Anda di halaman 1dari 14

RISALAH

FILSAFAT MISTIK IBNU ARABI TENTANG


KESATUAN WUJUD
Abdullah Mahmud
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102
Telp. (0271) 717417, 719483 (Hunting) Faks. (0271) 715448,

ABSTRAK

Ibnu Arabi adalah seorang sufi terkemuka dan bahkan terbesar sepan-
jang jaman yang pernah muncul dalam dunia Islam. Pemikiran mistiknya
amat kaya yang dia tuangkan dalam karya-karyanya. Salah satu falsafah
mistik Ibnu Arabi yang memperoleh perhatian besar dan menjadi kajian
secara mendalam oleh para pemerhati adalah tentang “Wahdat al Wujud”,
kesatuan wujud. Tulisan ini mencoba menelusuri kesatuan wujud Ibnu
Arabi dengan tujuan memperoleh diskripsi menyeluruh dan mewadahi.
Tujuan penulisan ini mencoba membaca membahas pemikiran Ibnu Arabi
tentang “Wahdatul Wujud” dengan melakukan penelusuran historis
karya-karyanya dan juga literatur-literatur yang terkait dengannya. Dari
kajian diperoleh gambaran bahwa dalam pandangan mistiknya, Ibnu
Arabi berpendapat bahwa wujud pada hakekatnya adalah satu, yaitu
wujud Tuhan yang hakiki; adapun wujud-wujud fenomenal yang
beraneka ragam di alam semesta adalah wujud-wujud semu, merupakan
tajlliyat (penampakan) dari tuhan dan segenap keterbatasannya.

Kata Kunci : Ibnu Arabi, Kesatuan Wujud

PENDAHULUAN dengan nama singkat Ibnu al-Arabi atau


Muhammad Ibn Ali Muhammad Ibnu Arabi. Dia lahir pada 27 juli 1165
Ibn al-Arabi al-Ta’I al-Hatimi, dikenal M, bertepatan 17 Ramadhan 560 H, di

Filsafat Mistik Ibnu Arabi Tentang Kesatuan Wujud (Abdullah Mahmud) 85


sebuah kota indah Murcia daerah Me- khatib (sekretaris) beberapa gubernur
diteranian Costa Blanca, antara Valencia di sevilla. Di kota ini pula, di usia muda,
dan Almeria, Andalusia (Spanyol) pada dia berkenalan dengan Ibnu Rusyd
masa pemerintahan muslim Dinasti Mu- (Averroes) yang ketika itu menjabat
wahiddin (al-Mohad). Jika dirunut dari sebagai Qadli di kota itu yang tdak lain
leluhurnya, kakek dan ayah Ibnu Arabi adalah teman ayahnya. falsafah Ibnu
pernah menduduki jabatan tinggi dalam Rusyd kelak banyak mempengaruhi fal-
bidang militer dan administrasi, pada ma- safahnya, sungguh pun tidak sama de-
sa pemeritahan Ibnu Mardanish. ngan falsafah mistiknya. (Dewan Redak-
Keluarga Ibnu Arabi mempunyai si, Ensiklopedi Islam, (PT Ichtiar Baru
hubungan erat dengan orang-orang saleh Van Hoeve, Jakarta : 1993, 150). Selain
tertua yang mempunyai garis keturunan sebagai pusat intelektualitas besar, Sevilla
Arab Spanyol kala itu, yakni garis bani juga merupakan pusat tasawuf yang pen-
Ta’i. Ibnu Arabi paling tidak mempunyai ting. Oleh sebab itu, wajar jika Ibnu Ara-
2 (dua) paman yang mengikuti jalan tasa- bi tertarik dengan gaya hidup dan ajaran-
wuf (ascetic). Perkembangan berikut- ajaran kaum sufi dan kelak menghantar-
nya, Ibnu Arabi dikenal sebagai salah kannya menjadi sufi di usia remaja.
satu mahaguru sufi besar atau bahkan Pada sekitar usia tiga puluh tahun
terbesar sepanjang zaman. Menurut (590/1193) Ibnu Arabi berkelana me-
beberapa sumber, dia merupakan “figur ninggalkan Sevilla menuju wilayah Iberia
tertinggi dalam pencapaian spiritual dan Tunisia untuk pengembangan intelek-
manusia” (Stephen Hirtenstein, The tual dan spiritualnya. Di semenanjung An-
Unlimited merciful, the spiritual life dalusia dia menjumpai beberapa tokoh
and thought of Ibnu Arabi (Oxford : sufi terkemuka sambil mulai menulis dan
Anga Publishing, 1999, ix) sehingga mengomentari karya-karya tasawuf. Dan
memperoleh gelar Syeikh Al Akbar (The selama di Tunisia Ibnu Arabi berkunjung
Great Master) dan menemani seorang sufi terkemuka
Pada usia delapan tahun keluarga- Abdul Aziz al Mahdawi untuk konsultasi
nya pindah ke kota Sevilla, tempat Ibnu masalah-masalah spiritual. Pada tahun
Arabi kecil mulai belajar Al Quran, Fiqh, 594 H/1198M, Ibnu Arabi pergi ke Fez,
Tafsir, Hadist, Hukum Islam, Adab, Ka- Maroko, dan menulis kitab al-Isra’ ke-
lam dan Filsafat Skolastik (Izutsu, “Ibnu mudian kembali ke Cordova dan sempat
Arabi” dalam Encyclopedia of religion, menghadiri pemakaman teman sekaligus
(ed. Mircea Eliade: 553). Singkatnya pa- guru filsafatnya, Ibnu Rusyd (Ibid).
da usia sangat muda dia menguasai ber- Tahun 598H/1202M, Ibnu Arabi
bagai disiplin Ilmu keagamaan itu. Kare- pergi meninggalkan Andalusia untuk pergi
na kecerdasannya yang luar biasa, dalam lagi ke Tunisia, Cairo, Yerussalem, dan
usia belasan tahun ia pernah menjadi Mekah untuk menunaikan ibadah haji.

