OLEH :
FERDYANSAN
NIM 1802354251005
Proposal ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
FERDYANSA
1802354251005
FAKULTAS KEHUTANAN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Diterangkanbahwa proposal penelitian/skripsibagimahasiswa :
Nama : Ferdyansa
NIM : 18.023.54.251.005
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Kehutanan
JudulSkripsi :Analisis tingkat Erosi Pada Beberapa Tutupan Lahan Di Wilaya
DAS Rongkong
Palopo........,…………………,2022
Menyetujui,
Komisipembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
LIANA,S,Hut.,M.Hut
KATA PENGANTAR
Tidak lupa, penulis juga ucapkan rasa terimakasi yang mendalam kepada teman-
teman satu bimbingan yang saling memberikan dukungan semasa proses bimbingan
dan pengerjaan proposal. Dukungan tanpa henti juga turut di berikan oleh orang tua
dan saudara, sehingga penulis juga sangat berterimakasi atas segala bentuk
dukungan tersebut.
Penyusunan proposal penelitian yang berjudul Analisis Tingkat Erosi Pada Beberapa
Tutupan Lahan Di Wilaya DAS Rongkong tidaklah mudah untuk dilakukan. Namun,
penulis berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan studi di lapangan dengan
tujuan untuk mengetahui penyebap banyaknya kerusakanlahan yang terjadi di
sekitar DAS Bambalu.
Apabila dalam penulisan proposal penelitiaan ini terdapat beberapa kesalahan baik
dari segi teknis maupun isi, penulis menghanturkan permohonan maaf. Oleh
karnaitu saran dankritik yang membangun penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutukannya.
DAFTTAR ISI
I. PENDAHULUAN.....................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................8
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................9
2.1 Erosi................................................................................................................. 9
2.2 Faktor Penyebab Erosi...................................................................................10
2.3 Kerangka Pikir................................................................................................13
III. Metode Penelitian...............................................................................................14
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................14
3.2 Alat dan bahan...............................................................................................14
3.3 Jenis dan Sumber Data..................................................................................14
3.4 Teknik Pengumpulan data..............................................................................15
3.5 Analisi Data....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................17
I. PENDAHULUAN
Menurut UU No. 7 Tahun 2004, daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah
daerah yang di batasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh
pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan
dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995). DAS termasuk
suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-
anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan
yang masih terpengaruh aktivitas daratan. (PP No 37 tentang Pengelolaan DAS,
Pasal 1).
Sejalan dengan peningkatan kebutuhan manusia sebagai akibat dari
pertambahan penduduk, kebutuhan lahan untuk pertanian bertambah. Pada sisi lain
lahan yang cocok untuk pertanian sudah sangat berkurang. Sebagai akibatnya,
penduduk terpaksa menggunakan lahan yang kurang sesuai untuk pertanian,
misalnya lereng yang curam. Hal ini menyebabkan tanah tersebut dengan mudah
terkikis dan terangkut air hujan yang disebut dengan erosi ( Sutapa 2010 ). Erosi
adalah peristiwa berpindanya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari satu tempat ke tempat yang lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah
atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian
diendapkan di tempat lain. Pengikisan dan pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh
media alami, yaitu air dan Angin (Arsyad 2010) . Persoalan yang mendasar adalah
lahan di daerah penelitian telah mengalami degradasi lahan cukup besar yang
disebabkan oleh erosi (Sutopo dan Suyana 1999 dalam Winarno dkk 2008).
Aktivitas perladangan terpaksa mengharuskan membuka lahan hutan dengan
menebas, menebang dan membakar pohon-pohon menyebabkan berkurangnya
perlindungan vegetasi terhadap tanah. kondisi seperti ini dapat meningkatkan
potensi terjadinya erosi dan kehilangan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk pertumbuhannya (Harijanto,2014). Akibat dari banyaknya perambahan hutan
menyebabkan banyaknya lahan hutan yang rusak dan beralih fungsi di daerah hulu,
sehingga dapat menimbulkan besarnya sedimentasi di daerah hilir (Fitri R, 2011).
disisi lain dampak yang di timbulkan adalah semakin besarnya sedimentasi, longsor
dan banjir yang terjadi dalam satu kawasan daerah aliran sungai (DAS) sebagai
mana yang terjadi pada DAS Rongkong yang juga tergolong dalam lahan kritis. Ini
menunjukan bahwa tingkat kekritisan lahan sudah terjadi pada tiap-tiap unit lahanya
yang tentunya berada pada kondisi yang mengkawatirkan. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian terhadap erosi pada beberapa penggunaan lahan.
