Anda di halaman 1dari 18

Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

PERADABAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA DINASTI ABBASIYAH


1. Filsafat
a) Al-Kindi (194-260 H/809-873 M), Al-Kindi memiliki nama lengkap Abu Yusuf
Ya'qub bin Ishak Al- Kindi. Di dunia Barat ia dikenal dengan sebutan al-Kindus.
Al-Kindi lahir pada 809 M di Kufah (sekarang Arab Saudi) dari keturunan suku
Kindah, Arab Selatan. Selain sebagai filsuf muslim pertama, Al-Kindi juga
dikenal sebagai bapak pelopor berbagai ilmu pengetahuan. Ia menghadirkan
filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan
pikiran-pikiran asing tersebut. Ia menerjemahkan teks-teks penting. Sejak
didirikannya Bait al-Hikmah oleh al-Ma'mun, al- Kindi turut aktif dalam kegiatan
penerjemahan ini. Di samping menerjemah, ia juga memperbaiki terjemahan
sebelumnya. Karena keahliannya, ia diangkat sebagai ahli istana dan menjadi guru
putra al-Mu'tashim, yaitu Ahmad. Standar kosakata filosofis bahasa Arab banyak
yang berasal dari al-Kindi. Jika bukan karena dia, karya filsuf seperti al-Farabi,
Ibnu Sina, dan al-Ghazali mungkin tidak pernah ada. Karya al-Kindi yang sangat
terkenal antara lain di bidang studi metafisis, yaitu Fi al-Falsafa al-Ula (Filsafat
Pertama). Dalam Fi al-Falsafa al-Ula, al-Kindi menjelaskan filsafat pertama yang
juga termasuk filsafat tertinggi. Filsafat pertama adalah pengetahuan mengenai
penyebab pertama. Penyebab pertama dianggap sangat utama karena menjabarkan
penyebab adanya waktu. Dengan mempelajari filsafat, orang akan belajar
pengetahuan di alam realitas dan akan bisa mempelajari keilahian dan keesaan
Tuhan. Manusia juga akan belajar mengenai kualitas manusia. Al-Kindi
menekankan pentingnya intelektual (aql) dan membandingkannya dengan
masalah. Ia telah menulis sebanyak 236 judul buku karangan. Saat menulis
filsafat, ia tidak banyak berargumen mengenai agama. Ia justru dengan konsisten
menunjukkan bahwa filsafat sangat sesuai dengan nilai-nilai Islam ortodoks.

b) Al-Farabi (870-950M), Al-Farabi merupakan julukan bagi Abu Nasr Ibnu


Muhammad ibnu Tarkhan ibnu Auzalagh. Al-Farabi dilahirkan di sebuah desa
bernama Wasij yang merupakan distrik dari kota Farab. Saat ini kota Farab
dikenal dengan nama kota Atrar/Transoxiana tahun 257 H/870 M. Al-Farabi oleh
orang-orang latin abad tengah dijuluki dengan Abu Nashr (Abunaser), sedangkan
julukan Al-Farabi diambil dari nama kota Farab, tempat ia dilahirkan. Ayahnya
adalah seorang jenderal berkebangsaan Persia dan ibunya berkebangsaan Turki.
Sejak dini, Al-Farabi dikenal sebagai anak yang suka belajar dan juga rajin serta
ia memiliki kemampuan untuk menguasai berbagai bahasa, antara lain bahasa
Iran, Turkestan, dan Kurdistan. Bahkan menurut Munawir Sjadzali, Al-Farabi
dapat berbicara dalam tujuh puluh macam bahasa; tetapi yang ia kuasai dengan
aktif, hanya empat bahasa: Arab, Persia, Turki, dan Kurdi. Di usia muda, Al-
Farabi hijrah ke Baghdad yang pada waktu itu merupakan pusat ilmu
pengetahuan. Di Baghdad ia belajar kepada Abu Bakar Al-Saraj untuk
mempelajari kaidah bahasa Arab, dan kepada Abu Bisyr Mattius ibnu Yunus
(seorang kristen) untuk belajar logika dan filsafat. Selanjutnya ia hijrah ke Harran
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

yang merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia Kecil dan belajar kepada
Yuhanna ibnu Jailan. Kemudian, ia kembali ke Baghdad untuk memperdalam
filsafat. Al-Farabi merupakan filsuf Islam terbesar, ia memiliki keahlian di
berbagai bidang, di antaranya adalah ilmu bahasa, matematika, kimia, astronomi,
kemiliteran, musik, ilmu alam, ketuhanan, fiqh, dan manthiq. Tetapi, sayangnya
tidak banyak karya dari Al-Farabi yang diketahui, karena karyanya berupa risalah
yang merupakan karangan pendek dan tidak banyak yang berupa buku besar yang
pembahasannya mendalam, kebanyakan karyanya telah hilang. Ciri khas dari
karya-karya Al-Farabi adalah memberi ulasan dan juga penjelasan terhadap karya
dari Aristoteles, Iskandar Al Fraudismy dan Plotinus. Salah satu pemikiran filsafat
Al-Farabi, ialah Al-Farabi mengartikan filsafat sebagai Al Ilmu bilmaujudaat
bima Hiya Al Maujudaat yang artinya adalah suatu ilmu yang menyelidiki hakikat
sebenarnya dari segala yang ada ini. Ia berhasil meletakkan dasar-dasar filsafat ke
dalam Islam. ia juga mengatakan bahwa tidak ada pertentangan antara filsafat
Plato dan Aristoteles. Al-Farabi mempunyai dasar berfilsafat dengan
memperdalam ilmu dengan segala yang maujud hingga membawa pengenalan
Allah sebagai penciptanya.

c) Ibnu Bajjah (475-533 H), pria yang bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin
Yahya bin as-Sai`igh ini dikenal menguasai sejumlah bidang keilmuan, seperti
filsafat, matematika, biologi, astronomi, logika, tata bahasa, sastra, dan musik.
Orang mengenalnya sebagai Ibnu Bajjah yang dilahirkan di Saragossa, utara
Spanyol pada 475 Hijriyah dan tutup usia di Fez (Maroko) pada Ramadhan tahun
533 Hijriyah. Ibnu Bajjah menulis beberapa komentar tentang Aristoteles. Hal
sama juga dilakukan para filsuf paripatetik atau masyaiyah lainnya, seperti Abu
Ya'qub al-Kindi, Abu Nasr al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Dia dijuluki al-
wazir al-hakim atau menteri yang ahli hikmah. Dia telah mendapatkan nama dan
ketenaran setelah memegang jabatan menteri untuk dua penguasa. Pertama di
Saragossa yang ketika itu dikuasai dinasti al- Murabitun pada 503/1110. Setelah
itu, Ibnu Bajjah diangkat menjadi wazir oleh penguasa Yahya bin Yusuf bin
Tashufin selama 20 tahun. Pemikiran filosofisnya tercermin dalam Risalah Ittisal
al-'Aql bil-Insan (Risalah tentang Keterkaitan Intelek dengan Manusia) dan kitab
Tadbirul Mutawahhid. Karyanya yang bertahan adalah Kitabun Nafs (Buku
tentang Jiwa), sebuah risalah filosofis tentang psikologi yang memengaruhi
intelektual setelahnya, seperti Ibnu Tufayl dan Ibnu Rusyd. Selain keduanya,
karya Ibnu Bajjah juga mewarnai dunia intelektual di Barat. Di sana dia dikenal
sebagai Avempace. Gagasannya tentang jiwa dan falsafah dibahas dalam bahasa
Latin dan Ibrani. Karyanya, seperti Tadbirul Mutawahhid, Risalah Ittisal, dan
Risalatul Wada diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani dan dibaca secara luas di
Eropa.

