Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS LAJU EROSI DAN PENGARUH POLA PERUBAHAN

PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN BERBASIS SISTEM INFORMASI


GEOGRAFI (SIG) DI SUB DAS CITARUM HULU

Oleh :
ASTIA RAHMA APRILIA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2022

1
ANALISIS LAJU EROSI DAN PENGARUH POLA PERUBAHAN
PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN BERBASIS SISTEM INFORMASI
GEOGRAFI (SIG) DI SUB DAS CITARUM HULU

Oleh :
ASTIA RAHMA APRILIA
195040200111126

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


DEPARTEMEN TANAH

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2022

2
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan yang tercantum di dalam skipsi ini
adalah hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dosen pembimbing. Skripsi
ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun,
dan sepanjang sepengatuhuan saya tidak terdapat karya ataupun pendapat yang
diterbikan oleh pihak lain, kecuali rujukan yag dengan jelas tertera pada rujukan
daftar pustaka.

Malang, 5 Oktober 2022

Astia Rahma Aprilia

3
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Laju Erosi Dan Pengaruh Pola


Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Berbasis
Sistem Informasi Geografi (SIG) Di Sub DAS
Citarum Hulu
Nama Mahasiswa : Astia Rahma Aprilia
NIM : 195040200111126
Jurusan : Tanah
Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui,
Pembimbing Utama,

Prof.Dr.Ir. Mochammad Munir, MS.


NIP. 195405201981031002

Diketahui,
Ketua Departemen

Syahrul Kurniawan, SP., MP.,Ph.D.


NIP. 197910182005011002

4
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puji syukur atas rahmat dan ridha Allah SWT. karena
atas rahmat dan ridhanya saya dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul
“ANALISIS LAJU EROSI DAN PENGARUH POLA PERUBAHAN
PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN BERBASIS SISTEM INFORMASI
GEOGRAFI (SIG) DI SUB DAS CITARUM HULU “dengan baik dan tepat
waktu. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dalam mendukung dan membantu
segala kebutuhan administrasi dalam penyelesaian skripsi ini
2. Bapak Syahrul Kurniawan, SP., MP.,Ph.D. Selaku Ketua Departemen Tanah
Fakultas Pertanian dalam membantu dan mendukung penyelesaian skripi ini.
3. Bapak Prof.Dr.Ir. Mochammad Munir, MS. Selaku Dosen Pembimbing dalam
mendukung dan membimbing saya selama penyusunan skripsi ini.
4. Kedua orang tua saya yang mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman-teman selaku rekan kerja yang sangat membantu dan mendukung saya
untuk mengerjakan hal-hal baru selama menyelesaikan skripsi ini.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT., maka apabila dalam pembuatan Skripsi
ini terdapat kekurangan dan kesalahan yang belum saya ketahui, dengan hati yang
terbuka saya menerima kritik dan saran dari para pembaca demi tercapainya hasil
yang lebih baik lagi.

Malang, 2022

Astia Rahma Aprilia

5
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................
PERNYATAAN.........................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
1.5 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 3
1.6 Alur Pikir Penelitian ...................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
2.1 Perubahan Tata Guna Lahan ......................................................................... 4
2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) ........................................................................ 5
2.3 Sistem Informasi Geografi dalam Pola Perubahan Penggunaan Lahan ........ 6
III. METODE PENELITIAN .................................................................................. 8
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 8
3.2 Metode Penelitian .......................................................................................... 8

i
DAFTAR TABEL

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
DAFTAR LAMPIRAN

iv
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


DAS (Daerah Aliran Sungai) merupakan suatu wilayah daratan yang secara
topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya kelaut melalui sungai
utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (catchment area)
yaitu suatu sistem ekosistem yang terdiri dari sumberdaya alam seperti tanah, air
dan vegetasi dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaatan sumberdaya alam.
Pesatnya pembangunan industri dan pertumbuhan penduduk yang meningkat dapat
menimbulkan dampak dalam pemanfaatan tata guna lahan pada suatu DAS.
Pembangunan industri yang semakin meningkatkan akan mengakibatkan pula
peningkatan sumber daya alam, penggunaan lahan, serta sarana dan prasarana
secara secara besar-besaran. Selain itu, dengan terjadi peningkatan jumlah
penduduk dapat menimbulkan penggunaan dan pemanfaatan lahan dalam berbagai
aktivitas dan dapat menyebabkan perubahan tutupan lahan ataupun alih fungsi
lahan. Kerusakan kondisi hidrologis DAS yang tidak terkendali, tanpa
memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali menjadi
penyebab peningkatan titik luapan genangan banjir, erosi lahan pertanian, dan
sedimentasi pada sungai.

