Anda di halaman 1dari 8

REZA FATHURRAHMAN 23

XI IPA 5

ILMU FILSAFAT

a. Al-Kindi Abu Yusuf Ya'qub ibn 'Ishaq aş-Sabbah al-Kindi (lahir: 801-wafat: 873), al-Kindi
lahir. Masa kecil al-Kindimendapat pendidikan Bashrah. Kemudian, dia melanjutkan dan
menamatkan pendidikan di Baghdad. Sejak belia, dia sudah dikenal berotak encer. Tiga bahasa
penting dikuasainya, yakni Yunani, Suryani, dan Arab. Sebuah kelebihan yang jarang dimiliki
orang pada era itu. Bagi Al-Kindi, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mulia. Filsafatnya
tentang keesaan Tuhan selain didasarkan pada wahyu juga proposisi filosofis. Menurut dia,
Tuhan tak mempunyai hakikat, baik hakikat secara juz'iyah atau aniyah (sebagian) maupun
hakikat kulliyyah atau mahiyahdikenal sebagai filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Ia
adalah filsuf berbangsa Arab dan dipandang sebagai filsuf Muslim pertama. Secara etnis,
al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah satu suku besar
daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani
kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut. Al
Kindi telah menulis banyak karya dalam berbagai disiplin ilmu, dari metafisika, etika, logika dan
psikologi, hingga ilmu pengobatan, farmakologi, matematika, astrologi dan optik, juga meliputi
topik praktis seperti parfum, pedang, zoologi, kaca, meteorologi dan gempa bumi. Di antaranya
ia sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi, adalah
mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Dalam bidang astronomi, al-Kindi
menulis sebanyak 16 buku, diantaranya adalah;

Kitab al-Manazhir al-Falakiyyah


Kitab Mahiyatul Falak
Kitab Risalah Fi Shifatil Istharlab Bil Handasah
Kitab Tanaha Jarmul 'Alam

Ayahnya Ishaq As-Shabbah adalah gubernur Kuffah pada masa pemerintahan al-Mahdidan
Harun ar-Rasyid dari bani Abbas. Ayahnya meninggal beberapa tahun setelah

b. Al-Farabi Nama lengkap Al-farabi adalah abu muhammad ibn muhammad ibn tharkan ibn
Auzalagh. la lahir di wasij, distrik farab (sekarang dikenal dengan kota atrar/ Transoxiana)
Turkinistan pada tahun 257 H (870M). Di kalangan orang-orang latin tengah, Al-Farabi lebih
dikenal sebagai Abu Nasrh (Abunasser). Dan ia dijuluki Al-Farabi dikarenakan nama dia diambil
dari kota kelahiran nya yaitu farabi. Al-Farabi adalah penerus tradisi intelektual al-Kindi, tapi
dengan kompetensi, kreativitas, kebebasan berpikir dan tingkat sofistikasi yang lebih tinggi lagi.
Jika al-Kindi dipandang sebagai seorang filosof Muslim dalam arti kata yang sebenarnya, Al
Farabi disepakati sebagai peletak sesungguhnya dasar piramida studi falsafah dalam Islam. Di
kota baghdad ia menimba ilmu pengetahuan dengan beberapa ahli keilmuan di kota tersebut
seperti; Abu Bakar Al-Saraj untuk mempelajari ilmu kaidah bahasa arab.

c. Ibnu Thufail ialah filsuf, dokter, dan pejabat pengadilan Arab Muslim dari Al-Andalus.
Lahir di Guadix dekat Granada sekitar tahun 1105, ia dididik oleh Ibnu Bajjah (Avempace). la
menjabat sekretaris untuk penguasa Granada, dan kemudian sebagai wazir dan dokter untuk
Abu Ya'qub Yusuf, penguasa Spanyol Islam (Al-Andalus) di bawah pemerintahan Muwahhidun,
pada yang mana ia menganjurkan ibnu Rusyd sebagai penggantinya sendiri saat ia beristirahat
pada 1182. la meninggal di Maroko.

