Anda di halaman 1dari 8

Al-Ghazali (450-505 H)

Nama lengkapnya Abu Hamid Al-Ghazali, lahir di desa Gazalah, dekat tus, Iran utara pada tahun
450 H dan wafat pada tahun 505 H di tus juga. Beliau di didik dalam keluarga zuhud (hidup
sederhana dan tidak tamak terhadap duniawi). Beliau belajar di Madrasah imam al-juwaeni.
Setelah beliau menderita sakit, beliau berkhalwat yang artinya mengasingkan diri dari khalayak
ramai dengan niat beribadah mendekatkan diri kepada Allah Swt dan kemudian menjalani
kehidupan tasawuf selama 10 tahun di damaskus, Jerusalem, Mekah, Madinah dan tus. Adapun
jasa-jasa beliau terhadap umat islam antara lain sebagai berikut :
a. Memimpin madrasah nizamiyah di baghdad dan sekaligus sebagai guru besarnya.
b. Mendirikan madrasah untuk para calon ahli fiqih di tus.
c. Menulis berbagai macam buku yang jumlahnya mencapai 288 buah mengenai tasawwuf,
teologi, filsafat, logika dan fiqih.
Di antara buku Al-Ghazali yang terkenal yaitu Ihya Ulum ad-Din yakni membahas masalah-
masalah ilmu aqidah, ibadah, akhlaq, dan tasawwuf berdasarkan al-qur’an dan hadis.
Dalam bidang filsafat, beliau menulis tahafu falas ifah (tidak konsisten nya para filsuf). Al-
Ghazali meruapakan ulama yang sangat berpengaruh di dunia islam sehingga mendapat gelar
hujjatul islam (bukti kebenaran islam).

Sifat Pribadi

Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar Hujjatul Islam
karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan
Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai pelbagai bidang ilmu
pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup
meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan
kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum dia memulai pengembaraan, dia
telah mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Busthami. Imam
al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah mengunjungi tempat-tempat suci di
daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Madinah, Jerusalem dan Mesir. Ia terkenal sebagai ahli
filsafat Islam yang telah mengharumkan nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang
sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi dia telah dididik dengan akhlak yang mulia. Hal ini
menyebabkan dia benci kepada sifat riya, megah, sombong, takabur dan sifat-sifat tercela yang
lain. Ia sangat kuat beribadat, wara', zuhud dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan,
kemegahan dan mencari sesuatu untuk mendapat ridha Allah SWT.

Pendidikan

Pada tingkat dasar, dia mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena
kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan dia
menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang mendalam terhadap
ilmu, dia mula mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih,filsafat, dan mempelajari
segala pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-
mazhab tersebut. Selepas itu, dia melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam
bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di Naisabur. Oleh sebab
Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, dia telah dilantik menjadi mahaguru di Madrasah
Nizhamiyah (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di Baghdad pada tahun
484 Hijrah. Kemudian dia dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana. Ia telah mengembara ke
beberapa tempat seperti Mekkah, Madinah, Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-
ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, dia
menulis kitab Ihya Ulumuddin yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan
pemikiran manusia dalam semua masalah.
Al-Kindi (805-873 M)

Nama lengkapnya Yaqub bin Ishak Al-Kindi, lahir di Kufah pada tahun 805 M dan wafat di
Baghdad pada tahun 873 M. Al-kindi termasuk cendekiawan muslim yang produktif.

Hasil karya Al-Kindi berada di berbagai bidang yakni sebagai berikut :

a. Filsafat

b. Logika

c. Astronomi

d. Kedokteran

e. Ilmu jiwa

f. Politik

g. Musik

h. Matematika.

Beliau berpendapat bahwa filsafat tidak bertentangan dengan agama karena sama-sama
membicarakan tentang kebenaran. Beliau juga merupakan satu-satunya filsof islam dari arab
sehingga di sebut Failasuf al-arab (filsof oramg arab).