Secara morfologi daerah aliran sungai terbagi kedalam 3 bagian yaitu hulu,
tengah, dan hilir. DAS hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, kerapatan drainase
tinggi, didominasi permukaan kemiringan lereng lebih dari 15%. DAS bagian
tengah dan hilir dicirikan sebagai wilayah pemanfaatan sumber daya air (Asdak
2014). Perubahan penggunaan lahan di DAS Citarum sangat pesat khususnya pada
bagian hulu yang seharusnya memegang peranan penting menjaga kualitas dan
kuantitas sumberdaya air. Selain itu, hulu DAS berperan besar sebagai wilayah
resapan air dan berkontribusi pada ketersediaan air, terutama pada musim kemarau.
Terdapat program rehabilitasi dan arahan tata ruang yang belum efektif dalam
mengendalikan kerusakan DAS Citarum Hulu.

Fungsi resapan di DAS Citarum Hulu mengalami penurunan yang ditandai


dengan peningkatan luas lahan terbangun dan pengurangan lahan hutan. Penurunan

1
fungsi resapan juga dapat meningkatan peluang kejadian banjir. Banjir selalu terjadi
setiap tahun dengan kerugian besar, khususnya di wilayah yang berdekatan dengan
Sungai Citarum. Wilayah-wilayah yang berpotensi banjir selain merugikan sektor
permukiman juga berdampak pada sektor pertanian. Adapun perubahan
penggunaan lahan yang dominan terjadi adalah deforestrasi luas hutan, ekspansi
lahan pertanian berlebih, dan pengembangan lahan terbangun.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan bahwa
permasalahan yang menjadi dasar penelitian ini adalah perubahan tata guna lahan
yang berdampak pada penurunan fungsi resapan yang dapat merugikan sektor
pertanian disekitarnya. Berdasarkan hasil tersebut dapat dibentuk rumusan masalah
pada penelitian ini yaitu:
1. Apakah ada perubahan pola perubahan penggunaan lahan di DAS Citarum
Hulu?
2. Bagaimana pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap produktivitas lahan
pertanian?
3. Berapa nilai laju erosi aktual yang terjadi di DAS Citarum Hulu?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pola perubahan penggunaan lahan DAS Citarum Hulu
2. Mengetahui pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap produktivitas lahan
pertanian
3. Mengetahui nilai laju erosi aktual di DAS Citarum Hulu dengan menggunakan
metode USLE
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan sebagai informasi baru yang ada dan
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam
pengolahan DAS (Daerah Aliran Sungai) di DAS Citarum bagian hulu
2. Dapat dipakai sebagai salah satu acuan dalam pengelolaan lahan berkelanjutan
untuk mengurangi terjadi erosi tanah yang dilanjutkan dengan kegiatan
konservasi tanah dan air di DAS Citarum bagian hulu.

2
1.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis untuk penelitian ini adalah pola perubahan penggunaan lahan DAS
Citarum Hulu dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan DAS sehingga lahan
tersebut dapat berkelanjutan dengan kegiatan konservasi tanah dan air yang tepat.
1.6 Alur Pikir Penelitian
Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti kebutuhan hidup manusia,
diantaranya adalah lahan sebagai tempat tinggal dan kegiatan manusia berlangsung,
sehingga terjadinya perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan laan pada
sistem mikro DAS (Daerah Aliran Sungai) dapat memberikan pengaruh terhadap
kondisi limpasan, dan perubahan debit aliran sungai. Distibusi hujan pada saat
kondisi yang ekstrim dapat menjadi limpasan yang berlangsung dengan cepat dan
besar. Dampak dari kondisi ekstrim tersebut dapat menjadi ancaman bagi manusia
dan lingkungan seperti bencana berlebihan limpasan permukaan menjadi banjir,
bencana longsor, dan erosi diwilayah yang kemiringannya tinggi.
Perubahan penggunaan lahan di DAS Citarum sangat pesat khususnya pada
bagian hulu yang seharusnya memegang peranan penting menjaga kualitas dan
kuantitas sumberdaya air. Salah satu cara untuk menilai kondisi hidrologi suatu
DAS adalah dengan memperhatikan respon hidrologi hulu DAS. Hulu DAS
berperan besar sebagai wilayah resapan air dan berkontribusi pada ketersediaan air,
terutama pada musim kemarau.
Menurut Hasan et al. (2011), beberapa instansi pemerintah dan stakeholder
di DAS Citarum Hulu yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan lahan
dengan tujuan berbeda. Hal ini sesuai dengan Hidayat et al. (2013) Fungsi resapan
di DAS Citarum Hulu mengalami penurunan yang ditandai dengan peningkatan
luas lahan terbangun dan pengurangan lahan hutan. Salah satu akibat dari
penurunan fungsi resapan adalah peningkatan peluang kejadian banjir. Banjir selalu
terjadi setiap tahun dengan kerugian besar, khususnya di wilayah yang berdekatan
dengan titik suplesi aliran menuju Sungai Citarum. Wilayah-wilayah yang
berpotensi banjir selain merugikan sektor permukiman juga berdampak pada sektor
pertanian. Perubahan penggunaan lahan yang dominan terjadi adalah deforestrasi
luas hutan, ekspansi lahan pertanian berlebih, dan pengembangan lahan terbangun
(Agaton et al., 2016).

3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perubahan Tata Guna Lahan
Tata guna lahan merupakan upaya dalam merencanakan penggunaan lahan
dalam suatu kawasan dengan pembagian wilayah berdasarkan fungsi-fungsinya.
Penggunaan lahan adalah suatu proses yag berkelanjutan yang berhubungan dengan
pemanfaatan lahan (Wendika et al., 2012). Perubahan penggunaan lahan dapat
diartikan sebagai perubahan fungsi lahan dan fungsi sebelumnya menjadi fungsi
lainnnya yang memberikan dampak negatif terhadap lingkunga dan daya dukung
lahan itu sendiri. Penggunaan lahan dibagi menjadi dua kelompok yaitu,
penggunaan lahan untuk pertanian dan penggunaan lahan non pertanian
(Vennithasari and Papilaya, 2020).
Tata guna lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada
lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas
kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat yang
menjadi penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan
tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi. Tata guna lahan
bergantung pada lokasi, khususnya untuk daerah-daerah pemukiman, lokasi
industri, maupun untuk daerah rekereasi (Suparmoko, 1995). Faktor-faktor yang
mempengaruhi tata guna lahan adalah faktor fisik dan biologis, faktor pertimbangan
ekonomi dan faktor institusi atau kelembagaan. Faktor fisik dan biologis mencakup
kesesuaian dari sifat fisik seperti keadaan geologi, tanah, air, ilim, tumbuh-
tumbuhan, hewan dan kependudukan. Faktor pertimbangan ekonomi dicirkan oleh
keuntungan, keadaan pasar dan transportasi. Faktor industri dicirikan oleh hukum
pertahanan, keadaan politik, keadaan sosial dan secara administrasi dapat
dilaksanakan.
Perubahan tata guna lahan adalah bertambah suatu penggunaan lahan dari
satu sisi penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe tata guna lahan
yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan
pada kurun waktu yang berbeda (Wahyuto, et al., 2001). Hal ini sesuai dengan
pendapat (Wendika et al., 2012) bahwa perubahan tata guna lahan atau disebut
konversi lahan merupakan proses dialihgunakannya lahan dari lahan pertanian ke
non-pertanian dengan meningkatnya nilai lahan. Faktor-faktor yang mendorong

4
perubahan tata guna lahan adalah politik, ekonomi, demografi dan budaya. Aspek
politik terdapat kebijakan yang dilakukan oleh pengambil keputusan yang
mempengaruhi terhadap pola perubahan tata guna lahan. Selanjutnya pertumbuhan
ekonomi, perubahan pendapatan dan konsumsi menjadi faktor penyebab perubahan
tata guna lahan. Sebagai contoh, meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup,
transportasi dan tempat rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan tata guna
lahan.
Perubahan penggunaan lahan dapat dianalisis dengan memanfaatkan
pengindraan jauh dan citra satelit (Vennithasari and Papilaya, 2020). Adanya
perubahan penggunaan lahan dapat berpengaruh langsung terhadap karakteristik
penutupan lahan, sehingga akan mempengaruhi sistem tata air DAS seperti,
terjadinya erosi (Sunandar, et al., 2016). Erosi merupakan penyebab terjadinya
degradasi lahan sehingga menurunkan produktivitas dan kehilangan kemampuan
tanah dalam mengatur keseimbangan air (Aisyah et al., 2022). Sehingga,
perencanaan pengunaan lahan dapat dilakukan untuk pengelolaan DAS agar
menjaga kelestarian dan keberlanjutan.
2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan penampungan air dan
mendistribusikan air yang tertampug lewat suatu sistem saluran dari hulu ke hilir
(Fuady and Azizah, 2008). Air hujan yang jatuh akan mengalir pada sungai-sungai
yang akkhirnya bermuara ke laut. Menurut Halim (2014) Daerah Aliran Sungai
(DAS) dikenal dengan dua wilayah yaitu wilayah pemberian air (daerah hulu) dan
wilayah penerima air (daerah hilir) dengan kedua daerah ini saling berhubungan
dan mempengaruhi dalam unit ekosistem DAS.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara
topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai
utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau
Catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri
atas sumberdaya alam (Tanah, air dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai
pemanfaat sumberdaya alam. Pengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi dan
implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan

5
manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi
dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah
(Asdak, 2014).
Mengingat bahwa fungsi DAS sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup
maka pengelolaan DAS sangat diperlukan sebagai upaya manusia di dalam
mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan sumber
daya manusia dan segala aktivitasnya dengan tujuan membina kelestarian dan
keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi
manusia. Pengelolaan DAS dianggap perlu untuk memecahkan masalah erosi dan
perluasan tanah kritis yang terdapat di hulu sungai.
Dalam ekosistem DAS, daerah aliran sungai dibagi menjadi daerah hulu,
tengah dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai
berikut: merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi,
merupakan daerah dengan kemiringan lereng cukup besar, bukan merupakan
daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis
vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS
dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan
drainase lebih kecil, merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai
dengan sangat kecil atau kurang dari 8% kemiringannya, pada beberapa tempat
merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan
irigasi dan jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian kecuali daerah estuaria
yang didominasi oleh hutan gambut/bakau. Daerah aliran sungai bagian tengah
merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda
tersebut di atas (Asdak, 2014).
2.3 Sistem Informasi Geografi dalam Pola Perubahan Penggunaan Lahan
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem komputer yang
digunakan untuk memasukan, penyimpan, memeriksa, mengintegrasikan,
memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang berhubungan dengan
pertanian terkait kondisi aktual dan produksi pertanian. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat (Wibowo et al., 2020) bahwa Sistem Informasi Geografis (SIG)
merupakan suatu sistem informasi berbasiskan komputer untuk menyimpan,
mengelola dan menganalisis, serta memanggil data bereferensi geografis yang

6
berkembang pesat pada lima tahun terakhir ini. Manfaat dari SIG adalah
memberikan kemudahan kepada para pengguna atau para pengambil keputusan
untuk menentukan kebijaksanaan yang akan diambil, khususnya yang berkaitan
dengan aspek keruanagan (spasial).
Sistem Informasi Geografi (SIG memiliki kemampuan untuk membangun,
menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis sebagai
contoh data yang diidentifikasi menurut lokasinya dalam sebuah database. Dengan
menggunakan sistem kerja komputer, userdapat dengan mudah menganalisis
keadaan spasial suatu wilayah dengan waktu relatif cepat dan biaya yang rendah.
SIG dapat digunakan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan (Furqan et
al. 2019). Perubahan penggunaan lahan dapat dipelajari dengan memanfaatkan
Sistem Informasi Geografi (SIG). Perubahan penggunaan lahan pada suatu wilayah
akan mempengaruhi kondisi geografis wilayah itu sendiri. Sehingga diperlukan
informasi terbaru untuk mengantisipasi perubahan terus-menerus.
Perkembangan teknologi SIG terakhir sangat membantu dalam pemodelan
hidrologi DAS dengan kemampuannya dalam menangkap (capture), menampilkan,
menyimpan, mengolah, dan menganalisa data dari data titik ke data spasial. Teknik
SIG memungkinkan untuk pemodelan hidrologi yang lebih akurat yaitu dengan
kemampuannya mengakomodasi parameter-parameter hidrologi yang beragam.
Penggabungan dan tumpang tindih (overlay) informasi tanah dan vegetasi, unit
respon hidrologi dari suatu DAS menjadi lebih mudah ditentukan. Aplikasi teknik
SIG dalam pemodelan hidrologi sangat beragam tergantung dari tujuan yang
hendak dicapai, dan prosesnya dapat dijelaskan dalam beberapa kategori tahapan.

7
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di DAS Citarum Hulu yang berada di beberapa
wilayah administrasi yaitu Kota Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Garut. Secara
geografis, DAS Citarum Hulu terletak antara 107°24’0”- 107°48’0” Bujur Timur
dan 6°45’0”- 7°12’0” Lintang Selatan. DAS Citarum Huluberbatasan dengan DAS
lain, diantaranya adalah:
Sebelah utara : Berbatasan dengan DAS Citarum tengah, DAS Cipunagara
Sebelah selatan: Berbatasan dengan DAS Cilaki, Cipandak, dan Cibuni
Sebelah barat : Berbatasan dengan Sub DAS Ciminyak
Sebelah timur : Berbatasan dengan DAS Cimanuk
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2022 sampai Maret 2022.
Tempat penelitian di DAS Citarum Hulu. Metode analisis yang dilakukan yaitu
analisis perubahan penggunaan lahan dan analisis laju erosi. Jenis data dalam
penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan
data yag diperoleh melalui survey dan pengukuran langsung dilapang. Sedangkan
data sekunder terdiri dari data-data hasil observasi, analisis citra pengindraan jauh
dan jurnal yang berkaitan.

A. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Rezky et al., 2017):
1. Citra satelit Landsat akuisisi 10 tahun terakhir yang diperoleh dari USGS untuk
memperoleh informasi perubahan penggunaan lahan.
2. Peta topografi digital
3. Data ketinggian yang diperoleh dari pengolahan digital elevation model (DEM)
4. Data kedalaman solum tanah yang diperoleh dari survey lapangan
5. Data curah hujan tahunan yang diperoleh dari BMKG
6. Data tutupan vegetasi yang diperoleh dari pengolahan citra satelit
7. Data penggunaan lahan
8. Batas Daerah Aliran Sungai yang diperoleh dari analisis DEM dan peta topografi

8
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Global positioning system (GPS) untuk menentukan kordinat titik pengukuran
dan pengambilan sampel di lokasi penelitian
2. Abney level untuk pengukuran kemiringan lereng di lokasi penelitian
3. Alat tulis, kuisioner dan kamera untuk dokumentasi lapangan
4. Perangkat komputer beserta perangkat lunak yang digunakan untuk pengolahan
hingga analisis data

B. Analisis Laju Erosi


Bahan-bahan yang digunakan untuk mengambil sampel tanah meliputi, peta
Sub DAS Citarum dan data curah hujan bulanan selama 10 tahun. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian adalah bor tanah, GPS, cangkul, pisau lapang, ring
sampel, meteran, klinometer, ArcGIS, dan software Ms Office 2014 (Widodo et al.,
2015).
Penelitian ini menggunakan metode USLE dengan rumus yag dipakai adalah
sebagai berikut :
A=RKLSCP
Keterangan :
A : Banyaknya tanah tererosi (ton/ha/tahun)
R : Erosivitas hujan (cm)
K : Erodibilitas tanah
L : Panjang lereng (m)
S : Kemeringan lereng (%)
C : Vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman
P : Faktor tindakan khusus konservasi tanah digunakan

