Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banten merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih
berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya Banten
mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat yang
dipengaruhi dengan unsur-unsur agama islam, sehingga identitas sosial
budaya masyarakatnya dikenal sebagai masyarakat Banten yang religius.
Masyarakat dan kebudayaan Banten memiliki keunikan dan kekhasan
tersendiri yang membedakan daerah yang satu dengan daerah yang lainnya.
Keunikan tersebut menjadikan sebuah modal bagi eksistensi budaya Banten
untuk dapat diperkenalkan kepada masyarakat umum. Keunikan budaya
Banten dapat dilihat dari berbagai macam kesenian tradisional, upacara
adat, tradisi kepercayaan dalam ritual keagamaan dan kegiatan lainnya.
Kegiatan budaya ini masih dipertahankan dan dilestarikan karena
masyarakat Banten beranggapan bahwa didalam suatu budaya itu
mengandung nilai-nilai budaya kewarganegaraan yang telah mengakar
dalam jiwa masyarakat Banten. Nilai-nilai budaya kewarganegaraan tersebut
tercermin dari pola tingkah laku dan kebiasaan masyarakat setempat.
Keunikan budaya Banten dapat dilihat dari berbagai macam kesenian
tradisional, upacara adat, tradisi kepercayaan dalam ritual keagamaan dan
kegiatan lainnya. Kegiatan budaya ini masih dipertahankan dan dilestarikan
karena masyarakat Banten beranggapan bahwa didalam suatu budaya itu
mengandung nilai-nilai budaya kewarganegaraan yang telah mengakar
dalam jiwa masyarakat Banten. Nilai-nilai budaya kewarganegaraan tersebut
tercermin dari pola tingkah laku dan kebiasaan masyarakat setempat.
Debus merupakan kesenian tradisional khas Banten yang tumbuh
bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Suatu corak
permainan ketangkasan yang dahulu dipentaskan oleh para pendekar.
Adapun didalam kesenian debus ini terjadinya percampuran budaya

1
(akulturasi) dari masa kesultanan dan kebudayaan yang sudah ada di Banten,
akan tetapi tetap dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam debus berkaitan
dengan pembinaan budaya kewarganegaraan (civic culture) untuk
mempertahankan kearifan local?
2. Bagaimana strategi/metode pewarisan nilai-nilai budaya debus dalam
pembinaan budaya kewarganegaraan (civic culture) ke generasi
berikutnya?
3. Kendala apa saja yang ditemui dalam penanaman pewarisan nilai-nilai
budaya debus kepada generasi berikutnya?
4. Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala pewarisan nilai
budaya debus untuk mempertahankan kearifan lokal masyarakat Banten?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam
debus berkaitan dengan pembinaan budaya kewarganegaraan (civic
culture) untuk mempertahankan kearifan local.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi/metode pewarisan nilai-nilai
budaya debus dalam pembinaan budaya kewarganegaraan (civic
culture) ke generasi berikutnya.
3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang ditemui dalam penanaman
pewarisan nilai-nilai budaya debus kepada generasi berikutnya.
4. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi
kendala pewarisan nilai budaya debus untuk mempertahankan kearifan
lokal masyarakat Banten.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Nilai - Nilai Budaya yang Terkandung Dalam Debus


Kesenian debus memiliki nilai-nilai budaya yang berkaitan dalam pembinaan
budaya kewarganegaraan (civic culture), yaitu
1. Nilai religious
Nilai religius tercermin dalam doa-doa yang dipanjatkan oleh para
pemain. Doa-doa tersebut dibacakan dengan tujuan agar para pemain
selalu dilindungi dan mendapat keselamatan dari Allah SWT selama
menyelenggarakan permainan debus.
2. Nilai kerja sama
Nilai kerja sama tercermin dalam usaha para pemain yang saling bahu-
membahu dalam menunjukkan atraksi-atraksi debus kepada para
penonton
3. Nilai kerja keras
Nilai kerja keras tercermin dalam usaha pemain untuk dapat memainkan
debus. Dalam hal ini seseorang yang ingin memainkan debus harus
berlatih secara terus menerus sambil menjalankan syarat-syarat dan
pantangan-pantangan tertentu agar ilmu debusnya menjadi sempurna.
4. Nilai silahturahmi
Nilai silaturahmi tercemin pada saat pertunjukkan debus banyak para
pemain dan penonton yang turut hadir dan saling berinteraksi sehingga
nilai silaturahmi ini tidak hilang.
5. Nilai pendidikan
Nilai pendidikan dari debus tercermin dari suatu masyarakat yang
meyakini kebenaran dari debus dengan maksud bahwa debus merupakan
suatu bentuk budaya dan mendorong orang untuk berpikir positif terkait
kebudayaan debus.

