Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MORALITAS DAN ETIKA PERGAULAN


MUDA-MUDI KRISTEN MASA KINI

OLEH KELOMPOK 5

1. ADITIA LEONARD BLEGUR (2210020013)

2. ADRIAN REYVALINO AGRIPA (2210020089)

3. KRISTY KANA (2210020011)

4. RIA HERLINTINI KAJA (2210020039)

5. RIO ADRYAN TULLY (2210020131)

UNUVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI AKUNTANSI

KUPANG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan
RahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘Moralitas Dan
Etika Pergaulan Muda-Mudi Kristen Masa Kini’.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah Agama
Kristen Protestan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna, walaupun kami sudah berusaha melakukan yang terbaik dalam menulis
makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini akan menambahkan informasi dan wawasan untuk
pembaca mengenai Moralitas Dan Etika Pergaulan Muda-Mudi Kristen Masa Kini.

Kupang, 24 Februari 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB 1 .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 2
2.1 Tanggung Jawab Moral dan Pergaulan Muda-Mudi ............................................... 2
2.1.1. Sumber Alkitab tentang Pergaulan ........................................................................... 2
2.1.2 Seksualitas dari Segi Etika Kristen ............................................................................ 5
2.1.3. Tahap-Tahap dalam Pergaulan ................................................................................. 7
2.2. LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender). ................................................. 12
2.3 Cara Bergaul Yang Baik ........................................................................................ 13
2.3.1 Menjadi Sahabat Sejati ........................................................................................... 16
2.3.2 Menggali Sumber Alkitab Tentang Pergaulan ........................................................ 17
2.3.3 Membangun Argumen Tentang Suka dan Duka Pergaulan .................................... 18
2.3.4 Mendeskripsikan Tahap-Tahap Pergaulan .............................................................. 19
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 22

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja adalah masa transisi ketika anak tumbuh menjadi dewasa. Masa itu juga
dianggap menjadi masa yang paling indah. Namun kadang kala masa remaja bisa juga menjadi
rawan apabila remaja salah jalan baik dalam pergaulan maupun hubungan percintaan.
Pergaulan remaja kristen saat ini lebih bebas dibandingkan dengan remaja-remaja dari periode
waktu sebelumnya. Hal ini dapat di lihat dengan menjamurnya remaja-remaja yang menonton
bioskop midnight atau hangout di cafe sampai larut malam. Hal inilah memicu kepada
pergaulan bebas yang marak disiarkan dimana-mana. Pergaulan mereka tidak hanya sebatas
teman namun mulai mengarah ke arah percintaan yang lebih serius.

Keterbukaan remaja saat ini tentang hal yang berbau seks sangatlah lumrah. Banyak
sekali remaja kristen di zaman sekarang ini terjerumus ke hal-hal yang negatif karena salah
pergaulan. Seharusnya mereka, termasuk kita juga menyadari mana pergaulan yang baik dan
mana pergaulan yang tidak baik. Karena kebanyakan remaja kristen dalam memilih pergaulan,
mereka hanya mencari orang yang hanya bisa menyenangkan hati mereka. Dan jika hatinya
merasa senang dan nyaman, dia merasa itu yang diinginkannya dan tidak peduli apakah orang
yang dia ajak bergaul, orang baik atau bukan. Berbeda jika kita bergaul dengan orang yang
takut akan Tuhan yang telah mengerti bagaimana menyikapi atau mengarahkan hidup mereka
ke jalan yang tidak menyimpang dari kehendak Tuhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana tanggung Jawab Moral dan Pergaulan Muda-Mudi?
2. Apa itu LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender)?
3. Bagaimana cara bergaul yang baik?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memahami tanggung jawab moral dan pergaulan muda mudi.
2. Memahami arti dari LGBT.
3. Memahami cara bergaul yang baik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tanggung Jawab Moral dan Pergaulan Muda-Mudi

Setiap orang Kristen dalam seluruh aspek kehidupannya, memiliki tanggung jawab
moral. Kata-kata, sikap dan perilakunya harus didasarkan kepada norma-norma moral yang
berlaku dalam lingkungannya, khususnya yang tercantum dalam Kitab Suci. Dengan demikian,
muda-mudi Kristen juga memiliki tanggung jawab moral dalam pergaulan. Pergaulan adalah
salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan mahasiswa Kristen tetapi sering sekali
bermasalah

Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab "Manusia, sejak awal manusia itu
diciptakan Tuhan sebagai mahluk sosial. Karenanya manusia itu butuh untuk diterima bahkan
menerima orang lain sebagai teman-teman dalam pergaulan. Dia butuh untuk ditolong atau
dikasihi dan menolong atau mengasihi. Dengan demikian pergaulan merupakan hubungan
antar individu yang tidak dapat dihindarkan. Kadangkala pergaulan tidak berjalan sebagaimana
seharusnya. Pergaulan itu tidak saja tak membantu kelancaran hidup tetapi justru
mendatangkan kesulitan, bahkan bisa jadi mengakibatkan keguncangan dalam jiwa.

Pergaulan yang baik, dewasa, dan positif seharusnya tidak saja mendukung kelancaran
hidup seseorang secara sosial tetapi juga dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Agar
mahasiswa Kristen memahami tanggung jawab moral yang dimaksud, dalam sub pokok
bahasan ini pertama-tama diberikan ulasan mengenai Sumber Alkitab tentang Pergaulan.
Kemudian ulasan ini dilanjutkan dengan topik Seksualitas dari Sudut Pandang Etika Kristen.
Sub pokok bahasan ini akan diakhiri oleh topik Tahap-Tahap dalam Pergaulan Muda-Mudi
yang berisi penjelasan tentang pergaulan umum dan pergaulan khusus yaitu berpacaran.

2.1.1. Sumber Alkitab tentang Pergaulan


Alkitab bisa dijadikan sumber utama pembelajaran tentang pergaulan atau pertemanan
yang baik. Bagian Alkitab yang dimaksud diambil dan Amsal 27:1-27. Bagian ini menjadi
sumber utama pembelajaran karena berisi bahan pengajaran khusus tentang pergaulan yang

2
baik. Pengajaran tersebut penting bukan hanya bagi orang muda Israel kuno dulu, tetapi juga
untuk muda-mudi dewasa ini. Berikut ini diuraikan 2 prinsip mendasar tentang pergaulan
yang baik dari Amsal 27:1-21. Yang pertama mengenai sikap dan yang kedua berupa
peringatan dan pengajaran tentang pergaulan.

