
15 Diambil dari buku Aqidah Shohihah vs Aqidah Bathilah (judul asli : Al Aqidah Ash Shohihah wa maa yudhooduhaa) karangan syeikh Abdul Aziz

bin Abdullah bin Baaz hal.13


b. Iman Kepada Para Malaikat, Iman kepada para malaikat mengandung makna keyakinan bahwa Allah mempunyai
malaikat-malaikat yang diciptakan untuk mentaati perintah-perintahNya. Para malaikat itu disifati sebagai hamba-
hamba yang dimulyakan yang senantiasa melaksanakan perintah.16
c. Iman Kepada Kitah-Kitab, Secara umum, seorang muslim hams meyakini bahwa Allah telah menurunkan kitab-
kitab kepada para nabi dan rasul-Nya dengan tujuan untuk menjelaskan kebenaran. 17
d. Iman Kepada Rasul, Secara umum, setiap muslim harus beriman bahwa Allah SWT telah mengutus kepada
hamba-hambaNya beberapa rasul dari jenis mereka sendiri, untuk menyampaikan kabar gembira dan pemberi
peringatan. Mereka itulah para da'i kebenaran yang hakiki. Maka barangsiapa yang menyambut ajakannya, dia
akan berhasil mencapai puncak kebahagiaan. Dan barangsiapa yang menentang seruan mereka, ia akan terjerumus
dalam kesengsaraan dan penyesalan.18
e. Iman Kepada Hari Akhir, Iman kepada hari akhir mencakup keimanam terhadap segala apa yang diberitakan
Allah dan rasulNya yang berkaitan dengan hari akhir, misalnya berita tentang apa yang akan terjadi setelah
datangnya kematian, seperti mengenai fitnah kubur, adzab atau nikmatnya. Iman kepada hari akhir juga meliputi
keyakinan kepada berita-berita mengenai apa yang terjadi setelah hari kiamat, misalnya mengenai ash shirat al
mustaqim, mizan, hisab, pembalasan, dan pemberian catatan amal perbuatan manusia semasa hidup di dunia yang
diterima manusia dengan tangan kanan, tangan kiri, atau dari balik punggung. Keimanan pada hari akhir juga
meliputi keyakinan terhadap adanya telaga untuk Rasulullah ( ~), keyakinan bahwa orang mukmin akan melihat
Allah secara langsung dan bercakap-cakap dengan-Nya, keyakinan tentang surga dan neraka, serta hal-hal lain
sepanjang telah dijelaskan dalam Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah ( ~) Kita wajib meyakini dan membenarkan
dengan sepenuh hati semua berita itu. 19
f. Iman Kepada Qadar (Takdir), Iman kepada qadar meliputi empat perkara:
1. Keyakinan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang telah dan akan terjadi. Allah
mengetahui segala keadaan hambahamba-Nya. Allah mengetahui rezeki, ajal, dan amal perbuatan mereka. Segala
urusan dan gerak mereka tidak pernah luput dari pengawasan-Nya. Allah berfirman:
" ... Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al Ankabut 62)
Firman Allah, yang artinya:
"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit, dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar
kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-
benar meliputi segala sesuatu." (Ath Thalaq 12)
2. Keyakinan akan adanya catatan Allah tentang apa yang telah ditaqdirkan dan telah diputuskan-Nya. Allah
berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dan tubuh-tubuh mereka dan pada sisi
Kami pun ada kitab yang memelihara (mencatat)." (Oaat 4)
Firman Allah, yang artinya:
" ... Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (Yaasin 12)
"Apakah kamu tidak tahu bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi.
Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu
amat mudah bagi Allah." (Al Hajj 70)
3. Keyakinan bahwa kehendak-Nya tidak dapat diganggu gugat. Jika Allah berkehendak,. maka jadilah. Dan jika
Allah tidak berkehendak maka tak akan terjadi. Allah berfirman, yang artinya:
" .. .Sesungguhnya Allah berbuat atas segala yang Dia kehendaki." (Al Hajj 18)
"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: 'Jadilah.' Maka
jadilah dia." (Yaasin 82)
Firman Allah, yang artinya:

16 Diambil dari buku Aqidah Shohihah vs Aqidah Bathilah (judul asli : Al Aqidah Ash Shohihah wa maa yudhooduhaa) karangan syeikh Abdul Aziz
bin Abdullah bin Baaz hal.24
17 Diambil dari buku Aqidah Shohihah vs Aqidah Bathilah (judul asli : Al Aqidah Ash Shohihah wa maa yudhooduhaa) karangan syeikh Abdul Aziz

bin Abdullah bin Baaz hal.26


18 Diambil dari buku Aqidah Shohihah vs Aqidah Bathilah (judul asli : Al Aqidah Ash Shohihah wa maa yudhooduhaa) karangan syeikh Abdul Aziz

bin Abdullah bin Baaz hal.28


19 Diambil dari buku Aqidah Shohihah vs Aqidah Bathilah (judul asli : Al Aqidah Ash Shohihah wa maa yudhooduhaa) karangan syeikh Abdul Aziz

bin Abdullah bin Baaz hal. 30


"Dan tidaklah kamu berkehendak kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui dan Mahabijaksana." (Al lnsan 30)
4. Keyakinan bahwa Allah adalah pencipta seturuh yang ada; tidak ada pencipta selain Dia, dan tidak ada Rabb
selain Dia. Allah berfirman:
"Allah adalah pencipta segala sesuatu dan Dia atas segala sesuatu itu sebagai Pemelihara." (AzZumar 62)
"Wahai manusia, ingatlah terhadap nikmat Allah yang telah diberikan kepada kamu sekalian; lalu adakah
pencipta selain Allah yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Ilah selain Dia,
lalu mengapakah kamu berpaling ( dari ketauhidan)?" (Faathir 3)20

10. Pengaruh Aqidah Terhadap Perbuatan


 Suatu amal akan mardud jika tidak berdasarkan akidah yang benar (QS. 14:18, QS. 24:39, QS.5:27)
 Akidah yang batil akan menyebabkan semua amal perbuatan yang pernah diperbuat menjadi hangus. QS. 5:5,
QS. 6:88, QS 3:21
 Hubungan aqidah dan amal adalah bagaikan hubungan antara pohon dan buah. Oleh karenanya dalam banyak
ayat Al Qur’an, amal perbuatan selalu dikaitkan dengan keimanan. (QS. 2:25, QS. 16:97, QS. 19: 96)

11. Hal-hal yang membatalkan Keislaman (Penyimpangan Aqidah)

Sesungguhnya Allah SWT mewajibkan kepada seluruh hamba-Nya untuk masuk ke dalam Dinul Islam dan
berpegang teguh dengannya, serta mewaspadai segala sesuatu yang akan menyimpangkan mereka dari din yang suci
ini. Dia mengutus nabi-Nya, Muhammad. dengan amanat da'wah yang suci dan mulia. Allah juga telah mengingatkan
hamba-Nya, bahwa barangsiapa yang mengikuti seruan para rasul itu, maka dia telah mendapatkan hidayah; dan siapa
yang berpaling dari seruannya, maka ia telah tersesat. Di dalam Kitabullah, Dia mengingatkan manusia tentang
perkara-perkara yang menjadi sebab "riddah" (murtad dari Dinul Islam) dan perkara-perkara yang termasuk
kemusyrikan dan kekafiran. Beberapa ulama rahimahumullah selanjutnya menyebutkan peringatan-peringatan Allah
itu dalam kitab-kitab mereka. Mereka mengingatkan bahwa sesungguhnya seorang muslim dapat dianggap murtad
dari Dinul Islam disebabkan beberapa hal yang bertentangan, sehingga menjadi halal darah dan hartanya. Di antara
sekian banyak hal yang dapat membatalkan keislaman seseorang, Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahab,
serta beberapa ulama lainnya menyebutkan sepuluh hal yang bertentangan yang paling berbahaya dan paling banyak
dilakukan oleh ummat Islam. Dengan mengharap keselamatan dan kesejahteraan dari-Nya, kami paparkan dengan
ringkas sebagai berikut:

1. Mengadakan persekutuan dalam beribadah kepada Allah. Dalam kaitan ini, Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa orang yang menyekutukan-Nya dan mengampuni selain dosa
syirik bagi siapa yang dikehendaki. ... " (An Nlsa 116)
"Sesungguhnya siapa saja yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya adalah neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang
penolong pun." {Al Maldah 72)
Termasuk dalam hal ini, permohonan pertolongan dan permohonan doa kepada orang mati serta
bernadzar dan menyembelih qurban untuk mereka.
2. Menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai perantara doa, permohonan syafaat, serta sikap tawakkal mereka
kepada Allah.
3. Menolak untuk mengkafirkan orang-orang musyrik, atau menyangsikan kekafiran mereka, bahkan membenarkan
madzhab mereka.
4. Berkeyakinan bahwa petunjuk selain yang datang dari Nabi Muhammad lebih sempurna dan lebih baik.
Menganggap suatu hukum atau undangundang lainnya lebih baik dibandingkan syariat Rasulullah, serta lebih
mengutamakan hukum thaghut dibandingkan ketetapan Rasulullah.
5. Membenci sesuatu yang datangnya dari Rasulullah, meskipun diamalkannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
"Demikian itu karena sesungguhnya mereka bend terhadap apa yang diturunkan Allah, maka Allah
menghapuskan (pahala) amal-amal mereka." (Muhammad 9)

20Diambil dari buku Aqidah Shohihah vs Aqidah Bathilah (judul asli : Al Aqidah Ash Shohihah wa maa yudhooduhaa) karangan syeikh Abdul Aziz
bin Abdullah bin Baaz hal. 30-33
6. Mengolok-olok sebagian dari Din yang dibawa Rasulullah, misalnya tentang pahala atau balasan yang akan
diterima. Allah berfirman:
" ... Katakanlah, apakah dengan Allah, ayat-ayatNya, dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah
kamu min ta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman ... " (At Taubah 65-66)
7. Masalah sihir. Di antara bentuk sihir adalah "ash shorf" (pengalihan), yaitu mengubah perasaan orang dari senang
menjadi tidak senang dengan sihir. Contoh-nya, mengubah perasaan seorang laki-laki menjadi benci kepada
istrinya. Sedangkan "al 'athaf" adalah sebaliknya, menjadikan orang senang terhadap apa yang sebelumnya dia
benci dengan bantuan syaitan. Orang yang melakukan kegiatan sihir hukumnya kafir. Sebagai dalilnya adalah
firman Allah, yang artinya: " ... Dan keduanya tidak mengajarkan sihir kepada seseorang pun sebelum
mengatakan, 'Sesunguhnya kami hanya cobaan bagimu, karena itu janganlah kamu kafir' .... " (Al Baqarah 102)
8. Mengutamakan orang kafir serta memberikan pertolongan dan bantuan kepada orang musyrik lebih dari pada
pertolongan dan bantuan yang diberikan kepada kaum muslimin. Allah berfirman, yang artinya:
“... Barangsiapa di an tar a kamu, mengambil mereka orang-orang musyrik menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka,. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang dzalim." (Al Maidah 51)
9. Beranggapan bahwa manusia bisa leluasa keluar dari syariat Muhammad saw. Dalam kaitan ini Allah berfirman:
"Barangsiapa yang mencari agama selain Dinul Islam, maka dia tidak diterima amal perbuatannya, sedang
dia di akhirat nanti termasuk orangorang yang merugi." (All lmran 85)
10. Berpaling dari Dinullah, baik karena dia tidak mau mempelajarinya atau karena tidak mau mengamalkannya. Hal
ini berdasarkan firman Allah:
"Dan siapakah yang lebih dzalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya,
kemudian ia berpaling dari padanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-
orang yang berdosa." (As Sajadah 22)

Itulah sepuluh aqidah yang perlu diwaspadai oleh setiap muslim, agar ia, tidak terjerumus untuk melakukan
salah satu di antara kesepuluh sebab yang dapat mengeluarkannya dari Dinul Islam. Begitu seseorang meyakini bahwa
undang-undang yang dibuat manusia lebih utama dan lebih baik dibandingkan syariat Islam, maka ia telah kafir.
Demikian juga jika ia menganggap bahwa ketentuan-ketentuan Islam sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan pada
zaman mutakhir ini, atau bahkan beranggapan bahwa aturan Islam adalah penyebab kemunduran dan keterbelakangan
ummat Islam. Seseorang juga tergolong kafir bila beranggapan bahwa Dinul Islam hanya menyangkut hubungan ritual
antara hamba dan Rabbnya, tetapi tidak ada kaitannya dengan masalah-masalah duniawi. Demikian juga jika
seseorang memandang bahwa pelaksanaan syariat Islam, misalnya hukum potong tangan bagi pencuri, hukum rajam
bagi pezina muhshon (pezina yang sudah kawin) tidak sesuai dengan peradaban modem. Begitu pula halnya dengan
seseorang yang beranggapan bahwa seseorang boleh tidak berhukum dengan syariat Allah dalam hal muamalat
(kemasyarakatan), hudud, serta dalam hukum-hukum lainnya. Ia telah jatuh kepada kekafiran, meskipun ia belum
sampai pada keyakinan bahwa hukum yang dianutnya lebih utama dari hukum Islam, karena boleh jadi ia telah
menghalalkan apa yang diharamkan Allah, dengan dalih keterpaksaan, seperti berzina (karena alasan mencari nafkah),
minum khamr, riba, dan berhukum dengan hukum rekaan manusia.