86 SUHUF, Vol. 24, No. 2, November 2012: 85 - 98


Dia tinggal di Mekah selama 2 tahun dan Zaki hingga akhir hayatnya. Ibnu Zaki
hari-harinya di dekat Ka’bah itu diisi de- sendiri adalah seorang keluarga Qadli
ngan berbagai kegiatan seperti tawaf, setempat dan masih termasuk anggota
membaca al-Quran, dan i’tikaf (mencip- keluarga Dinasti Ayyubiyah yang sedang
takan suasana kerohanian yang syahdu berkuasa kala itu. Di Damaskus dia me-
dan membuat kontak antara dia dan yang nulis beberapa karya tulis dan membuat
Maha Ghaib). Di Mekah dia menulis kar- sinopsis ajaran-ajarannya. Fusus al Hi-
ya-karyanya antara lain : Taj al Rasail, kam ditulis sekitar tahun 627H/1230M.
Ruh al-Quds, dan Futuhat al-Makki- Karya Fusus al Hikam, seperti yang di-
yah. Di Mekah pula ia menulis buku “ sampaikan Ibnu Arabi sendiri merupakan
Tarjuman al Asywaq”, yang merupakan pengajaran-pengajaran nabi Muhammad
syair-syair yang terinspirasi oleh perjum- via mimpinya (Syafa’atun, Al mirzanah,
paannya dengan seorang wanita cantik, When Mystic Masters Meet, Paradig-
cerdas, solehah, taqwa dan seorang figur ma baru dalam relasi umat Kristiani-
wanita ideal yang bernama Ain Syams Muslim , (Jakarta: Penerbit PT Grame-
Nizam. Di kota suci ini juga ia bertemu dia Pustaka Utama, 2009: 51-52)
dengan Majiduddin Ishaq, pemimpin Ibnu Arabi, menurut beberapa
rombongan haji dari Konya dan Malatia sumber melakukan beberapa kali per-
(Anatolia, Asia tengah). Untuk selanjut- nikahan dan mempunyai beberapa anak.
nya Ibnu Arabi mengikuti perjalanan Diantara anak-anaknya yang banyak di-
mereka lewat Baghdad dan Mosul sam- kenal dalam sejarah adalah 2 orang yaitu:
pai Malatia dan berjumpa dengan sultan Sa’adin Muhammad dan Imaddudin Abu
Konya. Abdullah. Ibnu Arabi di akhir hidupnya
Pada tahun berikutnya Ibnu Arabi tidak lagi pernah kembali ke tanah
melakukan perjalanan lagi ke Kairo, Ye- kelahirannya di Andalusia, akan tetapi
russalem dan Mekah untuk kembali me- dihabiskan di Damaskus dan meninggal
nunaikan ibadah haji tahun 606H/1209M disana pada 26 Rabiul Awal 638H/ 16
dia kembali ke Konya dan Anatolia dan November 1250 M.
disini pula ia menulis karyanya yang ber-
judul Risalatul Anwar. Tahun 609-612 PERJALANAN MISTIK
H /1211-1215M Ibnu Arabi bermu-kim Perjalanan mistik Ibnu Arabi tidak
di Aleppo dan Damaskus dan sempat dapat dipisahkan dari kontek dia hidup,
mensyarah kitabnya syair Tarjuman al- yakni daratan Andalusia. Salah seorang
Asywaq kedalam tafsiran mistik. intelaktual Muslim terkemuka dalam se-
Fase terakhir kehidupan Ibnu Ara- jarah Andalusia yang turut andil memban-
bi adalah bahwa selama 17 tahun akhir tu membentuk etos intelektual Ibnu Arabi
kehidupannya ia menetap di Damaskus adalah Muhammad Ibn Masarra (W.
dibawah perlindungan keluarga Ibnu 319H/931M). Oleh ayahnya, Ibnu Ma-