Biografi

Al-Kindi dilahirkan di Kufah, ayahnya adalah seorang pejabat pemerintahan pada masa Khalifah
Harun Ar-Rasyid. Dia dipanggil dengan Al-Kindi karena dihubungkan dengan kabilahnya, yaitu
kabilah Arab Kindah. Dia dijuluki filsuf Arab karena dialah filsuf muslim pertama. Barangkali
juga karena dialah satu-satunya diantara sekian banyak filsuf muslim yang tidak diragukan
kearabannya. Perlu disebutkan bahwa berbagai literatur Barat telah menyelewengkan namanya
menjadi Alchendius, sekalipun literatur Barat saat ini menulis dengan namanya yang benar, yaitu
Al-Kindi.

Kehidupan dan Pendidikannya

Al-Kindi menghabiskan masa kecilnya di Kufah bersama kedua orang tuanya. Ketika Al-Kindi
masih anak-anak, ayahnya meninggal dunia. Keadaannya yang yatim tidak mengendorkan
semangatnya. Dia tetap terus mempelajari berbagai macam ilmu di Kufah, Basrah dan Baghdad.
Dia memulai belajarnya dari ilmu-ilmu agama, kemudian filsasat, logika, matematika, musik,
astronomi, fisika, kimia, geografi, kedokteran dan tekhnik mesin.

Kemampuannya dalam bidang filsafat dan penemuannya dalam bidang kedokteran serta
keahliannya sebagai insinyur telah diakui oleh para ilmuwan lain yang hidup pada masanya.
Kejeniusan dan kemampuannya dalam berbagai bidang sempat menjadi sumber kedengkian
orang-orang yang dengki dan lemah jiwanya, sehingga hampir saja Al-Kindi dipenjara,
dicambuk dan diboikot. Anehnya, diantara mereka juga ada yang menjelek-jelekkan prilakunya
dan mengklaimnya sebagai orang pelit.

Dalam bidang penguasaan bahasa asing, Al-Kindi menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Yunani
dan Suryani. Ada yang mengatakan bahwa dia juga mengusai bahasa asing lainnya.
Penguasaannya terhadap berbagai bahasa inilah yang telah membantunya menguasai berbagai
macam ilmu dan menadikannya sangat berpengaruh bagi Khalifah Al-Ma'mun, sehingga dia
mengangkatnya sebagai penerjemah buku-buku asing yang dianggap penting.

Penemuan Ilmiah dan Pemikiran Al-Kindi

Al-Kindi adalah seorang ilmuwan besar yang setara dengan Ibnul Haitsam dan Al-Biruni. Dia
memiliki pemikiran besar yang mungkin mengungguli penemuan para ilmuwan besar lainnya
sepanjang sejarah. Kalau saja dia tidak hidup pada masa itu, barangkali peradaban Islam tidak
akan semaju waktu itu. Demikian juga pada masa Ibnul Haitsam, Al-Biruni, Al-Karakhi dan Ibnu
Sina. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa perkembangan peradaban terjadi karena pergerakan
yang selalu bertambah atau dengan kata lain ada kerja berkesinambungan yang terus-menerus
dilakukan antar generasi. Sebagaimana pada saat itu, Arab tidak memiliki karya besar terjemah
sebelumnya. Al-Kindi termasuk ilmuwan yang hidup pada masa pergerakan terjemah, dan dia
sendiri adalah seorang penerjemah. Para penerjemah buku-buku Al-Kindi mengatakan bahwa
kumpulan buku-buku yang dikarang olehnya dalam bidang filsafat, logika dan berbagai macam
ilmu lainnya, jumlahnya mencapai dua ratus buku. Bahkan Dr. Abdul Halim Muntashir
mengatakan dalam bukunya "Tarikh Al-Ilm" bahwa buku yang dikarang Al-Kindi mencapai 230
buku.

Penemuan di Bidang Astronomi

Al-Kindi mengamati posisi bintang, planet dan letaknya dari bumi. Dia memperingatkan
dampaknya pada bumi, kemungkinan pengukurannya, penentuan pengaruhnya sebagaimana
yang terjadi pada fenomena air pasang dan surut yang sangat berkaitan erat dengan posisi bulan.
Dia memiliki pikiran yang cerdas dan keberanian ilmiah yang menjadikannya berani
menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena alam lainnya di atas bumi, sehingga
dapat menciptakan penemuan baru. Diantara yang menakjubkan adalah bahwa seorang orientalis
berkebangsaan Belanda, De Bour berpendapat setelah melihat tesis Al-Kindi bahwa hepotesanya
tentang air pasang dan surut tentu didasarkan pada eksprimen.
Ibnu Sina (980‒1037 M)

Nama lengkapnya Abu Ali AI-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di Desa Afsyana dekat Bukhara,
wafat dan dimakamkan di Hamazan. Beliau belajar bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu hukum
Islam, teologi Islam, dan ilmu kedokteran. Pada usia 17 tahun, ia telah terkenal dan dipanggil untuk
mengobati Pangeran Samani, Nuh bin Mansyur. Beliau menulis lebih dari 200 buku dan di antara
karyanya yang terkenal berjudul Al-Qanun Fi aṭ-Ṭib, yaitu ensiklopedi tentang ilmu kedokteran dan Al-
Syifa, ensiklopedi tentang filsafat dan ilmu pengetahuan.

Biografi

Kehidupan awal

Ibnu Sina lahir 980 masehi di Afsana, sebuah desa dekat Bukhara (sekarang dikenal dengan Uzbekistan),
ibukota Samaniyah, sebuah dinasti Persia di Central Asia dan Greater Khorasan. Ibunya, bernama
Setareh, berasal dari Bukhara; ayahnya, Abdullah, adalah seorang Ismaili yang dihormati, sarjana dari
Balkh, sebuah kota penting dari Kekaisaran Samanid (sekarang dikenal dengan provinsi Balkh,
Afghanistan). Ayahnya bekerja di pemerintahan Samanid di desa Kharmasain, kekuatan regional Sunni.
Setelah lima tahun, adiknya, Mahmoud lahir. Ibnu Sina sejak kecil mulai mempelajari Al-Quran dan
sasta, kira-kira sebelum ia berusia 10 tahun.

Sejumlah teori telah diusulkan mengenai madhab (pemikiran dalam islam) Ibnu Sina. Sejarawan abad
pertengahan Zahir al-din al-Baihaqi (d. 1169) menganggap Ibnu Sina menjadi pengikut Ikhwan al-Safa.
Di sisi lain, Dimitri Gutas bersama dengan Aisha Khan dan Jules J. Janssens menunjukkan bahwa
Avicenna adalah Sunni Hanafi. Namun, abad ke-14 Shia faqih Nurullah Shushtari menurut Seyyed
Hossein Nasr, menyatakan bahwa ia kemungkinan besar adalah bermadhab Dua Belas Syiah. Sebaliknya,
Sharaf Khorasani, mengutip penolakan undangan dari Gubernur Sunni Sultan Mahmud Ghazanavi oleh
Ibnu Sina di istananya, percaya bahwa Ibnu Sina adalah Ismaili. Perbedaan pendapat serupa ada pada
latar belakang keluarga Avicenna, sedangkan beberapa penulis menganggap mereka Sunni, beberapa lagi
menganggap bahwa dia adalah Syiah.

Menurut otobiografinya, Ibnu Sina telah hafal seluruh Quran pada usia 10 tahun. Ia belajar aritmetika
India dari pedagang sayur India Mahmoud Massahi dan ia mulai belajar lebih banyak dari seorang sarjana
yang memperoleh nafkah dengan menyembuhkan orang sakit dan mengajar anak muda. Dia juga belajar
Fiqih (hukum Islam) di bawah Sunni Hanafi sarjana Ismail al-Zahid.

Sebagai seorang remaja, dia sangat bingung dengan teori Metafisika Aristoteles, yang ia tidak bisa
mengerti sampai dia membaca komentar al-Farabi pada pekerjaan. Untuk tahun berikutnya, ia belajar
filsafat, di mana ia bertemu lebih besar rintangan. Pada saat-saat seperti ini, dia akan meninggalkan buku-
bukunya, melakukan wudhu, kemudian pergi ke masjid dan terus berdoa sampai hidayah menyelesaikan
kesulitan-kesulitannya. Jauh malam, ia akan melanjutkan studi dan bahkan dalam mimpinya masalah
akan mengejar dia dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics
dari Aristoteles, sampai kata-kata itu dicantumkan pada ingatannya; tetapi artinya tak jelas, sampai suatu
hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di sebuah toko buku
seharga kurang dari tiga dirham. Begitu besar kegembiraannya atas penemuannya itu, yang dibuat dengan
bantuan sebuah karya dari yang telah diperkirakan hanya misteri, bahwa ia bergegas untuk kembali,
berterima kasih kepada Tuhan dan diberikan sedekah atas orang miskin.

Dia beralih ke pengobatan di usia 16 dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi juga menemukan
metode baru pengobatan. Anak muda ini memperoleh status penuh sebagai dokter yang berkualitas pada
usia 18 dan menemukan bahwa "Kedokteran adalah ilmu yang sulit ataupun berduri, seperti matematika
dan metafisika, sehingga saya segera membuat kemajuan besar, saya menjadi dokter yang sangat baik dan
mulai merawat pasien, menggunakan obat yang disetujui". Ketenaran Ibnu Sina menyebar dengan cepat
dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.
Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun, nama lengkap: Abu Zayd 'Abd al-Rahman ibn Muhammad
ibn Khaldun al-Hadrami (‫( )عبد الرحمن بن محمد بن خلدون الحض<رمي‬lahir 27 Mei
1332 – meninggal 19 Maret 1406 pada umur 73 tahun) adalah seorang
sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri
ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal
adalah Muqaddimah (Pendahuluan/Pengantar).

Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. adalah dikenal sebagai
sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Sebagai ahli politik
Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang
teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-
1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika
memasuki usia remaja, tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan dan
pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap
berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan yang luas, serta ia hidup di
tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.

Riwayat hidup

Kehidupan Ibn Khaldun didokumentasikan dengan baik, saat dia menulis sebuah otobiografi (
‫رقا‬K‫ا وش‬K‫ه غرب‬K‫دون ورحلت‬K‫ابن خل‬K‫ف ب‬K‫التعري‬, at-Ta'rīf bi-ibn Khaldūn wa-Riḥlatih Gharban wa-Sharqan[1])
di mana banyak dokumen mengenai hidupnya dikutip kata per kata.

Abdurahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin bin Abdurahman bin Ibnu
Khaldun, yang dikenal sebagai "Ibnu Khaldun", lahir di Tunisia pada tahun 1332 M (732 H.)
berasal dari keluarga Andalusia kelas atas keturunan Arab. Leluhur keluarga tersebut memiliki
hubungan kekerabatan dengan Waíl ibn Hujr, seorang teman Nabi Muhammad. Keluarga Ibnu
Khaldun memiliki banyak kantor di Andalusia, beremigrasi ke Tunisia setelah jatuhnya Sevilla
ke Reconquista pada tahun 1248. Di bawah pemerintahan dinasti Hafsiyun beberapa keluarganya
memegang jabatan politik; namun Ayah dan kakek Ibnu Khaldun menarik diri dari kehidupan
politik dan bergabung dalam tatanan mistis. Saudaranya, Yahya Khaldun, juga seorang
sejarawan yang menulis sebuah buku tentang dinasti Abdalwadid, dan ia dibunuh oleh
saingannya yakni seorang ahli historiografi.[2]