Marilah kita berlindung kepada Allah dari hal-hal yang menyebabkan kemurkaan-Nya dan dari adzabNya
yang pedih. Shalawat dan salam mudah-mudahan dilimpahkan kepada sebaik-baiknya makhluk-Nya, Muhammad
Rasulullah, juga kepada keluarga dan para sahabatnya.

12. Nama-Nama Rasul Ulul Azmi

Sebab diberi gelaran Ulul Azmi :

a. Mendapat pengiktirafan Allah s.w.t.


b. Memiliki kesabaran yang tinggi semasa berdakwah
c. Sentiasa memohon kepada Allah s.w.t. supaya kaum mereka tidak diturunkan azab
d. Sentiasa berdoa kepada Allah s.w.t. supaya memberi hidayah kepada kaum mereka
e. Memiliki keazaman yang tinggi semasa berdakwah
1. Nabi Muhammad saw

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib dari keturunan Ismail bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun
571M-632M dan diangkat menjadi nabi pada tahun 610M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada seluruh manusia dan
alam semesta. Tinggal di Mekkah dan Madinah. Wafat di Madinah. Meninggalkan 7 orang anak. Rasulallah saw
namanya disebutkan hanya 5 kali di dalam Al-Quran.

Beliau mendapat julukan ulul ’azmi karena sejak kecil sampai dewasa, Rasulallah saw selalu mengalami masa-
masa sulit. Pada usia 6 tahun dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa ia harus membantu meringankan beban
paman yang merawatnya sejak kecil. Tantangan terberat yang dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang
rasul. Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, pamannya sendiri. Rasulallah saw juga
harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah dikarenakan dakwahnya. Dan masih
banyak lagi kesabaran dan masa masa sulit yang dihadapi beliau dari mulai lahir sampai beliau wafat.

2. Nabi Ibrahim as

Nabi Ibrahim bin Azar bin Nahur dari keturunan Sam bin Nuh. Beliau diperkirakan hidup tahun 1997–1822 SM
dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1900 SM. Beliau tinggal di Iraq. Beliau wafat di Al-Khalil, Hebron, Palestina.
Nama beliau disebutkan sebanyak 69 kali dalam Al-Quran.

Nabi Ibrahim adalah nabi yang mendapat gelar ulil ’azmi karena kesabarannya yang tinggi. Dari mulai bayi nabi
Ibrahim sudah diasingkan ke dalam gua disebabkan karena perintah Raja Namrudz untuk membunuh setiap bayi laki-
laki yang baru lahir. Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk
kedua orang tuanya yang pembuat berhala. Bahkan ia harus menerima siksaan yang pedih, yaitu dibakar hidup-hidup
dan diusir dari kampung halamannya. Sudah hampir seratus tahun usia dan pernikahannya dengan Sarah, ia belum
dikaruniai anak hingga istrinya meminta ia menikahi seorang budak berkulit hitam bernama Hajar untuk dijadikan
istri. Akhirnya Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Allah memerintahkan Ibrahim untuk
melepas istri dan anaknya yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di Makkah. Karena kesabaran
dan kepatuhannya, perintah itu dilaksanakan. Namun, perintah lebih berat diterima Ibrahim, yaitu harus
mengorbankan Ismail yang baru meningkat remaja. Hal ini pun beliau laksanakan, tapi Allah akhirnya
menggantikannya dengan seekor domba. selain itu ujian nabi Ibrahim as yang lain adalah membangun Ka’bah, dan
menghadapi Raja Namrudz yang zalim.

3. Nabi Musa as

Musa bin Imran dri keturunan Ya’qub bin Ishak. Diperkirakan hidup pada tahun 1527–1408 SM dan diangkat
menjadi nabi pada tahun 1450 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Firaun Mesir dan Bani Israil di Mesir. Beliau
wafat di Tanah Tih. Punya 2 anak.