Untuk mengetahui besaran erosi di permukaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
dapat dilakukan secara kuantitatif dengan beberapa cara, salah satunya dengan
menggunakan metode empiris USLE. Metode ini paling umum digunakan untuk
memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur
dengan kondisi tertentu (Supirin, 2001). Metode ini dikembangkan oleh USDA dan
dapat dikembangkan pada lahan pertanian maupun non pertanian dengan segala
keterbatasannya.
DAS Rongkong yang merupakan salah satu DAS yang terletak di wilayah
Kabupaten Luwu Utara yang termasuk klasifikasi DAS yang dipulihkan sehingga
dapat disimpulkan bahwa DAS Rongkong mengalami kerusakan. Perubahan
tataguna lahan serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian DAS
serta aktifitas pertanian yang semakin tak terkendali yang membuat DAS Rongkong
mengalami kerusakan lingkungan yang di sebabkan erosi.Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui tingkat erosi yang terjadi di beberapa tutupan lahan di
DAS Rongkong Kabupaten Luwu Utara dan upaya yang perlu ditempuh untuk
meningkatkan produktivitas lahan guna mendukung pertumbuhan tanaman dan
menurunkan atau menghilangkan dampak negatif pengelolaan lahan seperti erosi,
sedimentasi dan banjir.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat erosi pada beberapa tutupan
lahan di DAS Rongkong.
2.1 Erosi
Secara umum erosi dapat dikatakan sebagai proses terlepasnya butiran tanah
dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air
atau angin kemudian diikuti dengan pengendapan material yang terangkut di tempat
yang lain (Suripin, 2002). Pada dasarnya erosi yang paling sering terjadi dengan
tingkat produksi sedimen (sediment yield) paling besar adalah erosi permukaan
(sheet erosion) jika dibandingkan dengan beberapa jenis erosi yang lain yakni erosi
alur (rill erosion), erosi parit (gully erosion) dan erosi tebing sungai (stream bank
erosion). Secara keseluruhan laju erosi yang terjadi disebabkan dan dipengaruhi
oleh lima faktor diantaranya faktor iklim, struktur dan jenis tanah, vegetasi, topografi
dan faktor pengelolaan tanah. Faktor iklim yang paling menentukan laju erosi adalah
bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa
erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut
tersebut terjadi oleh media alami, yaitu air dan angin (Sitanala, 2010). Erosi oleh
angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh
kekuatan air. Di daerah beriklim basah erosi oleh air yang lebih penting, sedangkan
erosi oleh angin tidak begitu berarti. Erosi oleh angin merupakan peristiwa sangat
penting di daerah beriklim kering. Indonesia adalah daerah tropika yang umumnya
menyerap air. Faktor penyeba erosi adalah adalah iklim dan vegetasi yang berkaitan
dengan air hujan yang melewati tajuk, maka erositas buti-butir hujan semakin rendah
beberapa model sebagaimana yang dibahas dalam berbagai literatur (Suripin, 2002)
seperti Bogardi (1986), Morgan (1988) dan yang lain. Model-model yang ada
hidrologi dan fisis yang terjadi selama peristiwa erosi dan pengangkutannya dari
DAS ke titik yang ditinjau. Salah satu model yang masuk dalam kategori tersebut
adalah USLE (Universal Soil Loss Equation) yang dikembangkan oleh Wischmeier
Berikut ini penjelasan faktor alam yang memengaruhi erosi antara lain:
1. Iklim
erosi pada bentang alam. Faktor iklim yang penting dalam proses terjadinya erosi
adalah curah hujan dan suhu. Curah hujan dan suhu tidak jauh berbeda di tempat-
tempat yang berdekatan. Intensitas hujan yang cukup tinggi akan menimbulkan
erosi. Energi kinetik akibat tetesan butiran-butiran hujan yang jatuh ke atas tanah
intensitasnya rendah tidak menyebabkan erosi berat. Hujan lebat dengan intensitas
tinggi dalam waktu singkat dapat menyebabkan sedikit erosi. Jika jumlah hujan dan
intensitasnya sama-sama tinggi, maka erosi tanah yang terjadi cenderung tinggi.