Filsafat Mistik Ibnu Arabi Tentang Kesatuan Wujud (Abdullah Mahmud) 87


sarra diperkenalkan dengan pemikir-an teosofis dibandingkan dengan semangat
Isma’ili dan Mu’tazilah, yang diperoleh- dan kegairahan kebanyakan para misti-
nya semasa belajar di dunia Islam Timur. kus di negeri-negeri muslim Timur. (Mys-
Beberapa upaya yang telah dilakukan tical Dimension Of Islam (terj) : Pusta-
Ibnu Masarra adalah men-dirikan sebuah ka Firdaus, 2003: 335). Seperti yang di-
tempat kontemplasi untuk sahabat dan ketahui bahwa pemikiran Ibnu Arabi
pengikutnya di gu Sierra de Cordoba, memang merupakan campuran dari ber-
tempat dilaksanakannya praktik-praktik bagai sistem filsafat yang berkembang
ibadah, taubat, dan berbagai bentuk kala itu, termasuk sistem pemikiran Ibnu
aktifitas asketisme lainnya. Pemikiran Masarra.
Ibnu Arabi merupakan sintesis antara Seville, sebuah kata dimana Ibnu
doktrin Mu’tazilah tentang “tauhid”, ada- Arabi muda tinggal, merupakan pusat
lah keadilan tuhan serta kebebasan ke- kegiatan intelektual sangat penting dan
hendak dan teori serta praktik praktik lebih dari itu juga merupakan pusat
tasawuf yang dikembang-kan oleh Dhun tasawuf yang utama. Dikota ini hidup
Nun al-Mishri dan al Nahrajuri (Maribel sejumlah mahaguru sufi (syaikh, mursyid)
Fierro, “Opposition to Sufism in Anda- yang terkenal. Oleh karena itu, didorong
lusia” dalam edisi Frederick De Jong dan oleh minatnya dalam tasawuf, Ibnu Arabi
Bern Radtkey. (Leiden E.J Brill, 1999: tertarik dengan gaya hidup dan doktrin
178). doktrin mereka. Dorongan lainnya ada-
Bagi Ibnu Masarra, Tuhan adalah lah warisan keluarga sufinya telah meng-
Esensi yang mana tauhid merupakan satu- arahkan dan meningkatkan kecende-
satunya yang dikandungNya. Tuhan juga rungannya pada kesalehan khusus sufi.
hanya bisa diketahui melalui jalan ke- Salah satu pengalaman mistik yang
satuan ekstatis. Ajaran mistis Ibnu Masa- dialami Ibnu Arabi semasa remaja dari
rra menjadi akar utama pemikiran sekian banyak lainnya adalah mendengar
dialektis para sufi Andalusia dan sangat suara dari langit yang menyuruhnya me-
dominan di lingkungan “Aliran Almeria”, nghindari semua perbuatan yang tidak di-
demikian kata Acin Palacious. ridhai Tuhan dan supaya melakukan kon-
Dalam kontek ini dikatakan An- versi ke dalam kehidupan yang sepenuh-
nemarie Schimmel, bahwa Ibnu Arabi nya “khidmah” , melayani Tuhan, cerita
mempelajari karya karya Ibnu Masarra ini ada dalam kontek kebiasaan masa
dari Cordoba (w. 900 M), yang telah mudanya dalam suasana kehidupan kota
berbicara tentang cahaya yang menyuci- yang suka mendatangi pesta malam ber-
kan dan dia telah digolongkan diantara sama teman-temannya di tengah kota
para mistik filsuf. Barangkali dunia muslim Seville. Kala itu Ibnu Arabi muda men-
Barat umumnya lebih cenderung pada dengar suara memanggilnya, “Hei Mu-
penafsiran religi yang lebih filosofis atau hammad, kamu tidak diciptakan untuk

88 SUHUF, Vol. 24, No. 2, November 2012: 85 - 98


hal semacam ini” (Acin Palacios dalam memasuki jalan Tasawuf, sebuah makna
Syafaatun al Mirzanah, When Mystic dalam al-Quran yang senantiasa ia ku-
Masters Meet, Jakarta: PT Gramedia, tip,”wahai manusia, kamu adalah miskin
2009: 19). Setelah peristiwa ini, timbullah di hadapan Tuhan ! (QS. 35 : 15). Ke-
kesadaran mendalam dan Ibnu Arabi pun mudian Ibnu Arabi memulai latihan
mulai menghindari dunia dan melakukan sebelum matahari terbenam dan men-
retret di salah satu pemakaman, serta dapatkan iluminasi (pencerahan) sebelum
mulai melakukan praktik “dzikr”. Dari matahari terbit….aku tetap berada di
situlah dia memperoleh ‘kasyf” (vision) alam latihan ini hingga 14 (empat belas)
saat bertemu dan menerima perintah dari bulan lamanya, dan mendapatkan penge-
Yesus, Musa, dan Muhammad sebuah tahuan rahasia yang nantinya aku tulis;
iluminasi yang secara simultan mem- ketersingkapan spiritualku ketika itu me-
buatnya memulai jalan spiritualnya. Pe- rupakan peristiwa estatik”. Seperti di-
ngalaman itu dia tulis: ungkapkan oleh pengamat Ibnu Arabi,
“Aku hidup seperti ini hingga Yang bahwa pengalaman awal ini mengandung
Maha Kasih memalingkan perhatianNya suatu metamorfosa yang luar biasa.
kepadaku, dengan mengirim Muham- (Claude Addas, Ibnu Arabi: The Voy-
mad, Yesus, dan Musa kepadaku dalam age of no Return, (Cambridge : Islamic
tidurku semoga salawat serta salam dari text Society, 2000, 19).
Allah terlimpah pada mereka. Yesus Menurut beberapa sumber, Ibnu
mendorongku untuk mengambil jalan Arabi menikah dengan perempuan muda
hidup asketisisme dan menolak dunia, yang berasal dari keluarga terhormat
Musa memberiku sebuat “disket Mata- bernama Maryam binti Muhammad binti
hari” dan mengatakan bahwa dalam ilmu Abdun al Bija’I yang orang tuanya me-
Tauhid aku akan memperoleh “penge- rupakan orang yang sangat terkenal dan
tahuan langsung dari Tuhan” (Ilmu berpengaruh. Bukan saja berasal dari ke-
Laduni), dan Muhammad memerin- luarga terbaik, Maryam memiliki reputasi
tahkan untuk “berpegang erat kepadaku sebagai seorang istri yang solikhah lebih
maka engkau akan selamat”, Aku dari itu pengalaman-pengalaman spi-
terbangun dan berlinang air mata dan sisa ritualnya sangat cocok dengan suaminya.
malamku kuhabiskan untuk membaca al- Ketika menulis tentang istrinya, Ibnu
Quran. Kemudian aku memutuskan un- arabi menyinggung persamaan spiritual
tuk mendedikasikan diriku kejalan ini:
Tuhan…” (Ibnu Arabi, Diwan al Maarif, “Istriku, Maryam binti mihammad
dalam Ibid . 120). b. Abdun al Bija’I, pernah mengatakan
Bertolak dari pengalaman spiritual kepadaku “dalam tidurku aku melihat se-
itu, Ibnu Arabi memutuskan untuk me- seorang yang seringkali datang mengun-
ngabdikan dirinya di jalan Tuhan , yakni jungiku dalam pengalaman-pengalaman

