Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan Makalah Kearifan Lokal dan
Pemberdayaan Komunitas yang saya lakukan. Dan juga saya berterima kasih pada bapak guru
pembimbing mata pelajaran sosiologi yang telah memberikan tugas ini kepada saya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai bagaimana pemberdayaan masyarakat di Indonesia. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Daik lingga, 28 Februari 2020

ZAMUARDI

1
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kearifan lokal adalah tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berintraksi
dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Kearifan lokal berasaladari nenek moyang yang
menyatu dalam kehidupan manusia yang diturunkan dari generasi ke generasi. Kearifan lokal
tercermin dalam religi, budaya, dan adat istiadat. Masyarakat melakukan adaptasi terhadap
lingkungan tempat tinggalnya dengan mengembangkan suatu kearifan dalam wujud
pengetahuanatau ide, nilai budaya, serta peralatan, yang dipadukan dengan nilai dan norma adat
dalam aktivitas mengelolah lingkungan untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Indonesia kaya akan budaya dan kearifan lokal masyarakat. Suku-suku di Indonesia yang
jumlahnya ribuan memiliki kearifan lokal yang menjadi ciri khas masing-masing. Hal ini karena
kondisi geografis antarwilayah yang berbeda sehingga penyesuaian kearifan lokal terhadap alam
juga berbeda. Namun, pada dasarnya kearifan lokal di setiap wilayah sama, yaitu sebagai aturan,
pengendali, rambu-rambu, dan pedoman masyarakat dalam memperlakukan alam sekitar.
Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa nilai, norma, kepercayaan,
dan aturan-aturan khusus. Salah satunya yaitu kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya
alam khususnya di Sulawesi Selatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan lokal dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal-budinya
(kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam
ruang tertentu. Kearifan lokal muncul dalam periode panjang dan berevolusi bersama-sama
masyarakat dan lingkungannya. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam
masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem
pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan harmonis.

Fungsi kearifan lokal bagi masyarakat tidak sekadar sebagai acuan tingkah-laku
seseorang, tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat dan
menciptakan peradaban. Pada akhirnya kearifan lokal dijadikan pandangan hidup dan ilmu
pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka yang
meliputi seluruh unsur kehidupan: agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi
sosial, bahasa dan komunikasi, serta kesenian.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan suatu
kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang
mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Di Indonesia—yang kita kenal sebagai
Nusantara—kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu,
tetapi dapat dikatakan bersifat lintasbudaya atau lintas-etnik sehingga membentuk nilai budaya
yang bersifat nasional. Sebagai contoh, hampir di setiap budaya lokal di Nusantara dikenal
kearifan lokal yang mengajarkan gotong royong, toleransi, etos kerja, dan seterusnya. Pada
umumnya etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan turun-temurun,
diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara lain dalam bentuk pepatah dan
peribahasa, folklore), dan manuskrip (bahasa Latin manuscript: manu scriptus ditulis tangan),
secara khusus, adalah semua dokumen tertulis yang ditulis tangan, dibedakan dari dokumen
cetakan atau perbanyakannya dengan cara lain.

3
B. Strategi Pemberdayaan Komunitas 

Masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi secara kontinyu, sehingga
terdapat relasi sosial yang berpola dan terorganisasi. Manusia baik sebagai individu maupun
sebagai warga masyarakat mempunyai kebutuhan. Kebutuhan manusia dapat berupa kebutuhan
individual atau kebutuhan kolektif. Konsekuensi dari keadaan ini adalah manusia selalu berupaya
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia bermacam-macam baik jenis,
prioritas, maupun hirarkhinya. Usaha memenuhi kebutuhan tidak pernah berhenti. Terpenuhinya
kebutuhan pada prioritas atau hirarkhi tertentu akan dilanjutkan dengan usaha memenuhi
kebutuhan prioritas atau hirarkhi berikutnya.

Realitas bahwa upaya memenuhi kebutuhan tidak pernah berhenti menyebabkan dalam
kehidupan masyarakat terjadi proses dan usaha perubahan. Tentu saja masyarakat mengharapkan
perubahan yang berfifat progresif (menuju perbaikan atau menuju kepada keadaan yang lebih
mensejahterakan). Perubahan menuju progress atau menuju keadaan yang lebih sejahtera disebut
perkembangan atau pembangunan. Dalam bahasa Inggris disebut development.

Muller sebagaimana dikutip oleh Soetomo dalam bukunya pemberdayaan masyarakat (2011)
menjelaskan bahwa pembangunan merupakan upaya untuk mengatasi atau paling tidak
mengurangi penderitaan manusia dalam semua bentuk dan dimensinya. Penderitaan yang
dimaksud adalah dalam pengertian yang luas, bukan saja dalam bentuk kemiskinan atau
kemelaratan, diskriminasi, atau penindasan, melainkkan juga jika manusia diposisikan sebagai
objek pembangunan.

