Anda di halaman 1dari 2

Biografi Raden Mas Sudiro

Raden Soediro (Yogyakarta, 24 April 1911 - 1992) adalah politisi pemerintahan di Indonesia. Ia
dikenal sebagai Wali kota (Jabatan setara dengan Gubernur pada saat itu) Jakarta untuk periode
1953–1960 dan Gubernur Sulawesi pada periode 1951–1953. Ia mengeluarkan kebijakan
pemecahan wilayah Jakarta menjadi tiga kabupaten yaitu Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta
Selatan. Ia juga yang mengemukakan kebijakan pembentukan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun
Kampung (RK) yang kemudian menjadi Rukun Warga (RW). Ia meninggal pada tahun 1992.[6]
Aktor Tora Sudiro adalah cucunya.
Sudiro dalam menjalankan tugasnya sebagai Wali Kota begitu sulit, mengingat Jakarta secara de
Facto adalah ibu kota Republik Indonesia. Sering terjadi konflik kebijakan antara kebijakan kota
dan kebijakan nasional. Pada masa jabatannya, dia menyatakan bahwa ada 3 daerah teritoris
utama di Jakarta: Bandara Kemayoran, Pelabuhan Tanjungpriok dan kota satelit Kebayoran
Baru. Menteri Perhubungan biasanya mengeluarkan keputusan tentang Bandara Kemayoran
tanpa konsultasi dengan Sudiro.
Pada 1957, Sudiro membuat kebijakan sekolah gratis untuk tingkat sekolah dasar (SD), namun
kebijakan ini hanya berlaku 1 tahun setelah pemerintah pusat membatalkan kebijakan ini.
Raden Mas Sudiro adalah nama masa kecil dari penguasa Kadipaten Mangkunegaran yang ke
empat.Sebagai penguasa Kadipaten Raden Mas Sudiro adalah seorang Negarawan dan Sastrawan
serta ekonom yang handal. Dalam masa pemerintahannya itu kadipaten Mangkunegaran
memperoleh pemasukan kas keuangan yang dapat untuk membangun angkatan perang dan
pembangunan kerajaan serta perkotaan Surakarta.
Mangkunegaran dalam pemerintahan raden Mas Sudiro memang merupakan cikal bakal geliat
ekonomi perkotaan di Surakarta.
Masa pengabdian Awal
Masa kecil Raden Mas Sudiro sangat dekat dengan kakeknya Mangkunegara II yang tengah
memegang pemerintahan di kadipaten Mangkunegaran (1795-1835). Raden Mas Sudiro diangkat
sebagai anak dan didik secara langsung dalam olah keprajuritan dan pemerintahan dalam suasana
praktik dan teori dalam suatu implementasi yang sangat awal bagi seumuran raden Mas Sudiro.
Dunia Kemiliteran Kerajaan
Perang Diponegoro tahun 1825-1830 membawa konsekuensi jawa dalam perang yang
besar.Mangkunegaran dalam perang Jawa ini bertindak sebagai kekuatan netral tetapi memiliki
kewajiban untuk mengamankan wilayah wilayah nya yang kena terjangan dan pengungsian
perang. Kelompok kelompok dan orang orang yang tidak puas yang terlibat dalam perang besar
jawa ini serta merta menggabungkan diri dengan Diponegoro yang secara mendadak muncul
sebagai kekuatan pemersatu melawan Belanda
Persiapan Dalam Kepemimpinan Pemerintahan
Sepeninggal kakeknya Mangkunegara II Raden Mas Sudiro menjadi anak angkat dari
Mangkunegara III yang kelak dikemudian hari diambil sebagai menantunya berjodoh dengan
RAy. Dunuk.
Pemerintahan Raden Mas Sudiro
Raden Mas Sudiro selanjutnya menggantikan mertua sekaligus juga kakaknya sebagai
Mangkunegara yang ke empat.Dalam masa pemerintahannya ini minat yang menggerakan Raden
Mas Sudiro yang telah menjabat sebagai pangeran Adipati ini dalam usaha perkebunan dan
industri gula kerajaan adalah pada waktu kunjungan kepada menantunya Bupati Demak.
Peluang Ekonomi
Raden Mas Sudiro melihat suatu peluang ekonomi untuk usaha bisnis kerajaan dengan tujuan
untuk memperbebas keberadaan Praja Mangkunegaran dari pengaruh Kasunanan dan
Belanda.Pemberdayaan orang orangpribumi Jawa dengan Tionghoa dan Belanda dijalankan
untuk memperkuat aliansi perusahaan yang sudah dipersiapkan sebagai usaha kerajaan untuk
menjamin kemakmuran rakyat.

Anda mungkin juga menyukai