Filsafat Mistik Ibnu Arabi Tentang Kesatuan Wujud (Abdullah Mahmud) 89


mimpi, tetapi belum pernah kutemui di sejak ia masih sangat muda.
dunia nyata. Dia bertanya “apakah kamu Hal penting terakhir dalam fase
menjalani kehidupan Tasawuf?”. Aku kehidupan mudanya adalah bahwa pada
menjawab :” Ya, hampir selalu, tetapi aku masa ini Ibnu Arabi pernah bertemu de-
tidak tahu bagaimana mencapainya!; dia ngan dua perempuan suci yang kelak
mengatakan,”Melalui 5 hal yaitu : tawa- menjadi guru spritualnya. Mereka adalah
kal, yakin, sabar, niat yang kuat, dan sidiq Syams dari Marchena dan Fatimah dari
(ketulusan)” kemudian aku katakan ke- cordoba, keduanya merupakan sufi-sufi
padanya bahwa demikianlah jalan ke- perempuan yang berpengaruh amat be-
banyakan sufi. Aku sendiri belum pernah sar dalam latihan spiritual sufi muda
mendapati seorangpun yang mempunyai Muhyidin Ibnu Arabi. Selanjutnya Ibnu
tingkat pengalaman spiritual setinggi itu. Arabi mengatakan : “diantara semua ora-
Akan tetapi, istriku Maryam, suatu kali ng suci, baik laki-laki maupun perem-
mengatakan kepadaku bahwa dia pernah puan, ada yang paling menonjol, semoga
melihatnya dan menjelaskan tingkat spi- Allah menyayangi mereka, yaitu Lady of
ritual tersebut kepadaku, karena ia tahu Marchena of Olive di Andalusia, nama-
bahwa orang yang pernah ia jumpai itulah nya Syams. Dia sudah berumur tua. (Fu-
yang mempunyai pengalaman spiritual tuhat Makkiyah, Jilid I, 186; juga Ibnu
tinggi itu. Akan tetapi, ia juga menying- Arabi : Sufi of Andalusia ….” terj.
gung tahapan atau tingkatan tertentu dari RWJ. Austin (London : Allen Unwin,
orang tersebut yang menunjukkan ke- 1971: 25, 142).
lemahannya (Ibnu Arabi, Futuhat al Ibnu Arabi juga bercerita tentang
Makkiyah, ed. Ustman Yahya, (kairo: al Fatimah dari cordova yang termasyhur
Hayat al Mishriiyat al Amma al Kitab, itu, yaitu seorang perempuan suci yang
III, 1972: 235). pernah muncul dalam mubasyirahnya,
Ibnu Arabi memasuki dunia sufi yang dikelilingi aura surgawi. Selagi masih
memang dalam usia teramat muda, dan muda, Ibnu Arabi pernah melayaninya
lebih dari itu pencapaian spiritual tinggi selama 2 tahun (Futuhat Makkiyah, I,
itu ia capai pada usia 20 tahun. Dalam 347). Maksud “melayani” disini adalah
kitabnya, Futuhat, dia secara jelas me- menjadi murid spiritualnya dan dia men-
ngatakan,”aku mencapai tahapan ini (ti- jadikannya sebagai syaikhahnya, pem-
ngkat pengalaman spiritual sufi) pada bimbing dan guru spiritualnya. Fatimah
580H / 1184 M., demikian juga terbaca pernah mengatakan kepada Ibnu Arabi,
dalam keterangannya yang lain dalam akunya : “aku adalah ibu spiritualmu dan
hubungannya dengan guru-guru spiritual- sinar cahaya bagi ibu kandung duniamu.
nya bahwa ia telah terbiasa menemani Ketika itu Fatimah sudah lanjut usia, lebih
para sufi dan belajar dari mereka ajaran- dari sembilan puluh tahun, akan tetapi
ajaran tasawuf yang mereka ajarkan pengakuan Ibnu arabi, atmosfer yang luar

90 SUHUF, Vol. 24, No. 2, November 2012: 85 - 98


biasa cantik memenuhi dirinya sehingga Dia mengatakan “Maha besar Allah yang
ia tampak seorang gadis belia belasan telah menyebabkan hambaNya melaku-
tahun….(Futuhat Makkiyah, II. 348) kan perjalanan malam dari Masjidil
Pada 590 H/ 1193 M. ketika usia- Haram ke Masjidil Aqsa, tempat tempat
nya mendekati ketiga puluh tahun, Ibnu yang Kami berkati sehingga Kami bisa
Arabi melakukan perjalanan ke wilayah memperlihatkan kepadanya tanda tanda
Iberia dan menghabiskan banyak waktu Kami”(QS, 17:1)
di Tunisia. Untuk menelaah karya tasa- …… Aku telah membuatnya me-
wuf Ibnu Qasi, Khal’ al-Na’lain, salah lakukan perjalanan hanya untuk melihat
seorang murid Ibnu Masarra dan tokoh tanda tanda, bukan melihat-Ku, karena
sufi. Tidak lama setelah itu Ibnu Arabi tak ada satu tempat pun yang membuat-
menulis komentar terhadap buku itu. Di Ku dan hubungan antara “tempat” de-
Tunisia dia banyak bertemu dengan para ngan Ku itu sama. Akulah yang ada da-
sufi. Menurut pengakuannya sendiri, Ibnu lam hati hambaKu yang beriman, bagai-
Arabi berjumpa dengan guru spiritualnya, mana Aku akan membuatnya melakukan
al-Khidr, figur transhistoris yang sering- perjalanan kepada-Ku sementara Aku
kali datang padanya dalam catatan- berada dekat dengannya, dimanapun ia
catatan mubasyirah spiritualnya, peng- berada? (Futuhat Makkiyah, III. 340).
akuan Ibnu Arabi bahwa ia berjumpa de- Akhir tahun 597 H/ 1200 M, Ibnu
ngan al Khidr itu ketika sedang berlayar Arabi mengalami dua vision (baca: meka-
naik sebuah perahu kecil di pantai Tunisia syafah). Yang pertama merupakan penga-
di malam bulan purnama. Setelah terjadi laman spiritual tertinggi yan pernah di-
pembicaraan antara keduanya kemudian capai oleh para wali yaitu “Maqam Qurb”
al-Khidr pergi meninggalkannya. (Futu- (kedekatan pada Allah) dan yang kedua
hat Makkiyah, I, dikutip Syafaatun …, adalah perintah untuk melakukan per-
34). jalanan ke Timur. Kemudian Ibnu Arabi
Ketika usianya mencapai 33 tahun, berencana melakukan perjalanan haji,
Ibnu Arabi melakukan perjalanan paling berhenti di Kairo, dan Yerussalem. Per-
luar biasa di antara perjalanan-perjalanan jalanan ke timur selain menandai fase akhir
yang pernah ditempuhnya, yaitu perjalan- perjalanan Ibnu Arabi dan akhirnya mene-
an mi’raj, yang mencerminkan perjalanan tap di Damasykus dan meninggal di sana.
isra’ mi’raj nabi Muhammad yang terke- Ketika menetap beberapa waktu di Me-
nal itu. Tentang perjalanan mi’raj ini, Ibnu kah dalam rangka tujuan Haji, Ibnu Arabi
Arabi menjelaskan: mulai menulis “Magnum Opus” nya,
Allah tidak membuat hambaNya Futuhat Makkiyah, setelah terjadinya
melakukan perjalanan untuk melihat- perjumpaan dengan seorang pemuda tan-
Nya, tapi untuk memperlihatkan tanda- pa nama. Sisa usianya yang kurang lebih
tandaNya yang belum pernah dia lihat. 17 tahun dihabiskan di Damsykus dengan