Di zamannya nama baiknya sebagai pemikir & pelajar telah membuatnya dipuji sebagai
Maecenas. Ibnu Thufail juga merupakan pengarang Hayy bin Yaqthan (Hidup, Putra
Kesadaran) roman filsafat, dan kisah alegari lelaki yang hidup sendiri di sebuah pulau dan dan
yang tanpa hubungan dengan manusia lainnya menemukan kebenaran dengan pemikiran yang
masuk akal, dan kemudian keterkejutannya pada kontak dengan masyarakat manusia untuk
dogmatisme. Ada 3 argumen yang dimukakan oleh Ibn Tufail untuk membuntikan adanya Allah,
yaitu:

Argumen Gerak (al-harakah)


Argumen Materi (al-madat) dan bentuk (al-shurat)
Argumen al-Ghaiyyat dan al-inayat al-ilahiyyat

d.. Ibnu Shina (980-1037) dikenal juga sebagai "Avicenna di dunia Barat adalah seorang filsuf,
ilmuwan, dan dokter kelahiran Persia (sekarang Iran), la juga seorang penulis yang produktif
yang sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan kedokteran. Bagi banyak orang, dia
adalah 'Bapak Kedokteran Modern'. Karyanya yang sangat terkenal adalah al Qanun fi at-Tibb
yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Ibnu Sina bernama lengkap Abū 'Ali al-Husayn bin 'Abdullah bin Sinä. Ibnu Sina lahir pada 980
di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan dan meninggal bulan Juni
1037 di Hamadan, Persia (Iran).

Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di
antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Penyelidikan filosofisnya kompleks,
menggabungkan perspektif Aristotelian dan Platonis, dengan teologi Muslim. Paradigmanya
canggih, membagi semua pengetahuan menjadi teori (matematika, fisika, kimia, astronomi dan
metafisika) dan ilmu praktis (filsafat, etika, ekonomi dan politik). Dalam bukunya, ia
mengembangkan sistem logikanya sendiri, logika Avicennian. Dalam matematika, Ibnu Sina
menjelaskan tentang konsep aritmatika. Sementara dalam astronomi, dia mengusulkan bahwa
Venus lebih dekat ke Matahari daripada Bumi. Dia juga menemukan alat untuk mengamati
koordinat bintang, dan menyatakan bintang-bintang itu bercahaya sendiri. Secara total,
Avicenna menulis lebih dari 400 karya, dan sekitar 240 di antaranya masih bertahan.

e. Al-Ghazali lahir pada 450 H atau antara Maret 1058 hingga Februari 1059 M dengan nama
asli Abu Hamind ibn Muhammad Al-Ghazali. Al-Ghazali atau dikenal sebagai Algazel oleh orang
Barat, adalah teolog Muslim, ahli hukum, filsuf, dan seorang mistik dari Persia, la lahir di kota
Tabaran di distrik Tus yang sekarang terletak di Iran modern. Al-Ghazali mulai menerima
pengajaran ilmu hukum Islam dan seorang guru lokal bernama Ahmad al Radhakani. Haus
ilmu, Al-Ghazali kemudian pergi berguru dengan Al-Juwayni di Nishapur tentang ilmu hukum
dan teologi. la berguru hingga ajal menjemput Al-Juwayni. Setelah itu, Al Ghazali kemudian
bergabung menjadi pemimpin agama di istana lizam al-Mulk, yang saat itu menjadi wazir atau
setara perdana menteri dari sultan Suljuk di Isfahan pada 1085. Pada 1091, Nizam al-Mulk
mempromosikan Al-Ghazali menjadi guru besar di madrasah Nizamiyya di Baghdad.