d) Ibnu Thufail (1105-1185 M), Ibnu Thufail adalah salah satu filsuf muslim yang
lahir dari kejayaan peradaban Islam di barat, yaitu di Andalusia. Nama
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail al-Qaisi
al-Andalusi, dengan nama populernya di dunia Barat Abubacer dan di dunia
Timur dengan nama Ibnu Thufail. Beliau lahir di Wady Asy, sebuah daerah yang
dekat dengan Granada, tepatnya di kota Guadix pada tahun 506 H /110 M. Beliau
merupakan keturunan suku Arab terkemuka, yaitu suku Qais. Karya yang
dihasilkan oleh Ibnu Thufail diketahui tak banyak jumlahnya, namun masih ada
satu atau dua karyanya yang masih sampai kepada kita. Salah satunya adalah
sebuah novel filsafat terkenal berjudul Hayy bin Yaqzhan, yang menjadi satu dari
sekian di antara buku-buku yang paling cemerlang pada abad-abad pertengahan.

e) Ibnu Shina (370-428 H), Ibnu Sina lahir pada tahun 370 H/ 980 M di Afsyanah,
sebuah kota kecil di wilayah Uzbekistan saat ini. Ayahnya yang berasal dari
Balkh Khorasan adalah seorang pegawai tinggi pada masa Dinasti Samaniah
(204-395 H/819-1005 M). Sejak kecil, Ibnu Sina sudah menunjukkan kepandaian
yang luar biasa. Di usia 5 tahun, ia telah belajar menghafal Alquran. Selain
menghafal Alquran, ia juga belajar mengenai ilmu-ilmu agama. Ilmu kedokteran
baru ia pelajari pada usia 16 tahun. Tidak hanya belajar mengenai teori
kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit dan melalui perhitungannya
sendiri, ia juga menemukan metode-metode baru dari perawatan. Profesinya di
bidang kedokteran dimulai sejak umur 17 tahun. Kepopulerannya sebagai dokter
bermula ketika ia berhasil menyembuhkan Nuh bin Mansur (976-997), salah
seorang penguasa Dinasti Samaniah. Banyak tabib dan ahli yang hidup pada masa
itu tidak berhasil menyembuhkan penyakit sang raja sebelumnya. Sebagai
penghargaan, sang raja meminta Ibnu Sina menetap di istana, paling tidak untuk
sementara selama sang raja dalam proses penyembuhan. Tapi Ibnu Sina
menolaknya dengan halus, sebagai gantinya ia hanya meminta izin untuk
mengunjungi sebuah perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Siapa sangka,
dari sanalah ilmunya yang luas makin bertambah. Ibnu Sina selain terkenal
sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama dan kedokteran, ia juga ahli dalam
bidang matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika dan filosofi.
Pada usia 18 tahun, Ibnu Sina memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan.
Tak hanya itu, ia juga mendalami masalah-masalah fikih dan menafsirkan ayat-
ayat Alquran. Ia banyak menafsirkan ayat-ayat Alquran untuk mendukung
pandangan-pandangan filsafatnya. Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya
meninggal. Setelah kematian ayahnya ia mulai berkelana, menyebarkan ilmu dan
mencari ilmu yang baru. Tempat pertama yang menjadi tujuannya setelah hari
duka itu adalah Jurjan, sebuah kota di Timur Tengah. Di sinilah ia bertemu
dengan seorang sastrawan dan ulama besar Abu Raihan Al-Biruni. Ia kemudian
berguru kepada Al-Biruni. Setelah itu Ibnu Sina melanjutkan lagi perjalanannya
untuk menuntut ilmu. Rayy dan Hamadan adalah kota selanjutnya, sebuah kota
dimana karyanya yang spektakular Qanun fi Thib mulai ditulis. Di tempat ini pula
Ibnu Sina banyak berjasa, terutama pada raja Hamadan. Seakan tak pernah lelah,
ia melanjutkan lagi pengembaraannya, kali ini daerah Iran menjadi tujuannya. Di
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

sepanjang jalan yang dilaluinya itu, banyak lahir karya-karya besar yang
memberikan manfaat besar pada dunia ilmu kedokteran khususnya. Tentu tak
berlebihan bila Ibnu Sina mendapat julukan Bapak Kedokteran Dunia. Karena
perkembangan dunia kedokteran awal tidak bisa terlepas dari nama besar Ibnu
Sina. Ia juga banyak menyumbangkan karya-karya asli dalam dunia kedokteran.
Dalam Qanun fi Thib misalnya, ia menulis ensiklopedia dengan jumlah jutaan
item tentang pengobatan dan obat-obatan. Ia juga adalah orang yang
memperkenalkan penyembuhan secara sistematis, dan ini dijadikan rujukan
selama tujuh abad lamanya. Ibnu Sina pula yang mencatat dan menggambarkan
anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya. Dan dari sana ia
berkesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut hingga
ujung kaki kuku saling berhubungan. Ia adalah orang yang pertama kali
merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa ada kaitan dan saling
mendukung. Lebih khusus lagi, ia mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang
sekarang diberi nama pathology dan farma, yang menjadi bagian penting dari
ilmu kedokteran. Selain The Canon of Medicine, ada satu lagi kitab karya Ibnu
Sina yang tak kalah dahsyatnya pula. Asy-Syifa, begitu judul kitab karya Ibnu
Sina ini. Sebuah kitab tentang cara-cara pengobatan sekaligus obatnya. Kitab ini
di dunia ilmu kedokteran menjadi semacam ensiklopedia filosofi dunia
kedokteran. Dalam bahasan latin, kitab ini di kenal dengan nama 'Sanatio'. Ibnu
Sina wafat pada tahun 428 H/1037 M di kota Hamdan, Iran.

f) Al-Ghazali (1058-1111 M), Namanya Abu Hamid Ibn Muhammad Ibn


Muhammad al-Tusi al-Shafi’i al-Ghazali, dikenal dengan Imam Al-Ghazali.
Tahun 1058 A.D., dia lahir di Khorasan, tepatnya di desa Ghazalah, pinggir kota
Thus, yang terletak di bagian timur laut negara Iran, dekat dengan kota Mashhad,
ibu kota wilayah Khurasan. Al-Ghazali berasal dari keluarga yang kuat agamanya.
Setiap hari ayahnya pekerja sebagai penenun kain dari bulu biri-biri. Meskipun,
ayahnya tidak memiliki harta yang banyak atau miskin, namun beliau seorang
ayah yang jujur dan baik hati. Ayah Al-Ghazali suka bergaul dengan al-ulama dan
para sufi. Pergaulan yang terjadi di antara mereka untuk memetik ilmu agama,
berbakti, dan berkhidmat pada mereka. Pergaulan beliau dengan orang-orang
yang berilmu dan sering mendengar pelajaran dari ilmu mereka membuat
beliaunya merasakan pengaruh positif. Suatu hari ayah Al-Ghazali berdoa agar
dikaruniai seorang anak yang berilmu, cerdik, dan shalih. Kemudian, doanya
tersebut dikabulkan oleh Allah SWT. Lalu lahirlah anaknya, anak yang diberi
nama Muhammad. Muhammad terus tumbuh menjadi seorang yang shalih sampai
pada hari tuanya, dia kemudian menjadi guru dari golongan al-shalihin dan
dikenal sebagai al-Imam Abu Hamid al-Ghazali. Sayangnya, pada usia 6 tahun,
ayah Al-Ghazali meninggal dunia. Hal ini menjadikan Al-Ghazali dan adiknya,
Ahmad diasuh oleh mutasawwif, sahabat dari ayahnya. Meskipun diasuh oleh
sahabat ayahnya, ayah Al-Ghazali mewasiatkan sedikit harta pada sahabatnya
untuk biaya kehidupan anaknya. Al-Ghazali memiliki kemampuan untuk
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

mengingat yang kuat dan bijak dalam berhujah. Bahkan beliau memperoleh gelar
Hujjat al-Islam berkat kemampuannya tersebut. Al-Ghazali sangat dihormati di
dunia Islam yaitu Abbasiyah dan Saljuk yang merupakan pusat kebesaran Islam.
Al-Ghazali mampu menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan, dan sangat
cinta pada ilmu pengetahuan. Bahkan, Al-Ghazali mampu meninggalkan
kemewahan hidup dan kesenangan hidup demi mencari pengetahuan. Al-Ghazali
sebelum memulai rihlah ilmiah, telah belajar karya ahli suf ternama, antara lain
al-Junaid dan Abu Yazid al-Busthami. Jalan sufi yang dipilih oleh Al-Ghazali
membuatnya meninggalkan kedudukannya di Baghdad. Dengan menggunakan
jubah sufi, dia menyelinap dan meninggalkan Baghdad. Peristiwa itu terjadi pada
488 Hijriah. Al-Ghazali memutuskan untuk mengasingkan dirinya di Damaskus.
Al-Ghazali memilih untuk menghabiskan waktunya untuk beribadah, tafakur, dan
dzikir tanpa henti. Di Damaskus, Al-Ghazali menghabiskan waktunya selama dua
tahun dalam kesunyian dan kesendirian. Al-Ghazali selama berada di Damaskus
menelaah sifat-sifat hati melalui tulisan yang dibukukan dalam Ajaib al-Qalbi, al-
Awwal min Rubual-Muhlikat. Kitab-kitab yang ditulis oleh Al-Ghazali sangat
banyak dan diperhitungkan. Kitabnya berjumlah lebih dari 300 buah, namun
yang masih kekal sampai saat ini kurang lebih 50 buah saja. Bahasa yang
digunakan dalam penulisan kitab, sebagian besar bahasa Arab dan ada juga yang
bahasa Parsi.