Filsafat Mistik Ibnu Arabi Tentang Kesatuan Wujud (Abdullah Mahmud) 91


menulis banyak karya lain, termasuk yang Haqq, Reality, Divine dst) sebagai yang
palig menonjol, Fusus al-Hikam. absolut dalam hubungannya dengan alam
semesta (al-Khalq, Makhluq) yang feno-
KESATUAN WUJUD menal sebagai relatif. Pengalaman mistik
Membicarakan konsep-konsep yang tinggi ini bukan semata konsep spe-
Mistik Ibnu Arabi, seperti diakui oleh ba- kulatif, akan tetapi didasarkan pada pe-
nyak ahli, bukan hal yang mudah karena ngalaman dan rasa (dzauq) yang diper-
hampir semua karya tasawufnya ditulis olehnya berdasarkan komunikasi-komu-
dalam bahasa simbolis, samar-samar dan nikasi intensif dengan Tuhannya. Seperti
kaya metafora. Karya-karya mistis Ibnu yang dia ucapkan sendiri “Maha suci zat
Arabi barangkali hanya bisa dipahami yang menciptakan segala sesuatu dan Dia
oleh kalangan kecil orang yang sepaham adalah segala sesuatu itu sendiri” (Ibnu
dan sepengetahuan dengan paham tasa- Arabi, “Futuhat Makkiyah, vol 2, dalam
wufnya, atau para pemerhati yang mem- Taftazani al Madkhal Ila at Tashawwuf
berikan perhatian intens terhadapnya. al Islami, terj. (Bandung: Penerbit
Hal ini dimungkinkan karena peng- Pustaka, 1974), 200.
ungkapan pengalaman mistis itu sendiri Ungkapan para pendukung tasa-
yang memang cukup rumit, subyektif dan wuf bercorak metafisis tentang “kesatuan
individual, apalagi berhubungan dengan wujud” yang diwakili oleh Ibnu Arabi,
obyek sentral Sang Pencipta. Inilah yang timbul disebabkan karena mereka tidak
menyebabkan pengungkapan penga- bisa menerima pendapat tentang “Pen-
laman mistik yang ditulis oleh para sufi ciptaan dari suatu ketiadaan (creatio ex
metafisis menjadi sulit dipahami dan lebih nihillo)”. Atau dengan kata lain mereka
lebih gaya penulis mereka bercampur menolak kepercayaan bahwa pada suatu
dengan konsep-konsep filsafat yang se- masa, alam akan mengada dari ketiadaan.
ringkali membutuhkan kecermatan ter- Lain barangkali persoalan bagi kaum sufi
sendiri. Hal ini dapat dipahami bahwa yang tidak menganut paham kesatuan
para sufi metafisis pada umumnya paham wujud, yang terkenal dengan “masalah
betul khasanah filsafat yang datang dari penciptaan alam”. Dalam teorinya ten-
berbagai aliran. tang wujud, Ibnu Arabi, seperti halnya
Kesatuan wujud yang dikenal da- banyak sufi metafisis lainnya kala itu
lam khazanah tasawuf “wahdatul wujud” seiring dengan populernya teori pen-
adalah pertama kali dibawa dan diper- ciptaan di abad-abad Tengah, mem-
kenalkan oleh Ibnu Arabi dan tak pelak percayai terjadinya emanasi, yaitu bahwa
lagi dia lah pembawanya. Kesatuan wu- Tuhan menampakkan segala sesuatu di
jud ini dipandang sebagai puncak ter- alam ini dari wujud ilmu menjadi wujud
tinggi dalam konsep (pengalaman) tasa- materi. Oleh karena itu, dia memahami
wuf. Ia membahas tentang Tuhan (al wujud segala yang ada ini sebagai “teo-