2. Topografi
karena adanya tenaga endogen dan eksogen. Topografi dengan kondisi curam pasti
memiliki tebing di sekitar daerah tersebut. Faktor topografi yang memiliki karakter
kemiringan lereng dan panjang lereng. Makin besar kemiringan lereng maka
intensitas erosi air makin tinggi.Semakin miring suatu lereng maka energi kinetik
3. Vegetasi
beberapa tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada
suatu tempat. Diantara individu-individu tersebut terdapat interaksi yang erat antara
habitat pegunungan tropis sering berhubungan dengan efek iklim dan geologi
tentang evolusi biotik, berbagai dampak lingkungan pada mekanisme adaptasi
spesies dan penyebaran terus menerus fauna dan flora dalam waktu yang
partikel tanah dan batu, mencegah transportasi selama hujan atau angin.Pohon,
semak dan tanaman lain dapat membatasi dampak erosi yang besar seperti tanah
longsor atau bahaya alam lain seperti angin topan.Gurun pasir yang umumnya tidak
mempunyai vegetasi lebat merupakan lanskap yang paling mudah mengalami erosi
di planet bumi.
4. Tanah
dampak erosi pada suatu daerah.Tanah adalah gejala alam permukaan daratan,
membentuk suatu mintakat (zone) yang disebut pedosfer, tersusun atas massa galir
(loose) berupa pecahan dan lapukan batuan (rock) bercampur dengan bahan
organik. Berlainan dengan mineral, tumbuhan dan hewan, tanah bukan suatu ujud
(interaction) antar litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Maka tanah dapat disebut
gejala lintas-batas antar berbagai gejala alam permukaan bumi. Ditinjau dari segi
panjang, dan berbentuk tubuh dengan organisasi dan morfologi tertentu (Schroeder,
perjalanan waktu yang sangat panjang. Maka waktu menjadi matra keempat tanah.
Dengan demikian tanah disebut bangunan bermatra empat, atau sistem ruang-
waktu. Ini berarti hakekat tanah hanya terungkapkan secara baik kalau setiap gejala
2.3 lahan
mendia tumbuh tanaman. Berdasarkan pada salah satu fungsi lahan sebagai
Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media
mengintegritaskan.
benda alam, dan sensor budaya yang ada di permukaan bumi tanpa
memperhatikan kegiatan manusia terhadap opjek tersebut (Townshend dan
Justice, 1981 di kutip dalam Syahbana, 2013). Definisi tutupan lahan (land
pada tujuan dan fungsi lahan, misalnya tempat rekreasi, habitat satwa liar
permukaan bumi seperti badan air, bebatuan, lahan terbangun, dan lain-lain.
untuk mengatasi masalah yang di timbulkan akibat allih guna lahan untuk
pekarangan, hutan tanaman rakyat yang lebih luas kayu jenis (hadi, 2013).
lahan opertanian. Model system pertanian ini telah lama di peraktekkan oleh
petani di Iuwu Utara.Namun, agroforestri sendiri sebagai suatu sistem
satu atau lebih jenis tanaman semusim. Sistem agroforestri kompleks dimana
DAS yang didasarkan pada fungsi konservasi rusak dapat dilihat dari kondisi tutupan
vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit air), dan curah
hujan sehingga pada penelitian ini memiliki kerangka piker sebagi berikut.
Das Rongkong
Tutupan Lahan
Sedimentasi
III. Metode Penelitian
penelitian ini dilaksanakan selama 3 Bulan mulai dari bulan Agustus sampai
8. Parang.
9. Karet talang, tali rafia, corong, jerigen dan patok untuk pembatas plot.
10. Ember digunakan untuk wada penampung air hujan dan sedimentasi.
sekunder.