f. Ibnu Rusyd Muhammad ibn Ahmad ibn Rusyd lahir pada tahun 1126 M/520 H Kordoba, yang
ketika itu merupakan wilayah kerajaan Murabithun. Keluarga Ibnu Rusyd dikenal sebagai tokoh
masyarakat di Kordoba, terutama atas peran mereka dalam bidang hukum dan agama. Kakek
Ibnu Rusyd, yang juga bernama Abu al-Walid Muhammad (wafat 1126) menjabat qadhi al
-qudhat (hakim kepala) di kota tersebut, dan juga merupakan imam Masjid Agung Kordoba.
Ayahnya, Abu al-Qasim Ahmad, juga menjabat sebagai kadi atau hakim pada masa kekuasaan
Murabithun, hingga Kordoba jatuh ke tangan Kekhalifahan Muwahidun. Ibnu Rusyd menerima
pendidikan yang istimewa, dimulai dari pelajaran ilmu Hadis, fikih (hukum Islam), kedokteran
maupun ilmu akidah (teologi Islam). Guru fikihnya adalah Al Hafiz Abu Muhammad ibn Rizq
yang bermazhab Maliki dan guru hadisnya adalah Ibnu Basykuwal, yang merupakan murid dari
kakeknya. Ia juga belajar fikih dari ayahnya, yang mengajarkannya kitab Muwatta karya Imam
Malik, buku teks Maliki yang paling terkenal, yang kemudian dihafalkan oleh Ibnu Rusyd. Guru
kedokterannya adalah Abu Jafar Jarim at-Tajail, yang kemungkinan juga mengajarkannya ilmu
filsafat, la juga mempelajari karya-karya dari Ibnu Bajjah (juga dikenal dengan nama Avempace)
yang mungkin juga merupakan salah satu gurunya, la mengikuti pertemuan rutin para filsuf,
dokter dan sastrawan di kota Sevilla, yang juga dihadiri oleh filsuf Ibnu Thufail dan Ibnu Zuhri
serta Abu Yusuf Yaqub yang kelak akan menjadi khalifah. Ibnu Rusyd muda juga mempelajari
akidah atau teologi kalam dari Mazhab Asy'ariyah, walaupun kelak ia akan mengkritik mazhab
ini. Menurut penulis abad ke 13 Ibnu al-Abbar, Ibnu Rusyd lebih tertarik dengan ilmu hukum dan
ushul fiqh (kaidah-kaidah hukum) dibanding ilmu hadis dan sunnah. Salah satu spesialisasi
yang ditekuninya adalah masalah ikhtilaf atau perbedaan pendapat dalam hukum Islam. Ibnu
Al-Abbar juga menyebutkan ketertarikan Ibnu Rusyd muda pada "ilmu-ilmu orang terdahulu"
(al-ulum al-awa'il), yang kemungkinan maksudnya adalah ilmu alam dan filsafat yang
dikembangkan para ilmuwan Yunani

g. Ibnu Rusyd wafat pada 10 Desember 1198 (595 H) di kota Marakis, Maroko. Jenazahnya
kemudian dibawa ke Andalusia dan dimakamkan di sana. Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi
bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essal dan resume. Hampir
semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi)
sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada Filsafat Ibnu Rusyd ada dua,
yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan
filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya.

BIDANG KEDOKTERAN

a. Jabir Bin Hayyan Nama lengkapnya Abu Abdullah Jabir bin Hayyan al-Kuffi al Sufi. Sumber
lain menyebutkan sebagai Abu Musa dan bukan Abu Abdullah. Jabir bin Hayyan merupakan
seorang yang dianggap paling pantas sebagai wakil utama alkemi (ahli kimia) Arab pada masa
masa awal perkembangannya. Jabir bin Hayyan lahir pada sekitar 100 H atau 721 M di
Khurasan dan meninggal pada tahun 815, Nama lengkapnya adalah Abu Musa Jabir bin
Hayyan Al-Shufiy Al-Azadiy. Sumber lain menyebutnya sebagai Abu Abdullah Jabir bin Hayyan.
Agaknya dapat dipastikan bahwa keluarga Jabir berasal dari suku Azd dari Arabia Selatan,
yang pada masa itu kebangkitan Islam muncul.

Jabir adalah seorang yang berketurunan Arab. Ayahnya bernama Hayyan, seorang ahli obat
obatan (apoteker). Nama ayahnya sering pula dihubungkan dengan intrik-intrik politik yang
terjadi pada abad ke-8 M. Jabir dikenal sebagai Sufi yang tekun dan sering beri'tikaf di sebuah
ruangan khusus di dalam rumahnya. Selain itu, Jabir banyak bergaul dengan kalangan orang
orang yang juga mencintai pengetahuan. Oleh karena itu, dapat dipahami bila kemudian Jabir
juga menjalin hubungan baik dengan para pembesar istana. Dengan dilandasi kesamaan
kepentingan keilmuan, Jabir bergaul baik dengan keluarga Barmak dan khalifah Harun
al-Rasyid. Hubungan baik ini terus berlangsung sampai kemudian, terjadi fitnah terhadap
keluarga Barmak. Dengan kejadian fitnah tersebut, Jabir juga kemudian mengambil langkah
antisipatif menjauh dari Baghdad dan berpindah ke Thusi.