92 SUHUF, Vol. 24, No. 2, November 2012: 85 - 98


fani abadi yang tetap berlangsung, dan dan kemanusiaan (Nasut). Dari teori ini-
menampaknya Yang Maha Absolut dise- lah selanjutnya al-Hallaj membangun teori
tiap saat dalam fenomena yang tak ter- tentang kejadian makhluk dan pada
bilang banyaknya. (Ibnu Arabi, Fusus al- ujungnya melahirkan konsep mistiknya
Hikam, “Pendahuluan” (Kairo : tanpa yang menggemparkan, yaitu “Hulul”. Da-
penerbit, 1946. 28). lam konsep “Hulul” ada dua wujud (La-
Banyak kalangan menuduh bahwa hut dan Nasut) yang bersatu dalam satu
kesatuan wujud Ibnu Arabi hanyalah se- tubuh (Harun Nasution, Falsafah dan
kedar menggaungkan kembali konsep Mistisme dalam Islam (Jakarta : Bulan
Plotinus yang mengatakan bahwa Yang Bintang, 1992). 88-90. Lebih lanjut, Ha-
Maha Esa itu ada dimana-mana dan tidak run Nasution mengatakan bahwa dalam
ada dimana-mana. A.E. Affifi mencermati paham “Wahdat al-Wujud” (kesatuan
bahwa ada perbedaan mendasar diantara wujud), nasut yang ada dalam Hulul di-
kedua doktrin itu. Yang Esa-nya Plotinus rubah Ibnu Arabi menjadi “Khalq” (mak-
ada dimana-mana sebagai suatu sebab; hluk), dan Lahut menjadi “Haq” (Tuhan).
Yang Satunya Ibnu Arabi ada dimana- Khalq dan Haq adalah dua aspek bagi
mana sebagai suatu esensi dan tidak di- tiap segala sesuatu. Aspek yang sebelah
mana-mana sebagai esensi universal yang luar disebut Khalq dan aspek sebelah
berada di atas semua “dimana” dan ‘ba- dalam disebut Haq. Kata kata Khalq dan
gaimana’ dan berbeda dari benda (materi Haq merupakan sinonim dari al Ardh
(segala sesuatu) yang mempunyai “di- (accident, fenomena) dan al Jauhar
mana” dan “bagaimana” (A.E. Afifi, (subtance, nomena) dan dari al Zahir
Mystical Philosophy of Ibnu Arabi, ter. (lahir, luar) dari al Batin (batin, dalam).
(Jakarta : Gaya Media Pratama, 1989, 25). Menurut pandangan kesatuan wu-
Ibnu Arabi, ketika menguraikan jud bahwa tiap-tiap yang ada/segala wu-
konsepnya tentang kesatuan wujud, ter- jud mempunyai dua aspek.Aspek luar yang
lebih dahulu membahas “al- Haqq” dan merupakan ‘Ardh dan Khalq yang mem-
“al-Khalq”, dua konsep yang dibedakan punyai sifat kemakhlukan; dan aspek dalam
secara tajam dalam pandangan tasawuf yang mempunyai Jauhar dan Haq yang
non-metafisis. Lagi-lagi ada pendapat mempunyai sifat ketuhanan. Dengan lain
bahwa konsep mistis Ibn Arabi itu terpe- kata bahwa dalam tiap tiap yang berwujud
ngaruh konsep yang terlebih dahulu telah (ada) itu terdapat sifat ketuhanan atau Haq
dikemukakan oleh seorang sufi besar dan sifat kemakhlukan atau Khalq. Hal ini
sebelum dia, yaitu Husein Ibnu Mansur persis seperti yang di komentari R. A.
al Hallaj, dengan konsepnya “Nasut” Nicholson : the eternal and the phenomenal
dan “Lahut”. Menurut al-Hallaj, Allah are two complementary aspects of the
kelihatannya mempunyai dua natur atau One, each of which necessary to the other.
sifat dasar yaitu sifat “ketuhanan” (Lahut) The creatures are the external manifestation

Filsafat Mistik Ibnu Arabi Tentang Kesatuan Wujud (Abdullah Mahmud) 93


of the creator” (R. A. Nicholson, The (tajalliyat) diri Tuhan di jagad raya ini
Mystics of Islam, London : Routledge and dapat ditemukan dalam komentar Ibnu
Kegan Paul, 1966), 33. Arabi sendiri mengenai penciptaan :
Dalam membahas konsep kesatu- Ketika yang Riil dalam keduduk-
an wujud, Ibnu Arabi seringkali menge- annya sebagai nama-nama Terindah
mukakan metafor-metafor yang kiranya ingin….menampakkan kepada Diri Nya
dapat mempermudah mengkomunikasi- (sendiri) melalui Diri Nya (sendiri) misteri
kan pengalaman spiritualnya untuk dapat Diri Nya….Dan ketika Yang Riil telah
dipahami. Penampakan diri Tuhan atau- membuat wujud dunia seluruhnya sebagai
pun manifestasi dari Tuhan (Self Disclo- suatu bentuk tanpa jiwa, dunia adalah
sure of God) adalah salah satu doktrin bagaikan cermin yang belum digosok
utama dalam filsafat ontologinya. Doktrin (tidak bersinar). Karena Tuhan tidak
ini agaknya terinspirasi dan refleksi men- pernah membuat bentuk, kecuali jika ia
dalam Ibnu Arabi terhadap sebuah hadist menerima jiwa atau spirit Tuhan, yang
Qudsi : “Aku pada mulanya adalah per- disebut dengan “yang memberi spirit
bendaharaan tersembunyi kemudian aku (inspiriting), yang merupakan aktivasi
ingin (cinta) diketahui maka Aku ciptakan dari potensi yang membentuk citra,
makhluk dan melalui Aku mereka kenal untuk menerima pengguyuran, manifes-
kepada-Ku”. Menurut konsep ini , pen- tasi abadi yang selalu dan akan selalu ada,
ciptaan merupakan penampakan dari yang diluarnya adalah wadah…(Ibnu
Tuhan melalui tanda tanda ciptaan-Nya. Arabi, “Fusus al Hikam, dalam Syafaatun
Bagi Ibnu Arabi sendiri segala sesuatu al Mirzanah, (Jakarta :Gramedia Pustaka
yang ada di dunia ini hanyalah manifestasi Utama, 2009 ), 125-126.”
dari Yang Absolut. Wujud yang absolut Kutipan diatas dapat dipahami de-
itu diwakili dalam kata “perbendaharaan ngan jelas bahwa Tuhan menampakkan/
tersembunyi”. Untuk merajuk pada wu- mewahyukan Diri atau mengaktuali-
jud Tuhan sebelum memanifestasikan diri sasikan Diri, melalui dunia fenomenal
dan menjadi dikenal lewat penciptaan. yang merupakan cermin yang sudah di-
Ibnu Arabi menegaskan bahwa “melalui gosok (yang sudah bersinar / mengkilap).
alam semesta (artinya melalui penciptaan Dengan demikian, alam semesta merupa-
alam semesta) Tuhan menjadi dikenal. kan cermin tuhan dan dengan cermin ini
(Sachico Murata, The Tao of Islam, terj. Tuhan mengetahui wajah diri Nya dan
(Bandung: Penerbit Mizan, 1996,130). memperkenalkannya pada alam semes-
Penciptaan manusia dan alam oleh ta. Lebih lanjut, Ibnu Arabi juga menyata-
Tuhan mempunyai tujuan tertentu, yakni kan bahwa alam semesta ini merupakan
Dia ingin melihat esensi Nama (Tuhan lokus/wadah dimana Nama nama Tuhan
sendiri) yang Terindah dan melihat esensi menjadi manifes. Pada akhirnya dia pun
Nya sendiri. Citra tentang penampakan menyimpulkan bahwa “ dalam eksistensi