3 Sikap Penting dalam Pergaulan:

1. Sikap terhadap pujian (ayt.1-2)


Umumnya semua orang senang dengan pujian, tetapi untuk memiliki pergaulan
yang baik seseorang harus bersikap benar terhadap "pujian. Jangan cinta atau berharap
akan pujian secara berlebihan. Karena itu janganlah memuji diri di hadapan teman,
maksudnya berbicara secara berlebihan tentang kemampuan din, bahkan jangan
mengandalkannya. Orang yang seperti ini akan dihindari dalam pergaulan.
2. Sikap terhadap sakit dan panas hati serta cemburu.(ay.3-4)
Sakit hati terhadap teman adalah emosi bodoh yang tidak rasional dan
memberatkan seseorang. Orang yang sakit hati akan menjadi tuli dan buta terhadap hal-
hal yang bijak dan baik sehingga kata-kata dan tindakannya pun menjadi kacau.
Sementara itu panas hati bisa mengakitabkan kemarahan yang membabi buta tehadap
semua orang. Tentulah sakit dan panas hati akan menghancurkan pertemanan.
Khususnya kecemburuan, yaitu keinginan yang disertai dengan rasa amarah atas apa
yang dimiliki orang lain, akan menciptakan energi yang tidak saja menghancurkan diri
sendiri tetapi pertemanan terutama orang yang dicemburul.
3. Sikap terhadap teguran (ay.5-6, 9, 10)
Teguran yang disampaikan dengan tulus, terus terang dan bijak sangat penting
untuk pertemanan sejati. Teguran sepertinya melukai atau menyakitkan yang
mendapatkan teguran, tetapi sebenamya ia membangun, karenanya teguran itu harus
diberi respon positif. Teguran dan nasihat yang disampaikan seorang teman dengan
tulus akan memperindah dan mempermanis persahabatan, membuat persahabatan itu
bisa lebih erat dari persaudaraan. Sementara itu, seseorang yang memiliki kasih
tersembunyi, yang ingin tetap mempertahankan pertemanan tetapi tidak berani
menyampaikan teguran, akan mendatangkan masalah kepada si teman. Kasih seperti
ini palsu karena berasal dari seorang pengecut yang tidak berani menyampaikan
teguran Pertemanan seperti ini tidak akan bertahan lama.
5 Peringatan atau Pengajaran tentang Pergaulan :
1. Jangan menjadi penjamin utang bagi teman secara tidak bijak (ay. 13-14).

3
Kalau seseorang menjadi penjamin utang bagi seorang teman yang
meminjamkan uangnya kepada seorang terman lain yang tidak jelas kemampuannya
untuk membayar kembali, si penjamin tidak saja mencelakakan diri tetapi juga teman
yang dijamin dan yang berutang. Karena kalau yang berutang tidak membayar
utangnya, dia akan terkena hukuman, yang meminjamkan bisa uang kehilangan
uangnya dan yang meninjamkan harus melakukan ganti rugi atas pinjaman itu.
Pertemanan yang baik tidak hanya didasarkan kepada kesediaan dan tindakan
menolong teman yang membutuhkan pertolongan tetapi kepada kebijaksanaan yang
penuh pertimbangan..
2. Jangan bersikap munafik dalam mengucapkan berkat atau ucapan selamat kepada
seorang teman (ay.14)
Sikap munafik di dalam mengucapkan berkat (mis. Tuha Memberkatimu) atau
kata-kata selamat (mis. Selamat Berbahagia) akan menjengkelkan teman. Sebaiknya
dalam setiap ucapan dan kata-kata seseorang tidak bersikap munafik. Bisa jadi mereka
yang mengetahuinya akan mengutuk dengan terang-terangan atau marah di dalam hati.
Lagi pula orang yang bijak akan menghindari pertemanan dengan orang yang seperti
ini.
3. Menghindari Pergaulan dengan calon teman hidup yang suka bertengkar (ay 15-16)
Calon teman hidup yang suka bertengkar sama dengan tiris yang tidak henti-
hentinya menetes dari atap rumah yang bocor. Teman hidup yang seperti ini tidak akan
pernah memberi kenyamanan seperti atap rumah yang tidak bisa melindungi penghuni
rumah. Dia tak terkontrol bahkan tak dapat mengontrol diri seperti minyak yang licin
dan tak tergenggam dalam tangan, karena itu lebih baik bila secepatnya menghindari
pergaulan yang intim dengannya sebelum terlambat.
4. Peliharalah pergaulan yang saling membangun (ay.17-18)
Pergaulan dengan kesediaan memberi dan menerima kritikan yang tulus harus
dipelihara karena krtikan ini akan membangun, menajamkan, menyempumakan pribadi
yang berteman. Selain itu sikap saling menghormati juga harus dipelihara karena sikap
ini pun akan membangun pertemanan..
5. Nilailah teman dengan benar, gunakan hati, mata dan pujian (ay.19-21)
Kata-kata "gambar wajah dalam air" melambangkan hati seseorang yang
merefleksikan pribadi atau karakternya. Karena itu menilai seseorang seharusnya bukan
berdasarkan penampilan luar semata. Penampilan luar tidak selalu memperlihatkan
karakter seseorang. Nilai atau kenalilah seorang teman melalui hati atau pikirannya.
4
Mata biasanya melambangkan keinginan yang tak terpuaskan. Seorang teman bisa
dinilai dengan benar melalui kemampuannya membatasi penglihatannya atau hawa
nafsunya. Penilaian terhadap seorang teman juga bisa dilakukan lewat pujian yang
disampaikan orang kepadanya. Dengan demikian, opini publik terhadap seorang teman
dapat dipergunakan untuk mengenali kemampuan atau karakternya.

2.1.2 Seksualitas dari Segi Etika Kristen


Pemahaman yang salah tentang seksualitas pada umumnya menghasilkan sikap yang
salah terhadap seks. Oleh karena itu pendidikan seks yang tepat sangatlah dibutuhkan oleh
mahasiswa Kristen. Memang sebagian orang menganggap bahwa pembahasan tentang seks
adalah tabu, sehingga tidak suka bahkan melarang pembicaraan mengenai hal itu. Di pihak lain
sebagian orang bersikap terlalu meremehkan seks, sehingga bersikap bebas di dalam pergaulan
antar jenis kelamin yang berbeda. Hal ini memperlihatkan bahwa pemahaman yang benar
tentang seksualitas itu sangatlah penting.