Soetomo (2011) menjelaskan bahwa pembangunan masyarakat mengandung empat unsur, yaitu

1. Pembangunan masyarakat pada dasarnya merupakan proses perubahan


2. Pembangunan masyarakat adalah proses semakin terciptanya hubungan yang harmonis
antara kebutuhan masyarakat dengan potensi sumberdaya dan peluang
3. Pembangunan masyarakat merupakan proses peningkatan kapasitas masyarakat untuk
merespon berbagai persoalan yang berkembang
4. Pembangunan masyarakat merupakan proses yang bersifat multidimensional

4
Berdasarkan empat usur tersebut, pembangunan masyarakat dapat dirumuskan sebagai proses
perubahan yang bersifat multidimensional menuju kondisi semakin terwujudnya hubungan yang
serasi antara kebutuhan (needs) dan sumberdaya (recources) melalui pengembangan kapasitas
masyarakat untuk mengembangkan dirinya, terutama memanfaatkan peluang dan sumberdaya,
mengantisipasi tantangan dan menangani masalah sosial yang muncul, sehingga terwujud
kondisi kehiduapan yang semakin sejahtera.

C. Perspektif Pembangunan Masyarakat  

Ada beberapa perspektif dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat. Persepktif merupakan


sudut pandang dalam melihat fenomena atau gejala pembangunan masyarakat. Ada beberapa
perspektif yang pembangunan, yaitu

1. Perspektif Basic Need.

Perspektif basic need digunakan dalam pembangunan masyarakat di negara-negara


berkembang pada masa-masa awal setelah kemerdekaan, karena dari kondisi
sosialekonomi masyarakat dalam negara-negara yang baru saja merdeka ini jauh
ketinggalan dari negara-negara yang sudah maju.

2. Perspektif Pertumbuhan

Setelah strategi pengembangan komunitas diterapkan di beberapa negara sedang


berkembang dipandang belum dapat mengembangkan aspek ekonomi secara memadai,
maka lahirlah perspektif baru dalam pembangunan masyarakat yaitu perspektif
pertumbuhan. Dalam perspektif pertumbuhan penguasaan teknologi dianggap penting
karena merupakan instrument untuk mempercepat peningkatan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi. Perspektif ini sejalan dengan teori modernisasi yang banyak
mewarnai pemikiran dalam pembangunan masyarakat, sehingga dalam pembangunan
masyarakat banyak dilakukan adopsi inovasi teknologi, bahkan penggunaan teknologi
merupakan hal yang menonjol dalam upaya peningkatan produktivitas.

3. Persepektif People Centered Development

5
Latar belakang lahirnya perspektif ini adalah, walaupun dengan perspektig basic need
masyarakat bawah sudah mendapatkan perhatian sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hidup mendasarnya, tetapi karena sifatnya yang delivery dan karikatif, maka peranan
negara masih dominan. Masyarakat penyandang masalah tidak banyak dilibatkan dan
diberi kewenangan dalam perencanaan. Dalam persepektif People Centered
Development, masyarakat penyandang masalah diberi kewenangan dan kapasitas dalam
keseluruhan proses pembangunan sejak identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, serta dalam menikmati hasil.

D. Aksi Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Bentuk Kemandirian Dalam Menyikapi


Ketimpangan Sosial  

Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat


terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan/kesenjangan/ketidakberdayaan.  Kemiskinan
dapat dilihat dari indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi/layak.
Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, dan transportasi.
Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yang rendah, sumberdaya manusia yang
lemah, terbatasnya akses pada tanah padahal ketergantungan pada sektor pertanian masih sangat
kuat, melemahnya pasarpasarlokal/tradisional karena dipergunakan untuk memasok kebutuhan
perdagangan internasional.

Ada beberapa strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih dan kemudian diterapkan
dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu (1) menciptakan iklim, (2) memperkuat daya, dan (3)
melindungi.

Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai
program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan
atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain). Dengan demikian
tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan
untuk memajukandiri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

E. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal di Era Globalisasi 

6
Secara umum local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan
setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti
oleh anggota masyarakatnya, sehingga hal tersebut dapat dipahami sebagai usaha manusia
dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu,
objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu.

Pengertian di atas, disusun secara etimologi, di mana wisdom dipahami sebagai kemampuan
seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil
penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom
sering diartikan sebagai ‘kearifan/kebijaksanaan’. Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang
eksplisit yang muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan
lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama.