9
DAFTAR PUSTAKA
Agaton, M., Setiawan, Y., Effendi, H., 2016. Land Use/Land Cover Change
Detection in an Urban Watershed: A Case Study of Upper Citarum Watershed,
West Java Province, Indonesia. Procedia Environ. Sci. 33, 654–660.
Aisyah, B.N., Baskoro, D.P.T., Murtilaksono, K., 2022. Pendugaan Erosi Tanah
dan Perencanaan Tutupan Lahan Hulu DAS Jeneberang, Sulawesi Selatan. J.
Ilmu Pertan. Indones. 27, 302–310.
Asdak, Chay. 2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Fuady, Z., Azizah, C., 2008. Tinjauan Daerah Aliran Sungai Sebagai Sistem
Ekologi Dan Manajemen Daerah Aliran Sungai. Lentera 6, 1–10.
Furqan., M.Hafidzul., Fitriani, Y., Novia, Z., N.I., 2019. PEMANFAATAN SIG
DALAM MENGKAJI PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN SAWAH DI
ACEH BESAR 9.
Halim, F., 2014. Pengaruh Hubungan Tata Guna Lahan Dengan Debit Banjir Pada
Daerah Aliran Sungai Malalayang. J. Ilm. Media Eng. 4, 45–54.
Hasan M, Sapei A, Purwanto J, Sukardi. 2011. Kajian Kebijakan Pengelolaan
Sumber Daya Air pada Daerah Aliran Sungai Citarum. Jurnal Sumber Daya
Air. 7(2): 105-118
Hidayat, Y., Murtilaksono, K., Wahjunie, E.D., Panuju, D.R., 2013. Pencirian Debit
Aliran Sungai Citarum Hulu. J. Ilmu Pertan. Indones. 18, 109–114.
Rezki, A., Erna, J., Dasrizal., Arie, Z.P.U. 2017. Analisis Spasial Pola Perubahan
Penggunaan Lahan Pertanian (Studi Kasus Nagari Cubadak). Jurnal Spasial.
4(2) : 62-68.
Sunandar.A.D., Endang, S. Hendryanto., I, N.S.J.M., 2016. Dampak Perubahan
Penggunaan Lahan Terhadap Respon Hidrologis Di DAS Asahan 661, 49–60.
Suparmoko. 1995. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan: Suatu
Pendekatan Teoritis. Yogyakarta: PAU-UGM.
Wahyunto, Abidin H.Z, Priyono A. dan Sunaryo. 2001. Studi Perubahan
Penggunaan Lahan Citarik, Jawa Barat dan DAS Kaligarang, Jawa Tengah.
Prosiding Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah. Bogor: Balai
Penelitian Tanah
Vennithasari, R., Papilaya, F.S., 2020. Analysis of Green Land Changes to Building
Land Using Geographic Information System (GIS) in Salatiga City from 2013
to 2019. J. Appl. Geospatial Inf. 4, 350–355.
Wendika, Y.D., Soeryamassoeka, S.B., Yuniarti, E., 2012. Pengaruh Perubahan
Tata Guna Lahan Terhadap Besarnya Debit (Q) Pada Suatu Kawasan (Studi
Kasus Pasar Flamboyan). J. Tek. Sipil 12, 203–212.
Wibowo, K.M., Kanedi, I., Jumadi, J., 2020. PERTAMBANGAN BATU BARA

10
DI PROVINSI BENGKULU.
Widodo, A., Komariah., Jaka, S. 2015. Metode USLE untuk Memprediksi Erosi
Tanah dan Nilai Toleransi Erosi Sebuah Sistem Agricultural di Desa
Genengan Kecamatan Jumantono Karanganyar. Agrosains. 17(2) : 39-43.

11

Anda mungkin juga menyukai