g) Ibnu Rusyd (1126-1198 M), Ibnu Rusyd adalah Salah satu ilmuwan muslim yang
lahir dari kejayaan Islam di benua Eropa, beliau lahir di Cordoba, Andalusia tahun
520 H/1126 M, tepatnya 15 tahun setelah Imam Ghazali wafat. Beliau lahir dari
sebuah keluarga yang kaya harta dan juga kaya ilmu. Nama lengkapnya adalah
Abu Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd, atau di dunia Barat terkenal
dengan nama Averrous. Perjalanan intelektualnya dimulai di Cordoba dengan
belajar kepada ayahnya yang merupakan seorang hakim. Dari sang ayah, Ibnu
Rusyd belajar tentang ilmu fikih, ushul fikih, ilmu kalam, bahasa dan sastra.
Setelah itu, sang ayah kemudian mendatangkan Abi Al-Qashim bin Basyakawal,
Abi Marwan bin Mazarrah, Abi Bakri bin Zamhum, Abi Ja’far bin Abdul Azis,
dan Abi Abdillah Al-Muzarij untuk mengajarkan fikih dan berbagai disiplin ilmu
kepada Ibnu Rusyd. Selain itu, Ibnu Rusyd juga belajar tentang matematika,
fisika, astronomi, filsafat dan lain sebagainya. Di masa kehidupan Ibnu Rusyd,
Cordoba adalah pusat peradaban Islam yang ada di Barat, bahkan kegemilangan
Cordoba menjadi pesaing Baghdad. Di mana banyak ilmu pengetahuan
berkembang pesat di sana, salah satunya adalah kajian filsafat. Filsafat Ibnu
Rusyd adalah corak filsafat Aristotalian, bahkan beliau mendapat julukan sang
komentator Aristoteles. Beliau juga yang membela para filsuf dari yang pernah
dikritik Al-Ghazali, di mana beliau menuis kitab Tahafut at-Tahafut untuk
menyanggah tuduhan yang lemparkan oleh Al-Ghazali kepada para filsuf yang
ada dalam kitabnya Tahafut al-Falasifah. Ibnu Rusyd adalah satu dari banyaknya
ilmuwan dan ulama besar Islam yang lahir dari kejayaan peradaban Islam di dunia
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

Barat, sumbangsih pemikirannya bukan hanya kepada dunia filsafat saja, akan
tetapi juga dalam bidang fikih, kedokteran, kalam, dan lain sebagaiya. Diantara
karya-karyanya yang sangat penting adalah Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul
Muqtasid, yang berisi tentang perbandingan madzhab dalam fikih. Kemudian ada
Fashl al-Maqal fi Baina al-Hikmah wa Asy-Syari’at, yang menjelaskan tentang
adanya persesuaian antara filsafat dengan syari’at. Manahij al-Adillah fil Laqaidi
Ahla al-Millah, sebuah kitab yang menjelaskan tentang pendirian aliran-aliran
ilmu kalam dan kelemahannya. Kemudian ada kitab Tahafut at-Tahafut, yang
merupakan sebuah kitab terkenal dalam kajian filsafat dan ilmu kalam, yang
dimaksudkan untuk menyanggah dan mengkritik pendapat Imam Ghazali yang
pernah menyerang para filsuf melalui kitabnya Tahafut al-Falasifah.

2. Kedokteran
a) Jabir bin Hayyan. Beliau memiliki nama lengkap Abu Abdullah Jabir bin Hayyan al-
Kuffi al-Sufi. Sumber lain menyebutkan sebagai Abu Musa dan bukan Abu
Abdullah. Jabir bin Hayyan merupakan seorang yang dianggap paling pantas sebagai
wakil utama alkemi (ahli kimia) Arab pada masa-masa awal perkembangannya. Ia
lahir di Kuffah, Irak pada tahun 721 M dan meninggal dunia pada tahun 815 M.
Jabir adalah seorang yang berketurunan Arab, namun ada juga yang mengatakan
bahwa ia adalah orang Persia. Ayahnya bernama Hayyan, seorang ahli obat-obatan
(apoteker) dari Kufah yang kemudian pindah ke Toos. Nama ayahnya sering pula
dihubungkan dengan intrik-intrik politik yang terjadi pada abad ke-8 M, yang pada
akhirnya menyebabkan Dinasti Umayah terguling. Tokoh besar yang dikenal sebagai
“the father of modern chemistry” ini merupakan seorang muslim yang ahli dibidang
kimia, farmasi, fisika, filosofi dan astronomi. Kontribusi terbesar Jabir bin Hayan
adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada
Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Jabir Ibnu
Hayyan mampu mengubah persepsi tentang berbagai kejadian alam yang pada saat
itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diprediksi, menjadi suatu ilmu sains
yang dapat dimengerti dan dipelajari oleh manusia. Ia mengembangkan teknik
eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen
dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan
dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis
ditemukannya hukum perbandingan tetap. Kontribusi lainnya antara lain dalam
penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta
pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut. Jabir Ibn Hayyan
telah mampu mengubah persepsi tentang berbagai kejadian alam yang pada saat itu
dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diprediksi, menjadi suatu ilmu sains yang
dapat dimengerti dan dipelajari oleh manusia. Penemuan-penemuannya di bidang
kimia telah menjadi landasan dasar untuk berkembangnya ilmu kimia dan tehnik
kimia modern saat ini. Jabir Ibn Hayyan-lah yang menemukan asam klorida, asam
nitrat, asam sitrat, asam asetat, tehnik distilasi dan tehnik kristalisasi. Dia juga yang
menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

nitrat) untuk melarutkan emas. Jabir bin Hayyan mampu mengaplikasikan


pengetahuannya di bidang kimia kedalam proses pembuatan besi dan logam lainnya,
serta pencegahan karat. Dia jugalah yang pertama mengaplikasikan penggunaan
mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca. Jabir terus bekerja dan bereksperimen
dalam bidang kimia dengan tekun di sebuah laboratorium dekat Bawaddah di
Damaskus dengan ciri khas eksperimen-eksperimennya yang dilakukan secara
kuantitatif, bahkan instrument-instrument yang digunakan untuk eksperimentnya ia
buat sendiri dari bahan logam, tumbuhan dan hewani. Di laboratoriumnya itulah
Jabir berhasil menemukan berbagai penemuan besar yang sangat bermanfaat sampai
saat ini, bahkan di laboratorium itu pula telah ditemukan berbagai peralatan kimia
miliknya. Di dalamnya didapati peralatan kimianya yang hingga kini masih
mempesona, dan sebatang emas yang cukup berat. Tak hanya penemuan-
penemuannya yang luar biasa yang telah ia ciptakan, namun pemikirannya juga
sangat berpengaruh bagi para ilmuwan muslim lainnya seperti Al-Razi (9 M),
Tughrai (12 M) dan Al-Iraqi (13 M). Bahkan tidak hanya itu, buku-buku yang
ditulisnya pun sangat berpengaruh bagi perkembangan kemajuan ilmu kimia di
Eropa.