Dalam otobiografinya, Ibnu Khaldun menelusuri keturunannya kembali ke masa Nabi


Muhammad melalui suku Arab dari Yaman, khususnya Hadramaut, yang datang ke
Semenanjung Iberia pada abad kedelapan pada awal penaklukan Islam. Dengan kata-katanya
sendiri: "Dan keturunan kita berasal dari Hadramaut, dari orang-orang Arab Yaman, melalui
Wa'il ibn Hujr yang juga dikenal sebagai Hujr bin Adi, dari orang-orang Arab terbaik, terkenal
dan dihormati." (Halaman 2429, edisi Al-Waraq). Namun, penulis biografi Mohammad Enan
mempertanyakan klaimnya, menunjukkan bahwa keluarganya adalah seorang Muladi yang
berpura-pura berasal dari Arab untuk mendapatkan status sosial. [3] Enan juga menyebutkan
tradisi masa lalu terdokumentasi dengan baik, mengenai kelompok-kelompok Berber tertentu, di
mana mereka secara hati-hati "menambah" diri mereka menjadi beberapa keturunan Arab. Motif
semacam ini adalah demi keinginan untuk meraih kekuasaan politik dan kemasyarakatan.
Beberapa berspekulasi tentang keluarga Khaldun ini; Diantaranya menjelaskan bahwa Ibnu
Khaldun sendiri adalah produk dari keturunan Berber yang sama dengan mayoritas penduduk
asli tempat kelahirannya. Sarjana Islam Muhammad Hozien berpendapat bahwa "Identitas palsu
[Berber] akan berlaku namun pada saat nenek moyang Ibnu Khaldun meninggalkan Andalusia
dan pindah ke Tunisia mereka tidak mengubah klaim mereka terhadap keturunan Arab. Bahkan
di saat Berber berkuasa, Pemerintahan Al-Marabats dan al-Mowahid, dan Ibnu Khaldun tidak
merebut kembali warisan Berber mereka". Penelusuran Ibu Khaldun dari silsilah dan nama
keluarganya sendiri dianggap sebagai indikasi paling kuat dari keturunan Arab Yaman.

Peninggalan

 Sejarawan Inggris Arnold J. Toynbee menyebut Muqaddimah sebagai "sebuah filosofi


sejarah yang tidak diragukan lagi merupakan karya terbesar dari jenisnya yang pernah
diciptakan oleh pikiran manapun kapanpun atau dimanapun."
 Filsuf Inggris Robert Flint menulis hal berikut tentang Ibn Khaldun: "Sebagai seorang
ahli teori sejarah, dia sama sekali tidak setara dalam usia atau negara manapun sampai
Vico muncul, lebih dari tiga ratus tahun kemudian. Plato, Aristoteles, dan Agustinus
bukanlah teman sebayanya, dan Semua yang lain tidak layak untuk disebutkan namanya
bersamanya ".
 Abderrahmane Lakhsassi menulis: "Tidak ada sejarawan Arab Maghrib terutama orang-
orang Berber dapat melakukan sesuatu tanpa kontribusi historisnya."
 Ahli antropologi filsuf Inggris Ernest Gellner mempertimbangkan definisi pemerintahan
oleh Ibnu Khaldun sebagai "sebuah institusi yang mencegah ketidakadilan", sebagai yang
terbaik dalam sejarah teori politik.
 Egon Orowan, yang menciptakan konsep socionomy, dipengaruhi oleh gagasan Ibnu
Khaldun tentang evolusi masyarakat.
 Arthur Laffer, yang menamai kurva Laffer, mencatat bahwa, antara lain, beberapa
gagasan Ibnu Khaldun menginspirasinya.
 Pada tahun 2004, Pusat Komunitas Tunisia meluncurkan Penghargaan Ibnu Khaldun
yang pertama sebagai seorang berprestasi berpendidikan tinggi / berpendidikan Tunisia /
Amerika yang karyanya mencerminkan gagasan Ibnu Khaldun tentang kekerabatan dan
solidaritas. Penghargaan ini dinamai Ibn Khaldun karena dia diakui secara universal
sebagai Bapak Sosiologi dan juga untuk konvergensi gagasannya dengan tujuan dan
program organisasi.
 Pada tahun 2006, Atlas Economic Research Foundation meluncurkan sebuah kontes esai
tahunan untuk siswa yang diberi nama dalam kehormatan Ibnu Khaldun. Tema dari
kontes ini adalah "bagaimana individu, think tank, universitas dan pengusaha dapat
mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk memungkinkan pasar bebas berkembang dan
memperbaiki kehidupan warganya berdasarkan ajaran dan tradisi Islam."
 Pada tahun 2006, Spanyol memperingati ulang tahun ke 600 kematian Ibnu Khaldun.

Anda mungkin juga menyukai