Nabi Musa as adalah nabi yang paling banyak namanya disebutkan dalam al-Qur’an yaitu sebanyak 136 kali.
Beliau termasuk nabi yang mendapat gelar ulul ’azmi karena kesabarannya yang tinggi dalam menghadapi dan
berda’wah kepada Firaun. Selain itu, dia juga nabi yang sabar dalam memimpin kaumnya yang selalu membangkang.
Ketika Musa as akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan
menyembah berhala emas anak sapi. Harun as yang ditugasi mengganti tugas Musa as, tidak sanggup untuk
menghalangi niat mereka, bahkan ia diancam hendak dibunuh. Dengan kesabaran nabi Musa yang hebat tapi beliau
pernah tidak bersabar ketika berguru kepada nabi Khidir as .

4. Nabi Isa as

Isa bin Maryam binti Imran dari keturunan Sulaiman bin Daud. Diperkirakan hidup pada tahun 1SM-32M dan
diangkat menjadi nabi pada tahun 29M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestin. Beliau juga tidak
wafat melainkan diangkat ke sisi Allah. Nabi Isa as Disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al-Quran.

Beliau adalah nabi yang mendapat julukan ulul ’azmi karena banyak memiliki kesabaran dan keteguhan dalam
menyampaikan ajaran Allah. Terutama, ketika nabi Isa as sabar menerima cobaan sebagai seorang yang miskin,
pengkhianatan muridnya, menghadapi fitnah, hendak diusir dan dibunuh oleh kaum Bani Israil. Kehidupan nabi Isa
as menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah.

5. Nabi Nuh as

Nuh bin Lamik bin Mutuisyalkh dari keturunan Idris, lalu keturunan Nabi Syits bin Adam. Diperkirakan hidup
pada tahun 3993–3043 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 3650 SM. Diperkirakan beliau tinggal di wilayah
yang kini disebut sebagai Iraq. Para ahli sejarah banyak menyebutkan bahwa beliau wafat di Mekkah, dan memiliki 4
anak laki-laki. Nama Nuh disebutkan sebanyak 43 kali dalam Al-Qu’ran.

Nabi Nuh as mendapat julukan ulul ’azmi karena kesabarannya yang tinggi. Nuh as adalah rasul pertama yang
diutus Allah untuk meluruskan akidah dan akhlak umat yang telah menyimpang jauh dari ajaran yang benar. Nabi
Nuh as digelari sebagai ulul ’azmi karena kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. Nabi
Nuh tanpa menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali ke jalan
yang lurus. Usianya hampir 1000 tahun dan jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri
dan anaknya yang bernama Kan’an tidak mempercayai ajaran yang dibawanya dan menjadi musuhnya. Atas kehendak
Allah umat nabi Nuh as yang membangkang ditenggelamkan dengan tsunami yang dahsyat dan semuanya mati,
kecuali nabi Nuh as dan pengikutnya yang beriman.

13. Nama-Nama Malaikat

Malaikat Jibril

Malaikat Jibril adalah malaikat yang ditugaskan untuk menyampaikan wahyu kepada Rasul-rasul Allah dan
juga ditugaskan untuk meniupkan ruh pada setiap janin pada saat didalam kandungan Ibu.

“Dan tidaklah kami (jibril) turun, kecuali denga perintah Tuhanmu, Kepunyaan-Nya lah apa-apa yang ada
dihadapan kita, apa-apa yang dibelakng kuta, dan apa-apa yang ada di antara keduany adan tidaklah Tuhanmu
lupa”(QS Mawyam:64)

“(Dialah) yang Maha tinggi derajat- Nya, yang mempunyai Arsy, yang emngutus Jibril dengan (membawa)
perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba Nya supaya dia memperingatkan
(manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat).” (QS al Mukmin: 15)

Dan yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah setelah sudah tidak ada nabi dan rasul, lalu apa
pekerjaannya sekarang?

Sebagian ulama berpendapat bahwa sekarang ini Malaikat Jibril bertugas untuk membagi ilmu. Ini
sebagaimana wahyu yang merupakan bagian dari ilmu.

Malaikat Mikail

Malaikat Mikail adalah malaikat yang ditugaskan yang ditugaskan memberikan rizki kepada makhluk yang
ada didunia, serta malaikat Mikail juga yang bertugas mengatur hujan, angin, serta tanaman.

Malaikat Israfil

Malaikat Israfil adalah malaikat yang ditugaskan untuk meniup sangkakala pada hari kiamat kelak.