b) Hunain bin Ishaq (194-264 H), nama lengkap beliau Abu Zaid Hunain bin
Ishaqal-'Ibadi dikenal dalam bahasa Latin sebagai Johannitius (809-873 M) yang
terkenal pengaruhnya dalam mewarnai kejayaan pendidikan pada masa
kepemimpinan al-Ma’mun sebagai seorang sarjana, dokter , dan ilmuwan , yang
dikenal untuk karyanya dalam menerjemahkan dan medis karya ilmiah di Yunani ke
dalam bahasa Arab dan Syria. Gurunya Johanes bin Masweh sangat kagum kepada
muridnya telah sampai pada puncaknya sehingga dia mempersembahkan kepadanya
sebuah buku dengan judul “An Nadir At Tayyibah”. Reputasi ilmiah Hunain bin
Ishaq menyebar di dalam dan luar kota Baghdad sehingga sampai ke telinga
Khalifah Al Ma’mun melalui dokter pribadinya Gibrail yang selalu memuji
kepintaran dan kemampuan ilmiah Hunain di dalam majelis ilmu sang khalifah. Al
Ma’mun mendirikan Baitul hikmah di Baghdad dan memutuskan untuk
menerjemahkan buku-buku warisan Yunani ke bahasa Arab. Al Ma’mun memangil
sejumlah penerjemah yang terkenal untuk menerjemahkan buku-buku dari bahasa
Yunani ke bahasa Arab. Di antara para penerjemah yang terkenal itu adalah Hunain
bin Ishaq, yang ketika masih berusia muda. Al Ma’mun meminta darinya untuk
menerjemahkan buku-buku para filsuf Yunani ke bahasa Arab dan dalam waktu
yang sama sang khalifah juga meminta darinya untuk memperbaiki apa yang
diterjemahkan oleh para penerjemah yang lain. Hunain mematuhi permintaan sang
khalifah dan kemudian dia menjadi pengawas urusan penerjemahan di Baitul
hikmah. Ibnu Abu Ashiba’ah menuturkan: “Al Ma’mun memberikan kepada Hunain
bin Ishaq emas seberat buku-buku yang diterjemahkannya ke bahasa Arab”. Seperti
buku Al ‘Asyara Maqalat Fil ‘Uyun (sepululuh Makalah Tentang Mata) merupakan
revolusi ilmiah tentang sejarah kedokteran mata di kala itu, dan Al Masa’il Fit Tib-
(persoalan Tentang Kedokteran).
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

c) Tsabit bin Qurra (221-228 H), Ilmuwan Muslim yang satu ini adalah seorang yang
ahli matematika, astronomi, dan kedokteran. Bahkan ia disebut-sebut mengungguli
semua dokter pada masanya. Dia juga termasuk salah satu dari penerjemah
terkemuka yang memikul tanggung jawab mengalihkan berbagai macam ilmu dari
bahasa latin ke dalam bahasa Arab pada masa kejayaan terjemah. Namanya Abu Al-
Hasan bin Marwan Tsabit bin Qurrah Al-Harrani atau lebih dikenal sebagai Tsabit
bin Qurrah. Dia dilahirkan di Harran, suatu tempat yang terletak di antara sungai
Dajlah dan Furat di Turki pada tahun 221 H (836 M), dari keluarga Ash-Shaibah.
Tsabit telah menampakkan kecerdasannya sejak usia dini ketika dia masih belajar
ilmu. Pada suatu hari, dia berbeda pendapat dengan kelompoknya tentang beberapa
hal yang membuat mereka menganggapnya telah keluar dari kelompoknya sehingga
mereka melaranggnya untuk masuk ke tempat peribadatan mereka. Dia lalu hijrah ke
suatu daerah yang disebut Kafrutuma. Di tempat tersebut, dia bertemu dengan
seorang ilmuwan besar dalam bidang matematika, Muhammad bin Musa al-
Khawarizmi yang merasa kagum dengan kecerdasan Tsabit. Dia memang memiliki
kesiapan mental dan akal untuk belajarm hingga akhirnya al-Khawarizmi
mengajaknya ke Baghdad. Pendidikan dan Kedudukannya Di Badhdad, kiblat ilmu
pada saat itu. Tsabit bin Qurrah mengajarkan ilmu matematika, astronomi,
kedokteran dan filsafat. Dia kemudian bergabung di sekolah Musa bin Syakir untuk
mengajarkan ilmu yang dikuasainya. Dia selalu mendapatkan pujian atas apa yang
diajarkannya. Tsabit lalu dikenal dengan sebutan khusus sebagai dokter. Akan tetapi
sebagian besar karya dan penemuannnya terdapat dalam ilmu matematika dan
astronomi. Kemampuannya sebagai seorang dokter, atronom, ahli matematika dan
filsuf terdengar ke telinga Khalifah Dinasti Abbasiyah bernama Al-Mu’tadh.
Khalifah lalu memanggilnya ke Istana dan mengumpulkannya bersama para
astronom lainnya. Akan tetapi dia mengungguli mereka semua. Dia telah
menunjukan kemampuannya dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sehingga
menambah kecintaan Al-Mu’tadh kepadanya dan memberinya jabatan yang tinggi.
Bahkan dia didudukan di samping khalifah sambil bersenda gurau dengannya, tanpa
keikutsertaan para menteri dan orang-orang dekatnya. Tsabit termasuk di antara
salah seorang yang bekerja di teropong milik Khalifah Al-Ma’mudn di Baghdad. Di
sini dia mmbuat teori kecenderungan persamaan siang dan malam pada musim semi
dan musim gugur. Kedudukan Tsabit yang tinggi di Istana sangat berpengaruh dalam
mengangkat derajat Ash-Shaibah, dengan munculnya seorang ilmuwan dari
kalangan mereka. Tsabit merupakan ilmuwan yang menjadi pelanjut dan
penyempurna atas karya-karya al-Khawarizmi. Ia mengikuti metode-metode dan
dasar-dasar yang telah dirintis oleh al-Khawarizmi tentang Mu’dalah pangkat dua,
sehingga memungkinkan baginya memakai geometri dari uraian pangkat tiga. Pada
abad XVI metode Tasbit ini dilanjutkan oleh seorang sarjana Italia bernama
Geerowlamo Cardan dalam menguraikan persamaan pangkat tiga. Dengan tegas ia
mengakui Tsabit bin Qurrah adalah orang pertama yang menciptakan integral
Calculus dan Differential Calculus. Karya Tsabit Bin Qurrah Tsabit Bin Qurrah
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