94 SUHUF, Vol. 24, No. 2, November 2012: 85 - 98


tidak ada apa apa lagi kecuali nama trin Ibnu Arabi dapat dibandingkan de-
Tuhan semesta. Menurut Ibnu Arabi tu- ngan hubungan yang tidak terpisahkan
juan penciptaan juga adalah agar manu- antara “bayangan” dan sumber baya-
sia bisa memahami dunia batin (al Batin), ngan. Alam semesta adalah bayangan
salah satu nama Tuhan, melalui wilayah (zill) dari Tuhan. Dapat ditambahkan se-
yang tidak kita lihat, dan dunia lahir (al perti halnya seorang yang bercermin di
Dzahir), Nama lain Tuhan melalui ins- depan kaca cermin yang banyak, akan
trumen rasa sensori kita (ibid. 127). tampak bayangan/gambar diri dihada-
Dari penjelasan diatas, selanjutnya pannya yang terpantul di kaca-kaca
masih terkait dengan Hadits Qudsi ter- cermin itu. Seperti ungkapan Ibnu Arabi
sebut, Ibnu Arabi menambahkan bahwa sendiri: “Ma al wujud illa wahidan gha-
kata “ahbabtu” (aku cinta) penting untuk ir annahu idza a’dadta al maraya ta’
diinterpretasi. Baginya, moivasi utama addudan” (Harun Nasution, Op.cit). apa
penciptaan bagi Tuhan tak lain adalah un- yang diteorikan/dikonsepsikan oleh Ibnu
tuk mempunyai relasi dengan yang lain. Arabi via pengalaman mistiknya men-
Motivasi untuk dikenal inilah yang men- dapatkan refernsinya dalam ayat-ayat al-
dorong Tuhan mengucapkan kata “kun” Qur’an berikut:
(jadilah) dan meniupkan “nafs al-Rah- Kemampuan kamu berpaling, di-
man-Nya”, sehingga terciptalah alam se- sana terdapat Wajah Tuhan (QS. 2: 115),
mesta. Alam semesta secara totalitas me- Kami lebih dekat darinya dibandingkan
nampakkan atau mendemonstrasikan dengan urat lehernya (QS. 50: 16), Kami
kekayaan seluruh Nama dan Sifat Tuhan lebih dekat kepadanya dibanding kamu,
dalam bentuk atau wujud-Nya yang tetapi kamu tidak melihat (QS. 56: 85),
terbatas (William C. Chittik, 1995: 303). dan Tuhan bersamamu dimanapun kamu
Atas dasar itu, penciptaan merupakan berada (QS. 57: 4).
Tajjali Tuhan, manifestasi diri Tuhan, Metafor lain selain “bayangan’
wahyu atau penampakkan Diri Tuhan, adalah metafor Nafas al Rahman”, yang
atau bahkan sebagai bentuk atau wajah digunakan Ibnu Arabi untuk meng-
Tuhan. Dalam ungkapan salah seorang ekspresikan ajarannya mengenai penam-
filosof-penyair terbesar Asia Selatan pakan Diri Tuhan. Metafor ini juga ber-
abad modern, M. Iqbal, Tuhan yang ter- sumber pada ajaran Islam, yaitu hadist
sebut di dalam hadits mengenai “kanzan Nabi: “Aku menemukan nafas TuhanMu
makhfiyyan” (perbendaharaan tersem- datang dari arah Yaman” atau versi lain
bunyi) adalah “seperti kita, orang yang yang populer di kalangan sufi “Aku me-
terpenjara oleh hasrat dan keinginan” nemukan nafas al Rahman datang dari
(dalam Annemarie Schimmel, 1975: 39). arah Yaman” atau versi lain yang populer
Relasi ontologis antara Yang Absolut dikalangan sufi “ (Musnad, vol. 2, 541).
(Tuhan) dan dunia fenomenal dalam dok- Metafor ini menjelaskan bahwa eksis-

