Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tebing sungai atau yang lebih dikenal dengan nama siring adalah sebuah bangunan atau
pagar bangunan yang dibangun dipinggiran sungai, biasanya siring terbuat dari beton. Pada
umumnya siring digunakan sebagai pencegah terjadinya erosi. Dibeberapa daerah siring tidak
hanya digunakan untuk mencegah terjadinya erosi, namun siring juga dapat memberikan nilai
kontribusi bagi suatu daerah sebagai objek wisata. Seperti di sungai Kayan Tanjung Selor
kabupaten Bulungan, siring tidak hanya digunakan untuk pencegah erosi, tetapi juga sebagai
objek wisata, seperti untuk tempat bersantai.
Namun, dibalik kegunaan siring yang membantu kehidupan manusia, siring juga
menimbulkan dampak negatif atau buruk bagi populasi ikan tengadak atau yang lebih dikenal
di kabupaten Bulungan dengan sebutan ikan Salap(Barbonymus Schwanenfeldii). Pembuatan
siring mengakibatkan berkurangnya lumut yang sebelumnya terdapat pada tanah di pinggiran
sungai Kayan, Tanjung Selor kabupaten Bulungan. Berkurangnya lumut menyebabkan
terganggunya populasi ikan tengadak, karena lumut dan fito plankton merupakan salah satu
makanan utama bagi ikan tengadak.
Ikan tengadak merupakan salah satu spesies ikan pemakan daging dan tumbuhan (
omnivora ). Makanan utama dari ikan Tengadak adalah lumut dan fito plankton. Dengan
adanya siring, mengurangi lumut yang ada di tanah pinggiran sungai Kayan. Karena makanan
utama ikan tengadak merupakan lumut yang sebelumnya banyak hidup di tanah pinggiran
sungai Kayan, yang sulit untuk berkembang biak atau hidup di siring, jenis lumut itu adalah
lumut air (fontinalis antipyretica). Sehingga, mengurangi populasi dari ikan tengadak, karena
salah satu makanan utama dari ikan tengadak tersebut berkurang. Dengan terganggunya
populasi dari ikan tengadak, mengakibatkan terganggunya fauna yang ada di kabupaten
Bulungan. Dari peristiwa ini, membuat kami ingin mengetahui “ Pengaruh penguat tebing
sungai ( siring ) terhadap populasi ikan tengadak (Barbonymus Schwanenfeldii) di Sungai
Kayan, Tanjung Selor kabupaten Bulungan.”

1.2 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang di atas, muncul beberapa masalah, yaitu :
1. Populasi ikan tengadak menurun.
2. Siring membuat berkurangnya lumut air (fontinalis antipyretica), yang merupakan salah satu
makanan utama ikan tengadak.

1.3 Pembatasan Masalah


Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti memberi batasan – batasan,
yaitu “ Pengaruh Bangunan Tebing Sungai ( Siring ) terhadap Populasi Ikan Tengadak
( Barbonymus Schwanenfeldii ) di Sungai Kayan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan “.

1.4 Rumusan Masalah


Dari latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, peneliti
merumuskan masalah, yaitu :
Bagaimanakah pengaruh bangunan tebing sungai ( siring ) terhadap populasi ikan
tengadak di Sungai Kayan Tanjung Selor?

1.5 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh bangunan siring terhadap populasi ikan tengadak di sungai
Kayan, Tanjung selor Kabupaten Bulungan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berkurangnya populasi ikan tengadak di
Sungai Kayan, Tanjung Selor Kabupaten Bulungan.
3. Untuk mencari alternatif lain dalam mengurangi erosi yang ramah lingkungan.