banyak melakukan penerjemahan karya-karya ilmuwan Barat seperti Apollonius,


Archimedes, Euclid, dan Ptolemy. Meski bertugas untuk menerjemahkan karya-
karya besar Thabit bin Qurrah memainkan peran penting dalam penemuan hitungan
integral, geometri analitik, kalkulus, dalil trigonometri lingkaran, konsep angka-
angka riil dan mengusulkan beberapa teori yang mengarah ke pembangunan non-
Euclidean geometri. Dalam bidang matematika, Tsabit bin Qurrah menerjemahkan
banyak karya ahli matematika Yunani, seperti Appollunius, Euclid, Archimedes, dan
Ptolemaios. Ia juga mengomentari buku Elements dari Euclid dan buku Ptolemy
yang berjudul Geograpia. Selain menerjemahkan karya Yunani, Karya Tsabit bin
Qurrah juga menghasilkan karya berjudul Kitab al-Mafrudat (Kitab Data). Buku ini
sangat populer di Abad Pertengahan yang berisi penjelasan seputar geometri dan
aljabar geometri. Dalam Kitab Fi Ta'lif an-Nisab (buku tentang susunan rasio) Tsabit
menjelaskan tentang teori senyawa rasio. Teori ini kemudian melahirkan gagasan
bilangan real dan untuk penemuan kalkulus integral. Salah satu karya Thabit yang
fenomenal di bidang geometri adalah bukunya yang berjudul The Composition of
Ratios (Komposisi rasio). Dalam buku tersebut, Thabit mengaplikasikan antara
aritmatika dengan rasio kuantitas geometri. Pemikiran ini, jauh melampaui
penemuan ilmuwan Yunani kuno dalam bidang geometri. Sebagai ahli astronomi,
Tsabit mengatakan bahwa gerakan planet-planet itu memengaruhi gelombang bumi.
Gelombang bumi terjadi 26 tahun sekali. Sejak 5.000 tahun yang lalu, para ahli
perbintangan Mesir telah menemukan sebuah bintang yang mendekat ke kutub utara,
yang disebut dengan Alfa Al-Tanim. Pada tahun 2.100 M nanti, bintang tersebut
akan menjauhi kutub utara. Baru nanti pada 14.000 M, akan muncul bintang utara
lagi yang bernama al-Nasr. Bintang ini merupakan bintang utara yang paling terang.
Tsabit menentukan garis lintang dengan mengukur naiknya lintang kutub. Ia
mendapatkan ukuran dua lintang utara dan selatan sepanjang 56 mil. Berkaitan
dengan luas bumi, dia menggunakan garis bujur dan lintang yang memberi inspirasi
kepada para pelaut, seperti Colombus, untuk melakukan pelayaran keliling dunia.
Penemuannya yang tak kalah penting adalah adalah jam matahari (Mazawil al-
Syamsiyah), karena menggunakan sinar matahari untuk menghitung perbedaan
waktu, dan menentukan waktu salat. dengan cara menancapkan sepotong kayu atau
seseorang berdiri di bawah terik matahari. Apabila bayangan kayu atau orang
tersebut, condong kea rah barat sedikit, berarti sudah menunjukkan datangnya waktu
zuhur. Bayangan kayu atau orang tersebut tidak akan nampak, saat matahari tepat
berada di atasnya ketika berada di titik 33,5 derajat antara lintang utara dan selatan.
Tsabit juga dikenal sebagai pendiri ilmu keseimbangan. Hal ini karena kitabnya yang
berjudul Kitab Fi' al-Qarastun (buku keseimbangan balok). Inilah karyanya yang
monumental dalam bidang ilmu mekanik. Karyanya ini telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin oleh Gherard dari Cremona dan menjadi sangat populer di Dunia
Barat. Ia juga dikenal sebagai penemu ilmu statistik. Dalam astronomi, Tsabit
menulis banyak risalah tentang pergerakan matahari dan bulan serta jam matahari. Ia
juga mengukur luas bumi dengan menggunakan garis bujur dan garis lintang secara
teliti. Penemuan Tsabit tersebut memberikan inspirasi kepada para pelaut, seperti
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

Colombus, untuk melakukan pelayaran keliling dunia yang dimulai dari Laut
Atlantik. Berkat penemuan tersebut, para pelaut bisa memastikan jika mereka tidak
akan tersesat dan kembali ke tempat semula. Penemuan penting Tsabit yang lain
adalah jam matahari. Jam ini menggunakan sinar matahari untuk mengetahui
peredaran waktu dan menentukan waktu shalat. Tsabit juga membuat kalender
tahunan berdasarkan sistem matahari. Karya Tsabit dalam astronomi yang terkenal
berjudul: Concerning the Motion of the Eighth SphereIa. Tsabit Bin Qurrah
meninggal pada 18 Februari 901 di Baghdad. Meski begitu, jasa dan kontribusinya
dalam beragam ilmu hingga kini masih dikenang.
d) Ar-Razi (251-313 H), Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia: ‫أبوبكر‬
‫ )الرازي‬atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat, merupakan salah seorang pakar
sains Iran terkemuka. Ia hidup antara tahun 864 – 930.M Ar-Razi sejak muda telah
mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia
berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia
dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga
memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui sebagai
ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.
Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Masehi dan meninggal pada tanggal 9
Oktober 925 Masehi. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut
terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat
Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.
Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tetapi dia
kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi
memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai
eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari
dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai
mempelajari ilmu kedokteran. Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-
Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan
seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil
sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan di bawah kekuasaan khalifah Abbasiyah,
al-Mu’tashim. Ar-Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai
seorang dokter di sana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada
masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-
Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa
tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan
menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad. Setelah kematian Khalifan al-
Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota
kelahirannya di Rayy, di mana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku
Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia
memiliki banyak murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan
tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya. Sebagai seorang
dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang
membuat penjelasan seputar penyakit cacar: “Cacar terjadi ketika darah ‘mendidih’
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

dan terinfeksi, kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian
darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah
yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar
diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini dapat
terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tetapi juga masa dewasa. Cara terbaik
untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena
kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi.” Diagnosa ini kemudian dipuji
oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: “Pernyataan pertama yang paling
akurat dan tepercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada
abad ke-9 yaitu Rhazes. Dia menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit
yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah
tersebut.” Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah
buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang
berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa
Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip
Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir ar-Razi dalam
buku ini.

3. Matematika
a) Umar Al-Farukhan, Umar bin Farukhan atau Umar Al Farukhan, adalah salah satu
tokoh islam yang memiliki peranan dalam kemajuan ilmu sains dan teknologi pada
jaman bani Abbasiyah. Beliau turut andil dalam peranan perkembangan ilmu di
bidang Matematika, selain beliau juga ada tokoh islam yang memiliki peranan dalam
bidang yang sama (Matematika) yaitu Al- Khawarismi . karena jasa beliau yang
begitu membantu di masa kini, untuk mengenang jasa - jasanya salah satu contoh di
depan Fakultas Matematika di Universitas Amrikhabir, Taheran, Iran telah dibuatnya
patung beliau sebagai simbol untuk mengenang jasa beliau.

b) Al-Khawarizmi, dia adalah seorang Muslim berkebangsaan Persia yang bernama


Muhammad bin Musa al Khawarizmi. Beliau merupakan ahli matematika,
astronomi, astrologi, dan geografi. Kehidupan beliau dihabiskan dengan mengukir
karya-karyanya terutama di bidang sains. Kehebatan Al-Khawarizmi telah diakui
oleh dunia Islam maupun barat dengan berbagai karyanya. Beliau lahir sekitar tahun
780 M di Khwarizm (sekarang Khiva, Uzbekistan). Ada beberapa versi tentang
kelahiran beliau, ada yang mengatakan di Bukhara, dan ada juga yang mengatakan di
Khwarizm, salah satu Provinsi di Negara Uzbekistan. Belum ada sumber yang
menjelaskan secara detail tentang riwayat kehidupan al-khawarizmi, diperkirakan al-
Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9 M. Sumber lain menegaskan
beliau hidup di Khawarizm, Uzbekistan pada tahun 194H/780 M dan wafat pada
266H/850M di Baghdad, Irak. Selain mengabdikan diri di bidang sains, beliau juga
orang yang aktif dalam pendidikan. Beliau pernah menjadi dosen di Sekolah
Kehormatan Baghdad, Irak. Banyak tokoh sains yang mengakui seorang Al-
Khawarizmi sebagai ilmuwan cerdas. Salah satunya adalah George Sarton yang
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