• Istilah seks, seksualitas dan naluri seks serta hubungannya dengan pendidikan
Secara umum dipahami bahwa istilah seks menghunjuk kepada perbedaan jenis
kelamin, khususnya perbedaan fisik (biologis dan fisiologis) yang memperlihatkan ciri
khusus kelaki-lakian dan keperempuanan. Pemahaman ini membuat banyak orang
berasumsi bahwa seksualitas mengandung arti yang sama. Sebenarnya seksualitas meliputi
bidang yang lebih luas,mencakup bukan saja perbedaan jenis kelain secara fisik tetapi juga
secara psikis dan hubungan antara keduanya. Sedangkan yang dimaksud dengan naluri
seks adalah dorongan untuk terlaksananya interaksi seks antar jenis kelamin yang berbeda.
• Asal usul seks, seksualitas dan naluri seks
Perbedaan jenis kelamin disinggung dalam segala budaya dan agama. Bahkan dalam
mitos-mitos kuno sekalipun perbedaan ini dianggap sangat penting, dan disebabkan oleh
perbedaan struktur alam, yaitu alam atas (kelaki-lakian) dan alam bawah
(keperempuanan). Di antara suku Jawa pemahaman ini dikenal melalui pemikahan Siwa
dan Sakti, di Tiongkok melalui kesatuan Yang dan Yin, sedangkan di Jepang melalui mitos
tentang Izanagi dan Izanami. Dalam Alkitab dikemukakan bahwa Allah menciptakan
manusia, laki-laki dan perempuan dengan status sederajat. Keduanya "segambar dengan
Allah", sehingga keduanya diberi kebebasan dan kuasa yang sama untuk memanfaatkan
dan mendominasi bumi (dengan posisi sebagai pekerja atau pemimpin dalam masyarakat).
Seperti telah dikemukakan perbedaan laki-laki dan perempuan ini mencakup bidang fisik
5
dan psikis. Perbedaan fisik adalah perbedaan bentuk dan konstitusi tubuh (otot dan tulang
yang lebih kuat, padat, kaku-otot dan tulang yang lebih kecil, berlemak, bulat, raut muka
dan suara yang berbeda) dan perbedaan dalam alat kelamin. Dan perbedaan psikis adalah
perbedaan kepribadian; laki-laki dalam kejiwaannya cenderung menunjukkan pembatasan
yang jelas antara pikiran dan perasaannya, ia aktif, agresif can tidak sabar, sedangkan
perempuan cenderung mengintegrasikan pikiran dengan perasaan hati, ia melupakan diri,
teliti, sabar serta pasif.
Keduanya juga diciptakan dengan naluri (instink) seks. Dalam Kej 2:24 diperlihatkan
bahwa naluri seks itu berbentuk dorongan yang menghendaki suatu keintiman seksual
yang penuh, untuk menjadi sedaging. Naluri ini timbul bukan karena dipengaruhi atau
dipelajari, tetapi sudah terbentuk dan dalam diri manusia dan juga dalam diri hewan sejak
lahir.
• Seks, seksualitas dan naluri seks adalah anugrah Allah
Banyak orangtua, bahkan kadangkala pemuka agama, mengajarkan bahwa seks,
seksualitas dan naluri seks itu kotor, haram dan bersifat kebinatangan, paling kurang
bersifat tabu. la membawa seseorang kepada dosa. Agustinus sendin berpendapat bahwa
naluri seks itu adalah dosa. Menurutnya suami-istri harus malu dengan naluri itu. Pikiran
Agustinus ini dipengaruhi oleh fisafat Neo-Platonisme yang menegaskan bahwa segala
sesuatu yang bertalian dengan "tubuh" adalah dosa. Pada zaman victorian, perempuan
baik-baik dianggap tidak pantas menginginkan kebahagian dengan mengikuti naluri
seksnya, tetapi perempuan selayaknya memberikan kebahagian kepada laki-laki.
Pengajaran yang seperti ini berdampak negatif, bisa menimbulkan rasa bersalah pada
orang muda di setiap munculnya naluri seks tersebut dalam dirinya, sehingga ada
kecenderungan untuk melawannya misalnya menolak "friendship" dengan jenis kelamin
yang berbeda. la bahkan bisa mengakibatkan rasa bersalah pada mereka-mereka yang telah
menjadi suami-istri. la bisa mendatangkan frigiditas (pada perempuan) dan impotensi
(pada laki-laki).
Lagi pula ia dikaruniakan Tuhan sebagai penyataan kasih secara badani. Melaluinya
suami-istri boleh merasakan dan mengetahui rahasia dwi-tunggal yang paling dalam.
Melaluinya pula seorang suami sepenuhnya menjadi kepunyaan seorang istri, demikian
pula sebaliknya (Kej 2:23-24). Oleh karena itu pengalaman ini menjadi suatu pengalaman
yang mengikat dan tiada terhapuskan. Hal ini sesuai dengan hasil analisa para psikolog
yang mengemukakan bahwa seringkali mereka-mereka yang menikmati pengalaman ini di
luar hubungan pemikahan, mengalami gangguan psikis dan fisik. Pengalaman ini
6
merupakan berkat Tuhan yang bernilai sangat tinggi, walaupun kadangkala melaluinya
tidak diperoleh seorang keturunan pun, seks, seksualitas dan naluri seks adalah pemberian
dari Tuhan yang juga dikaruniakan demi berlangsungnya keturunan manusia. Keturunan
ini, selain akan menjadi berkat bagi suami-istri, ia juga akan menjadi berkat bagi manusia
lain dalam rencana dan bagi Kerajaan Allah (Kej.1:28; Kis.2:39).

2.1.3. Tahap-Tahap dalam Pergaulan

2.1.3.1 Pergaulan Umum


Pergaulan dalam bagian ini adalah pergaulan biasa di antara orang muda yang berstatus
sebagai mahasiswa dengan usia 18 sampai dengan 23 tahun. Pergaulan itu bisa jadi di antara
jenis kelamin yang berbeda ataupun yang sama. Hubungan yang terjadi tanpa ikatan. Pergaulan
ini bisa terjadi di kampus, gereja, di rumah teman atau di tempat lain. Pada tahap ini belum ada
pikiran tentang berpacaran. hubungan seksual atau pernikahan dengan teman bergaul.
Pergaulan itu semata- mata berbentuk persahabatan.

Gejala alamiah dalam pergaulan pada masa ini bahwa seseorang ingin agar disukai oleh
sesama. Berikut ini dikemukakan beberapa tips penting sebagai seni bergaul yang akan
membuat seseorang disukai orang lain yaitu:

• Memiliki keterbukaan atas dasar pertimbangan yang tepat di dalam menyatakan


keberadaan diri dan pendapat sendiri serta terbuka untuk menerima keberadaan orang
lain sebagaimana adanya dan pandangannya. Berpura-pura menutupi kenyataan adalah
penghambat utama bagi persahabatan dalam pergaulan;
• Mengenali latar belakang kehidupan atau psikologis seseorang, yang telah mendorong
terbentuknya sifat, perilaku, pandangannya, bahkan kekhasannya sebagai suatu pribadi,
serta berusaha untuk berempati dalam kelemahan-kelemahannya;
• Berusaha menghindari hal-hal yang kurang menyenangkan orang lain, seperti bersikap
kasar, membicarkan dan menyombongkan diri serta berbantah-bantah dengannya,
berhati-hati di dalam menyampaikan kelemahannya, sebaliknya menyenangkannya
dengam cara mendengarkannya, menemukan kebaikan-kebaikannya dan memberikan
penghargaan atau pujian baginya pada waktu dan dengan cara yang tepat Memberi
perhatian yang cukup terhadap seseorang, dan mengambil waktu untuk bersahabat
dengannya, terutama tetap berada di sisinya dan mengulurkan pertolongan kepadanya

7
dalam kesusahan-kesusahannya, bahkan tidak membencinya karena kejahatan-
kejahatannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pergaulan pada masa ini adalah perubahan-
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang dan yang berpengaruh dalam pergaulan. Dalam
masa usia ini telah terjadi perubahan fisik yang sangat menyolok. Perubahan ini sudah
mempersiapkannya menjadi seorang perempuan atau laki-laki dewasa secara fisik. Perubahan
fisik yang kelihatan terlihat dalam bentuk perubahan bentuk badan, wajah dan kulit (badan
wanita sudah membentuk seperti gitar, jakun pria mulai membesar, kulit mulai berjerawat).
Oleh karena itu dalam pergaulan pada masa ini seseorang harus berhati-hati dengan keinginan
seksual yang sudah mulai muncul dalam dirinya atau dalam diri temannya bergaul. Perubahan
fisik yang tak kelihatan juga sudah dialami, seperti perubahan harmonal di dalam tubuh sering
menimbulkan persoalan yang sulit diatasi. Dia akan mengalami suasana hati yang bergelora
dan mencekam din silih berganti. Kadang-kadang dunia dan lingkungan terasa begitu
menyenangkan karena suasana hati ceria, tetapi kadang-kadang suasana hati suram sehingga
dunia dan lingkungan yang merupakan realita terasa tak memberikan harapan bagi suatu masa
depan. Inilah yang harus dipahami, bahkan harus belajar berempati, jika ada teman bergaul
sedang berada dalam situasi seperti yang disebutkan sebelumnya.

Dalam masa transisi ini juga terjadi perubahan psikis, yaitu perubahan menuju kepada
kedewasaan dalam hal rasa tanggungjawab, pelaksanaan tugas- tugas seorang perempuan atau
laki-laki yang dewasa baik dalam studi, pekerjaan, rumah tangga. Inilah periode di mana jati
diri seseorang terbentuk. Masa ini adalah masa studi dan menyelesaikan studi. Pada masa ini
juga seseorang menjajaki kemungkinan pekerjaan yang bisa diperoleh, bahkan pada masa ini
juga seseorang mengenali dan menggumulkan seseorang untuk didoakan sebagai calon teman
dalam pergaulan khusus. Karenanya dapat dikatakan bahwa pergaulan di masa ini sangatlah
penting, karena akan menentukan masa depan seseorang. Dan di masa ini seseorang memiliki
kecenderungan untuk menjauhkan din dari pengaruh orangtuanya.Sementara itu pengaruh
teman-teman terhadap dirinya menjadi dominan

Banyak tantangan yang dihadapi pada masa ini. Salah satu dari tantangan itu berasal
dari pergaulan dengan teman-teman sebaya. Pergaulan dengan orang yang salah dan cara
bergaul yang tidak baik, akan menghancurkan dirinya. Dia akan mengalami kegagalan dalam
studi, kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sebagai sumber penghidupan yang
memadai, bahkan bisa jadi kehilangan kesehatan. Contoh dari pergaulan dengan orang yang
salah, adalah pergaulan. dengan kelompok orang muda yang sepertinya "sangat mengasyikan"

8
seperti geng motor. Sementara itu contoh pergaulan dengan cara yang salah adalah pergaulan
bebas dengan jenis kelamin yang berbeda atau sama tanpa norma Alkitab sebagai alat control.
Perlu juga disebutkan cara bergaul lain yang kurang baik yaitu pergaulan dalam media sosial
yang tidak lagi mempertimbangkan mana berita yang benar dan salah, yang tidak lagi perduli
pentingnya kedekatan keluarga yang real, bahkan tidak mau tahu akan tersia-siakannya waktu
karena kehidupan di dunia maya.

2.1.3.2. Pergaulan Khusus: Berpacaran


Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa berkomunikasi dengan
manusia lainnya. Oleh karena itu setiap manusia pada umumnya membutuhkan pergaulan
umum, yaitu realisasi dari sense of belonging dalam suatu group (keluarga, sekolah,
perkumpulan pemuda-pemudi gereja, dil). Tetapi ia juga membutuhkan sense of belonging dan
pribadi tertentu yang dalam hal ini memiliki jenis kelamin yang berlawanan dengan dirinya.
Berpacaran bukanlah hubungan antar pribadi dalam pergaulan umum seperti yang
dikemukakan di atas tetapi dalam pergaulan khusus. Dalam pergaulan ini, dua pribadi yang
berlawanan jenis kelaminnya meningkatkan hubungan mereka melalui pengalaman dan
interaksi yang semakin lama semakin pribadi sifatnya untuk mencapai suatu tujuan bersama.

• Tujuan Berpacaran
Manusia sebagai mahluk sosial tidak pernah ideal dalam kehidupannya, hal yang tidak
ideal ini tercermin dalam pergaulan manusia yang tidak normal sebagai mahluk sosial dengan
sesama manusia. Salah satu bentuk pergaulan yang tidak normal ini dikemukakan S.Freud
berbentuk kecenderungan seseorang dalam pergaulan khusus antar jenis kelamin yang
berlawanan untuk bersikap dan bertindak egois serta mengutamakan kebutuhan seksual.
Kecenderungan ini mewamai tujuan seseorang dalam berpacaran, seperti mengangkat harga
diri, meniru-niru dan memenuhi rasa ingin tahu (ia mengalami "role confusion"), memenuhi
kebutuhan mater, mengatasi persoalan batiniah (masalah dalam hubungan dengan ayah atau
ibu), mengikuti dorongan keinginan sexual (kebutuhan primer manusia menurut S.Freud),

Alkitab menjelaskan bahwa pergaulan khusus yang ideal di antara jenis kelamin yang
berlawanan telah dirusak oleh dosa. Sebelum kejatuhan ke dalam dosa, dalam pergaulan yang
khusus, kedua pribadi ini memiliki hubungan sosial yang menyeluruh dan utuh, tidak egois dan
tak semata-mata bertumpu pada kebutuhan seksual. Dalam Kej.2:22-24 diperlihatkan bahwa
tujuan pergaulan khusus tersebut adalah pembinaan (dalam hal pengenalan, penyesuaian dan

9
hubungan) menuju kepada keintiman yang utuh berbentuk kesetiaan, cinta kasih dan seksal
(istilah yang sama dengan pengertian keintiman yang utuh ini juga dipergunakan dalam
Kej.2:29; Ruth 1:14; 2 Sam.20:2 di dalam suatu ikatan perkawinan.

Dapat diringkaskan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk membina hubungan dengan
kekasih sebagai persiapan perkawinan. Inilah tujuan yang bertanggung jawab bukan saja
terhadap sesama manusia (sang kekasih, orangtua dan diri sendin) tetapi juga terhadap Tuhan
Allah. Alkitab menilai orang yang berpacaran dengan tujuan lain, seperti dikemukakan di atas,
adalah orang gila yang menembakkan anak panah ke pada obyek panah secara sembarangan
sehingga tak dapat mempertanggungjawabkan sikap dan tingkah lakunya (Ams 26:18-19).

• Sikap dan Perilaku dalam berpacaran


Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa tujuan berpacaran adalah membina hubungan
yang berguna sebagai persiapan bagi perkawinan. Pembinaan ini akan tercapai apabila
telah melalui 3 tahapan yaitu: pengenalan yang lebih mendalam dan benar, kualitas kasih
yang benar, dan tendemess yang tumbuh selangkah demi selangkah sejajar dengan
kesetiaan dan tanggung jawab.
1. Pengenalan yang lebih mendalam dan benar melalui dialog yang jujur
Keterbukaan kedua pihak sangatlah penting dalam persiapan pernikahan. Hanya
melalui keterbukaan seseorang bisa memiliki pengenalan yang dalam dan benar akan
kekasihnya. Mengunjungi tempat-tempat rekreasi atau berekreasi memang bermanfaat
dalam berpacaran jikalau yang diutamakan bukanlah kegiatan berekreasi itu sendiri
melainkan interaksi antar dua pribadi. Hal-hal yang penting untuk diketahui kedua
pribadi ini adalah: iman kepercayaannya (orang beriman yang takut akan Tuhan:
Yoh.3:1-6, Ams.1:7); kharakter pribadinya (kedewasaan, temperamen, hobbi,
kelemahannya); latar belakang kehidupannya: (orangtua, saudara); pendidikan,
pekerjaannya, dil; adanya rasa tertarik atau cinta; dan pimpinan khusus dari Tuhan.
Penghalang keberhasilan seseorang di dalam usahanya untuk memperoleh pengenalan
yang dalam dan benar yang perlu diperhatikan dan dihindari adalah: pertemuan yang
selalu didominasi oleh keinginan bercumbu, ketakutan akan kemungkinan ditinggalkan
oleh si dia dan kebutaan karena telah "dimabuk cinta".
2. Kualitas kasih
Seperti dikemukakan sebelumnya, pada dasamya seseorang cenderung untuk
mementingkan diri sendiri dan mengikuti seksual instinknya. Oleh karena itu di dalam
berpacaran seseorang cenderung untuk mengasihi dan memberi untuk kepentingan

10
sendin atau seturut dengan keinginan diri. Kecenderungan yang lain adalah menjadikan
kegiatan berpacaran berpusat kepada erotic love (I love you, I love your body).
Pergaulan khusus dalam berpacaran akan sangat bermanfaat bila pergaulan itu
merupakan latihan atau pembinaan kualitas kasih. Kasih yang mementingkan din
(subjektif) dan yang berpusat kepada erotic love diarahkan kepada kasih yang objektif
dan yang berpusat terhadap keseluruhan pribadi (I love you, I try to know dan to help
you) dan yang dapat menahan diri. Ini bisa direalisasikan bila seseorang selalu
mengingat urutan kasih di dalam Mat 27:37-40: Tuhan Allah, Si dia dan terakhir adalah
diri sendiri.
3. Tendemess berjalan sejajar dengan kesetiaan dan tanggung jawab
Walter Trobisch menjelaskan tendemess sebagai kehangatan hubungan dua
pribadi. Tendemess yang sejati adalah kehangatan hubungan dua pribadi dalam eros-
philia-storge yang dikontrol oleh agape. Kehangatan hubungan dua pribadi ini tidak
menuju kepada perzinahan, dan juga tidak semata-mata karena ada hal-hal yang
menarik atau demi keuntungan. "Aku mencintai kamu sebagaimana kamu ada".
"Tatkala kamu sakit dan dalam keadaan sulit akupun masih mencintai kamu".
• Sampai sejauh mana keintiman dalam berpacaran?
Banyak orang muda dari negara maju, bahkan dari kota-kota besar Indonesia,
melakukan hubungan seksual.di dalam masa berpacaran. Paling sedikit hal ini bisa
mengakibatkan: kecelakaan yang menuju kepada perkawinan kilat,. kehilangan kebebasan
(dalam pemilihan teman hidup) dan akibatnya besar kemungkinan kehilangan kebahagiaan,
kehilangan kegadisan.

Pandangan Alkitab tentang hal ini amat jelas dan tak dapat ditawar-tawar (Kel.20:14).
Hubungan seksual dalam pengertian di atas adalah penyerahan sepenuhnya yang hanya bisa
dilakukan oleh suami isteri. Tokoh besar Alkitab seperti Daud, Ayub dan Yesaya mengakui
bahwa dosa ini adalah dosa yang paling banyak menjatuhkan orang muda. Perlu pula dipahami
bahwa dalam Alkitab hubungan seksual dikemukan bukan hanya sebagai hubungan alat
kelamin, tetapi termasuk interaksi antar jenis kelamin yang berlawanan yang menimbulkan
rangsangan seksual pada alat kelamin, yang didefinisikan sebagai perjinahan (Mat 5.27-28)
Interaksi mata dan pikiran pun bisa menimbulkan rangsangan itu.

Oleh karenanya interaksi apapun (petting, kissing, dll) yang menimbulkan angan-angan
persetubuhan yang umum sekali di antara pemuda/i non Kristen tak diperbolehkan di antara
anak-anak Tuhan. Perlu pula diperhatikan bahwa rabaan, pelukan dan ciuman yang tampaknya

11
sepintas lalu sama dengan petting dan kissing), tak harus atau selalu menimbulkan angan-angan
persetubuhan, sehingga tak tergolong kedalam perjinahan. Ada rabaan, pelukan dan ciuman
seorang ibu kepada anaknya atau barangkali seorang sahabat kepada sahabatnya. Dalam buku
"Gadis Cintaanku", pertanyaan "Sampai sejauh mana saya boleh memperlakukan kekasih
saya?", dijawab oleh bapak Walter Trobisch dengan mengatakan "Sampai sejauh
kesanggupanmu". Maksudnya melakukan "rabaan", "pelukan" dan "ciuman" (rangsangan
seksual pada alat kelamin) itu seperti memelihara harimau si binatang buas dan ganas.
Tentunya ia akan dimangsa oleh si harimau. Makudnya ia akan dihancurkan oleh rangsangan
seksual itu.Trobish mengatakan, boleh saja, selama anda sanggup menjinakkan harimau itu
silahkan masukkan tangan anda ke dalam mulutnya. Siapakah yang sanggup? Anda sanggup
kalau harimaunya dibius dulu, maksudnya "rabaan", "pelukan" dan "ciuman boleh-boleh saja
dilakukan dalam masa berpacaran kalau hal-hal itu tidak lagi punya kekuatan merangsang
seseorang.

2.2. LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender).

Apakah Alkitab merekomendir perilaku dan kecenderungan para lesbian, gay,


biseksual dan transgender, seperti yang dituliskan dalam undang-undang beberapa Negara?
Umumnya cerita-cerita penciptaan di Timur Dekat Kuno, dituliskan untuk memperlihatkan apa
yang ideal pada mulanya. Karena itu konsep seksualitas dalam Kejadian 1:27-28,2: 18,24
adalah konsep ideal yang seharusnya dijadikan pedoman. Sejak awal, secara idealnya,
dituliskan dalam perikop ini bahwa Identitas Seksual manusia diciptakan Tuhan berbeda satu
sama lain yaitu laki-laki dan perempuan.

Pertama, sejak permulaan, secara idealnya keduanya diciptakan dengan identitas


seksual siberbeda, bahkan bertentangan satu dengan yang lainnya. Istilah untuk laki-laki dalam
ayat ini sama dengan identitas seksual laki-laki secara fisik (zakhar) yang kontras dengan
identitas seksual perempuan. Karena itu laki-laki dan perempuan menjadi pasangan yang cocok
(Kej.1:27).

Kedua, sejak awal laki-laki dan perempuan juga diciptakan memiliki naluri seks dan
orientasi seksuil yang berbeda. Dalam Kej 2:24 diperlihatkan bahwa naluri seks pada laki-laki
dan perempuan itu berbentuk dorongan yang menghendaki suatu keintiman seksuil, yaitu untuk

12
menjadi sedaging (le bhäsår ekhad), kesatuan daging yang sepenuhnya antar jenis kelamin yang
berbeda, yaitu laki-laki dan perempuan.

Orientasi seksuil laki-laki adalah perempuan yang menjadi istrinya, dan orientasi
seksual perempuan adalah laki-laki yang menjadi suaminya. Naluri ini timbul bukan karena
dipengaruhi atau dipelajari, tetapi sudah terbentuk dari dalam din manusia dari awalnya.
Adanya perbedaan seksualitas dan naluri seksual membuat jenis kelamin yang berbeda bukan
saja saling tertarik baik rohani mapun badani tetapi saling membutuhkan. Oleh karena itu
dalam Kejadian 2:18 disebutkan bahwa perempuan adalah "penolong yang sepadan" bagi laki-
laki. Identitas seksual perempuan disebut kenegdö (diterjemahkan "sepadan dengannya") yang
arti harfiahnya adalah "pasangan yang berlawanan, berhadapan dan cocok". Perempuan
berlawanan identitas seksualnya dengan laki-laki tetapi justru karena itu la cocok berpasangan
dengan laki-laki, ia bisa menjadi penolong yang melengkapi dalam kelemahan laki-laki bila ia
membujang-misalnya dalam kebutuhan biologis laki-laki, dalam kodrat dan kekhasannya
sebagai perempuan-misalnya dalam kemampuannya untuk melahirkan dan kelembutannya
("tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja", ay 18). Jelas benar melalui pembahasan ini
bahws identitas seksual yang berbeda adalah pemberian dari Tuhan yang harus disyukuri (1
Tim.4:4). Mereka yang menikmati pengalaman ini di luar pemikahan atau di luar hubungan
jenis kelamin yang berbeda, mengalami gangguan psikis dan fisik.

Ketiga, perbedaan identitas seksulitas antara laki-laki dan perempuan dalam suatu
pemikahan juga dikaruniakan Tuhan demi berlangsungnya keturunan manusia. Keturunan ini,
selain akan menjadi berkat bagi suami-istri, ia juga akan menjadi berkat bagi manusia lain
dalam rencana dan bagi Kerajaan Allah (Kej 1:28: Kis.2:39). Tanpa perbedaan identitas
seksualitas dalam suatu pernikahan tidak akan pernah ada keturunan.

Keempat, perilaku homoseksuil (baik oleh lesbian atau gay) adalah kekejian dan
kadang-kadang berhubungan atau dianggap identik dengan penyembahan terhadap llah-llah
lain (Roma 1:24-27). Dalam 1 Kor.6:9-10 pelaku homoseksual (gay) disebut pembunt dan juga
dianggap berhubungan atau identik dengan penyembahan berhala

2.3 Cara Bergaul Yang Baik

13
Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa hubungan dengan orang lain. Oleh sebab itu,
adanya individu-individu lain merupakan suatu keharusan. Manusia diciptakan sebagai
makhluk sosial yang selalu akan hidup dalam suatu hubungan keterikatan dengan individu
lainnya. Seorang manusia selalu membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya agar dapat
mencapai taraf tingkah laku manusia.

Sejalan dengan berkembangnya kemampuan, kematangan dan kebutuhan, pola


hubungan antar orang berkembang dalam tujuh tahap. Adapun ketujuh tahap tersebut adalah:
tahap bayi, tahap anak kecil (3-6 tahun), tahap anak besar (6-12 tahun), tahap remaja dan
pemuda (12-25 tahun), tahap dewasa muda (25-40 tahun), tahap dewasa (40-65) dan tahap usia
lanjut.

Tahap bayi. Bayi berusia setahun terheran-heran melihat bayi lain. Biasanya ia melihat
orang dewasa, tiba-tiba ia melihat makhluk kecil. Ia tertarik pada temannya dengan cara
meraba, menyentuh atau memukul. Ia ikut menangis ketika temannya menangis.

Tahap anak kecil (3-6 tahun). Pada tahap ini anak hanya melihat dari sudut pandang
dan kepentingannya sendiri. Ia mengukur teman dari faktor kebendaan. Katanya, “Si Daniel
temanku, ia punya sepeda merah.” Pada usia ini perangai mulai tampak. Anak yang menerima
cukup kehangatan, pujian, dan perlakuan baik dari orang tuanya akan lebih terbuka dan
berprakarsa mendekati teman. Sebaliknya, ada anak yang malu dan ragu-ragu, bahkan
bermasalah, misalnya merasa terancam, curiga, iri, merampas, menjerit, mengejek atau
membentak.

Tahap anak besar (6-12 tahun). Keberhasilan atau kegagalan berteman pada tahap ini
akan mewarnai hidup kita seterusnya. Pergaulan dengan teman pada tahap ini membentuk
kepribadian kita. Ketika ada teman yang lebih pandai, apakah kita ikut bangga ataukah
mendengki? Di sinilah letak faedah utama bersekolah. Anak yang mendapat ilmu secara pribadi
di rumah, mungkin akan menjadi orang dewasa yang hipersensitif terhadap ejekan, perlakuan
iseng dan persaingan, atau menjadi orang dewasa yang cuma mau menang sendiri, sulit bergaul
dan sulit bekerja sama.

Tahap remaja dan pemuda (12-25 tahun). Pada tahap ini kita membentuk jati diri
sambil menjauhkan diri dari pengaruh orang tua, sehingga pengaruh teman menjadi dominan.
Tanpa teman kita merasa kurang percaya diri. Demi memelihara persahabatan, kita meniru
perbuatan teman dan menaati seluruh suruhannya. Akibatnya kita kurang kritis dalam memilih
teman. Kita mengalami sejumlah ambivalensi. Di satu pihak kita merasa mandiri, di lain pihak

14
kita merasa bergantung, terutama pada teman. Di satu pihak, kita tidak mau diatur oleh orang
tua, tetapi pada kenyataannya kita justru diatur oleh teman.

Tahap dewasa muda (25-40 tahun). Jumlah kawan kita memuncak pada usia ini
karena teman di lingkungan perumahan, kantor, gereja dan sesama orang tua anak di sekolah.
Biasanya pada usia ini kita sulit mempunyai intimasi karena tidak mau mencampuri urusan
pribadi teman. Pergaulan yang sehat ditandai oleh teratasinya kesulitan itu, sehingga kita bisa
intim dengan kawan, namun tidak mencampuri urusan pribadinya. Mereka yang sudah menikah
juga akan menikmati “persahabatan ganda,” yaitu dua pasang suami-istri yang cocok satu sama
lain.

Tahap dewasa (40-65 tahun). Pada tahap ini kita cenderung sibuk dengan kepentingan
sendiri, karena kita berada pada puncak karier. Kita tidak mendapat banyak teman baru, kecuali
tetangga atau teman organisasi. Tahap usia lanjut. Pada usia ini biasanya jumlah teman
berkurang namun mutu persahabatan menjadi lebih matang dan murni. Dengan teman
segolongan usia, kita bisa saling ikut merasakan dan saling menopang dalam suka maupun
duka. Sedangkan dengan teman yang lebih muda kita bisa menjadi sumber hikmat dan bijak
dalam menghadapi persoalan sehari-hari, karena kita telah mengalami semua itu.

Pergaulan bila disorot secara khusus akan memberikan gambaran yang berbeda-beda
dari segi kualitas waktu, misalnya, pergaulan yang hanya bersifat sementara, meliputi jangka
waktu yang pendek dan yang meliputi jangka panjang. Ada pergaulan yang menggambarkan
hubungan reaktif saja, seolah-olah antara dua individu atau lebih hanya terjalin hubungan
bagaikan tanya jawab saja. Ada pula pergaulan yang individu-individunya aktif dan kreatif
menciptakan hubungan, masing-masing individu saling memajukan taraf kehidupannya, dan
saling menyempurnakan martabatnya.

Pergaulan yang sebenarnya diperlukan demi penyempurnaan martabat manusia, tidak


selalu mengarah ke kehidupan yang positif dalam rangka pembangunan mental, akan tetapi
sebaliknya sering berakibat negatif dan menghambat kelancaran hidup sosial. Pergaulan yang
matang, dewasa dan positif membantu kelancaran kehidupan sosial tidak mudah dicapai.

Seni bergaul adalah cara bagaimana membuat diri kita disukai oleh sesama (Selan 1991,
103). Keinginan untuk disukai merupakan kodrat manusia. Oleh sebab itu, manusia
mencurahkan segenap akal budinya untuk menemukan cara- cara yang jitu agar dirinya disukai
oleh banyak orang.

15
Faktor utama dalam memupuk seni bergaul adalah pengertian dari kita sendiri tentang
pribadi orang lain. Sering terjadi kita tidak menyenangi seseorang, karena kita salah mengerti
motif, kemampuan, sikap dan kepribadian orang tersebut.

Hubungan antar pribadi yang baik akan meningkatkan nilai dan arti dari seseorang.
Hubungan tersebut akan menghasilkan kepuasan bagi mereka yang tahu seni bergaul.

Benyamin Franklin pernah berkata, “Kasihilah musuhmu sebab ia yang menunjukkan


kesalahan- kesalahanmu. Tuhan Yesus Kristus mengajar para pengikut-Nya: “Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44). Bagaimanakah
perintah ini dapat terwujud dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai pengikut-pengikut Yesus
Kristus? Berikut ini beberapa hal praktis yang dapat menolong Anda bersahabat dengan seteru:

1. Pusatkan perhatian Anda pada bagaimana Anda dapat menolong mereka. Hal yang
pasti mereka butuhkan adalah seorang sahabat. Salah satu kebutuhan yang mendasar dari
manusia ialah untuk bersosialisasi, yaitu bergaul dengan sesama. Bantulah musuh Anda dan
lakukanlah itu seperti Anda melakukannya bagi Tuhan. Pikirkanlah tentang yang sedang
dikerjakan oleh Tuhan dalam hidupnya. Selanjutnya, pikirkanlah tentang bagaimanakah Anda
dapat memupuk persahabatan dan bagaimana musuh Anda dapat memanfaatkan persahabatan
Anda dan bukan berpikir tentang manfaat atau keuntungan yang Anda harapkan dari
persahabatan Anda dengan dia.

2. Daftarkanlah kebaikan-kebaikan yang Anda lihat dari orang yang kurang


menyenangkan hati Anda. Setiap manusia yang diciptakan Tuhan mempunyai kebaikan.
Sejahat-jahatnya seseorang, di dalam lubuk hatinya tersimpan kebaikan yang belum sempat
dinyatakan.

3. Bawalah mereka yang pernah menyakiti hati Anda kepada Tuhan dalam doa.
Mengucap syukurlah kepada Tuhan atas apa yang menyenangkan dalam pribadi mereka serta
memohon berkat dan pertolongan Tuhan bagi mereka. Kemudian, nikmatilah sukacita
dariTuhan. Anda telah taat kepada firman Tuhan untuk mengasihi musuh Anda.

2.3.1 Menjadi Sahabat Sejati


Sahabat adalah sebuah kata yang tidak asing dalam hidup manusia. Kata ini mempunyai
makna yang sangat mendalam. Setiap orang pasti membutuhkannya dan senantiasa berusaha
mendapatkan sahabat, bahkan bila orang tersebut telah memilikinya, ia akan senantiasa

16
memeliharanya. Alasan utama mengapa orang sulit menjalin persahabatan adalah kenyataan
bahwa mereka tidak pernah benar-benar menerima diri mereka sendiri. Jika kita tidak
menerima diri kita sendiri, kita akan mendapatkan kesulitan untuk menerima orang lain, dan
kebiasaan negatif ini akan tercermin dalam hubungan kita.

Persahabatan yang baik berawal dari perkenalan dengan orang yang memiliki suatu
persamaan dengan kita. Ada daya tarik timbal balik. Anda senang berada bersama-sama
dengannya. Anda merasa orang yang lain itu menyegarkan, memberi dorongan dan
menyenangkan. Anda melihat dia mau mendengarkan Anda, memberi dorongan yang tepat
kepada Anda. Persahabatan pun tumbuh. Persahabatan itu memerlukan waktu. Anda mungkin
bertemu seseorang dan segera berhubungan. Sebelum hubungan itu bisa tumbuh menjadi
persahabatan yang sungguh, Anda harus saling mengenal selama suatu jangka waktu.
Persahabatan jangan seluruhnya bergantung pada perasaan. Perasaan memang penting, tetapi
jengkel atau kecewa terhadap seseorang jangan sampai merusak hubungan itu. Kita hendaknya
tidak membuang atau mematikan persahabatan hanya karena ternyata tidak semuanya
menyenangkan.

2.3.2 Menggali Sumber Alkitab Tentang Pergaulan


Ada dua bahaya yang menyangkut hubungan kita dengan teman-teman kita (Brownlee
1986, 77-78). Bahaya pertama adalah keeksklusifan, yaitu kecenderungan untuk menolak
orang-orang dari kalangan tertentu. Mungkin orang itu ditolak karena suku bangsanya,
kemiskinannya, dianggap bodoh atau terlalu pintar, atau karena alasan yang lain. Sikap
eksklusif ini merugikan baik orang yang menolak maupun orang yang ditolak. Sikap itu
mengembangkan kesombongan dalam hati orang-orang yang menolak. Kesombongan itu
merusak kepribadian seseorang

Bahaya kedua ialah tekanan untuk menyesuaikan diri dengan pendapat dan perbuatan
yang tidak baik. Sering orang-orang membenarkan suatu perbuatan yang diragukan benar
salahnya dengan berkata, “Semua orang berbuat demikian.” Kalau kebanyakan orang dalam
kalangan kita sudah berbuat demikian, seseorang akan dianggap kolot bila ia berkata, “Aku
tidak boleh berbuat demikian.” Kalau kebanyakan orang dalam suatu kelas menyontek, orang
yang tidak menyontek dianggap aneh.

17
Beberapa prinsip pergaulan yang berdasarkan kasih Kristus dan yang sesuai dengan
kebenaran Alkitab adalah sebagai berikut. Pertama, kemuliaan bagi Allah. Motif tertinggi
yang patut dimiliki orang yang menyebut dirinya anakanak Allah ialah melakukan segala
sesuatu demi kemuliaan Allah. HanyaDialah yang layak beroleh pujian tertinggi. Kedua, demi
kebaikan orang lain. Dalam 1 Korintus 10:24 dikatakan, “Jangan seorang pun yang mencari
keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap- tiap orang mencari keuntungan orang lain.”
Ketiga, kebaikan bagi diri sendiri. Dalam 1 Korintus 10:23 dikatakan, “Segala sesuatu
diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. Segala sesuatu diperbolehkan.
Keempat, saling mempercayai. Sikap saling mempercayai ini akan membangun persahabatan
yang baik. Sebaliknya, sikap saling mencurigai akan menghancurkan persahabatan. Kelima,
saling menghargai. Sikap saling menghargai menghasilkan sifat suka menghormati orang lain,
lebih banyak mendengar daripada berbicara, toleransi, berani menerima pendapat orang lain
dan tidak suka memperalat orang lain. Keenam, saling mengasihi. Kasih yang benar adalah
kasih yang berasal dari Kristus. Kasih yang seperti itu terlihat dari sifat tenggang rasa, tidak
suka perhitungan dengan teman, tahan diri untuk tidak selalu membicarakan diri sendiri, rela
berkorban dan suka mengalah untuk menang.

2.3.3 Membangun Argumen Tentang Suka dan Duka Pergaulan


Oleh para ahli sosiologi, pergaulan disebut interaksi. Interaksi bisa bersifat luas
(bergaul dengan banyak orang) atau bersifat frekuen (sering bergaul dengan orang). Dua orang
yang bersahabat secara kental tidak bergaul secara luas tetapi frekuen, sedangkan seorang
ekstrovert bergaul secara luas tetapi hanya sebentar saja (Brouwer 1981, 2).

Suka dan duka dalam pergaulan tentu saja ada, bahkan boleh dikatakan banyak. Contoh
sukanya adalah sebagai berikut. Anda sedang sendirian di rumah karena anggota keluarga yang
lain sedang pergi. Sendiri adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Tiba-tiba datang seorang
teman dan akhirnya Anda asyik ngobrol. Dengan bergaul Anda juga dapat mencari jalan untuk
memecahkan persoalan yang Anda hadapi bersama dengan teman. Mengatasi kesulitan
bersama-sama tentu lebih mudah daripada mengatasi sendirian.

Pergaulan mendatangkan banyak keuntungan. Misalnya, setelah Anda mulai bergaul


lebih dekat dengan teman-teman kuliah, Anda memeroleh keterangan bahwa dahulu mereka
menganggap bahwa Anda merupakan pribadi yang sombong, lebih senang bermain dengan
teman yang sama sekali tidak setingkat dengan Anda. Keuntungan yang lain adalah bergaul
dengan temanteman sangat menyenangkan sebab dengan bergaul Anda dapat menghilangkan

18
kekesalan yang ada dalam hati Anda. Anda dapat bergembira bersama, bertukar pendapat dan
dapat juga menambah pengetahuan tentang hal-hal yang ada dalam masyarakat.

Di dalam bergaul, kita juga sering mendapat kesukaran karena tidak semua orang
mempunyai sifat yang sama, ada yang sombong, ada yang genit, ada yang egois dan
sebagainya.

2.3.4 Mendeskripsikan Tahap-Tahap Pergaulan


Tulus Tu’u (1988, 33-36) membagi pergaulan muda-mudi ke dalam lima tahap.
Pertama, sifatnya terbatas pada persahabatan biasa. Dalam tahap ini, hubungan seorang dengan
yang lain masih bebas tanpa ikatan. Seseorang dapat bergaul dengan siapa saja. Tahap pertama
ini adalah persahabatan biasa baik dengan teman-teman sejenis maupun teman-teman lawan
jenis. Pada tahap ini, tidak ada pikiran tentang pernikahan atau hubungan seksual dengan
sahabat- sahabat itu. Pergaulan tahap ini dapat terjadi di sekolah, di gereja, di rumah teman-
teman, dan di tempat-tempat yang lain. Tahap ini penting sekali karena di dalamnya kita
mengenal teman lawan jenis sebagai manusia dan bukan sebagai objek seksual saja. Di dalam
persahabatan ini, kita bertukar pikiran, bekerja sama, dan mengalami saat-saat biasa dan
istimewa dengan orang-orang lawan jenis tanpa hubungan asmara.

Kedua, persahabatan yang lebih istimewa. Adalah lumrah apabila ada dua jenis
manusia yang berbeda kelamin itu menjalin persahabatan yang lebih akrab dan istimewa.
Hubungan ini berdasarkan keinginan untuk lebih mengenal seorang atau beberapa orang lawan
jenis karena kita merasa tertarik kepada mereka. Kita berusaha untuk mengenal mereka dengan
lebih baik dengan bercakap-cakap bersama di gereja, di kampus pada waktu santai. Pada tahap
ini pertemuan- pertemuan tidak selalu terjadi secara kebetulan saja, tetapi berdasarkan usaha
dan rencana untuk bertemu. Namun, pertemuanpertemuan ini tidak mengikat dua orang yang
bertemu. Selalu ada kebebasan untuk tidak bertemu lagi. Pertemuan- pertemuan semacam ini
juga tidak usah terbatas kepada satu orang lain saja.

Ketiga, pacaran. Pergaulan tahap ini sepasang pemuda pemudi melakukan suatu
persetujuan bahwa mereka akan mengadakan hubungan khusus dan akan menghentikan semua
hubungan khusus dan akrab yang lain dengan orang-orang dari lawan jenisnya. Mereka masih
ingin saling mengenal dengan lebih baik, tetapi sekarang ada unsur yang baru. Mereka masih
bebas untuk memutuskan hubungan mereka, tetapi sekarang tindakan putus itu perlu disertai

19
pembicaraan bersamadan keterangan bersama yang lebih dalam daripada yang diperlukan pada
tahap-tahap sebelumnya. Karena tujuan pokok tahap ini adalah lebih mengenal pacar, mereka
perlu banyak berbicara bersama dan banyak menjalankan aktivitas- aktivitas bersama.

Keempat, bertunangan. Berbeda dengan semua tahap sebelumnya, pertunangan


biasanya berdasar atas perjanjian resmi yang diumumkan kepada orang-orang lain. Perjanjian
ini berbunyi bahwa sepasang pemuda pemudi akan menuju pernikahan. Tahap ini merupakan
masa ujian.

Kelima, pernikahan. Pada tahap ini, ada dua unsur baru. Pertama, hubungan antara dua
orang itu sekarang tidak boleh diceraikan. Menurut ajaran Kristen mereka yang telah menikah
tidak boleh dipisahkan kecuali oleh kematian. Kedua, mereka mulai hidup bersama dan
bersenggama. Unsur kedua berhubungan erat dengan unsur pertama, karena senggama hanya
tepat kalau dilindungi oleh hubungan yang tidak dapat dihentikan.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Norma utama dalam etika Kristen adalah kehendak Allah. Kehendak Allah itu dikenali
pertama-tama melalui Alkitab, dan apa yang berlaku secara umum, serta suara hati nurani yang
diterangi oleh firman Tuhan dan Roh Kudus. Apakah implikasi dari pokok bahasan di atas bagi
mahasiswa Kristen sekarang ini. Pertama, norma utama bagi sikap dan perilaku Kristen yang
etis adalah kehendak Allah seperti yang dikemukakan di dalam Alkitab. Kita harus
menjunjuang tinggi Alkitab, tetapi kehendak Allah di dalam Alkitab harus digumull untuk
memahaminya. Kita membutuhkan pendekatan teologis untuk mendapatkan pemahaman yang
benar tentang kehendak Allah tersebut. Kedua, masyarakat sekitar kita juga menjadi
pertimbangan di dalam menentukan suatu sikap dan perilaku yang kita anggap etis. Karenanya
apa yang benar menurut Alkitab harus kita perhadap-mukakan dengan apa yang dianggap benar
secara umum oleh masyarakat yang menjadi konteks kita Tetapi Allah tidak menghendaki kita
menjadi batu sandungan bagi saudara seiman yang lain. Dalam hal ini, kita harus bijaksana dan
sangat berhati-hati. Ketiga, pertimbangan terakhir dalam menentukan sikap dan perilaku yang
etis adalah suara hati nurani kita sendiri.

21
DAFTAR PUSTAKA

Brownlee, M, Tugas Manusia dalam Dunia Milik Tuhan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004)
Groom, H.Th. Christian Religious Education (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2010)
Gunarsa, S. Psikologi Untuk Keluarga (Jakarta: BPK Gunung Mulia,19 89)
Hadiwijono, H. Iman Kristen (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2010)
Kohlberg, L. Tahap-Tahap Perkembangan Moral (Yogyakarta, Kanisius, 1995)
Magnis-Suseno, Frans, Etika Umum (Yogyakarta, Kanisius, 1975)
Milne, Bruce. Mengenali Kebenaran (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2009)
Nasibit, John & Patricia Aburdene, Megatrends 2000: Ten New Direction For 1990's (New
York, William Morrow, 1990)
Nurwardani, P. dkk, Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi (Jakarta, Dirjen
Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016)
Rono, Sulistro, Pendidikan Sex (Bandung: Universitas Pajajaran Bandung 1977)
Shelton, Charles M., Moralitas Kaum Muda - Bagaimana Menanamkan Tanggung Jawab
Kristiani (Yogyakarta, Kanisius, 1988)
Singgih, Gunarsa, Psikologi Untuk Muda-mudi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987)
Sinulingga, R, Pendidikan Agama Kristen (Medan, Pustaka Bangsa Press, 2014)
Susabda, J. Pastoral Konseling II (Malang: Gandum Mas, 1996)
Trobisch, W. Gadis Cintaanku (Jakarta: BPK Gunung Mulia1969)
Verkuyl, J. Etika Sexuil (Jakarta: Badan Penerbit Kristen1966)
Verkuyl, J., Etika Kristen - Bagian Umum (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2010)

22

Anda mungkin juga menyukai