1.Data Primer merupakan data yang berhubungan erat dengan penelitian ini
2.Data Sekunder merupakan data yang di peroleh dari sumber data yang sudah
ada melalui referensi seperti buku, jurnal, internet, atau dari penelitian yang
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu melalui observasi dan
mengamati, meneliti, atau mengukur kejadian yang sedang berlansung dan menilai
kondisi terakhir dari lokasi (Hasna, 2017). Metode pengumpulan data yaitu dengan
mengukur aliran permukaan tanah yang tererosi akan diukur pada plot erosi
penggunaan lahan yang berbeda. Plot ini akan di lengkapi dengan ember sebagai
bak penampung aliran permukaan dan sendimen yang tererosi yang berkapasitas 40
liter. Dibagian hilir plot dibuat mengerucut untuk menghubungkan plot dengan bak
penampung. Plot erosi terbuat dari karet talang yang dibenamkan kedalam tanah
sedalam 5 cm. aliraan permukaan dan erosi permukaan dari plot erosi ditampung
dengan penampung yang terbuat dari ember berkapasitas 40 liter. Pada bagian hilir
plot di pasang beberapa ember untuk menampung aliran permukaan dan muatan
Analisis data kedalam tiga kegiatan utama, yaitu persiapan lapangan (pra
lapangan), lapangan, dan pasca lapangan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang
paling utama dalam kegiatan penelitian. Oleh karena besaran erosi yang
berlangsung ditentukan oleh intensitas curah hujan dan bentuk aktivitas pengelolaan
besarnya erosi permukaan, metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang
dikembangkan oleh Wischmeir dan Smith (1978) adalah metode yang paling umum
Laju tingkat erosi di daerah hulu sub DAS Rongkong dihitung dengan menggunakan
Pada metode USLE, perkiraan besarnya erosi adalah dalam kurun waktu harian
dan, dengan demikian, harga rata-rata faktor R dihitung dari data curah hujan harian
(24 jam) (Asdak, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, 1995. Tentang pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) yang di batasi
punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut
akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui
sungai-sungai kecil ke sungai utama. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. ISBN: 979-420-737-3.
Arsyad, 2010. Pengikisan dan pengangkutan tanah terjadi oleh media alami, yaitu air
dan Angin. Analisis Erosi pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan dan
Kemiringan Lereng di Daerah Aliran Sungai Jeneberang Hulu. Disertasi.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Harijanto, 2014. Meningkatkan potensi terjadinya erosi dan kehilangan unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Pelestarian Sumberdaya
Tanah dan Air. ANDI.Yogyakarta.
Lisdiyono, 2004. Alih fungsi lahan dalam arti perubahan penggunaan lahan, pada
dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaan pembangunan. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Geografi Volume.2 No.1 ANALISIS PERUBAHAN
PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DAN INDUSTRI DENGAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1 air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
Setiawan dkk, 2006. Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian sebanyak kurang lebih 40.000 Ha/tahun dalam periode tahun tersebut.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi Volume.2 No.1 ANALISIS PERUBAHAN
PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DAN INDUSTRI DENGAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
Sitanala, 2010. Pengikisan dan pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh media
alami, yaitu air dan angin. Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.
Sitanala, 2010. Indonesia adalah daerah tropika yang umumnya beriklim basah atau
agak basah. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Sutapa, 2010. Tanah dengan mudah terkikis dan terangkut air hujan yang disebut
dengan erosi. Tanah dan Lingkungan. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada. Gama PressYogyakarta.
Suripin, 2002. Untuk memprediksi laju erosi pada permukaan lahan, telah
dikembangkan beberapa model sebagaimana yang dibahas dalam berbagai
literatur. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta.
Supirin, 2001. Metode umum digunakan untuk memprediksi erosi jangka panjang
dari erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur dengan kondisi tertentu.
Suripin, 2002. Secara umum erosi dapat dikatakan sebagai proses terlepasnya
butiran tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut
oleh gerakan air atau angin kemudian diikuti dengan pengendapan material yang
terangkut di tempat yang lain. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. ANDI.
Yogyakarta.
Suripin, 2002. Faktor iklim yang paling menentukan laju erosi adalah hujan yang
dinyatakan dalam nilai indeks erosivitas hujan. Pelestarian Sumberdaya Tanah
dan Air. ANDI. Yogyakarta.
Yunus, 2008. Mengingat wilayah ini merupakan wilayah yang akan berubah menjadi
kota sepenuhnya di masa mendatang maka perlu komitmen dari penentu
kebijakan untuk mengelola dan menata WPU agar menjadi kota yang ideal sesuai
dengan konsep kota yang berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi
Volume.2 No.1 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK
PERMUKIMAN DAN INDUSTRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
Yunus, 2008. Menyebut daerah pinggiran sebagai wilayah “peri urban”. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Geografi Volume.2 No.1 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN
LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DAN INDUSTRI DENGAN MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)