Mereka mempunyai pemahaman, program, kegiatan, pelaksanaan terkait untuk mempertahankan,


memperbaiki, mengembangkan unsur kebutuhan mereka, dengan memperhatikan lingkungan dan
sumber daya manusia yang terdapat pada warga mereka.  Masyarakat majemuk tanpa konflik
jika dipahami secara sepintas merupakan format kehidupan sosial yang mengedepankan
semangat demokratis dan menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia.  Dalam masyarakat
majemuk yang tanpa konflik, warga bekerjasama membangun ikatan sosial, jaringan produktif
dan solidaritas kemanusiaan yang bersifat non-govermental untuk mencapai kebaikan bersama.
Beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran dalam mewujudkan tercapainya
masyarakat majemuk tanpa konflik, yaitu:

1. terpeliharanya eksistensi agama atau ajaran-ajaran yang ada dalam masyarakat;


2. terpelihara dan terjaminnya keamanan,ketertiban, dan keselamatan;
3. tegaknya kebebasan berpikir yang jernih dan sehat;
4. terbangunnya eksistensi kekeluargaan yang tenang dan tenteram dengan penuh toleransi
dan tenggang rasa e. terbangunnya kondisi daerah yang demokratis, santun, beradab serta
bermoral tinggi; dan
5. terbangunnya profesionalisme aparatur yang tinggi untuk mewujudkan tata pemerintahan
yang baik, bersih berwibawa dan bertanggung jawab.

7
Kemajemukan (pluralitas) dan keanekaragaman (heterogenitas atau diversitas) masyarakat dan
kebudayaan di Indonesia merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan, nilai asli masyarakat
Indonesia adalah nilai yang di dalamnya melekat dengan konsep multikultural, nilai-nilai seperti
toleransi beragama, agregasi sosial, kemajemukan kultural dan etnik, menjadi alasan mengapa
para pendiri bangsa ini memilih Pancasila dari pada pada ideologi bernuansa agama.

Strategi pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal di era globalisasi yakni dengan
memperkuat nilai-nilai dan norma-norma leluhur dari nenek moyang yang ada di masyarakat
agar terjaga utuh kearifan lokal; mempertahankan budaya yang ada di masyarakat dengan
bertindak secara rasional sebagai akibat dari arus globalisasi;  menyaring budaya dari luar
(globalisasi) dengan menilai baik buruknya pengaruh dalam bidang teknologi dan komunikasi,
transportasi, pengembangan media massa, perubahan gaya hidup, pendidikan, budaya, politik,
agama, hukum, dll.  Salah satu indikator dari keberdayaan masyarakat adalah kemampuan dan
kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik dalam menentukan atau memperbaiki
kehidupannya.

Pada prinsipnya pemberdayaan bukan merupakan suatu program atau kegiatan yang berdiri
sendiri. Pemberdayaan merujuk pada serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengubah lebih
dari satu aspek pada diri dan kehidupan seseorang atau sekelompok orang agar mampu
melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk membuat kehidupannya lebih baik dan
sejahtera.

8
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai: suatu kekayaan budaya lokal yang
mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan
(wisdom) dan kearifan hidup. Kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya
atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga
membentuk nilai budaya yang bersifat nasional. Kelangsungan kearifan lokal tercermin pada
nilai-nilai yang berlaku pada sekelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai tersebut akan menyatu
dengan kelompok masyarakat dan dapat diamati melalui sikap dan tingkah laku mereka dalam
kehidupan sehari-hari.

Kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa, terlebih dalam konteks Indonesia yang
memungkinkan kearifan lokal bertransformasi secara lintas budaya yang pada akhirnya
melahirkan nilai budaya nasional. Di Indonesia,  kearifan lokal adalah filosofi dan pandangan
hidup yang mewujud dalam berbagai bidang kehidupan (tata nilai sosial dan ekonomi, arsitektur,
kesehatan, tata lingkungan, dan sebagainya).

B. SARAN
1. untuk makalah lanjutan mengenai strategi komunikasi pemberdayaan
masyarakat,diperlukan penelitian berbasis kearifan lokal.
2. untuk perusahaan yaitu dengan menambahkan jumlah pembina (tim KSW), karena
dengan semakin banyaknya pembina yang membantu masyarakat khususnya kaum
wanita yang mau maju dan berkembang dengan program KSW ini, akan semakin banyak
pula masyarakat menuju pada perkembangan personal dan kelompokuntuk kualitas hidup
yang lebih baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Henslin, James M. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi (Judul Asli: Essentials of
Sociology). Jakarta: PT Erlangga.

Soerjono Soekanto. 1985. Kamus Sosiologi; Edisi Baru. Jakarta: Rajawali Pers.

http://pemberdayaankomunitas.blogspot.com/2015/02/strategipemberdayaan-masyarakat.html
(diakses pada Jumat, 18 Desember  2015, pukul 18.20)

http://www.slideshare.net/DadangSolihin/perencanaan-ekonomi-dalamperspektif-pembangunan-
daerah (diakses pada Jumat, 18 Desember 2015, pukul 18.10)

10

Anda mungkin juga menyukai