Tokoh besar yang dikenal sebagai "the father of modern chemistry" ini merupakan seorang
muslim yang ahli dibidang kimia, farmasi, fisika, filosofi dan astronomi. Kontribusi terbesar Jabir
bin Hayan adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada
Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Beberapa penemuan
Jabir Ibn Hayyan diantaranya adalah: asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat,
teknik distilasi dan teknik kristalisasi. Dia juga yang menemukan larutan aqua regia (dengan
menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas,

b. Hurain Bin Ishaq Nama lengkap ia Abu Zaid Hunain bin Ishaqal-'ibadi dikenal dalam bahasa
Latin sebagai Johannitius (809-873 M) yang populer pengaruhnya dalam mewarnai kejayaan
pendidikan pada masa kepemimpinan al-Ma'mun sebagai seorang sarjana, dokter, dan
ilmuwan, yang dikenal untuk karyanya dalam menerjemahkan dan medis karya ilmiah di Yunani
ke dalam bahasa Arab dan Syria. Johanes bin Masweh sangat kagum kepada muridnya telah
hingga pada puncaknya sehingga dia mempersembahkan kepadanya sebuah buku dengan
judul "An nadir At Tayyibah". Reputasi i iah Hunain bin Ishaq menyebar di dalam dan luar kota
Baghdad sehingga hingga ke indera pendengaran Khalifah Al Ma'mun melalui dokter
pribadinya. Gibrail yang selalu memuji kepintaran dan kemampuan ilmiah Hunain di dalam
majelis ilmu sang khalifah.

Al Ma'mun mendirikan Baitul hikmah di Baghdad dan memutuskan untuk menerjemahkan buku
buku warisan Yunani ke bahasa Arab. Al Ma'mun memangil sejumlah penerjemah yang populer
untuk menerjemahkan buku-buku dari bahasa Yunani ke bahasa Arab.

c. Thabib Bin Qurra Thabit (Tsabit) Ibnu qurra Ibnu Marwan al-Sabi al-Harrani atau yang lebih
dikenal dengan nama Thabit Ibn Qurra adalah seorang ilmuwan yang berasal dari Harran (Turki
sekarang) yang menguasai ilmu matematika, astronomi dan mekanika. Selain itu, karena
keahliannya dalam bahasa ia juga telah menerjemahkan sejumlah besar karya-karya dari
Yunani ke Arab. Tsabit menerjemahkan buku Euclid yang berjudul Elements dan buku Ptolemy
yang berjudul Geograpia. Di antara tulisan Thabit sejumlah besar masih ada, sementara
beberapa dintaranya sudah hilang. Sebagian besar buku-buku yang ada matematika, diikuti
oleh astronomi dan kedokteran. Buku-buku telah ditulis dalam bahasa Arab tetapi beberapa di
Syria. Pada Abad Pertengahan, beberapa buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin oleh Gherard dari Cremona. Dalam abad terakhir ini, sejumlah buku-bukunya telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa dan diterbitkan.

Dia melanjutkan pekerjaan dari Banu Musa bersaudara dan kemudian anaknyadan cucunya
melanjutkan, tradisi ini, bersama dengan anggota lain dari grup. Buku aslinya serta
terjemahannya diselesaikan pada abad ke-9 memberikan pengaruh yang positif pada
pengembangan penelitian ilmiah berikutnya. Thabit Ibn Qurra lahir di Harran (Turki sekarang)
pada tahun 836 M. Di barat dikenal dengan nama Thebit Namanya menunjukkan bahwa dia
adalah anggota dari sekte Sabian/Sabi'ah.
d. Ar-razi / Razes salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864-930. Beliau lahir
di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Di awal
kehidupannya, al-Razi begitu tertarik dalam bidang seni musik. Namun al-Razi juga tertarik
dengan banyak ilmu pengetahuan lainnya sehingga kebanyakan masa hidupnya dihabiskan
untuk mengkaji ilmu-ilmu seperti kimia, filsafat, logika, matematika dan fisika.

BIDANG MATEMATIKA

a. Umar Al-Farukhan atau Umar Al Farukhan, adalah salah satu tokoh islam yang memiliki
peranan dalam kemajuan ilmu sains dan teknologi pada jaman bani Abbasiyah. Beliau turut
andil dalam peranan perkembangan ilmu di bidang Matematika,
karena jasa beliau yang begitu membantu di masa kini, untuk mengenang jasa-jasanya salah
satu contoh di depan Fakultas Matematika di Universitas Amrikhabir, Taheran, Iran telah
dibuatnya patung beliau sebagai simbol untuk mengenang jasa beliau. Umar bin Farukhan atau
Umar Al Farukhan adalah salah satu tokoh islam yang memiliki peranan dalam kemajuan ilmu
sains dan teknologi pada jaman bani Abbasiyah. Ibnu Athiyyah Al-Andalusy wafat tahun.