1.6 Manfaat Penelitian


Dari penelitian ini dapat kami simpulkan beberapa manfaat, yaitu:
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh bangunan siring
terhadap populasi ikan tengadak di Sungai Kayan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan.
2. Bagi masyarakat, untuk memberikan pengetahuan lebih agar masyarakat bisa lebih menjaga
kelestarian ikan tengadak yang ada di Sungai Kayan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan.
3. Bagi Pemerintah, untuk memberikan informasi dalam pengelolahan lingkungan yang lebih
baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian Siring
Siring adalah sebuah bangunan atau pagar bangunan yang dibangun dipinggiran sungai,
biasanya siring terbuat dari beton. Pada umumnya siring digunakan sebagai pencegah
terjadinya erosi. Pengerjaan bangunan siring yang sudah sampai pada tahap penyambungan
ketiga dari bangunan siring yang ada dipinggir sungai Kayan. Pusat Pemerintah Daerah
Kabupaten Bulungan memiliki rencana daerah untuk penguatan pinggiran sungai Bulungan
yang dikerjakan secara bertahap dan berkesinambungan. Pada teknisnya pengerjaan siring ini
dasarnya sama dengan bangunan siring sebelumnya. Setelah dipelajari konstruksi disesuaikan
dengan struktur tanah yang ada, proses pengerjaannya sederhana. Tiang-tiang beton ditumbuk
dengan dalam ± 4 meter, ini sebagai tiang pondasi yang kokoh. Di bagian tebing siring
dipancang beton papan yang berfungsi menahan tanah agar tidak longsor. Pengerjaan siring di
pinggiran sungai Kayan kali ini diharapkan benar-benar dikerjakan secara konsisten agar
menjadi bangunan siring yang kokoh dan permanen. Hal ini merupakan yang mendukung
lancarnya realisasi untuk bangunan-bangunan siring selanjutnya yang sudah direncanakan
bertahap dan berkesinambungan. Disamping itu dengan bangunan siring yang kokoh dapat
memberikan fungsinya sebagai pencegah erosi, lebih-lebih bisa memberikan nilai kontribusi
bagi daerah sebagai objek wisata.

2.1.2 Pengertian Lumut Air(Fontinalis antipyretica)

Lumut air (Fontinalis antipyretica) adalah tanaman air berwarna hijau tua yang
melekat pada batu atau log(kayu berbentuk silinder) di air yang mengalir, atau mengapung di
air yang tenang. Ciri-ciri lumut air(Fontinalis antipyretica), Daun tajam bergerigi tumpang
tindih dan disusun dalam tiga baris sepanjang batangnya. Batang tumbuh hingga 20-60 mm,
lumut air(Fontinalis antipyretica) tidak menghasilkan bunga , bereproduksi dengan
stolons(koneksi horizontal antara organisme / cabang) atau dengan fragmen tumbuhan ataupun
spora sebagai gantinya. Habitat lumut air(Fontinalis antipyretica) adalah di batu dan di kayu
yg berada di dalam air yang mengalir deras, terkadang lumut air (Fontinalis antipyretica)hidup
pada substrat pada air dalam tenang. Lokasi airnya adalah lokasi yang teduh dan air yang
bersifat sedikit asam(pH<8).
Gambar 1 Lumut Air(Fontinalis antipyretica)

2.1.3 Ikan Tengadak / Salap (Barbonymus Schwanenfeldii)


Ikan tengadak (Barbodes sp) merupakan ikan perairan umum asli Kalimantan yang
potensial untuk dikembangkan. Populasi ikan ini di perairan sudah mulai menurun. ikan ini
termasuk omnivora. Ikan Tengadak yang memiliki nama ilmiah Barbonymus
schwanenfeldii adalah merupakan salah satu ikan spesifik lokal asli Kalimantan Barat. Habitat
ikan Tengadak di Kalimantan Barat adalah di DAS Kapuas dan sungai anakannya yang
mengalir sepanjang tahun dan melintasi beberapa kabupaten / kota dari hulu sungai di
Kabupaten Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Sekadau, hingga ke hilir sungai di Kabupaten Kubu
Raya dan Kota Pontianak. Populasi ikan jenis tengadak terbanyak didapati dari hasil
penangkapan nelayan adalah berada di DAS Kapuas kabupaten Kapuas Hulu, Sintang dan
Melawi. Di Kabupaten Kapuas Hulu, Sintang dan Melawi hasil tangkapan ikan Tengadak yang
melimpah ini oleh masyarakat setempat diolah menjadi ikan asin agar dapat bertahan lebih
lama.
Klasifikasi ikan Tengadak Kalimantan Timur sebagai berikut:

Kelas : Pisces
Sub Kelas : Neopterygii
Ordo : Cyrpiniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Barbonymus
Spesies : Barbonymus schwanenfeldii (Bleecker 1853)
Nama Indonesia : Ikan Tengadak
English name : Tengadak
Habitat asal : Di Das Kapuas dan Danau Sentarum Kabupaten
Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat.
Di habitat asalnya, ikan tengadak hidup diperairan yang bersih, hidup disela-sela
bebatuan dan dasar perairan berpasir. Ikan Tengadak termasuk ikan omnivora atau pemakan
segala. Ikan tengadak dapat dijumpai pada kedalaman perairan 1 - 4 meter, dengan suhu 25 -
30° C, oksigen terlarut 4 - 8 ppm, kecerahan 40-120 cm, pH 5-7 dengan keadaan arus lemah
atau pada tempat yang merupakan lubuk. Pada usaha budidaya pembesaran, ikan tengadak juga
dapat diberi pakan pabrikan berupa pellet. Setelah melalui berbagai penelitian dan pengkajian
pada kegiatan Seksi Kesehatan Ikan dan Lingkungan Bidang Perikanan Budidaya dengan
anggaran APBD I tahun 2009, dalam rangka pemuliaan dan menjaga agar ikan tengadak tidak
punah, bekerja sama dengan tenaga ahli dari BRKP Air Tawar Bogor (IR. SIDI ASIH
DAN GLENN SPi) dan UPIS Anjungan sebagai tempat pemijahan dan pembesaran, akhirnya
upaya pemijahan ikan tengadak sudah berhasil dilaksanakan dengan hasil sangat memuaskan.
Budidadaya pembesaran ikan tengadak dapat dilakukan dikolam dengan sistim air irigasi yang
baik.
2.1.4 Sungai Kayan
Sungai adalah salah satu dari bagian siklus hidrologi yang menuju ke laut. Di
Kalimantan terdapat beberapa sungai besar, tepatnya di tanjung sealor terdapat sungai kayan
dengan kondisi arus yang deras (grade setengah atau tingkat kesulitan di atas rata-rata). Panjang
sungai kayan adalah 576 km yang melewati kurang lebih 20 desa. Keadaan air sungai kayan
tidak menentu tergantung cuaca. Adapun kandungan dari air sungai kayan Magnesium 10 Mg/l,
Kalium 4,5 Mg/l, Natrium 20 Mg/l. Kandungan ini di bawa oleh sungai kayan dengan arus
yang deras.
Sungai Kayan merupakan sungai besar yang bermuara di laut Sulawesi dengan luas
Daerah Pengaliran Sungainya (DPS) sekitar 30.005 km² dan panjang sekitar 576 km. Daerah
pengaliran Sungai Kayan secara wilayah administrasi terletak di dua wilayah kabupaten dengan
bagian hulu sampai dengan tengah merupakan wilayah Kabupaten Malinau dan dari daerah
tengah ke hilir merupakan daerah kabupaten Bulungan.

2.2 Kerangka Berpikir


2.3 Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang ada, peneliti mengajukan hipotesis, yaitu Penguat
Tebing Sungai ( siring ) Berpengaruh Terhadap Populasi Ikan Tengadak (Barbonymus
schwanenfeldii) di sungai Kayan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Adapun penelitian yang dilakukan di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan meliputi
berbagai tempat, yaitu Sungai Kayan yang terdapat bangunan siring dengan yang tidak di
bangun siring( Dari Kampung Arab hingga Pelabuhan Speed boat Kayan II, Tanjung Selor
Kabupaten Bulungan, sepanjang 4250 m), Dinas Perikanan dan Kelautan, Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Daerah, dan Dinas Pekerjaan Umum. Sedangkan penelitian ini dilakukan
pada tanggal 20 Oktober - 23 Oktober 2011.

3.2 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan metode survei dan grounded research.

3.3 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif karena penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dan kualitatif.

3.4 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah Ikan Tengadak yang ada di sungai Kayan Tanjung
Selor Kabupaten Bulungan, sedangkan sampelnya adalah ikan tengadak yang ditangkap oleh
pemancing.

3.5 Penelitian di Lapangan


3.5.1 Wawancara Narasumber
· Wawancara Pemacing
1. Apakah anda sering memancing?
2. Apakah anda sudah mulai memancing sejak sungai kayan belum dibangun
tebing sungai ( Siring )?
3. Jenis ikan apa yang sering anda dapat pada saat memancing ?
4. Berapa banyak jumlah ikan tengadak yang anda dapat dalam sehari, sebelum dan sesudah
siring dibuat ?
5. Apa tujuan anda memancing ikan tengadak, apakah sekedar hobi atau mata pencaharian ?
6. Menurut anda, bagaimana pengaruh siring terhadap populasi ikan tengadak ?
· Wawancara Staff Beberapa Instansi Terkait
1. Berapa lama pembangunan tebing sungai / siring ini ?
2. Berapa panjang bangunan siring dari Kampung Arab sampai Sabanar Tanjung Selor kabupaten
Bulungan ?
3. Berapa ukuran batang beton yang digunakan untuk pembuatan tebing sungai Kayan ?
4. Apa dampak dari pembuatan tebing sungai terhadap populasi ikan tengadak ?
5. Apakah ikan Tengadak dapat berkembang biak di tambak ?
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan di Lapangan


Penelitian ini mengambil kasus pengaruh siring terhadap populasi ikan
tengadak (Barbonymus Schwanenfeldii ) di Sungai Kayan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan.
Berdasarkan wawancara dengan narasumber didapatkan jawaban - jawaban yang menjawab
bebagai masalah yang muncul. Ikan Tengadak merupakan spesies ikan omnivora yang biasa
hidup di pinggiran sungai. Salah satu makanan utama dari ikan Tengadak adalah lumut
air(Fontinalis antipyretica), lumut ini banyak terdapat di pinggiran sungai kayan. Sebelum
dibuatnya siring pada pinggiran sungai Kayan, lebih banyak terdapat lumut yang hidup di
pinggiran sungai ini, karena banyak terdapat bebatuan yang merupakan salah satu habitat bagi
lumut air untuk berkembang biak. Namun setelah pembuatan siring ( pada waktu siring jadi ),
lumut air yang merupakan salah satu makanan utama dari ikan tengadak tersebut menjadi
berkurang. Ini dikarenakan, pada saat pembuatan penguat tebing sungai atau siring ini, lumut
yang ada di pinggiran sungai tersebut menjadi hancur karena siring tersebut ditancapkan pada
daerah yang memang terdapat banyak lumut air yang hidup di tanah pinggiran sungai Kayan,
itu merupakan salah satu faktor penyebab berkurangnya populasi ikan tengadak di Sungai
kayan. Selain itu, pada saat penancapan siring terjadi getaran yang menyebabkan banyak ikan
– ikan di sekitarnya lari khususnya ikan tengadak, karena ikan tersebut merupakan ikan yang
terdapat pada pinggiran sungai Kayan. Beton dari siring memiliki kandungan kimia tersendiri
yang dapat mencemarkan air di sungai Kayan, sehingga dengan tercemarnya air sungai Kayan,
banyak ikan Tengadak yang meninggalkan habitatnya, di sebabkan berkurangnya lumut air
yang merupakan salah satu sumber makanan ikan Tengadak, sehingga menyebabkan
berkurangnya populasi ikan tengadak di sungai Kayan dalam jangka pendek.

Pemancing yang sering memancing di pinggiran Sungai Kayan cukup banyak


jumlahnya. . Para pemancing tersebut sudah sering memancing di pinggiran sungai Kayan,
sebelum pembangunan penguat tebing sungai atau siring tersebut para pemancing itu telah
sering memancing di pinggiran sungai Kayan. Rata – rata pemancing tersebut sering
mendapatkan ikan Tengadak/salap. Menurut sebagian pemancing yang sering memancing di
pinggiran sungai Kayan, dengan adanya siring ini berpengaruh terhadap populasi ikan
tengadak, dikarenakan salah satu makanan utama dari ikan tersebut berkurang, sehingga pada
saat adanya siring ini, dalam sehari mereka hanya mendapatkan rata - rata 2 ikan tengadak,
sedangkan sebelum pembuatan siring / penguat tebing sungai ini, para pemancing rata – rata
dalam sehari mendapatkan 6 ekor. Sebagian pemancing mengatakan, dengan adanya siring
tidak berpengaruh sama sekali terhadap populasi ikan tengadak. Memang mereka menyadari
bahwa lebih banyak ikan yang didapatkan pada saat sebelum pembuatan siring daripada
sesudah pembuatan siring. Itu disebabkan karena, kandungan kimiawi dari beton bangunan
siring itu sendiri telah mencemari sungai Kayan, itu menyebakan kondisi kimiawi sungai
Kayan berubah sehingga populasi ikan tengadak menurun.
Pembangunan siring di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan dimulai dari tahun 2003
sampai dengan tahun 2005 dari Kampung Arab hingga akhir dari jalan Katamso ( 1500 m ),
Tanjung Selor Kabupaten Bulungan, dan berlanjut dari tahun 2004 – sekarang ( 2750 m ).
Panjang siring dari Kampung Arab hingga Sabanar Tanjung Selor Kabupaten Bulungan adalah
4250 m atau ± 5 km. Ukuran panjang batang beton yang digunakan untuk membuat siring
adalah 12-14 m.
Menurut Ir.Aswandi, MT yang merupakan Kepala Bidang Pengairan, menurunnya
populasi ikan tengadak tidak sepenuhnya disebabkan oleh pembangunan tebing sungai ( siring
), tetapi menurut beliau menurunnya ikan tengadak disebabkan oleh banyak faktor, salah
satunya adalah tercemarnya air sungai Kayan itu sendiri,tercemarnya sungai Kayan itu
disebabkan oleh penggunaan racun atau bahan kimiawi berbahaya (pembasmi hama, pestisida)
di perkebunan masyarakat sekitar, dimana racun tersebut mengalir didalam tanah perkebunan
yang kemudian mengarah ke sungai Kayan, sehingga sungai Kayan terkontaminasi oleh racun
yang digunakan oleh masyarakat yang sering berkebun. Tercemarnya sungai Kayan
sebenarnya sudah berlangsung lama sejak warga membuang sampah ke sungai, masyarakat
beranggapan bahwa sungai merupakan tempat membuang sampah yang paling praktis,
sampah-sampah tersebut juga menyebabkan sungai tercemar. Pembangunan tebing sungai (
siring ) memberikan dampak kepada populasi ikan tengadak di Tanjung Selor Kabupaten
Bulungan, salah satunya adalah merusak habitat bagi sumber makanan ikan tengadak dan ikan
tengadak itu sendiri.

Diagram 1 Rata – rata pendapatan ikan Tengadak pra dan pasca


pembangunan siring.
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa populasi ikan tengadak lebih banyak
ditemui sebelum pembangunan siring dibandingkan dengan setelah pembangunan siring. Para
pemancing dalam sehari sebelum dibuatnya siring mendapatkan ikan rata - rata 6 ikan
tengadak, sedangkan setelah pembuatan siring para pemancing mendapatkan ikan tengadak
paling banyak 2, paling sedikit tidak dapat. Data dari responden terlampir.

4.2 Faktor Yang Mendukung Berkurangnya Keberadaan Ikan Tengadak


Faktor – faktor yang mendukung berkurangnya keberadaan ikan tengadak, yaitu :
1. Saat ditinjaunya pasar Induk di Tanjung Selor Kabupaten Bulungan, tidak satu pun dari
pedagang ikan yang menjual ikan tengadak, kebanyakan ikan yang dijual adalah ikan patin dan
mujair.
2. Terdapatnya ikan Mujair yang merupakan spesies baru di sungai Kayan yang berasal dari
kolam warga. Masuknya ikan Mujair ini dikarenakan banjir besar yang pernah terjadi di
Tanjung Selor Kabupaten Bulungan pada tahun 1999, sehingga terjadi kompetisi dalam
mendapatkan makanan, karena ikan mujair memakan lumut air.

4.3 Kandungan Kimia Penguat Tebing Sungai ( Siring )


Setelah dilakukan penelitian dengan metode wawancara dan wawancara serta
dilakukannya pengkajian teori, didapat hasil bahwa siring merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan menurunnya populasi ikan tengadak. Ini disebabkan oleh kandungan kimia dari
beton siring ini dalam jangka pendek mencemari air sungai kayan. Beton siring disusun oleh
berbagai elemen pembentuk struktur yang terdiri dari semen, agregat halus ( pasir ), agregat
kasar ( bebatuan ) dan air. Semen sendiri tersusun dari berbagai komponen kimia, yaitu
trikalsium silikat, dikalsium silikat, trikalsium aluminat, Tetrakalsium aluminofe, dan gypsum.
Dalam semen sendiri mengandung karbon dioksida, 1 ton semen mengandung sekitar 1 ton
karbon dioksida, sehingga pada saat pembangunan siring, kandungan karbon dioksida di
Sungai Kayan meningkat dalam jangka pendek, dalam artian dengan banyaknya karbon
dioksida yang menyebar di sungai Kayan pada saat pembangunan siring tersebut, oksigen –
oksigen dalam air sungai Kayan itu sendiri menjadi berkurang, karena kandungan karbon
dioksida lebih banyak dibandingkan dengan kandungan oksigen, ini membuat populasi ikan
tengadak menjadi menurun, karena ikan tengadak mencari tempat yang terdapat lebih banyak
oksigen daripada tempat yang telah terkontaminasi kandungan beton siring tersebut, ataupun
bisa menyebabkan ikan tengadak tersebut mati.

4.4 Dampak terhadap kualitas air permukaan


Kegiatan pada tahap pasca kontruksi proyek yang berdampak negatif kecil dan penting
terhadap kualitas air permukaan adalah kegiatan pemeliharaan badan sungai.
Masalah sedimentasi merupakan hal yang cukup signifikan selama pengelolaan
DAS (watershed management) Sungai Kayan tidak di tangani secara terpadu. Berkaitan
dengan kualitas lingkungan DAS Sungai Kayan Sudah mengalami penurunan akibat erosi
lahan dan erosi tebing akan semakin besar. Berkaitan dengan itu, untuk pengendalian
sedimentasi dalam pemeliharaan badan sungai dan bangunan pengendali erosi/longsor dan
banjir akan dilakukan pengerukan sedimen. Pada saat pengerukan bahan endapan yang berupa
lumpur organic maupun anorganik akan tersuspensi dan diperkirakan akan menyebabkan
peningkatan kekeruhan air sungai di lokasi pengerukan dan bagian hilirnya yang akan
berdampak lebih lanjut terhadap biota perairan. Selain itu, kegiatan pengerukan Sungai kayan
juga akan berdampak terhadap kelancaran transportasi sungai, persepsi negative masyarakat
dan gangguan kamtibmas. ( sumber Studi Analisis Dampak Lingkungan/ANDAL, Dinas
Perkerjaan Umum dan Kimpraswil )

Upaya pengelolaan lingkungan


1) Tidak meninggalkan limbah sedimentasi hasil pengerukan terlalu lama di bantaran sungai dan
segera diangkut ke lokasi penampungan (borrow pit).
2) Proses pengerukan sedimen sungai dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi tingkat
turbolensi di badan air.
3) Menggunakan kapal keruk yang mempunyai penyedot sedimen yang di lengkapi dengan bak
menampung sedimen hasil pengerukan, dan apabila bak ini sudah penuh, maka kapal keruk
dapat bergerak ke tempat pembuangan.
4) Penanaman berbagai jenis tanaman, baik yang mempunyai fungsi pelindung, peneduh,
tanaman buah – buahan maupun tanaman yang memberikan rasa indah ( estetika ) di sekeliling
tapak proyek.
5) Pemberian pupuk N, P, K dan melakukan penyiraman secara teratur pada tahap awal
penanaman sehingga tanaman tidak mati.
6) Memelihara dan mengganti tanaman yang mati.
7) Melakukan pemantauan secara rutin mengenai kondisi tanaman yang telah ditanam.