mengatakan bahwa pencapaian tertinggi orang-orang timur diraih oleh Al-


Khawarizmi. Sampai sekarang karya nya tidak akan pernah terlupakan. Banyak hal
yang telah ditemukan beliau, yang tentunya bermanfaat bagi umat manusia. Salah
satu dan yang termashyur adalah Aljabar. Aljabar merupakan materi yang banyak
dipelajari di seluruh dunia. Aljabar adalah salah satu cabang matematika yang
mempelajari tentang pemecahan masalah menggunakan simbol - simbol sebagai
pengganti konstanta dan variabel. Aljabar sendiri berasal dari kata “al – jabr” yang
artinya penyelesaian. Al-jabar banyak dimanfaatkan di dunia dan menjadi salah satu
materi yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah. Selain Aljabar, beliau juga
menemukan ilmu Falaq (ilmu astronomi) yaitu ilmu pengetahuan tentang bintang-
bintang yang melibatkan kajian tentang kedudukan, pergerakan, dan pemikiran serta
tafsiran yang berkaitan dengan bintang. Beliau pun menulis buku tentang ilmu falak
yang berjudul Zīj Al-Sindhind "tabel astronomi”. Zij Al-Sinshind adalah buku yang
berisi 37 simbol pada kalkulasi kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial,
astronomial dan data astrologial. Versi asli kitab tersebut sudah hilang (dalam bahasa
Arab) . Tetapi versi lain dalam bahasa latin masih bertahan, diabadikan oleh
astronom Spanyol bernama Maslamah al-Majrīṭī. Kitab tersebut juga diterjemahkan
oleh Adelard of Bath. Belum selesai di bidang astronomi, beliau juga adalah penemu
istilah Algoritma. Pengertian algoritma sendiri yaitu langkah-langkah yang logis
mengenai penyelesaian masalah yang di susun secara sistematis dan logis. Algoritma
sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dan merupakan ilmu yang sangat
berpengaruh dalam bidang komputer. Algoritma adalah mata kuliah wajib yang
menjadi dasar pembuatan program komputer. Di masa hidupnya, Al-Khawarizmy
juga membuat berbagai karya tulis diantaranya Al-Kitab Al Mukhtasar fi hisab aljabr
wa’l-muqabala yaitu buku yang berisi tentang rangkuman perhitungan, penimbangan
serta perlengkapan (berisi rangkuman dasar-dasar aljabar). Selanjutnya adalah Kitab
Al-Jam’a wal-tafriq bi-hisab al-Hind atau Dixit Algirizmi yaitu buku yang berisi
tentang pengiraan dan penjumlahan berdasarkan sistem kalkulasi hindu. Serta Kitab
Surah Al-Ard yaitu buku yang berisi tentang rekonstruksi planetarium dan berbagai
karya lainnya.

c) Banu Musa, Banu Musa terdiri atas tiga bersaudara: Jafar Muhammad bin Musa bin
Shakir, Ahmad bin Musa bin Shakir, dan al-Hasan bin Musa bin Shakir. Mereka
adalah putra seorang cendekiawan terkemuka abad ke- 8, Musa bin Shakir. Si sulung
Jafar Muhammad adalah pakar dalam kajian geometri, demikian pula al-Hasan.
Dalam kitabnya, Banu Musa bersaudara menciptakan rancangan pembuatan air
mancur dalam beragam teknik dan trik. Mereka menerapkan beragam prinsip
geometri dan fisika untuk membuat air mancur. Kitab tersebut juga memuat tujuh
model atau rancangan air mancur. Rancangan pertama mengenalkan bentuk dasar
yang ditemukan dalam semua air mancur. Rancangan lainnya menunjukkan
pembuatan air mancur yang lebih rumit. Tentu, itu memerlukan ketelitian dan
kemampuan teknik yang lebih tinggi. Dalam kitabnya itu, Banu Musa bersaudara
misalnya memberi penjelasan mengenai pembuatan air mancur yang bentuk
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

pancaran airnya bisa berubah dari satu bentuk ke bentuk lain secara periodik. Banu
Musa bersaudara juga menguraikan, setiap air mancur memiliki tunas yang menjadi
tempat pipa-pipa membentuk air mancur yang memancar dan memiliki bentuk yang
unik. Biasanya, dalam tunas itu terdapat dua kompartemen. Pada bagian bawah,
tekanan air terakumulasi sebelum air tersebut dilepaskan melalui pipa yang ada di
kompartemen atas. Bentuk air mancur yang memancar keluar tergantung bagaimana
kompartemen atas diatur. Paling tidak, terdapat tiga bentuk dasar air yang memancar
keluar dari sebuah air mancur, yaitu bentuk lili, perisai, dan tombak. Air mancur
lainnya merupakan bagian dari rancangan hebat yang bisa memasukkan dua bentuk
pancaran air mancur dalam sebuah tunas. Pada air mancur jenis ini, dua bentuk
pancaran air mancur bisa terbentuk secara bersamaan. Ada pula pancaran air mancur
yang berubah secara periodik, misalnya berubah dari sebuah tombak ke sebuah
perisai, kemudian kembali lagi ke pancaran air berbentuk tombak. Untuk membuat
pancaran air yang keluar bergantian dan berbentuk seperti tombak dan perisai,
diperlukan pengaturan yang sangat cermat dan teliti. Pengaturan harus seimbang
dengan memerhatikan prinsip-prinsip fisika. Keseimbangan bertindak sebagai
sebuah saklar yang menentukan bagaimana air dari kanal utama didistribusikan ke
setiap bak. Salah satu bak difungsikan untuk memancarkan air dalam bentuk
tombak, sedangkan bak yang satunya untuk memancarkan air dalam bentuk perisai.
Bak ini ditempatkan pada air mancur dan tersembunyi dari pandangan publik. Bak
tersebut berfungsi sebagai akumulator tekanan. Dengan demikian, bak tersebut
menyediakan pasokan air yang cukup dan tekanan untuk menciptakan efek air
mancur yang diinginkan. Dalam sebuah rancangan, Banu Musa bersaudara
mendesain sebuah bak yang menentukan bentuk air yang keluar. Selanjutnya,
mereka merancang air mancur dengan roda gerigi dan katup canggih yang
memungkinkan bentuk pancaran air berubah dari satu bentuk ke bentuk lain.
Penemuan cara pembuatan air mancur oleh Banu Musa bersaudara memberikan efek
besar bagi kemajuan arsitektur Islam. Sebab, air mancur itu sangat berguna untuk
mempercantik taman dengan meletakannya di antara pepohonan atau dalam sebuah
kolam yang indah. Dalam berbagai catatan sejarah Islam, terungkap bahwa umat
Islam menjadi umat pertama yang menggunakan media air dalam rancangan sebuah
taman. Pun, memanfaatkan media air untuk memperindah ruangan, baik di rumah,
masjid, istana, maupun taman umum. Sayangnya, hanya ada sedikit naskah sejarah
yang menyebutkan dan mengisahkan keberadaan air mancur pada masa kekhalifahan
al-Ma'mun. Bahkan, Banu Musa bersaudara tak banyak pula menuliskan bagaimana
setiap perangkat yang mereka temukan digunakan.

4. Astronomi
a) Al-Fazari, memiliki nama lengkap Abu Abdallah Muhammad ibn Ibrahim al-Fazari,
belum terdeteksi tempat kelahirannya. Ada sumber mengatakan orang Arab hijrah ke
Persia ada juga mengatakan orang Persia. Akan tetapi di dalam ensiklopedia ia
dikategorikan sebagai ilmuwan Persia. Tanggal kelahirannya juga belum disepakati
dan tahun wafatnya ada dua versi. Yang pertama menganggap ia wafat pada 796 M
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

dan lainnya 806 M. Ia termasuk salah seorang ilmuan muslim abad pertengahan
yang menggores sejarah keilmuan, terutama dengan penemuannya yang sangat
menakjubkan, yaitu Astrolabe, sebuah alat pengukuran secara spesifik dengan
menggunakan sistem peralatan tertentu dalam menyelesaikan problem yang
berhubungan dengan waktu dan posisi matahari, bulan, dan bintang. Astrolabe
sesungguhnya bagian dari astronomi, bidang kajiannya hampir sama, hanya saja
astrolabe lebih spesifik dan dapat dikatakan bagian dari astronomi dalam arti umum.
Astrolabe lebih operasional dan lebih praktis. Astrolabe ini kemudian dikembangkan
dalam program ilmu komputer yang sekarang ini semakin canggih, seperti Astrolabe
Planispheris. Sebuah sumber menyebutkan jumlah Astrolabe pada abad ke 12 sudah
berjumlah 800 bertebaran di sejumlah negeri muslim. Konon salah satu di antaranya
dimiliki seorang pengembara sekaligus ilmuwan Bugis Makassar bernama Karaeng
Pattingalloang. Sayang alat ini hancur dalam perang saudara antara kerajaan Bugis
dan kerajaan Makassar. Bisa dibayangkan betapa hebatnya Al-Fazari, 1500 tahun
lalu sudah mampu menemukan sistem dan sekaligus membuat alat Abstrolabe yang
tingkat akurasinya sangat tajam dan rigid. Astrolabe yang ada saat ini hanya
pengembangan-pengembangan dalam bentuk asessoris, yang sesungguhnya prinsip
dan system kerjanya sama dengan temuan Al-Fazari. Al-Fazari termotivasi untuk
mengembangkan Astrolabe oleh pandangan hidupnya sebagai seorang mulim, yang
setiap saat harus menunaikan shalat kapan pun dan di manapun. Karena itu, untuk
menentukan arab kiblat, penentuan waktu-waktu shalat, dan menentukan 1
Ramadhan untuk mulai berpuasa, dll, diperlukan alat-alat yang canggih seperti
Astrolabe, meskipun kegunaannya bukan sekadar itu.

b) Al-Battani, Al-Battani lahir sekitar tahun 858, di Harran. Ia memiliki nama lengkap
Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan al-Raqqi al-Harrani al-Sabi al-
Battani. Orang Eropa menyebut Al-Battani dengan sebutan Albategnius. Ia adalah
anak dari ilmuwan astronomi, Jabir Ibn San'an Al-Battani. Keluarga Al-Battani
merupakan penganut sekte Sabian yang melakukan ritual penyembahan terhadap
bintang. Namun, Al-Battani tidak mengikuti jejak nenek moyangnya. Ia memilih
memeluk agama Islam. Secara informal, Al-Battani dididik ayahnya yang juga
seorang ilmuwan. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan ketertarikannya pada bidang
keilmuan yang digeluti ayahnya. Ketertarikan pada benda-benda yang ada di langit
membuat Al-Battani kemudian menekuni bidang astronomi tersebut. Kemudian, Al-
Battani kecil mengikuti keluarganya pindah ke Raqqah. Di tempat baru ini ia mulai
menekuni bidang astronomi, mulai dari melakukan beragam penelitian hingga
menemukan berbagai penemuan cemerlang. Sayang, tidak ada data spesifik
mengenai pendidikan formal Al-Battani. Misalnya, tidak ada data yang menyebutkan
di mana Al-Battani belajar sains (Frank N. Magill (ed), The Middle Ages: Dictionary
of World Biography, Volume 2, 1998). Dalam literatur hanya disebutkan bahwa
semasa mudanya Al-Battani belajar di Raqqah. Di tempat barunya itu, ia tekun
mempelajari teks-teks kuno, khususnya karya Ptolomeus, yang kemudian
menuntunnya untuk terus mempelajari astronomi. Bidang keilmuan yang
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

ditekuninya itu kelak membuatnya menjadi terkenal tidak hanya di kalangan umat
Muslim, melainkan juga di dunia Barat.Al-Battani merupakan salah seorang ahli
astronomi dan matematikawan muslim pada abad pertengahan yang cukup
berpengaruh. Salah satu karyanya yang cukup populer adalah Kitab al-Zij, yang pada
abad ke-12 diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul De Scientia Stellarum
atau De Motu Stellarum. Berkat penemuannya, saat ini kita bisa mengetahui bahwa
dalam setahun ada 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik (sumber lain menyebut
365,24 hari). Penemuan Al-Battani ini dianggap akurat, bahkan keakuratan
pengamatan yang dilakukan Al-Battani ini membuat seorang matematikawan asal
Jerman bernama Christopher Clavius menggunakannya untuk memperbaiki kalender
Julian. Atas izin Paus Gregorius XIII, kalender lama akhirnya diubah menjadi
kalender yang baru dan mulai digunakan pada tahun 1582. Kalender inilah yang
kemudian banyak digunakan oleh masyarakat hingga saat ini.

c) Abdul Wafak, Abu al-Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail Ibn
Abbas al Buzjani atau lebih dikenal dengan sebutan Abu Wafa adalah matematikus
Muslim terbesar di abad 10 M. Sepanjang hidupnya, sang ilmuwan telah berjasa
melahirkan sederet inovasi penting bagi ilmu matematika. Ia tercatat menulis kritik
atas pemikiran Euclid, Diophantos dan Al-Khawarizmisa yang risalah itu telah
hilang. Sang ilmuwan mewariskan kitab Al-Kami (Buku lengkap) yang membahas
tentang ilmu hitung (aritmatika) praktis dan berjasa besar dalam mengembangkan
trigonometri. Abu Wafa tercatat sebagai matematikus pertama yang mencetuskan
rumus umum sinus. Selain itu, sang matematikus pun mencetuskan metode baru
membentuk tabel sinus. Yang lebih mengagumkan lagi, Abu Wafa membuat studi
khusus tentang tangen serta menghitung sebuahtabel tangen. Abu Wafa pula lah
yang pertama kali memperkenalkan istilah secan dan cos secan. Abu Wafa dikenal
sangat jenius dalam bidang geometri. Ia mampu menyelesaikan masalah-masalah
geometri dengan sangat tangkas. Buah pemikirannya dalam matematika sangat
berpengaruh di dunia barat. Pada abad ke-19, M.Baron Carra de Vaux mengambil
konsep secan yang dicetuskan Abu Wafa. sayangnya, di dunia Islam justru namanya
sangat jarang terdengar. Nyaris tak pernah, pelajaran sejarah peradaban Islam yang
diajarkan di tanah air mengulas dan memperkenalkan sosok dan buah pikiran Abu
Wafa.

d) Al-Farghoni, Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Kathir al-Farghani. Ia lahir
di Farghana, Transoxiana, Uzbekistan dan meninggal di Mesir pada 833 M. Ia
adalah salah satu astronom terkemuka saat pemerintahan al-Ma'mun dan penerusnya.
Alfraganus adalah nama populernya di dunia Barat. Al-Farghani adalah salah satu
ilmuwan Pleiad yang menjadi anggota Akademi Kebijaksanaan (House of Wisdom)
yang didirikan Khalifah al-Ma'mun pada abad ke-9. Dewan Kebijaksanaan juga
dikenal pada waktu itu sebagai Akademi al-Ma'mun. Pusat ilmu pengetahuan ini
menjadi yang pertama di Mery, kemudian di Baghdad. Al-Ma'mun mengundang
ilmuwan dari Khoresm, Sogdiana, Shash, Farab, dan Khurasan untuk melakukan
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

pekerjaan ilmiah. Ada dua observatorium yang dilengkapi dengan peralatan paling
modern pada saat itu. Di sanalah astronom dari Akademi al-Ma'mun menghitung
lingkar Bumi, panjang derajat meridian Bumi, menyelidiki bintang-bintang,
menyusun zibjes (tabel), dan menulis laporan ilmiah. Al-Farghani menulis Kitab fi
al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum (Elemen Astronomi) antara 833
M dan 857 M. Kitab tersebut adalah buku tentang gerak benda langit dan ilmu
menyeluruh bintang-bintang. Terdapat 30 bab di dalamnya, termasuk yang
menjelaskan mengenai bagian bumi yang dihuni manusia, ukurannya, jarak benda-
benda langit dari bumi, ukurannya dan fenomena lain. Penjelasan mengenai
perbedaan kalender Mesir, Yunani, Roma, Rusia, dan Arab juga tercantum di
dalamnya. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dan
memberikan pengaruh besar astronomi Eropa sebelum Regiomontanus.
Regiomontanus adalah astronom dari Jerman (6 Juni 1436 - 6 Juli 1476 M). Ia
menyetujui teori Ptolemy dan nilai presesi. Menurutnya, dua hal itu memengaruhi
tidak hanya bintang tetapi juga planet. Dialah orang yang menentukan bumi
memiliki diameter 6.500 mil atau sekitar 1.500 kilometer. Dia juga yang menemukan
jarak terbesar dan diameter planet.

5. Seni Ukir
Dalam bidang ini, umat Islam cukup terkenbal dengan hasil seni pada botol tinta, papan
catur, payung, pas bunga, burung-burungan dan pohon-pohonan. Tokohnya antara lain Al-Badr
dan Al-Tariff sekitar tahun 961-976 M. Seni ukir yang dikembangkan tidak hanya pada kayu
tapi juga pada logam, emas, perak, marmer, mata uang, dan porselin.