b. Al-Khawarizmi Beliau dikenal sebagai penemu aljabar dan nol, Nama asli dari al khawarizmi
ialah Muhammad Ibn Musa Al khawarizmi, Beliau dilahirkan di Bukhara, hidup di Khawarizm,
Usbekistan pada tahun 194 H/780 M dan meninngal tahun 266 H/ 850 M di Baghdad. Al
Khawarizmi sebagai guru aljabar di Eropa Beliau telah menciptakan secans dan tangen dalam
penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di bawah
pemerintahan khalifah Al Ma'mun, di Bayt Al Hikmah di Baghdad, dan beliau juga bekerja dalam
sebuah observatory yaitu tempat belajar matematika dan astronomi. Beliau pernah
memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam.
Khawrizmi adalah seorang tokoh yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab. Banyak
lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematika dan menghasilkan konsep
- konsep matematika yang begitu populer yang masih digunakan sampai sekarang. Bidang
astronomi juga membuat Al Khawarizmi terkenal. Astronomi dapat diartikan sebagai ilmu falaq
(pengetahuan tentang bintang-bintang yang melibatkan kajian tentang kedudukan, pergerakan,
dan pemikiran serta tafsiran yang berkaitan dengan bintang).

BIDANG ASTRONOMI

a. Al-Farazi Abu abdallah Muhammad bin Ibrahim al-Farazi (meninggal 796 atau 806) ialah
seorang filsuf, matematikawan dan astronom Muslim la banyak menterjemahkan buku-buku
sains ke dalam bahasa Arab dan Persia, la juga merupakan astronom muslim pertama yang
menciptakan astrolobe, alat untuk mengukur tinggi bintang. La pernah menerima kiprah untuk
menterjemahkan ilmu angka dan ilmu hitung, serta ilmu astronomi India yang berjulukan Sind
Hind, oleh khalifah Al Mansyur dari Abbasiyah.

Ayahnya berjulukan Ibrahim Al-Fazari yang juga seorang astronom dan matematikawan.
Beberapa sumber menyebut dia sebagai seorang Arab, sumber lain menyatakan bahwa ia ialah
seorang Persia. Al Farazi menetap serta berkarya di Baghdad, Irak, ibu kota kekhalifahan
Abbasiyah

Muhammad bin Ibrahim al-Fazari bersama ayahnya, Ibrahim al fazari, merupakan spesialis
matematika dan astronom di istana kekhalifahan Abbasiya, di era khalifah harun al Rasyid, la
menyusun banyak sekali jenis penulisan astronomi Bersamaan dengan Ya'qub ibn Thariq dan
ayahnya, ia membantu menterjemahkan teks astronomi India oleh Brahma gupta (abad 7 M),
Brahma Sphuta Siddhanta, ke dalam bahasa Arab sebagai Az jiz ala Sini al Arab atau kitab
Sindhind. Terjemahan ini dimungkinkan sebagai saran penting dalam tranmisi angka hindu dari
India ke dalam Islam Dinasti Abbasiyah yang berkuasa dikala itu menawarkan peluang dan
pertolongan yang sangat besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan apalagi dalam bidang

astronomi Khalifah al-Mansyur ialah penguasa Abbasiyah pertama yang memberi perhatian
serius dalam pengkajian astronomi dan astrologi. Khalifah Harun al rasyid mengumpulkan dan
mendorong cendekiawan muslim untuk menerjemahkan bermacam-macam literatur yang
berasal dari Yunani, Romawi Kuno, India, sampai Persia. Al Farazi ialah salah satu astronom
paling awal di dunia Islam,

Beliau memegang kiprah penting dalam kemajuan ilmu astronomi di masa Abbasiyah. Al-Fazari
menerjemahkan beberapa literatur abnormal ke dalam bahasa Arab dan Persia Bersama
dengan beberapa cendekiawan lain, menyerupai Nauhakht, dan Umart ibnu al-Farrukhan
al-Tabari, dia meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan di dunia Islam.

b. Al - Gattani ahli astronomi dan matematikawan muslim pada abad pertengahan yang cukup
berpengaruh, diantaranya adalah Al-Battani. Al-Battani lahir sekitar tahun 858, di Harran.
la memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan al-Raqqi al-Harrani al
Sabi al-Battani. Orang Eropa menyebut Al-Battani dengan sebutan Albategnius. Al-Battani
merupakan anak dari Jabir Ibn San'an Al-Battani, yang merupakan anak seorang ilmuwan
muslim. Keluarga Al-Battani merupakan penganut sekte Sabian yang melakukan ritual
penyembahan terhadap bintang. Akan tetapi Al-Battani tidak mengikuti jejak keluarga
pendahulunya, a menjadi sosok muslim yang taat beribadah..