Malaikat ini bertugas untuk meniupkan terompet yang isinya adalah ruh atau nyawa seluruh makhluk yang
sudah dicabut mulai dari Nabi Adam sampai besok hari kiamat.

Setelah semuanya meninggal, maka Allah menghidupkan kembali Malaikat Isrofil kemudian menyuruhnya
untuk meniup terompet agar semua ruh itu kembali ke jasadnya masing-masing sehingga mereka akan hidup kembali.
Inilah yang dinamakan hari kebangkitan.
Malaikat Izrail

Malaikat Izrail adalah malaikat yang ditugaskan untuk mencabut nyawa seluruh makhluk hidup.

Menyangkut malaikat ini ada sebuah pertanyaan yang menarik. Apakah malaikat pencabut nyawa ini akan
mati? Kalau mati bagaimana matinya? Sebab di hari akhir nanti, semua makhluk yang bernyawa tidak akan terlepas
dari malaikat Izrail.

Dalam beberapa literatur yang ada, di hari kiamat nanti Izrail akan melapor kepada Allah bahwa semua
makhluk sudah dicabut nyawanya. Tetapi Allah mengatakan kepadanya masih ada yang tersisa.

Lalu Izrail mengelilingi alam semesta lagi untuk memastikan di mana makhluk itu. Tetapi sampai diujungnya
tidak ketemu, kemudian ia menghadap kepada Allah untuk melaporkan bahwa tidak ada yang tersisa.

Tetapi Allah mengatakan hal yang sama. Hal ini terulang sampai 3 kali. Sehingga pada akhirnya Allah
memberitahukan bahwa makhluk yang dimaksud itu adalah dirinya sendiri. Sehingga secara langsung ia mencabut
nyawanya sendiri.

Malaikat Munkar

Malaikat Munkar – Salah satu nama-nama malaikat dan tugasnya yang harus diketahui umat Islam adalah
malaikat munkar yang bertugas menanyai orang yang sudah dikubur. Malaikat ini hanya mendatangi orang yang
semasa hidupnya selalu berbuat keburukan.

Malaikat ini datang dengan perawakan yang sangat menyeramkan sambil membawa godam. Jika orang yang
ditanyai tidak mampu menjawab maka ia akan dipukul dengan godam hingga hancur lebur, kemudian dibangkitkan
kembali untuk ditanyai lagi. Begitupun seterusnya sampai tiba hari kebangkitan.

Malaikat Nakir

Malaikat Nakir tugasnya sama dengan Malaikat Munkar, yaitu menanyai perkara manusia dialam kubur
semasa hidupnya.

Bedanya, malaikat ini hanya mendatangi orang-orang yang semasa hidupnya berbuat kebaikan dengan
perawakan yang sangat indah untuk dilihat.

Jadi bisa dikatakan bahwa orang yang didatangi Malaikat Munkar akan dimasukkan ke dalam neraka
sedangkan yang didatangi Nakir akan dimasukkan ke dalam surga.

Malaikat Raqib

Malaikat Raqib adalah Malaikat yang ditugaskan untuk mencatat amalan baik manusia semasa di dunia.

Malaikat Atid

Malaikat Atid adalah malaikat yang ditugaskan untuk mencatat amalan buruk manusia semasa di dunia.

“Tiada satu ucapan pun pang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
hadir.” (QS Qaf: 18).

Kedua malaikat ini (Raqib dan Atid) mencatat seluruh amal mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi.

Malaikat Malik

Malaikat Malik adalah Malaikat yang ditugaskan menjaga pintu Neraka Allah Ta’ala.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan kelmrgamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At
Tahrim: 6).

Malaikat Ridwan

Malaikat Ridwan adalah Malaikat yang ditugaskan menjaga pintu Surga Allah Ta’ala.

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka
disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam
surga-surga itu, mereka mengatakan “Inilah yangpernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-
buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS Al
Baqarah: 25).

14. Manfaat Beriman Allah

Ada dua kebermanfaatan dalam Beriman kepada Allah SWT, dalam kehidupan pribadi dan kehidupan
bermasyarakat.

1. Manfaat Beriman kepada Allah dalam kehidupan Pribadi

Dalam beriman kepada Allah apakah ada manfaat dan sebagainya? Coba Anda renungkan, hal-hal apa yang Anda
inginkan di dunia ini? Uang? Harta? Pasangan hidup? Jabatan? Allah SWT memberikan segalanya.