3
6. Nilai kearifan lokal
Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari
besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar.
Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat
ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain. Atraksi
kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan
debus. Hal tersebut merupakan kearifal lokal yang hanya dimiliki oleh
masyarakat Banten.
Nilai-nilai tersebut masih diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Banten, sehingga nilai-nilai tersebut dijadikan suatu identitas
sosial budaya masyarakat Banten yang dijunjung tinggi dan tetap terus
dilestarikan.

2.2 Strategi/Metode Pewarisan Nilai-Nilai Budaya Debus


Strategi/metode dalam pewarisan nilai-nilai budaya debus dalam
pembinaan budaya kewarganegaraan (civic culture) kepada generasi
berikutnya dilakukan dengan tiga strategi yaitu:
1. Dilakukan dalam lingkup generasi muda melalui pembelajaran
kebudayaan dengan mengikutsertakan generasi muda/anak-anak
sebagai bentuk pengembangan nilai-nilai budaya;
2. Secara vertikal atau diwariskan dari generasi terdahulu ke generasi
berikutnya didalam lingkungan keluarga dengan cara memberikan
pendidikan kebudayaan seperti menanamkan nilai-nilai budaya debus,
memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai makna yang
terkandung didalam kesenian debus;
3. Secara horizontal atau pewarisan antar sesama yang dilakukan dalam
lingkungan masyarakat dengan turut berpartisipasinya masyarakat
kedalam rangakaian acara kesenian debus. Selain itu, strategi lainnya
dengan didirikannya berbagai tempat pelatihan kesenian debus di
berbagai daerah sehingga dapat dengan mudah masyarakat

4
mengaplikasikan nilai-nilai budaya debus kedalam kehidupan sehari-
hari.

2.3 Kendala-Kendala Yang Ditemui Dalam Penanaman Pewarisan Nilai-


Nilai Budaya Debus
Kendala-kendala yang ditemui dalam penanaman pewarisan nilai-nilai
budaya debus kepada generasi berikutnya meliputi kendala internal dan
eksternal. Kendala internal, seperti kurangnya pemahaman generasi muda
terhadap nilai-nilai budaya debus, minimnya motivasi dari dalam setiap
individu generasi muda untuk memiliki rasa keingintahuan akan kesenian
debus secara mendalam dan kurangnya kesadaran orang tua dalam hal
menanamkan nilai-nilai budaya debus serta memberikan pengetahuan
mengenai sejarah-sejarah kebudayaan Banten khususnya kesenian debus
kepada anak-anaknya. Sedangkan kendala eksternal, seperti pengaruh
lingkungan sosial masyarakat terhadap budaya luar yang masuk kedalam
kehidupan para generasi muda serta situasi dan kondisi tempat pusat
pelatihan atau padepokan debus yang kurang terjangkau oleh masyarakat.

2.4 Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Kendala Pewarisan Nilai


Budaya Debus
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala pewarisan nilai budaya
debus untuk mempertahankan kearifan lokal masyarakat Banten, terdapat
lima upaya yang dilakukan dalam pewarisan nilai budaya debus yakni :
1. Di lingkungan keluarga oleh orang tua dengan memberikan
pengetahuan dan menanamkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam
kesenian debus
2. Di lingkungan sekolah oleh guru dengan memberikan pemahaman
mengenai asal mula kesenian debus dan menyelenggarakan atraksi
kesenian debus di lingkup persekolahan untuk meluruskan mindset
siswa terhadap kesenian debus yang memiliki unsur negatif

