Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS NERACA AIR LAHAN UNTUK TANAMAN

PALAWIJA DI KABUPATEN KAPUAS PROVINSI


KALIMANTAN TENGAH

PROPOSAL

ROSAWANTRI TARIHORAN
203030401130

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2024
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS NERACA AIR LAHAN UNTUK TANAMAN
PALAWIJA DI KABUPATEN KAPUAS PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH

ROSAWANTRI TARIHORAN
203030401130

Program Studi Agroteknologi


Jurusan Budidaya Pertanian

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

DR. IR. VERA AMELIA , M.Si WAHYU WIDYAWATI, SP, M. Si


Tanggal: Tanggal:

Mengetahui:

Fakultas Pertanian Dekan, Jurusan Budidaya Pertanian


Ketua,

DR. IR. WILSON DAUD, M. Si IR. ROBERTHO IMANUEL,MP.

ii
NIP.19660326 199303 2 008 NIP. 19640308 198903 1 002

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya serta kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian
dengan judul “Analisis neraca air lahan untuk tanaman Palawija di
Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah” dengan baik dan tepat
waktu.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah memberikan doa dan juga bimbingan. Penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Ayahanda tercinta Alariswansa Tarihoran dan Ibunda tercinta Ramawati
Napitupulu Saudara-saudaraku terkasih yang sudah memberikan doa, mo-
tivasi dan dukungan kepada penulis.
2. Ibu Dr. Ir. Vera Amelia, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang sudah
memberikan dukungan, nasihat, saran dan bimbingan selama penyusunan
proposal penelitian ini.
3. Ibu Wahyu Widyawati, SP, M. Si selaku Dosen Pembimbing II dan sekali-
gus Ketua Program Studi Agroteknologi yang sudah memberikan dukun-
gan, nasihat, saran dan bimbingan selama penyusunan proposal penelitian
ini.
4. Bapak Ir Robertho Imanuel, M.P. selaku Ketua Jurusan Budidaya Perta-
nian Universitas Palangka Raya.
5. Bapak Dr. Ir. Wilson Daud, M. Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Uni-
versitas Palangka Raya
6. Kepada sahabat dan teman-teman yang banyak membantu, memberikan
motivasi, dan menyumbangkan tenaga selama pembuatan proposal ini
7. Kepada Kakak dan Adik Tingkat yang selalu mau

iii
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan
Laporan Proposal ini, baik dari segi penyajiannya, oleh karena itu saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan penulis.

Palangka Raya, Februari 2024

Penulis,

Rosawantri Tarihoran

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................ v
DAFTAR TABEL........................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................... 2
1.5. Hipotesis Penelitian....................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Neraca Air Lahan........................................................................... 3
2.2. Ketersediaan Air............................................................................ 3
2.3. Kebutuhan Air................................................................................ 3
2.4.Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung (zea mays L.) dan Cabai
(Capsicum annum L.)....................................................................... 4

III. BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan Tempat......................................................................... 6
3.2. Bahan dan Alat............................................................................... 6
3.3. Metode Penelitian.......................................................................... 6
3.4. Diagram Alir Penelitian................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Spesifik kriteria Klasifikasi Oldeman (1975) ............................... 5


Tabel 2. Presentasi air tanah tersedia.......................................................... 8

vi
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara agraris yang
mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun
sebagai penopang pembangunan. Proses pembangunan di Indonesia, menjadikan
sektor pertanian sangat penting dalam perekonomian nasional di karenakan
hamper sebagian besar penduduk Indonesia hidup di pedesaan dengan mata
pencaharian sebagai petani. Selain memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap pendapatan nasional Indonesia, sebagian ekspor Indonesia juga berasal
dari sektor pertanian, sehingga sektor pertanian mempunyai peranan penting
dalam penyerapan tenaga kerja dan penyediaan kebutuhan pangan dan sandang
bagi penduduk (Wibowo, 2012).
Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang tengah berkembang
di kawasan tengah Indonesia. Perekonomian Kalimantan Tengah bergantung pada
sektor pertanian, khususnya perkebunan. Pada tahun 2009 sektor perkebunan
menyumbang 33 persen dari PDB Kalimantan Tengah dan menyumbang 1,49
persen dari total pertumbuhan ekonomi. Kota Palangka Raya merupakan ibu kota
Kalimatan Tengah. Kondisi perekonomian di Kota Palangka Raya dapat menjadi
akselerator pertumbuhan di Provinsi Kalimantan Tengah. Besarnya pengaruh
yang diberikan kota Palangka Raya terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan
Tengah, maka tulisan ini disusun untuk mengetahui sektor unggulan
perekonomian wilayah di Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya Kota Palangka
Raya sebagai bahan referensi dan bahan kajian dalam pengambilan kebijakan
Pembangunan (Hardiyanto, 2016).
Tanaman Palawija adalah salah satu jenis tanaman yang didalamnya terdapat
protein dan Karbohidrat yang digunakan sebagai sumber energi manusia sehingga
tanaman palawija dapat dikatakan tanaman utama yang dikonsumsi manusia untuk
memenuhi kebutuhan energi tubuh. Oleh karena itu, semakin banyak digunakan
2

dibudidayakan tanaman palawija maka semakin menguntungkan pula bagi


kehidupan Masyarakat Indonesia (Irmayani, 2019).
Sektor pertanian di Kabupaten Kapuas, berdasarkan topografinya, dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yakni kawasan potensi pengembangan tanaman
pangan dan perkebunan. Kawasan pengembangan tanaman pangan umumnya
terdapat di wilayah pasang surut yang berada di wilayah selatan dan terdiri atas
pantai dan rawa-rawa dengan ketinggian antara 0-5 meter di atas permukaan laut
(dpl). Wilayah ini dipengaruhi oleh pasang surut, dan memiliki potensi banjir
(pasang naik air laut) yang cukup besar. Wilayah pengembangan perkebunan
berada di bagian Utara Kabupaten Kapuas. Wilayah ini merupakan daerah
perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 mdpl (Arifin, 2013).
Di Kalimantan Tengah, palawija merupakan komoditas terpenting kedua
setelah padi. Lahan pasang surut yang luas merupakan potensi yang besar bagi
pengembangan tanaman palawija di provinsi ini. Manfaat dari tanamanpalawija
ini untuk mengetahui tingkat keunggulan kompetitif dari usahatani beberapa
tanaman palawija (kedelai, jagung, kacang tanah dan ubi jalar) di lahan
pasangsurut dan mengetahui faktor-faktor pendukung yang diperlukan untuk
mengembangkan usahatani komoditas ini (Ramli, 2005).

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana kondisi neraca air
lahan di Kabupaten Kapuas dan aplikasinya terhadap bidang pertanian terkhusus
tanaman Palawija?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui kondisi neraca air
lahan di Kabupaten Kapuas dan aplikasinya terhadap bidang pertanian terkhusus
tananaman Palawija

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat pada penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui kondisi neraca air
lahan di Kabupaten Kapuas dan aplikasinya terhadap bidang pertanian terkhusus
3

Palawija sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan lahan yang


berkelanjutan.

1.5. Hipotesis Penelitian


Hipotesis pada penelitian ini adalah bahwa terdapat untuk mengetahui
kondisi neraca air lahan di Kabupaten Kapuas dan aplikasinya terhadap bidang
pertanian terkhusus tanaman Palawija.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Neraca Air Lahan


Neraca air lahan merupakan neraca air untuk penggunaan lahan pertanian
secara umum. Neraca ini bermanfaat dalam mempertimbangkan kesesuaian lahan
pertanian,mengatur jadwal tanam dan panen, dan mengatur pemberian air irigasi
dalam jumlah dan waktu yang tepat. Penentuan waktu tanam berdasarkan
perhitungan neraca air dimanfaatkan untuk mengetahui dampak perubahan iklim
terhadap ketersediaan air pada suatu wilayah (Rafi dkk., 2005; Bari dkk. 2006;
Kumanbala dkk., 2010). Tanaman jagung dan cabai merupakan dua dari sekian
jenis tanaman yang termasuk dalam tanaman pangan utama. Neraca air sangat
berhubungan dengan curah hujan, suhu permukaan dan evapotranspirasi. Dalam
perhitungan neraca air lahan, curah hujan merupakan variabel yang selalu berubah
(Chang, 1968). Suhu udara permukaan adalah suhu udara bebas pada ketinggian
1.25 sampai dengan 2.00 meter dari permukaan tanah (Soepangkat, 1992). Suhu
mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman, bergantung pada
jenisnya (tanaman musim panas atau musim dingin).

2.2. Ketersediaan Air


Analisis ketersediaan air menghasilkan perkiraan ketersediaan air di suatu
wilayah sungai, secara spasial dan waktu. Ketersediaan air merupakan jumlah
semua volume air yang terdapat dalam siklus hidrologi di suatu wilayah yang
merupakan gabungan dari input air hujan, air permukaan, dan air tanah (Nurkholis
et al., 2018). Ketersediaan air juga dapat didefenisikan sebagai jumlah air (debit)
yang tersedia di suatu badan air (sungai, waduk, ataupun bangunan air lainnya)
dengan jumlah tertentu dan dalam periode waktu tertentu (Bambang, 2008).
Ketersediaan air dinyatakan dalam debit andalan (dependable flow) atau debit
minimum sungai yang kemungkinan terpenuhi 20% (kondisi musim basah,
Q20%), 50% (kondisi normal, Q50%), dan 80% (kondisi musim kering, Q80%).
5

2.3. Kebutuhan Air


Kebutuhan air merupakan semua kebutuhan air yang akan digunakan untuk
kepentingan dan menunjang kehidupan manusia. Kebutuhan air menjadi hal
mutlak yang wajib dipenuhi. Namun, jika dipakai secara berlebihan, akan
menyebabkan penurunan kuantitas dan pasokan air. Untuk mencegah penggunaan
berlebihan, disusun rekomendasi teknis (rekomtek) yang disusun oleh instansi
terkait agar penggunaan air tidak dilakukan secara berlebihan.
Kebutuhan air domestik di Indonesia pada umumnya dipenuhi oleh
Perusahaan Daerah Air Minum yang mampu memenuhi kebutuhan air bersih di
suatu daerah. Kebutuhan air non domestik merupakan kebutuhan yang meliputi
pemanfaatan komersial, kebutuhan industry serta terdapat pula kebutuhan air
irigasi sebagai upaya pemenuhan terhadap penyediaan air pertanian. Perlindungan
sungai dilakukan dengan cara mengalokasikan debit untuk pemeliharaan sungai.
Aliran pemeliharaan adalah aliran debit air yang harus dialokasikan untuk tetap
berada dan mengalir di palung sungai sepanjang tahun dengan tujuan untuk
menjaga kelestarian lingkungan hidup pada sungai yang bersangkutan termasuk
juga untuk menunjang kehidupan biota yang ada di sungai tersebut. Menurut KP-
02, besarnya aliran pemeliharaan yang diperlukan yaitu sebesar 5% dari debit
yang tersedia (5% × Q80).

2.4. Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung (zea mays L.) dan Cabai (Capsicum
annum L.)
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Jagung biasanya cocok di lahan yang kering,
kurang cocok di tanah yang terdapat air menggenang. Curah hujan ideal sekitar
85-200 mm/bulan dan harus merata (Rasyid dkk. 2010). Pada fase pembungaan
dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim
hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman
yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang
6

tidak optimal. Kisaran suhu udara untuk syarat pertumbuhan tanaman jagung
adalah antara 23°C – 27°C dengan suhu optimal 25°C.
Cabai (Capsicum annum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak
mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Cabai
merupakan tanaman yang bisa ditanam tanpa tergantung musim tertentu, karena
sifatnya yang tidak mengenal musim (Harpenas dan Dermawan, 2010). Curah
hujan yang cocok untuk tanaman cabai adalah 100-200mm per bulan. Cabai
memiliki syarat suhu udara 180C-300C dan kelembaban tanah 60%-80%.
Selain itu, untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan tanaman padi dan
jagung kita juga bisa menggunakan klasifikasi iklim Oldeman dan Frere. Oldeman
dan Frere (1982) telah membuat klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan
pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Kriteria yang dikemukakan oleh
Oldeman didasarkan pada banyaknya Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK)
seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Dari perhitungan yang dilakukan jumlah curah hujan 200mm/bulan
dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah. Untuk curah hujan sebesar
100mm/bulan dipandang cukup untuk membudidayakan palawija. Oldeman
(1975) dalam Tjasyono (2004) juga mendefinisikan bulan basah sebagai bulan
dengan total curah hujan > 200mm/ bulan dan bulan kering sebagai bulan dengan
< 100mm/bulan, sedang bulan dengan curah hujan antara 100mm–200mm sebagai
bulan lembab.
Tabel 1. Spesifik kriteria klasifikasi oldeman (1975)
No Tipe Ʃ Bulan basah Ʃ Bulan kering
(CH > 200 mm) (CH < 100 mm)
1 A1 > 9 bulan < 2 bulan
2 A1 > 9 bulan 2 bulan
3 B1 7 – 9 bulan > 2 bulan
4 B2 7 – 9 bulan 2 - 3 bulan
5 B3 7 – 9 bulan 4 - 5 bulan
6 C1 5 – 6 bulan < 2 bulan
7 C2 5 – 6 bulan 2 – 3 bulan
8 C3 5 – 6 bulan 4 – 6 bulan
9 C4 5 – 6 bulan 7 bulan
7

10 D1 3 – 4 bulan < 2 bulan


11 D2 3 – 4 bulan 2 – 3 bulan
12 D3 3 – 4 bulan 4 – 6 bulan
13 D4 3 – 4 bulan 7 – 9 bulan
14 E1 < 3 bulan < 2 bulan
15 E2 < 3 bulan 2 – 3 bulan
16 E3 < 3 bulan 4 – 6 bulan
17 E4 < 3 bulan 7 – 9 bulan
18 E5 < 3 bulan 10 – 12 bulan
8

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Februari sampai
April 2024. Penelitian ini bertempat di Kelurahan Kalampangan Kecamatan
Sebangau, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Data yang
digunakan untuk mengetahui kondisi neraca air di Kota Bengkulu adalah data
rata-rata curah hujan bulanan dan suhu rata-rata bulanan dari tahun 2013-2023.
Data diambil dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

3.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, perangkat
komputer, software Cropwat 8, data tata guna lahan, data iklim bulanan selama 10
tahun terakhir yang bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika Kota Palangka Raya.

3.3. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan untuk Untuk mendapatkan nilai surplus dan
defisit air lahan digunakan data rata-rata jumlah curah hujan bulanan dan suhu
rata-rata bulanan menggunakan perhitungan metode Thornthwaite yang
dijabarkan. Pendugaan ETP metode Thorntwaite ini hanya menggunakan data
suhu rata-rata bulanan saja. Untuk memperoleh ETP dengan metode ini bisa
dilakukan dengan perhitungan menggunakan metode Tornthwaite dan Mather
(1957), Menggunakan rumus empiris:
1. Evapotranspirasi untuk suhu di bawah 26,5 ˚C ETP = 1,6 (10 t/I)a
2. Kolom Evapotranspirasi untuk suhu di atas atau sama dengan 26,5 ˚C

ETP (t ≥ 26,5 ˚C) = - 0,0433 t² + 3,2244 t – 41.545

Dimana: ETP= evaporasi potensial bulan (cm/bulan)


t = suhu rata-rata bulanan (˚C)
I = akumulasi indeks panas dalam setahun, diperoleh dengan rumus:
9

a= 0,000000675 I³ – 0,0000771 I² + 0,01792


I + 0,49239
Perhitungan neraca air lahan untuk melihat keseuaian tanaman padi dan
jagung menggunakan beberapa parameter-parameter seperti APWL, KAT, dKAT,
ETA dan ATS. Dengan rumus empiris seperti berikut:
a) Akumulasi potensial kehilangan air untuk penguapan (APWL)
b) Diisi dengan penjumlahan nilai CH-ETP yang negatif secara berurutan
bulan demi bulan.
c) Kandungan air tanah (KAT)
KAT = TLP + [ [ 1,00041 – (1,07381/AT)]^| APWL| x AT]
d) Perubahan kadar air tanah (dKAT)
dKAT = KAT(bulan x) – KAT (bulan x-1)
e) Evapotranspirasi Aktual (ETA)
Bila CH > ETP maka ETA = ETP karena ETA mencapai maksimum.
Bila CH < ETP maka ETA = CH + |dKAT|
f) Defisit
D = ETP – ET
g) Surplus
S = CH-ETP-Dkat
h) Air Tanah Tersedia (ATS)

Keterangan:
TLP : titik layu permanen
KL : kapasitas lapang
AT : KL – TLP
|APWL| : nilai absolut APWL
10

KAT : kadar air tanah


TLP : titik layu permanen
KL : kapasitas lapang
Hasil dari ATS dibagi menjadi 5 kelas yang menyatakan ketersediaan air tanah
seperti tertera pada tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2. Presentase air tanah tersedia
Air tanah tersedia (ATS) Presentase
Sangat kurang < 10 %
Kurang 10 – 40 %
Sedang 40 – 60 %
Cukup 60 – 90 %
Sangat cukup 90 %
11

3.4. Diagram Alir Penelitian


Adapun tahapan atau proses yang akan dilakukan dalam penelitian
inidigambarkan dalam diagram alir pada gambar

Mulai

Kajian Literatur

Pengumpulan data

1. CH rata-rata
2. Evapotranspirasi (ETP)
3. Suhu Udara
4. Surplus ketersediaan air

Analisis Neraca
Pengolahan dataAir Lahan
12
DAFTAR PUSTAKA

Bari, M.A, and K. R. J. Smettem. 2006. A conceptual model of daily water bal-
ance following partial clearing from forest to pasture. Hydrol. Earth Syst.
Sci. 10: 321–337 Binh, N.D., V.V.N.

Chang, J. H. 1968. Climate and Agriculture. An Ecology Survey. Chicago :


Aldine Publ. Co

Frère, M & Popov, G. F. 1979. Agrometeorological crop monitoring and forecast-


ing, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome

Hillel, D. 1972. “The field water balanced and water use efficiency,” in: Optimiz-
ing the Soil Physical Environment Toward Greater Crop Yields. Academic
Press, New York, pp 79-100

Kumambala, P.G and Ervine, A. 2010. Water Balance Model of Lake Malawi
and Its Sensitivity to Climate Change. The Open Hydrology Journal4: 152-
162

Lascano, R.J. 2000. A General System to Measure and Calculate Daily Crop Wa-
ter Use.J. Agron 92: 821-832.

Latha, J. , Saravanan and Palanichamy. 2010. A Semi – Distributed Water Bal-


ance Model for Amaravathi River Basin using Remote Sensing and GIS. In-
ternational Journal of Geomatics and Geosciences 1:252-263.

Nasir A.N, dan S. Effendy. 1999. KonsepNeraca Air Untuk Penentuan Po-
laTanam. Kapita SelektaAgroklimatologi Jurusan Geofisikadan Meteorologi
FakultasMatematika dan IPA. Institut Pertanian Bogor.

Oldeman, L.R. 1975. An Agroclimatic Map of Java. Contribution from The Cent-
ral Research Institute for Agriculture no. 17. CRIA. Bogor.Sosiawan, H., et
al. 2006. Penyusunan Zona Agroekologi (ZAE) Kabupaten Merauke Prov-
insi Papua. Laporan Hasil Penelitian BPTP Papua TA 2006. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Papua. Tidak dipublikasi. 87 hal.

Oldeman L.R. dan M. Frere,. 1982. A Study of the Agroclimatology of the Humid
Tropics of South-east Asia. WMO Interagency Project on Agroclimatology.

Paski, J. A. I. 2014. Analisis Kejadian Cuaca Ekstrim Tanggal 20 April 2014 di


Kota Bengkulu Memanfaatkan Citra Radar dan Satelit. Buletin Balwil II
BMKG. Vol: 4 No 9

Paski, J. A. I dan Anjasman. 2015. Penggolongan Sel Awan Konvektif Penyebab


Angin Kencang di Pesisir Barat Bengkulu Berdasarkan Gema Citra Radar
14

(Studi Kasus 22 Februari 2014). Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi


dan Geofisika (STMKG Jakarta).

Rafi, Z., and Ahmad, R. 2005. Wheat Crop Model Based on Water Balance for
Agrometeorological Crop Monitoring. Pakistan Journal of Meteorology
2:23-33

Rasyid, B., Samosir, S.S.R., dkk. 2010. Respon Tanaman Jagung ( Zea Mays )
pada BerbagaiRegim Air Tanah dan Pemberian Pupuk Nitrogen. Prosiding
Pekan SereliaNasional Tahun2010. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
UniversitasHasanudin, Makasar.

Soepangkat. 1992. Pengantar Pengamatan Permukaan Meteorologi Jilid 1. Balai


Diklat Meteorologi dan Geofisika : Jakarta.

Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1978. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT.


Pradnya Paramita.

Thornthwaite, C.W., and J.R. Mather. 1957. Instructions and tables for computing
potential evapotranspiration and the waterbalance: Centeron, N.J., Laborat-
ory of Climatology, Publication in Climatology, Vol. 10, no. 3, pp. 185-311.

Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. Ed. Ke-2. Penerbit ITB, Bandung.

Veihmeyer, F.J. and Hendrickson, A.H. 1955. Does transpiration decrease as the
soil moisture decreases?. Transactions, American Geophysical Union 36:
doi: 10.1029/TR036i003p00425. issn: 0002-8606

Anda mungkin juga menyukai