1.1 Kebahagiaan : Masing-masing orang memiliki standar kebahagiaannya tersendiri. Ada yang menilai kebahagiaan
dari uang, percintaan, Keluarga, prestasi, hingga Sukses Dunia Akhirat. Percayalah kepada Allah. Lakukan yang
terbaik serta berdoa dan Allah akan melakukan sisanya. Jika Anda mengukur kebahagiaan dari materi, Allah
berkuasa untuk memberikan harta yang Anda inginkan. Jika Anda mengukur kebahagiaan dari pasangan hidup,
Allah sudah menjanjikan bahwa manusia hidup berpasang-pasangan, bahwa jodoh ada di tangan Allah dan Anda
hanya perlu berusaha dan berserah diri kepada-Nya.
1.2 Kedamaian : Mempercayai Allah artinya Anda akan Hidup Bahagia dengan damai. Orang yang tidak
mempercayai Allah SWT akan hidup dalam rasa cemas, selalu meragukan keberadaan Allah SWT yang pada
akhirnya membuatnya merasakan hidup yang tidak damai. Dalam kedamaian Anda akan merasakan Jiwa
Tenang dan sehat. Tanpa rasa damai tentunya Anda akan merasakan ketakutan, depresi, dan banyak masalah lain
yang membebani hidup Anda. Cara mengatasi depresi menurut islam adalah dengan berhenti meragukan
keberadaan Allah SWT, dengan begitu Anda akan menemukan kehidupan yang tenang. Sementara menyangkal
keberadaan Allah SWT akan membuat Anda terus hidup dalam keraguan dan tidak ada jawaban yang akan Anda
dapat.
1.3 Keselarasan : Manusia terdiri atas jiwa, tubuh, emosi, nilai-nilai, dan kecerdasan. Dalam Islam, Allah SWT
menjelaskan bahwa manusia perlu menjalani hidupnya dengan keselarasan atas aspek-aspek tersebut. Tanpa
keselarasan akan salah satu dari aspek tersebut, maka manusia akan merasakan penderitaan atas konsekuensinya.
Dan cara untuk mendapatkan keselarasan dalam kehidupan adalah dengan percaya kepada-Nya, karena Dialah
Sang Pencipta dan juga sumber dari keselarasan tersebut. Allah SWT telah menyempurnakan agama Islam,
dengan begitu Anda perlu beriman dan melaksanakan ajaran-Nya untuk mencapai kehidupan dengan keselarasan.
1.4 Pandangan hidup yang jelas : Sebagai seorang muslim yang beriman Anda akan berjalan sesuai dengan Sumber
Pokok Ajaran Islam. Allah SWT sudah memberikan jalan yang tepat bagi Anda melalui ajaran islam. Bagaimana
Anda melihat suatu hal juga sudah dijelaskan oleh Allah SWT. Anda tidak perlu lagi merasakan keraguan dalam
melakukan tindakan karena Allah SWT telah memberikan petunjuk atas apa yang benar dan salah. Bagaimana
jika Anda tidak percaya kepada Allah SWT? Anda akan mengalami kebingungan ketika Anda mengalami suatu
masalah. Anda tidak memiliki pedoman yang menuntun Anda sebagai petunjuk untuk melakukan tindakan.
Sehingga kerap kali orang yang tidak percaya kepada Allah SWT akan bimbang dalam menentukan arah
hidupnya. Manusia yang mempunyai kecerdasan, nafsu, serta ego tentu akan bingung menentukan keinginan
mana yang harus ia penuhi. Namun dengan bimbingan dari Allah SWT, Anda bisa menentukan Tujuan
Hidup Anda tanpa perlu ada rasa bimbang.
1.5 Merasakan aman : Dunia yang penuh dengan kejahatan, dan banyak permasalahan serta cobaan tentunya bukan
hal yang bisa Anda sepelekan. Dengan percaya kepada Allah SWT maka Anda akan merasakan aman karena
Allah SWT selalu ada di sisi Anda. Allah SWT akan selalu melindungi Anda karena Dia mengatur rencana yang
lebih baik daripada yang kita inginkan. Dengan beriman maka Anda tidak akan khawatir dalam menghadapi suatu
permasalahan. Anda yakin bisa melalui berbagai rintangan kehidupan karena Allah SWT selalu ada untuk Anda.

2. Manfaat Beriman kepada Allah dalam kehidupan bermasyarakat

Masyarakat tentunya terdiri atas individu-individu yang hidup bersama dan saling memiliki ketergantungan.
Maka dari itu, manfaat yang diperoleh secara pribadi ketika percaya kepada Allah SWT tentunya juga mempengaruhi
kehidupan bermasyarakat.

2.1 Dengan memiliki hati yang damai Anda akan mengasihi sesama Anda. Jiwa yang bersih dan tenang tentunya akan
membuat Anda merasa nyaman untuk berhubungan dengan masyarakat. Dengan Cara Menenangkan Hati hidup
anda merasa bahagia dan damai. Anda juga akan turut berbahagia jika tetangga atau sanak-saudara Anda
berbahagia, dan akan dengan senang hati membantu jika mereka mengalami musibah.
2.2 Dengan kehidupan yang bahagia Anda akan mengerti betapa pentingnya kebahagiaan dalam kehidupan. Maka
dari itu Anda akan menghargai kebahagiaan orang lain seperti Anda menghargai diri Anda sendiri. Anda akan
menyadari bahwa Anda adalah manusia yang tidak sendirian di dunia ini. Cara Bahagia Menurut Islam adalah
dengan cara mengesampingkan ego Anda dan mulai bertoleransi atas manusia lainnya karena menyadari bahwa
mereka pun memiliki harapan yang sama untuk berbahagia.
2.3 Anda bisa membantu orang-orang yang masih bingung dengan jalan hidup seperti apa yang harus mereka pilih.
Karena Anda sudah memiliki pedoman hidup yang jelas, jika suatu saat ada seseorang yang bingung dalam
menjalani kehidupannya maka Anda bisa menuntunnya menemukan jalan yang tepat.
2.4 Masyarakat yang terbentuk atas orang muslim yang beriman kepada Allah SWT tentunya akan menjadi
masyarakat yang menyadari arti penting dari kerukunan. Masyarakat tersebut tidak akan segan untuk saling tolong
menolong karena mereka berbuat kebaikan atas nama Allah SWT.
2.5 Dengan percaya kepada Allah SWT dan melaksanakan perintah-Nya maka Anda akan mendapatkan lingkungan
kerja maupun sekolah yang nyaman. Anda yang beriman kepada Allah SWT tentunya adalah orang yang pekerja
keras, taat pada agama, serta jujur. Hal itu tentunya akan membuat Anda disenangi oleh orang-orang di sekitar
Anda. Anda juga akan mendapatkan kepercayaan dari mereka. Dan kenyamanan dalam hidup bermasyarakat
adalah hal yang penting karena tentu saja Anda tidak bisa hidup sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Irfan, AH. 2016. Ensiklopedi Aqidah Islam. Pasuruan : Pustaka Al-Bayyinah
Wahyudi, Ari. Buku Saku Aqidah Islam. Bantul : Al Mubarok
Syihabuddin, Agus. 2011. ‘Aqidah yang Lurus. 4
Aziz, Abdul. 1993. Aqidah Shohihah versus Aqidah Bathilah. Rais, AM. Saudi Arabia : Rabithoh
Islami
Al-Hamd, MI. 2009. Keistimewaan Aqidah Islam. Salma, Abu. Indonesia
Nashrullah, Galuh. 2017. Pendidikan Aqidah Dalam Perspektif Hadits. Volume 1
Nawawi, Imam. 2006. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah. Jakarta : Darul Haq
Nawawi, Imam. 2010. Syarh shahih Muslim. Jakarta : Pustaka Azzam
https://ainulbio.wordpress.com/2013/03/03/pengertian-aqidah-dan-ruang-lingkup-serta-prinsip-
prinsipnya/
https://www.academia.edu/31366851/Arti_dan_Ruang_Lingkup_Aqidah
https://islami.co/belajar-aqidah-islamiah/
https://dalamislam.com/dasar-islam/manfaat-beriman-kepada-allah-swt
https://pasberita.com/nama-nama-malaikat-dan-tugasnya/
https://jalanakhirat.wordpress.com/2019/02/26/5-rasul-ulul-azmi/

Mengawali hari ini dikampus biru yang baru


Walau suasana tak sama seperti ditempat lama, tapi aku pikir ini hanya tentang rasa
Rasa bisa kita buat sendiri
Jadi apa salahnya menikmati rasa yang baru dengan suasana yang berbeda

-Sekian-
Quotes pertamaku dalam mengikuti bangku perkuliahan diawal musim

Anda mungkin juga menyukai