6. Bahasa dan Sastra


Perkembangan seni bahasa dan kesusastraan, baik puisi maupun prosa mengalami
kemajuan yang cukup berarti. Hal itu disebabkan karena bahasa dan kesusastraan merupakan
salah satu perhatian besar penguasa Bani Abbasiyah dan juga para ahli bahasa dan seniman.
Untuk mengetahui hal itu, berikut uraian singkatnya: A. Perkembangan Puisi Berbeda dengan
masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah yang belum banyak melahirkan sastrawan yang
membawa aliran baru. Pada masa pemerintah Bani Abbas, terjadi perubahan dan perkembangan
puisi dengan aliran baru dalam sajak-sajaknya, baik isi, uslub, tema ataupun sasarannya,
sehingga dalam hal-hal tersebut para sastrawan pada zaman pemerintahan Bani Abbas
mengungguli keterampilan para sastrawan sebelumnya. Para penyair pada masa pemerintahan
Bani Umayyah, masih kental dalam mempertahankan keaslian warna arabnya, sehingga mereka
menghindari filsafat, bahkan apa saja yang bukan asli Arab. Sedangkan para sastrawan pada
zaman pemerintahan Bani Abbas telah melakukan perubahan kebiasaan tersebut. Mereka telah
mampu mengombinasikannya dengan sesuatu yang bukan berasal dari tradisi Arab. Oleh karena
itu, pada masa ini, sajak-sajak memiliki ciri khas, seperti: Penggunaan kata uslub dan ibarat
baru.
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

Pemakaian pengertian-pengertian baru karena memiliki imajinasi yang cukup luas dan
kemampuan menyadur dari sumber lain Pemujaan yang berlebihan terhadap sesuatu Penciptaan
sajak yang melukiskan khamar dan sajak cabul Pengutaraan sajak lukisan yang hidup
Pemakaian sajak ratapan Penyusunan ibarat filsafat untuk memperkembang ilmu akal.
Penggunaan keindahan kata (badi’) Pengutaraan cinta kasih Perombakan adat kebiasaan lama
dalam persajakan. Kelahiran kritikus sastra dalam zaman ini. Perubahan tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut: Terjadinya
perubahan corak dan tata nilai kehidupan. Terjadinya evolusi kejadian material. Terjadi
perluasan makna kebangsaan yang telah melampaui batas-batas jazirah arabia. Pengaruh
kebudayaan asing, terutama kebudayaan Persia. Dukungan kuat dari para khalifah dan para
pembesar istana lainnya. Oleh karena itu, wajar kalau kemudian pada masa pemerintahan Bani
Abbas banyak bermunculan penyair terkenal. Diantara mereka adalah sebagai berikut:
a. Abu Nawas (145-198 H). Nama aslinya adalah Hasan bin Hani’. Seorang penyair
naturalis yang sangat perindu, pelopor pembawa aliran baru dalam dunia sastra Aran
Islam.
b. Abu ‘Athahiyah (130-211 H). Nama aslinya adalah Ismail bin Qasim bin Suwaid bin
Kisan. Penyair ulung pembawa perubahan, melepaskan diri dari ikatan-ikatan lama.
menciptakan gaya dan perubahan baru dalm dunia sastra.
c. Abu Tamam (wafat 232 H). Nama aslinya adalah Habib Bin Auwas Ath-Tha’i. Penyair
terkenal dengan ratapannya. Memiliki kemampuan menciptakan ibarat yang dalam dan
menyusun uslub yang menawan.
d. Da’bal Al-Khuza’i. (wafat 246 H). Nama aslinya adalah Da’bal Bin Ali Razin Dari
Khuza’ah. Penyair besar yang berwatak kritis. Hampir semua karya sastra dan
sastrawannya mendapat kritikan tajam dari penyair ini.
e. Al-Buhtury (206-285 H). Nama aslinya adalah Abu Ubadah Walid al-Bubtury al-
Quhthany ath-Tha’i. Penyair pemuja dan pelukis alam mempesona.
f. Ibnu Rumy (221-283 H). Nama aslinya adalah Abu Hasan Ali bin Abbas. Penyair yang
paling berani menciptakan tema-tema baru dan paling mampu mengubah sajak-sajak
panjang.
g. Al-Mutanabby (303-354 H). Nama aslinya adalah Abu Thayib Ahmad bin Husin al-
Kufy. Penyair istana yang haus hadiah, pemuja yang paling handal.
h. Al-Mu’arry (363-449 H). Nama aslinya adalah Abu A’la al-Mu’arry. Penyair berbakat
yang memiliki pengetahuan luas dan menjadi kesayangan ulama, para menteri dan para
pejabat pemerintahan.
Selain para penyair yang telah disebutkan di atas, masih banyak penyair yang muncul pada
masa pemerintahan Bani Abbas yang memiliki andil cukup besar di dalam perkembangan ilmu
bahasa dan kesusastraan Islam.
Perkembangan Prosa Pada masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah, telah terjadi
perkembangan yang sangat menarik dalam bidang prosa. Hal itu disebabkan antara lain karena
dukungan para penguasa dan kemampuan personal yang dimiliki masing-masing sastrawan.
Banyak buku sastra dan novel, riwayat dan kumpulan nasihat dan uraian-uraian sastra yang
Nama : Febi Ananta Indah Cahyani Kelas : XI IPA 2

dikarang atau disalin dari bahasa asing. Di antara tokoh dan pengarang terkemuka pada masa
pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah antara lain adalah sebagai berikut:
a. Abdulloh bin Muqaffa (wafat 143 H) Ia telah merintis jalan baru bagi pengarang prosa.
Abdulloh telah mengarang berbagai buku prosa, di antaranya adalah Kalilah wa Dimnah.
Kitab ini terjemahan dari bahasa Sansekerta karya seorang filosuf India bernama
Baidaba. Karya ini berisi tentang kisah binatang dan burung yang berintikan filsafat
akhlak untuk membina budi pekerti dan membangun jiwa. Ia menyalin ke dalam bahasa
Arab dengan bagus sekali. Karya Abdulloh kedua adalah Kitabu Adabish Shogir, yang
berisikan tentang akhlak, filsafat dan pergaulan. Karya lainnya adalah Risalah fil-Akhlak
yang berisi tentang Akhlak.
b. Abdul Hamid al-Katib Ia dipandang sebagai pelopor seni mengarang surat, sehingga
cara-caranya mengarang surat kemudian menjadi aliran yang memiliki banyak pengikut.
c. Al-Jahidh (wafat 255 H) Nama lengkapnya adalah Abu Usman Umar bin Bahar bin
Mahbub al-Kanany al-Lisy. Ia pengarang prosa angkatan kedua dalam zaman dinasti
Bani Abbasiyah. Ia telah mengarang banyak buku, diantaranya adalah Kitabul Bayan wat
Tibyan, Kitabul Hayawan, Kitabul Mahasin wal Adidad, Kitabul Bukhala, Kitabul Taj.
Semua karyanya ini memiliki nilai sastra tinggi, sehingga menjadi bahan rujukan dan
bahan bacaan bagi para sastrawan kemudian.
d. Ibnu Qutaibah (wafat 276 H) Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdulloh bin
Muslim bin Qutaibah al-Dinawary. Ia lahir di Kufah pada tahun 213 H. Ia dikenal sebagai
ilmuan dan sastrawan yang sangat cerdas dan memikiki pengetahuan yang sangat luas
tentang bahasa dan kesusatraan, berani dan tegas. Ia pengarang pertamabyang berani
melakukan kritik sastra. Karyanya yang terkenal adalah Uyunul Akhbar, Kitabul Ma’arif,
al-Imamah was-Siyasah, Adabul Katib, dan lain sebagainya.
e. Ibnu Abdi Rabbih (wafat 328 H) Nama lengkapnya adalah Abu Umar Ahmad bin
Muhammad bin Abdu Rabbih al-Qurthuby. Ia seorang ulama yang memiliki pengetahuan
tentang manusia, penyair berbakat yang memiliki kecenderungan ke sajak drama, sesuatu
yang sangat langka dalam tradisi sastra Arab. Karya terkenalnya adalah al-Aqdul Farid,
semacam ensiklopedia Islam yang memuat banyak ilmu pengetahuan Islam.

Anda mungkin juga menyukai