5
3. Di lingkungan masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam
setiap kegiatan kesenian debus
4. Di perkumpulan pemuda desa dengan mengikutsertakan para generasi
muda dalam mengikuti pelatihan debus dan tampil dalam atraksi
kesenian debus
5. Di lembaga pemerintahan dengan mensosialisasikan kesenian debus di
berbagai acara pemerintahan baik dalam negeri maupun luar negeri,
memfasilitasi dalam bentuk memberikan bantuan peralatan debus
dan mendukung dengan didirikannya pembukaan berbagai cabang
tempat pelatihan kesenian debus di berbagai pelosok daerah Banten,
serta mendokumentasikan atraksi kesenian debus dengan baik dalam
bentuk visual maupun audiovisual, agar para generasi penerus pun
mendapat pengetahuan mengenai kebudayaan debus.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Debus merupakan kesenian tradisional khas Banten yang tumbuh
bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Suatu corak
permainan ketangkasan yang dahulu dipentaskan oleh para pendekar.
Adapun didalam kesenian debus ini terjadinya percampuran budaya
(akulturasi) dari masa kesultanan dan kebudayaan yang sudah ada di Banten,
akan tetapi tetap dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman.
Pembinaan budaya kewarganegaraan (civic culture) pada kesenian debus
masih harus dilakukan, dengan mengembangkan nilai-nilai budaya
kewarganegaraan kesenian debus yang diimplementasikan dalam kehidupan
masyarakat Banten dengan melakukan penanaman pewarisan nilai-nilai
tersebut kepada generasi muda, seperti melakukan pelatihan kesenian debus
di lingkungan masyarakat dan mengikutsertakan generasi muda dalam atraksi
kesenian debus.

3.2 Saran
1. Kepada Pemerintah yaitu :
Dengan cara menampilkan kesenian debus di berbagai acara-acara
pemerintahan maupun acara kebudayaan lainnya seperti, pesta rakyat,
acara adat, dan lain sebagainya, untuk memperkenalkan kesenian debus
sebagai budaya lokal masyarakat Banten yang perlu dilestarikan
keberadaannya.
2. Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, yaitu
a) Pemerintah mensosialisasikan atau mempromosikan kesenian debus
kepada masyarakat luas baik nasional maupun internasional
mengenai budaya lokal asli masyarakat Banten melalui media
massa seperti televisi, majalah, koran, jurnal tentang kebudayaan

7
debus, dan lainnya ataupun mengadakan acara festival budaya
Banten dengan menampilkan kesenian debus.
b) Pemerintah diharapkan dapat membuat sebuah museum kesenian
debus di wilayah Banten yang menampilkan peralatan debus, film
ataupun fotografi mengenai sejarah asal mula debus diciptakan,
sebagai bentuk pelestarian dan pengenalan kesenian debus kepada
masyarakat luas.
c) Pemerintah diharapkan dapat memfasillitasi organisasi kesenian
debus yang berada di wilayah Banten dengan cara mengakomodir
seluruh sarana maupun prasarana pada organisasi kesenian debus.
d) Pemerintah sebaiknya membuat karya tulis berupa buku khusus
mengenai kesenian debus secara mendalam, hal ini dikarenakan
peneliti merasakan kesulitan dalam mencari beberapa sumber tertulis
mengenai kesenian debus.
3. Kepada Masyarakat, yaitu :
a) Dengan cara mengikuti pelatihan kesenian debus, seperti halnya
berlatih ilmu beladiri, memperoleh ilmu debus sesuai dengan ajaran
Al-quran.
b) Dengan mengadakan pagelaran kesenian debus secara berkelanjutan
di lingkungan masyarakat untuk dapat menarik minat wisatawan
domestik maupun mancanegara untuk mempelajari kesenian debus
sehingga menghindari asumsi negatif masyarakat mengenai debus.
c) Dengan cara mengamalkan nilai-nilai budaya debus dalam kehidupan
sehari-hari seperti halnya mengadakan acara keagamaan di
lingkungan masyarakat, kerja bakti, dan lain sebagainya.
4. Kepada Generasi muda, yaitu :
Dengan cara berpartisipasi dalam atraksi kesenian debus diberbagai acara
kebudayaan maupun pemerintahan sebagai bentuk pelestarian dan
memperkokoh budaya lokal dari ancaman budaya luar yang masuk dalam
lingkungan pergaulan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai