FALSAFI
KELOMPOK :
I. Angga Maulana Yusuf
II. Arif Nurrahman
III. Megadiah Mustika
Pengertian dan Perkembangan Taswuf Falsafi
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-
ajarannya memdukan antara visi mistis dan visi
rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf
akhlaki, tasawuf falsafi menggunakan terminologi
filosofi dalam pengungkapannya, terminologi
falsafi tersebut berasal dari bermacam-macam
ajaran filsafat yang telah memengaruhi para
tokohnya (Abu Al-Wafa’Al-Ghanimi At-Taftazani,
Sufi dari Zaman ke Zaman).
Menurut At-Taftazani, tasawuf falsafi mulai muncul dengan jelas
dalam Khazanah Islam sejak abad ke Enam Hijriah. Meskipun para
tokoknya baru dikenal seabad kemudian. Sejak abad ke enam,
tasawuf jenis ini terus hidup dan berkembang. Terutama dikalangan
para sufi yang juga filosof,sampai menjelang akhir-akhir ini (Ibid).
Adanya pemaduan antara tasawuf dan filsafat dalam ajaran tasawuf
falsafi ini menjadikan ajaran-ajaran tasawuf ini bercampur dengan
sejumlah ajaran filsafat di luar Islam, seperti Yunani, Persia, India,
dan agama Nasrani. Akan tetapi, orisinalitasnya sebagai tasawuf
tetap tidak hilang. Sebab, meskipun mempunyai latar belakang
kebudayaan dan pengetahuan yang berbeda dan beraneka ragam,
seiring dengan ekspansi islam yang telah meluas pada waktu itu,
para tokohnya tetap berusaha menjaga kemandirian ajaran aliran
mereka, terutama bila dikaitkan dengan kedudukannya sebagai umat
islam. Sikap ini dapat menjelaskan mengapa para tokoh tasawuf
jenis ini begitu gigih dalam mengompromikan ajaran-ajaran filsafat
yang berasal dari luar Islam ke dalam tasawuuf mereka, serta
menggunakan terminologi-terminologi filsafat, tetapi maknanya telah
disesuaikan dengan ajaran tasawuf yang mereka anut.
Para sufi yang juga filosof pendiri ajaran tasawuf ini
mengenal dengan baik filsafat Yunani serta berbagai
alirannya, seperti Socrates, Plato, Aristoteles, aliran
Stoa, dan aliran Neo-Platonisme dengan filsafatnya
tentang emanasi. Bahkan, mereka pun cukup akrab
dengan filsafat yang sering kali disebut
Hermenetisme, yang karya-karyanya banyak
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, dan filsafat-
filsafat Timur Kuno, baik dari Persia maupun India,
serta filsafat-filsafat Islam, seperti yang diajarkan
oleh Al-Faribi dan Ibnu Sina. Mereka pun dipengaruhi
aliran batiniah sekte Isma’illiyah aliran Syi’ah, dan
risalah-risalah Ikhwan Ash-Shafa.
Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi
A . ibn‘Arabi
Biografi Singkat Ibn ‘Arabi
.
Nama lengkap Ibn ‘Arabi adalah Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin’Abdullah
Ath-Tha’i Al-Haitami. Ia lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun
560 H dan berasal dari keluarga berpangkat, hartawan dan ilmuwan.
Namanya biasa di sebut tanpa ‘al’ untuk membedakan dengan Abu Bakar
Ibn Al’Arabi, seorang qadhi dari Seville yang wafat tahun 543 H. Di Seville
( Spanyol), ia mempelajari Al-Qur’an, Al-Hadis, dan Fiqh pada sejumlah
murid seorang faqih Andalusia terkenal, yakni Ibn Hazm Azh-Zhahiri.
Setelah berusia 30 tahun, ia mulai berkelana ke berbagai kawasan
Andalusia dan Kawasan Islam bagian Barat. Diantara deretan gurunya,
tercatat nama-nama, sepertiAbu Madyan Al-Ghauts At-Talimsari dan Yasmin
Musyaniyah (seorang wali dari kalangan wanita). Keduanya banyak
memengaruhi ajaran-ajaran Ibn Arabi. Dikabarkan, ia pun pernah berjumpa
dengan Ibn Rusyd, filosof muslim dan tabib
Istana dinasti Barbar dari Alomohad di Kordova. Ia pun dikabarkan
mengunjungi Al-Mariyyah yang menjadi pusat madrasah Ibn Masarrah,
seorang sufi falsafi yang cukup berpengaruh dan memperoleh banyak
pengaruh di Andalusia.
Ajaran Tasawuf Ibn Arabi
Nama lengkap Ibn Sab’in adalah ‘Abdul Haqq ibn Ibrahim Muhammad ibn
Nashr, seorang sufi yang juga filosofi dari Andalusia. Dia terkenal di Eropa
karena jawaban-jawabannya atas pernyataan Frederik II, penguasa Sisilia.
Dia di panggil Ibn Sab’in dan digelari Quthbuddin, terkadang dia dikenal
pula dengan Abu Muhammad. Dia dilahirkan tahun 614 H (1217-1218 M)
di kawasan Murcia. Dia mempelajari bahasa Arab dan Sastra pada
kelompok gurunya. Dia juga mempelajari ilmu-ilmu agama dari Madzhab
Maliki, ilmu-ilmu logika, dan filsafat. Dia mengemukakan bahwa diantara
guru-gurunya adalah Ibn Dihaq, yang dikenal dengan Ibn Al-Mir’ah
(meninggal tahun 611 H), pensyarah karya Al-Juwaini, Al-Irsyad. Karena
Ibn Sab’in lahir tahun 614 H, sementara Ibn Dihaq meninggal tahun 611 H,
jelas bahwa Ibn Sab’in menjadi murid Ibn Dihaq hanya melalui kajiannya
terhadap karya-karya tokoh. Begitu juga, dalam hal hubungannya dengan
dua gurunya yang lain, yaitu Al-Yuni (meninggal tahun622 H) dan Al-
Hurrani (meninggal tahun 538 H), yang keduanya ahli tentang huruf
maupun nama. Menurut salah seorang murid Ibn Sab’in yang mensyarah
kitab Risalah Al-‘abd, hubungan antara Ibn Sab’in dari gurunya tersebut
lebih banyak terjalin lewat kitab daripada secara langsung.
Ajaran Tasawuf Ibn Sab’in
Ibn sab’in adalah seorang pengagas sebuah paham dalam kalangan
tasawuf filosofi, yang dikenal dengan paham kesatuan mutlak.gagasan
esensial pahamnya sederhana saja, yaitu wujud adalah satu alias
Wujud Allah semata, sedangkan wujud lainnya hanyalah Wujud yang
satu itu sendiri. Jelasnya, wujud-wujud yang lain itu hakikatnya tidak
lebih dari wujud yang satu semata. Dengan demikian, wujud dalam
kenyataannya, hanya satu persoalan yang tetap.
Paham ini lebih dikenal dengan sebutan paham kesatuan mutlak.
Karena hal ia berbeda dari paham-paham tasawuf yang memberi ruang
lingkup pada pendapat-pendapat tentang suatu hal yang mungkin di
dalam suatu bentuk. Kesatuan mutlak ini, atau kesatuan murni, atau
menguasai, menurut terminologi Ibn Sab’in, hampir tidak mungkin
mendeskripsikan kesatuan itu sendiri. Hal ini karena para pengikutnya
terlalu berlebihan dalam memutlakannya, dan karena gagasan tersebut
menolak semua atribut, tambahan, ataupun nama. Dengan begitu,
pada gagasan itu dikenakan konsepsi-konsepsi manusia.
D. Ibn Masarrah