4.5 Upaya Penanggulangan


Dari masalah yang ada di atas, peneliti memberikan suatu bentuk ide upaya
penanggulan, yaitu Bronjong, bronjong merupakan suatu bangunan pinggiran sungai yang
kegunaannya sama dengan siring, yaitu sebagai pencegah erosi. Bronjong dibuat dengan
menggunakan alat khusus, bentuknya merupakan timbunan bebatuan alami, yang disusun di
pinggiran dasar sungai. Keuntungan dari bronjong ini sendiri yaitu, bronjong merupakan
penimbunan bebatuan alam ke pinggiran dasar sungai, karena merupakan bebatuan alam maka
lumut – lumut air (Fontinalis antipyretica) dapat tumbuh di bebatuan itu, sehingga sumber
makanan ikan tengadak tidak berkurang, itu menyebabkan populasi dari ikan tengadak itu
sendiri tidak berkurang. Kelemahannya adalah Bronjong ini tidak kuat untuk menahan arus
kuat yang datang, selain itu jika dilakukannya pelebaran jalan, bronjong tidak mampu menahan
beban besar seperti taman, mobil – mobil. Bronjong tidak mampu menahan beban yang berat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan, yaitu :

1. Siring merupakan salah faktor yang menyebabkan menurunnya populasi ikan tengadak.

2. Faktor – faktor yang menyebabkan menurunnya populasi ikan tengadak, yaitu tercemarnya air

sungai Kayan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan karena penggunaan pestisida, pembangunan

siring merusak habitat lumut air(Fontinalis antipyretica) dalam jangka pendek, pembangunan

siring menyebabkan getaran dan bising sehingga banyak ikan tengadak yang meninggalkan

populasi, kandungan kimia dari siring mencemar air sungai Kayan, Tanjung Selor Kabupaten

Bulungan.

3. Alternatif lain yang ramah lingkungan yaitu, Bronjong

5.2 Saran
Peneliti mengharapkan adanya penelitian lanjutan yang dilakukan oleh peneliti yang
sama ataupun peneliti lainnya, sehingga dapat mengembangkan data yang lama.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pekerjaan Umum dan KIMPRASWIL. 2003. Rencana Pengelolaan


Lingkungan. Samarinda : DPU dan KIMPRASWIL
Dinas Pekerjaan Umum dan KIMPRASWIL. 2003. Studi Analisis Dampak
Lingkungan. Samarinda : DPU dan KIMPRASWIL
http://www.google.co.id/#sclient=psy-
ab&hl=id&source=hp&q=jenis+ikan+yang+terdapat+di+tanjung+selor&oq=jenis+ikan
+yang+terdapat+di+tanjung+selor&aq=f&aqi=&aql=1&gs_sm=e&gs_upl=1545222l155
7101l2l1557326l49l39l1l23l0l4l2483l18925l6-
1.3.3.4l16l0&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=53eb6f4dca55ff9e&biw=1024&bih=617
http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/analisis-artikel-tumbuhan-lumut/
http://dislautkan.kalbarprov.go.id/index.php?module=artikel&act=detailartikel&id=8
http://www.faperta.ugm.ac.id/semnaskan/abstrak/prosiding2009/BDP/genetika.php
http://www.ecy.wa.gov/programs/wq/plants/plantid2/descriptions/fonant.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Fauna_Indonesia
http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=113588
http://www.google.co.id/imgres?q=fontinalis+antipyretica&hl=id&sa=X&biw=1024&bih=617
&tbm=isch&prmd=imvns&tbnid=Lfo3mFcM1MOYrM:&imgrefurl=http://keys.lucidc
entral.org/

Anda mungkin juga menyukai