Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT EROSI PADA BEBERAPA TUTUPAN


LAHAN DI WILAYA DAS RONGKONG

OLEH :
FERDYANSAN
NIM 1802354251005

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA
PALOPO
2022
PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT EROSI PADA BEBERAPA TUTUPAN LAHAN DI WILAYA DAS


RONGKONG

Proposal ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana S1 pada Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan

Universitas Andi Djemma Palopo

FERDYANSA

1802354251005

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO

2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Diterangkanbahwa proposal penelitian/skripsibagimahasiswa :
Nama : Ferdyansa
NIM : 18.023.54.251.005
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Kehutanan
JudulSkripsi :Analisis tingkat Erosi Pada Beberapa Tutupan Lahan Di Wilaya
DAS Rongkong

TelahDiperiksa Dan DisetujuiUntuk Seminar Proposal.

Palopo........,…………………,2022

Menyetujui,
Komisipembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. YUMNA, SP.,MP WITNO, S,Hut.,M.Hut


NIDN : 0903037301 NIDN : 0904089301

Mengetahui

Ketua Program StudiKehutanan

LIANA,S,Hut.,M.Hut
KATA PENGANTAR

PujisyukuratasTuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kuasa-Nya, sehingga


penulis mampu menyelesaikan proposal penelitian ini. Proposal penelitai ini tidak
akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa pihak kepada peneliti.
Untuk itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada Bapak,Ibu
dosen yang senantiasa memberikan bimbingannya di setiap proses pembuatan
proposal.

Tidak lupa, penulis juga ucapkan rasa terimakasi yang mendalam kepada teman-
teman satu bimbingan yang saling memberikan dukungan semasa proses bimbingan
dan pengerjaan proposal. Dukungan tanpa henti juga turut di berikan oleh orang tua
dan saudara, sehingga penulis juga sangat berterimakasi atas segala bentuk
dukungan tersebut.

Penyusunan proposal penelitian yang berjudul Analisis Tingkat Erosi Pada Beberapa
Tutupan Lahan Di Wilaya DAS Rongkong tidaklah mudah untuk dilakukan. Namun,
penulis berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan studi di lapangan dengan
tujuan untuk mengetahui penyebap banyaknya kerusakanlahan yang terjadi di
sekitar DAS Bambalu.

Apabila dalam penulisan proposal penelitiaan ini terdapat beberapa kesalahan baik
dari segi teknis maupun isi, penulis menghanturkan permohonan maaf. Oleh
karnaitu saran dankritik yang membangun penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutukannya.
DAFTTAR ISI
I. PENDAHULUAN.....................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................8
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................9
2.1 Erosi................................................................................................................. 9
2.2 Faktor Penyebab Erosi...................................................................................10
2.3 Kerangka Pikir................................................................................................13
III. Metode Penelitian...............................................................................................14
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................14
3.2 Alat dan bahan...............................................................................................14
3.3 Jenis dan Sumber Data..................................................................................14
3.4 Teknik Pengumpulan data..............................................................................15
3.5 Analisi Data....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................17
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut UU No. 7 Tahun 2004, daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah
daerah yang di batasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh
pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan
dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995). DAS termasuk
suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-
anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan
yang masih terpengaruh aktivitas daratan. (PP No 37 tentang Pengelolaan DAS,
Pasal 1).
Sejalan dengan peningkatan kebutuhan manusia sebagai akibat dari
pertambahan penduduk, kebutuhan lahan untuk pertanian bertambah. Pada sisi lain
lahan yang cocok untuk pertanian sudah sangat berkurang. Sebagai akibatnya,
penduduk terpaksa menggunakan lahan yang kurang sesuai untuk pertanian,
misalnya lereng yang curam. Hal ini menyebabkan tanah tersebut dengan mudah
terkikis dan terangkut air hujan yang disebut dengan erosi ( Sutapa 2010 ). Erosi
adalah peristiwa berpindanya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari satu tempat ke tempat yang lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah
atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian
diendapkan di tempat lain. Pengikisan dan pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh
media alami, yaitu air dan Angin (Arsyad 2010) . Persoalan yang mendasar adalah
lahan di daerah penelitian telah mengalami degradasi lahan cukup besar yang
disebabkan oleh erosi (Sutopo dan Suyana 1999 dalam Winarno dkk 2008).
Aktivitas perladangan terpaksa mengharuskan membuka lahan hutan dengan
menebas, menebang dan membakar pohon-pohon menyebabkan berkurangnya
perlindungan vegetasi terhadap tanah. kondisi seperti ini dapat meningkatkan
potensi terjadinya erosi dan kehilangan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk pertumbuhannya (Harijanto,2014). Akibat dari banyaknya perambahan hutan
menyebabkan banyaknya lahan hutan yang rusak dan beralih fungsi di daerah hulu,
sehingga dapat menimbulkan besarnya sedimentasi di daerah hilir (Fitri R, 2011).
disisi lain dampak yang di timbulkan adalah semakin besarnya sedimentasi, longsor
dan banjir yang terjadi dalam satu kawasan daerah aliran sungai (DAS) sebagai
mana yang terjadi pada DAS Rongkong yang juga tergolong dalam lahan kritis. Ini
menunjukan bahwa tingkat kekritisan lahan sudah terjadi pada tiap-tiap unit lahanya
yang tentunya berada pada kondisi yang mengkawatirkan. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian terhadap erosi pada beberapa penggunaan lahan.
Untuk mengetahui besaran erosi di permukaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
dapat dilakukan secara kuantitatif dengan beberapa cara, salah satunya dengan
menggunakan metode empiris USLE. Metode ini paling umum digunakan untuk
memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur
dengan kondisi tertentu (Supirin, 2001). Metode ini dikembangkan oleh USDA dan
dapat dikembangkan pada lahan pertanian maupun non pertanian dengan segala
keterbatasannya.

DAS Rongkong yang merupakan salah satu DAS yang terletak di wilayah
Kabupaten Luwu Utara yang termasuk klasifikasi DAS yang dipulihkan sehingga
dapat disimpulkan bahwa DAS Rongkong mengalami kerusakan. Perubahan
tataguna lahan serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian DAS
serta aktifitas pertanian yang semakin tak terkendali yang membuat DAS Rongkong
mengalami kerusakan lingkungan yang di sebabkan erosi.Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui tingkat erosi yang terjadi di beberapa tutupan lahan di
DAS Rongkong Kabupaten Luwu Utara dan upaya yang perlu ditempuh untuk
meningkatkan produktivitas lahan guna mendukung pertumbuhan tanaman dan
menurunkan atau menghilangkan dampak negatif pengelolaan lahan seperti erosi,
sedimentasi dan banjir.
1.2 Rumusan Masalah

Erosi yang terjadi terus-menerus disepanjang DAS Rongkong dapat


menyebabkan terjadinya peningkatan laju sedimentasi.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat erosi pada beberapa tutupan
lahan di DAS Rongkong.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat untuk memberikan data dan


informasi mengenai dampak erosi pada DAS Rongkong.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Erosi

Secara umum erosi dapat dikatakan sebagai proses terlepasnya butiran tanah

dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air

atau angin kemudian diikuti dengan pengendapan material yang terangkut di tempat

yang lain (Suripin, 2002). Pada dasarnya erosi yang paling sering terjadi dengan

tingkat produksi sedimen (sediment yield) paling besar adalah erosi permukaan

(sheet erosion) jika dibandingkan dengan beberapa jenis erosi yang lain yakni erosi

alur (rill erosion), erosi parit (gully erosion) dan erosi tebing sungai (stream bank

erosion). Secara keseluruhan laju erosi yang terjadi disebabkan dan dipengaruhi

oleh lima faktor diantaranya faktor iklim, struktur dan jenis tanah, vegetasi, topografi

dan faktor pengelolaan tanah. Faktor iklim yang paling menentukan laju erosi adalah

hujan yang dinyatakan dalam nilai indeks erosivitas hujan (Suripin,2002).

Erosi adalah peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-

bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa

erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

yang kemudian diendapkan ditempat lain. Pengikisan dan pengangkutan tanah

tersebut terjadi oleh media alami, yaitu air dan angin (Sitanala, 2010). Erosi oleh

angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh

kekuatan air. Di daerah beriklim basah erosi oleh air yang lebih penting, sedangkan

erosi oleh angin tidak begitu berarti. Erosi oleh angin merupakan peristiwa sangat

penting di daerah beriklim kering. Indonesia adalah daerah tropika yang umumnya

beriklim basah atau agak basa h (Sitanala, 2010).


Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk

pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan untuk menahan dan

menyerap air. Faktor penyeba erosi adalah adalah iklim dan vegetasi yang berkaitan

dengan air hujan yang melewati tajuk, maka erositas buti-butir hujan semakin rendah

Untuk memprediksi laju erosi pada permukaan lahan, telah dikembangkan

beberapa model sebagaimana yang dibahas dalam berbagai literatur (Suripin, 2002)

seperti Bogardi (1986), Morgan (1988) dan yang lain. Model-model yang ada

kebanyakan bersifat empiris (parametrik) yang dikembangkan berdasarkan proses

hidrologi dan fisis yang terjadi selama peristiwa erosi dan pengangkutannya dari

DAS ke titik yang ditinjau. Salah satu model yang masuk dalam kategori tersebut

adalah USLE (Universal Soil Loss Equation) yang dikembangkan oleh Wischmeier

dan Smith (1985, dalam Kironoto, 2003).

2.2 Faktor Penyebab Erosi

Berikut ini penjelasan faktor alam yang memengaruhi erosi antara lain:

1. Iklim

Iklim mungkin merupakan kekuatan paling berpengaruh dan berdampak pada

erosi pada bentang alam. Faktor iklim yang penting dalam proses terjadinya erosi

adalah curah hujan dan suhu. Curah hujan dan suhu tidak jauh berbeda di tempat-

tempat yang berdekatan. Intensitas hujan yang cukup tinggi akan menimbulkan

erosi. Energi kinetik akibat tetesan butiran-butiran hujan yang jatuh ke atas tanah

menyebabkan pecahnya agregat-agregat tanah. Jumlah hujan yang besar tapi

intensitasnya rendah tidak menyebabkan erosi berat. Hujan lebat dengan intensitas
tinggi dalam waktu singkat dapat menyebabkan sedikit erosi. Jika jumlah hujan dan

intensitasnya sama-sama tinggi, maka erosi tanah yang terjadi cenderung tinggi.

2. Topografi

Topografi merupakan keragaman bentuk dari permukaan bumi yang terbentuk

karena adanya tenaga endogen dan eksogen. Topografi dengan kondisi curam pasti

memiliki tebing di sekitar daerah tersebut. Faktor topografi yang memiliki karakter

daerah bertebing memungkinkan akan muncul adanya gangguan multipath yang

akan mempengaruhi kualitas dan ketelitian data hasil pengukuran topografi

menggunakan GNSS (Basuki, 2006). Topografi yang memengaruhi erosi adalah

kemiringan lereng dan panjang lereng. Makin besar kemiringan lereng maka

intensitas erosi air makin tinggi.Semakin miring suatu lereng maka energi kinetik

aliran air yang mengalir semakin besar.

3. Vegetasi

Masyarakat tumbuh-tumbuhan atau vegetasi merupakan suatu sistem yang

hidupdan tumbuh atau merupakan suatu masyarakatyang dinamis. Masyarakat

tumbuh-tumbuhan terbentuk melalui beberapa tahap invasi tumbuh-tumbuhan, yaitu

adaptasi, agregasi, persaingan dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh

dan stabilitasi (Soerianegara,1970). Pengertian umum vegetasi adalah kumpulan

beberapa tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada

suatu tempat. Diantara individu-individu tersebut terdapat interaksi yang erat antara

tumbuh-tumbuhan itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam

vegetasi itu dan faktorfaktor lingkungan. (Marsono, 1977). Gustavo (2007)

meyatakan bahwa kekayaan spesies tinggi dan keragaman yang ditemukan di

habitat pegunungan tropis sering berhubungan dengan efek iklim dan geologi
tentang evolusi biotik, berbagai dampak lingkungan pada mekanisme adaptasi

spesies dan penyebaran terus menerus fauna dan flora dalam waktu yang

lama.Vegetasi adalah lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer dan

tanah.Vegetasi dapat memperlambat dampak erosi.Akar tanaman melekat pada

partikel tanah dan batu, mencegah transportasi selama hujan atau angin.Pohon,

semak dan tanaman lain dapat membatasi dampak erosi yang besar seperti tanah

longsor atau bahaya alam lain seperti angin topan.Gurun pasir yang umumnya tidak

mempunyai vegetasi lebat merupakan lanskap yang paling mudah mengalami erosi

di planet bumi.

4. Tanah

Aktivitas tektonik membentuk lanskap tanah itu sendiri. Sehingga memengaruhi

dampak erosi pada suatu daerah.Tanah adalah gejala alam permukaan daratan,

membentuk suatu mintakat (zone) yang disebut pedosfer, tersusun atas massa galir

(loose) berupa pecahan dan lapukan batuan (rock) bercampur dengan bahan

organik. Berlainan dengan mineral, tumbuhan dan hewan, tanah bukan suatu ujud

tedas (distinct). Di dalam pedosfer terjadi tumpang-tindih (everlap) dan salingtindak

(interaction) antar litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Maka tanah dapat disebut

gejala lintas-batas antar berbagai gejala alam permukaan bumi. Ditinjau dari segi

asal-usul, tanah merupakan hasil alihrupa (transformation) dan alihtempat

(translocation) zat-zat mineral dan organik yang berlangsung di permukaan daratan

di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu sangat

panjang, dan berbentuk tubuh dengan organisasi dan morfologi tertentu (Schroeder,

1984). Pengertian tubuh menandakan bahwa tanah merupakan bangunan bermatra


tiga, dua matra berkaitan dengan luas bentangan dan satu matra berkaitan dengan

tebal. Sifat-sifat tanah muncul dan berkembang secara berangsur menuruti

perjalanan waktu yang sangat panjang. Maka waktu menjadi matra keempat tanah.

Dengan demikian tanah disebut bangunan bermatra empat, atau sistem ruang-

waktu. Ini berarti hakekat tanah hanya terungkapkan secara baik kalau setiap gejala

tanah didudukkan menurut ruang dan waktu.

2.3 lahan

Lahan merupakan salah satu komponen alam alam sebagai tempat

beraktivitas sebagai mahkluk hidup, Salah satu permasalahan yang sebagai

mendia tumbuh tanaman. Berdasarkan pada salah satu fungsi lahan sebagai

siklus tersebut, maka pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap krateristik

hidrologi. Krateristik hidrologi dijadikasn parameter dalam penelitian ini adala

flukulasi debit dan koefesien alir permukaan sekaligus sebagai tujuan

penelitian ini (Wiliam Pratama 2016).

Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media

pengatur tata air dan unsur produktivitas lahan sehingga menyebabkan

terganggunya ekosistem DAS bersama secara efektif untuk mengkap,

menyimpan, memperbaiki mempengaruhi, mengelola, memanipulasi, dan

mengintegritaskan.

2.4 Tutupan Iahan

Tutupan lahan merupakan perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi,

benda alam, dan sensor budaya yang ada di permukaan bumi tanpa
memperhatikan kegiatan manusia terhadap opjek tersebut (Townshend dan

Justice, 1981 di kutip dalam Syahbana, 2013). Definisi tutupan lahan (land

use). Tutupan lahan dan penggunaan lahan memiliki beberapa perbedaan

mendasar. Menurut penjelasan Coffey (2013), penggunaan lahan mengacu

pada tujuan dan fungsi lahan, misalnya tempat rekreasi, habitat satwa liar

atau pertanian sedangkan tutupan lahan mengacu pada kenampakan fisik

permukaan bumi seperti badan air, bebatuan, lahan terbangun, dan lain-lain.

Lahan dalam suatu ekosistemmerupakan salasatu komponen alam yang

berfungsi sebagai tempat beraktifitas berbagai makluk hidup. Sala satu

permasalahan lahan yang umum terjafdi di Indonesia erosi yang

menyebapkan terjadinya kehilangan lapisan tanah atas yang berfungsi

sebagai median tumbuh tanaman. Penggunaan variable vegetasi tutupan

tanah disebapkan oleh pesisi rerumputan dan serasah yang berada di

permukan tanah (Marjuki, 2008).

2.5 Tutupan Lahan Agroforestri

Agroforestri merupakan suatu system pengelolaan lahan yang ditawarkan

untuk mengatasi masalah yang di timbulkan akibat allih guna lahan untuk

mengatasi masalah pangan. Bentuk agroforestry secara umum mencakup

kebun campuran, tegalan bepohon, ladang, lahan bera(belukar), kebun

pekarangan, hutan tanaman rakyat yang lebih luas kayu jenis (hadi, 2013).

Agroforestri atau wanatani di artikan sebagai menanam pepohonan di

lahan opertanian. Model system pertanian ini telah lama di peraktekkan oleh
petani di Iuwu Utara.Namun, agroforestri sendiri sebagai suatu sistem

pertanian mempunyai komponen penyususn yang berbeda, bisa secara

sederhana maupun kompleks. De Forests dkk (1997) mengelompokkan

agroforestry menjadi dua jenis yaitu: sistem agroforestry sederhana dan

sistem agroforesti kompleks. Sistem agroforestry sederhana adalah suatu

sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang sari dengan

satu atau lebih jenis tanaman semusim. Sistem agroforestri kompleks dimana

tanaman semusi diditanam bersamaan dengan sedikitnya empat jenis pohon

penaung maupun pohon buah-buahan dan kayu-kayuan.


2.5 Kerangka Pikir

Maraknya pembukaan lahan pada DAS Rongkong menyebabkan fungsi utama

DAS yang didasarkan pada fungsi konservasi rusak dapat dilihat dari kondisi tutupan

vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit air), dan curah

hujan sehingga pada penelitian ini memiliki kerangka piker sebagi berikut.

Das Rongkong

Tutupan Lahan

Analisi Tingkat Erosi

Sedimentasi
III. Metode Penelitian

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

penelitian ini dilaksanakan selama 3 Bulan mulai dari bulan Agustus sampai

Nofember 2022 di wilayah DAS Rongkong Kabupaten Luwu Utara. Untuk

menganalisis erosi pada beberapa tutupanlahan di Daerah Aliran Sungai (DAS)

Rongkong Kabupaten Luwu Utara

3.2 Alat dan bahan

Alat-alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Alat tulis menulis untuk menulis data yang di dapatkan.

2. GPS (Global Positioning System) untuk menentukan titik kordinat.

3. Kamera untuk dokumentasi.

4. Program Microsoft World untuk mengolah kata.

5. Program Microsoft Excel untuk mengolah angka.

6. Meteran untuk mengukur luas lahan yang diamati.

7. Kompas untuk menentukan arah dan sudut dalam pembuatan plot.

8. Parang.

9. Karet talang, tali rafia, corong, jerigen dan patok untuk pembatas plot.

10. Ember digunakan untuk wada penampung air hujan dan sedimentasi.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


1. Jurnal dan Dokumen laporan penelitian yang relevan digunakan sebagai
reverensi.
3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data primer dan data

sekunder.

1.Data Primer merupakan data yang berhubungan erat dengan penelitian ini

atau yang di peroleh peneliti secara langsung di lapangan.

2.Data Sekunder merupakan data yang di peroleh dari sumber data yang sudah

ada melalui referensi seperti buku, jurnal, internet, atau dari penelitian yang

sudah ada sebelumnya.

3.4 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu melalui observasi dan

dokumentasi. Observasi adalah melakukan pengumpulan data dengan cara

mengamati, meneliti, atau mengukur kejadian yang sedang berlansung dan menilai

kondisi terakhir dari lokasi (Hasna, 2017). Metode pengumpulan data yaitu dengan

mengukur aliran permukaan tanah yang tererosi akan diukur pada plot erosi

berukuran 4 m x 22 m di setiap kejadian hujan. Plot erosi akan dibuat pada 3

penggunaan lahan yang berbeda. Plot ini akan di lengkapi dengan ember sebagai

bak penampung aliran permukaan dan sendimen yang tererosi yang berkapasitas 40

liter. Dibagian hilir plot dibuat mengerucut untuk menghubungkan plot dengan bak

penampung. Plot erosi terbuat dari karet talang yang dibenamkan kedalam tanah

sedalam 5 cm. aliraan permukaan dan erosi permukaan dari plot erosi ditampung

dengan penampung yang terbuat dari ember berkapasitas 40 liter. Pada bagian hilir

plot di pasang beberapa ember untuk menampung aliran permukaan dan muatan

sedimen yang larut.


3.5 Analisi Data

Analisis data kedalam tiga kegiatan utama, yaitu persiapan lapangan (pra

lapangan), lapangan, dan pasca lapangan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang

paling utama dalam kegiatan penelitian. Oleh karena besaran erosi yang

berlangsung ditentukan oleh intensitas curah hujan dan bentuk aktivitas pengelolaan

lahan tersebut perlu dilakukan. Dari beberapa metode untuk memperkirakan

besarnya erosi permukaan, metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang

dikembangkan oleh Wischmeir dan Smith (1978) adalah metode yang paling umum

digunakan untuk memperkirakan besarnya erosi.

Laju tingkat erosi di daerah hulu sub DAS Rongkong dihitung dengan menggunakan

model prediksi erosi USLE dengan persamaan empiris berikut :

Ea = R. Kᴇᴛ. L.ᴘʟ Sĸʟ. Cᴘᴛ. Pᴘʟss


Dimana :
Ea = erosi total (ton/ha/tahun)

R = indeks erosivitas hujan (cm)

Kᴇᴛ = faktor erodibilitas tanah

Lᴘʟ = faktor panjang lereng (m)

Sĸʟ = faktor kemiringan lereng (%)

Cᴘᴛ = faktor pengelolaan tanaman

Pᴘʟ = faktor pengelolaan lahan

Pada metode USLE, perkiraan besarnya erosi adalah dalam kurun waktu harian
dan, dengan demikian, harga rata-rata faktor R dihitung dari data curah hujan harian
(24 jam) (Asdak, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, 1995. Tentang pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) yang di batasi
punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut
akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui
sungai-sungai kecil ke sungai utama. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. ISBN: 979-420-737-3.

Arsyad, 2010. Pengikisan dan pengangkutan tanah terjadi oleh media alami, yaitu air
dan Angin. Analisis Erosi pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan dan
Kemiringan Lereng di Daerah Aliran Sungai Jeneberang Hulu. Disertasi.
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Fitri R, 2011. Akibat dari banyaknya perambahan hutan menyebabkan banyaknya


lahan hutan yang rusak dan beralih fungsi di daerah hulu, sehingga dapat
menimbulkan besarnya sedimentasi di daerah hilir. Jurnal SMARTek. Vol.8 No.3,
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Tadulako

Harijanto, 2014. Meningkatkan potensi terjadinya erosi dan kehilangan unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Pelestarian Sumberdaya
Tanah dan Air. ANDI.Yogyakarta.

Khadiyanto, 2005. Pertumbuhan penduduk yang pesat serta bertambahnya tuntutan


kebutuhan masyarakat akan lahan, seringkali mengakibatkan benturan
kepentingan atas penggunaan lahan serta terjadinya ketidaksesuaian antara
penggunaan lahan dengan rencana peruntukannya. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Geografi Volume.2 No.1 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
UNTUK PERMUKIMAN DAN INDUSTRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Lisdiyono, 2004. Alih fungsi lahan dalam arti perubahan penggunaan lahan, pada
dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaan pembangunan. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Geografi Volume.2 No.1 ANALISIS PERUBAHAN
PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DAN INDUSTRI DENGAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Parwata, 2004. Menyatakan bahwa permukiman adalah suatu tempat bermukim


manusia yang telah disiapkan secara matang dan menunjukkan suatu tujuan
yang jelas, sehingga memberikan kenyamanan kepada penghuninya. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Geografi Volume.2 No.1 ANALISIS PERUBAHAN
PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DAN INDUSTRI DENGAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1 air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.

Rahayu, 2009. Terkait dengan penggunaan lahannya, daerah pinggiran merupakan


wilayah yang banyak mengalami perubahan penggunaan lahan terutama
perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian yang disebabkan
adanya pengaruh perkembangan kota di dekatnya. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Geografi Volume.2 No.1 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
UNTUK PERMUKIMAN DAN INDUSTRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Setiawan dkk, 2006. Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian sebanyak kurang lebih 40.000 Ha/tahun dalam periode tahun tersebut.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi Volume.2 No.1 ANALISIS PERUBAHAN
PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DAN INDUSTRI DENGAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Sitanala, 2010. Pengikisan dan pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh media
alami, yaitu air dan angin. Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.

Sitanala, 2010. Indonesia adalah daerah tropika yang umumnya beriklim basah atau
agak basah. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Sutapa, 2010. Tanah dengan mudah terkikis dan terangkut air hujan yang disebut
dengan erosi. Tanah dan Lingkungan. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada. Gama PressYogyakarta.

Suripin, 2002. Untuk memprediksi laju erosi pada permukaan lahan, telah
dikembangkan beberapa model sebagaimana yang dibahas dalam berbagai
literatur. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta.

Supirin, 2001. Metode umum digunakan untuk memprediksi erosi jangka panjang
dari erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur dengan kondisi tertentu.

Suripin, 2002. Secara umum erosi dapat dikatakan sebagai proses terlepasnya
butiran tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut
oleh gerakan air atau angin kemudian diikuti dengan pengendapan material yang
terangkut di tempat yang lain. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. ANDI.
Yogyakarta.

Suripin, 2002. Faktor iklim yang paling menentukan laju erosi adalah hujan yang
dinyatakan dalam nilai indeks erosivitas hujan. Pelestarian Sumberdaya Tanah
dan Air. ANDI. Yogyakarta.

Yunus, 2008. Mengingat wilayah ini merupakan wilayah yang akan berubah menjadi
kota sepenuhnya di masa mendatang maka perlu komitmen dari penentu
kebijakan untuk mengelola dan menata WPU agar menjadi kota yang ideal sesuai
dengan konsep kota yang berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi
Volume.2 No.1 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK
PERMUKIMAN DAN INDUSTRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Yunus, 2008. Menyebut daerah pinggiran sebagai wilayah “peri urban”. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Geografi Volume.2 No.1 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN
LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DAN INDUSTRI DENGAN MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Anda mungkin juga menyukai