Pada beberapa literatur hanya disebutkan bahwa semasa mudanya Al-Battani belajar Raqqah.
Di tempat barunya itu, ia tekun mempelajari teks-teks kuno, khususnya karya Ptolomeus, yang
kemudian menuntunnya untuk terus mempelajari astronomi. Bidang keilmuan yang ditekuninya
itu kelak membuatnya menjadi terkenal tidak hanya di kalangan umat Muslim, melainkan juga di
dunia Barat.

Al-Battani secara informal dididik ayahnya yang juga seorang ilmuwan. Sejak kecil, sudah
menunjukkan ketertarikannya pada bidang keilmuan yang digeluti ayahnya. Ketertarikan pada
benda-benda yang ada di langit membuat Al-Battani kemudian menekuni bidang astronomi
tersebut.

c. Abul Wafa Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail Buzjani (Buzhgan,
Nishapur, Iran, 940-997/998)[1] adalah seorang astronom dan matematikawan asal Persia.
Pada tahun 959, Abul Wafa pindah ke Irak, dan mempelajari matematika khususnya
trigonometri di sana. Dia juga mempelajari pergerakan bulan, salah satu kawah di bulan
dinamai Abul Wafa sesuai dengan namanya. Al Buzjani lahir di Buzhgan, Khorasan Raya (kini
Iran). Pada usia 19, tahun 959, dia berpindah ke Baghdad dan menetap di sana untuk empat
puluh tahun kemudian, dan meninggal di sana pada tahun 998.[2] Dia hidup sezaman dengan
ilmuwan terkemuka di kota Baghdad seperti Abu Sahl al-Quhi dan Al-Sijzi, juga sezaman
dengan ilmuwan lain di luar Baghdad seperti Abu Nasr Mansur bin Iraq, Abu-Mahmud Khojandi,
Kushyar ibn Labban dan Al-Biruni.

d. Al-Farghoni adalah seorang ahli astronomi muslim yang sangat berpengaruh. Nama
lengkapnya adalah Abu al-Abbas bin Muhammad bin Kalir al-Farghani. Di Barat, para ahli
astronomi abad pertengahan mengenalnya dengan sebutan al-Farghunus. Al-Farghoni hidup
pada masa daulah Abbasiyah.

Al-Farghani berasal dari Farghana, Transoxania. Farghana adalah sebuah kota di tepi sungai
Sardaria, Uzbekistan. Ia hidup di masa pemerintahan khalifah al-Ma'mun (813-833) hingga
masa kematian al-Mutawakkil (847-881). Al-Farghani sangat beruntung hidup di dua masa
tersebut karena pemerintah kekhalifahan memberi dukungan penuh bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Buktinya, sang khalifah membangun sebuah lembaga kajian yang
disebut Akademi al-Ma'mun, dan mengajak al-Farghani untuk bergabung. Bersama para ahli
astronomi lain, ia diberi kesempatan menggunakan peralatan kerja yang sangat canggih pada
masa itu. Ia memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengetahui ukuran bumi, meneropong
bintang, dan menerbitkan laporan ilmiah. Pada tahun 829, al-Farghani melakukan penelitian di
sebuah observatorium yang didirikan oleh khalifah al-Ma'mun di Baghdad. In ingin mengetahui
diameter bumi, jarak, dan diameter planet lainnya. Pada akhirnya, ia berhasil menyelesaikan
penelitian tersebut dengan baik.
Al-Farghani juga termasuk orang yang turut memperindah Darul Hikmah al-Ma'mun dan
mengambil bagian dalam proyek pengukuran derajat garis lintang bumi. Al-Farghani juga
berhasil menjabarkan jarak dan diameter beberapa planet. Pada masa itu, hal tersebut
merupakan pencapaian yang sangat luar basu. Karya nya adalah Harakat as-Samawiyya wa
Jawami Ilm an-Nujum (Asas-Asas IlmuBintang) adalah salah satu karya utamanya yang berisi
kajian bintang-bintang. Sebelum masa Regiomontanus, Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm
an-Nujum adalah salah satu buku yang sangat berpengaruh bagi perkembangan astronomi di
Eropa.

Anda mungkin juga menyukai