PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tebing sungai atau yang lebih dikenal dengan nama siring adalah sebuah bangunan atau
pagar bangunan yang dibangun dipinggiran sungai, biasanya siring terbuat dari beton. Pada
umumnya siring digunakan sebagai pencegah terjadinya erosi. Dibeberapa daerah siring tidak
hanya digunakan untuk mencegah terjadinya erosi, namun siring juga dapat memberikan nilai
kontribusi bagi suatu daerah sebagai objek wisata. Seperti di sungai Kayan Tanjung Selor
kabupaten Bulungan, siring tidak hanya digunakan untuk pencegah erosi, tetapi juga sebagai
objek wisata, seperti untuk tempat bersantai.
Namun, dibalik kegunaan siring yang membantu kehidupan manusia, siring juga
menimbulkan dampak negatif atau buruk bagi populasi ikan tengadak atau yang lebih dikenal
di kabupaten Bulungan dengan sebutan ikan Salap(Barbonymus Schwanenfeldii). Pembuatan
siring mengakibatkan berkurangnya lumut yang sebelumnya terdapat pada tanah di pinggiran
sungai Kayan, Tanjung Selor kabupaten Bulungan. Berkurangnya lumut menyebabkan
terganggunya populasi ikan tengadak, karena lumut dan fito plankton merupakan salah satu
makanan utama bagi ikan tengadak.
Ikan tengadak merupakan salah satu spesies ikan pemakan daging dan tumbuhan (
omnivora ). Makanan utama dari ikan Tengadak adalah lumut dan fito plankton. Dengan
adanya siring, mengurangi lumut yang ada di tanah pinggiran sungai Kayan. Karena makanan
utama ikan tengadak merupakan lumut yang sebelumnya banyak hidup di tanah pinggiran
sungai Kayan, yang sulit untuk berkembang biak atau hidup di siring, jenis lumut itu adalah
lumut air (fontinalis antipyretica). Sehingga, mengurangi populasi dari ikan tengadak, karena
salah satu makanan utama dari ikan tengadak tersebut berkurang. Dengan terganggunya
populasi dari ikan tengadak, mengakibatkan terganggunya fauna yang ada di kabupaten
Bulungan. Dari peristiwa ini, membuat kami ingin mengetahui “ Pengaruh penguat tebing
sungai ( siring ) terhadap populasi ikan tengadak (Barbonymus Schwanenfeldii) di Sungai
Kayan, Tanjung Selor kabupaten Bulungan.”
Lumut air (Fontinalis antipyretica) adalah tanaman air berwarna hijau tua yang
melekat pada batu atau log(kayu berbentuk silinder) di air yang mengalir, atau mengapung di
air yang tenang. Ciri-ciri lumut air(Fontinalis antipyretica), Daun tajam bergerigi tumpang
tindih dan disusun dalam tiga baris sepanjang batangnya. Batang tumbuh hingga 20-60 mm,
lumut air(Fontinalis antipyretica) tidak menghasilkan bunga , bereproduksi dengan
stolons(koneksi horizontal antara organisme / cabang) atau dengan fragmen tumbuhan ataupun
spora sebagai gantinya. Habitat lumut air(Fontinalis antipyretica) adalah di batu dan di kayu
yg berada di dalam air yang mengalir deras, terkadang lumut air (Fontinalis antipyretica)hidup
pada substrat pada air dalam tenang. Lokasi airnya adalah lokasi yang teduh dan air yang
bersifat sedikit asam(pH<8).
Gambar 1 Lumut Air(Fontinalis antipyretica)
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Neopterygii
Ordo : Cyrpiniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Barbonymus
Spesies : Barbonymus schwanenfeldii (Bleecker 1853)
Nama Indonesia : Ikan Tengadak
English name : Tengadak
Habitat asal : Di Das Kapuas dan Danau Sentarum Kabupaten
Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat.
Di habitat asalnya, ikan tengadak hidup diperairan yang bersih, hidup disela-sela
bebatuan dan dasar perairan berpasir. Ikan Tengadak termasuk ikan omnivora atau pemakan
segala. Ikan tengadak dapat dijumpai pada kedalaman perairan 1 - 4 meter, dengan suhu 25 -
30° C, oksigen terlarut 4 - 8 ppm, kecerahan 40-120 cm, pH 5-7 dengan keadaan arus lemah
atau pada tempat yang merupakan lubuk. Pada usaha budidaya pembesaran, ikan tengadak juga
dapat diberi pakan pabrikan berupa pellet. Setelah melalui berbagai penelitian dan pengkajian
pada kegiatan Seksi Kesehatan Ikan dan Lingkungan Bidang Perikanan Budidaya dengan
anggaran APBD I tahun 2009, dalam rangka pemuliaan dan menjaga agar ikan tengadak tidak
punah, bekerja sama dengan tenaga ahli dari BRKP Air Tawar Bogor (IR. SIDI ASIH
DAN GLENN SPi) dan UPIS Anjungan sebagai tempat pemijahan dan pembesaran, akhirnya
upaya pemijahan ikan tengadak sudah berhasil dilaksanakan dengan hasil sangat memuaskan.
Budidadaya pembesaran ikan tengadak dapat dilakukan dikolam dengan sistim air irigasi yang
baik.
2.1.4 Sungai Kayan
Sungai adalah salah satu dari bagian siklus hidrologi yang menuju ke laut. Di
Kalimantan terdapat beberapa sungai besar, tepatnya di tanjung sealor terdapat sungai kayan
dengan kondisi arus yang deras (grade setengah atau tingkat kesulitan di atas rata-rata). Panjang
sungai kayan adalah 576 km yang melewati kurang lebih 20 desa. Keadaan air sungai kayan
tidak menentu tergantung cuaca. Adapun kandungan dari air sungai kayan Magnesium 10 Mg/l,
Kalium 4,5 Mg/l, Natrium 20 Mg/l. Kandungan ini di bawa oleh sungai kayan dengan arus
yang deras.
Sungai Kayan merupakan sungai besar yang bermuara di laut Sulawesi dengan luas
Daerah Pengaliran Sungainya (DPS) sekitar 30.005 km² dan panjang sekitar 576 km. Daerah
pengaliran Sungai Kayan secara wilayah administrasi terletak di dua wilayah kabupaten dengan
bagian hulu sampai dengan tengah merupakan wilayah Kabupaten Malinau dan dari daerah
tengah ke hilir merupakan daerah kabupaten Bulungan.
5.1 Kesimpulan
1. Siring merupakan salah faktor yang menyebabkan menurunnya populasi ikan tengadak.
2. Faktor – faktor yang menyebabkan menurunnya populasi ikan tengadak, yaitu tercemarnya air
sungai Kayan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan karena penggunaan pestisida, pembangunan
siring merusak habitat lumut air(Fontinalis antipyretica) dalam jangka pendek, pembangunan
siring menyebabkan getaran dan bising sehingga banyak ikan tengadak yang meninggalkan
populasi, kandungan kimia dari siring mencemar air sungai Kayan, Tanjung Selor Kabupaten
Bulungan.
5.2 Saran
Peneliti mengharapkan adanya penelitian lanjutan yang dilakukan oleh peneliti yang
sama ataupun peneliti lainnya, sehingga dapat mengembangkan data yang lama.
DAFTAR PUSTAKA