Filsafat Mistik Ibnu Arabi Tentang Kesatuan Wujud (Abdullah Mahmud) 95


tensi alam semesta yang dinamis adalah fas) alam semesta berkaitan dengan ben-
efek dari “pengambilan nafas” dan “pe- tuknya mengalami penciptaan baru tanpa
nghembusan nafas” dari wujud Tuhan. pengulangan. (William C, 1998: 97).
Menurut Ibnu Arabi, “Nafas al Rahman Ibnu Arabi mengatakan:
agaknya masih terkait dengan “perben- .....Tuhan menciptakan secara
daharaan tersembunyi”, dalam pengertian terus menerus setiap saat (ma’al anfas).
setelah Tuhan “ingin/cinta untuk dikenal” Maka diantara yang lain sesuatu yang
kemudian tahap “penghembusan nafas” telah mencapai masa yang lama dari
sang Pencipta itu. Lebih lanjut dia me- eksistensinya untuk beberapa saat akan
nerangkan penciptaan alam semsta oleh mendapatkan masa kedua eksistensinya.
Tuhan sebagai “nafas al Rahman”, bahwa Ini merupakan durasi terpendek (mudda)
seluruh penghembusan-Nya adalah sama yang ada dialam semesta. Tuhan me-
atau ekivalen dengan penganugerahan lakukan ini supaya entitas merasa miskin
wujud (ijad) pada alam. Ibnu Arabi, da- dan membutuhkan Tuhan setiap saat. Ka-
lam hal ini menrujuk pada beberapa ayat rena jika tetap (dalam eksistensinya) un-
al-Qur’an, seperti al Rahman duduk di tuk dua masa atau lebih, mereka akan
atas singgasana-Nya”, Rahmat-Ku meli- mempunyai kualifikasi sebagai sesuatu
puti segala sesuatu, (wa rahmati wasi’ yang independen (ghina) dari Tuhan
at kulla syai’) (QS. 7: 156); Allah me- dalam durasi tersebut. (Ibid, 98)
wajibkan bagi dirinya sifat rahmah” ka-
taba ‘ala nafsihi al rahmah (QS. 6: 12) PENUTUP
. Selain ayat-ayat al Qur’an tersebut, Ibnu Setelah dipaparkan pemikiran Ib-
Arabi juga mengemukakan hadits Nabi: nu Arabi tentang kesatuan wujudnya, se-
“Cintaku mendahului murkaku (sabaqat lanjutnya dapat dikemukakan kesimpul-
rahmati ghadabi) dan suatu kenyataan an. Dalam pandangan falsafah mistik Ibnu
bahwa rahmat merupakan esensi dari Arabi bahwa wujud pada hakekatnya
misi nabi Muhammad (wa ma arsalnaka adalah satu, dialah wujud Tuhan, yang
illa rahmatan lil alamin) (QS. 21: 107). Absolut, yang tidak terbatas. wujud yang
Metafor lain yang dikemukakan Absolut itu seringkali disebut Ibnu Arabi
IbnuArabi yang menjadi implikasi penting sebagai al-Haqq (yang Riil, Tuhan). Ada-
metafor “Nafas al rahman adalah tinda- pun aneka ragam wujud di alam semesta
kan/perbuatan menciptakan yang tidak ini pada dasarnya adalah tajalliyat (pe-
pernah terputus. Penciptaan adalah suatu nampkan) diri yang Absolut dalam feno-
proses pembaharuan yang terus-mene- mena yang terbatas. Yang banyak disebut
rus. Dia mengatakan: “Penciptaan tidak al-Khalq (wujud-wujud ciptaan, dunia
pernah berhenti karena entitas adalah fenomena); yang banyak adalah hamba-
penerima yang mengambil dan memberi- hamba, yang banyak adalah keaneka-
kan (eksistensi). Maka disetiap saat (na- ragaman (diversitas).

96 SUHUF, Vol. 24, No. 2, November 2012: 85 - 98


DAFTAR PUSTAKA

Addas, calude. 2000. Ibnu Arabi: The Voyage of No Return. Cambridge: Islamic
text Society.
Afifi., A.E. 1989. Mystical Philosophy of Ibnu Arabi, (ter). Jakarta: Gaya Media
Pratama
Arabi, Ibnu. 1972. Futuhat al Makkiyyah, ed Ustman Yahya. Kairo: al Hayat al
Mishriiyat al Amma al Kitab
Arabi, Ibnu. 1946. “Pendahuluan”, Fusus al Hikam. Kairo: tt.
Chittick, William. C., “Islamic Mysticism”, dalam Donald H. Biskop, 1995. Ed.
Mysticism and the Mystical Experience, Esat and West (London and
Toronto: Sesque Kanna University Press.
Dewan Redaksi. 1993. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Fierro, Maribel. 1999. “Opposition to Sufism in Andalusia” dalam edisi Frederick
De Jong dan bern radtkey. Leiden: E.J Brill.
Hirtenstein, Stephen. 1999. The Unlimited Merciful, the Spiritual Life and
Thought of Ibnu Arabi. Oxford: Anga Publishing.
Izutsu, Toshihiko. 1987. “Ibnu Arabi” dalam Encyclopedia of Religion. Ed. Mircea
Eliade. New York: Mac Milan.
Murata, Sachico. 1996. The Tao of Islam. Bandung: Penerbit Mizan.
Nasution, Harun. 1992. Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
Nicholson R.A. 1996. The Mystics of Islam. London: Routledge and Kegan Paul
Syafa’atun, Al Mirzanah, 2009. When Mystic Masters Meet, Paradigma Baru
dalam Relasi Umat Kristiani-Muslim. Jakarta: Gramedia.
Schimmel, Annemarie. 2003. Mystical Dimensions of Islam. Jakarta: Pustaka
Furdaus.
Taftazani, Abu al-Wafa’. 1985. Al Madkhal Ila at-Tashawwuf al-Islami. Bandung:
Penerbit Pustaka.

Filsafat Mistik Ibnu Arabi Tentang Kesatuan Wujud (Abdullah Mahmud) 97


William Chittick. 1998. The Sufi Path of Knowlwdge: Ibnu Arabi Metaphysics
of Imagination. New York: Albani NY State University Oress.
Khadim Haramain. 1971. Al-Qur’an dan Terjemahannya.

98 SUHUF, Vol. 24, No. 2, November 2012: 85 - 98

Anda mungkin juga menyukai