Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“INOVASI PENYULUHAN PERTANIAN”


SMART FARMING

DOSEN :
Ir.Hermaya Rukka,M.Si
PLP:
Muzakkir,SST.,MP

Disusun Oleh :
Andini Meilani Maria Wowor
05.01.22.2632

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN
KEMENTRIAN PERTANIAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1 .Latar Belakang

Pada saat ini, pemerintah sedang membentuk dedikasi untuk agenda

kemajuan teknologi yang terus berkembang dari tahun ketahun dari masing-

masing negara di seluruh dunia. Pemerintah focus untuk generasi

selanjutnya dalam memanfaatkan teknologi dan inovasi yang bisa mereka

manfaatkan untuk menghadapi tantangan yang harus dipecahkan secara

universal melalui pengetahuan dan teknologi. Pemerintah berada di pusat

pertukaran fungsi itu. inovasi dan, teknologi, merupakan masa depan dari

kepemimpinan jaringan dan platform yang dianggap sebagai di pelopor dan

pakar pembuat kebijakan untuk pembangunan berfungsi sebagai masa

depan untuk gerbang menuju puncak peradaban manusia. (Oliver Wyman,

2018)

Tren Industry 4.0 dipandang sebagai perubahan kekuatan yang akan

sangat berdampak pada industri. Trennya adalah membangun berbagai

digital teknologi:Internet of Things, Pengimpanan Data Besar, Kecerdasan

Buatan, dan digital praktik: kerja sama, mobilitas, terbuka inovasi. Mereka

menyiratkan transformasi dari infrastruktur produksi: terhubung dengan

peternakan, peralatan produksi baru, traktor dan terhubung dengan mesin.

Mereka akan memungkinkan peningkatan keduanya dengan produktivitas


dan kualitas dan perlindungan lingkungan. Tetapi mereka juga menghasilkan

modifikasi dalam rantai nilai dan model bisnis dengan lebih banyak

penekanan pada pengumpulan pengetahuan, analisis dan pertukaran.

Pemerintah sedang mengembangkan kemampuan petani untuk

memodernisasi tantangan penting lain,terutana dalam adopsi Industri

Pertanian 4.0 adalah kemampuan petani untuk berinvestasi dan

memodernisasi praktik produksi mereka. Mereka sering menghadapi ekonomi

yang ketat situasi dengan investasi yang sangat terbatas kemampuan dalam

alat produksi baru dan akses terbatas keuangan. Selain itu tenaga kerja

menua dengan lebih dari 56% di Indonesia. Keterampilan digital tenaga kerja

adalah keterampilan yang terbatas dan memerlukan tambahan investasi

dalam pelatihan untuk diadopsi teknologi. Selanjutnya, kemauan dan

kemampuan untuk berinvestasi dalam menghadapi teknologi baru adalah

perbedaan penting yang diikuti dengan risiko menciptakan celah penting

dalam produksi kemampuan antar wilayah dan eksploitasi dalam

memodernisasi infrastruktur. Tantangan penting lainnya di adopsi IOT dalam

pertanian adalah perkembangan komunikasi infrastruktur di daerah

pedesaan. Arus memiliki jaringan komunikasi nirkabel hanya memiliki

penekanan kuat pada daerah perkotaan saja. Seperti yang telah kita lihat,

kemampuan untuk bertukar dan menganalisis data (sering di platform level)

adalah kunci keberhasilan Industri Pertanian 4.0 Dengan demikian, jaringan


komunikasi akan harus dikembangkan terutama di daerah pedesaan.

(European commission, 2017)

Internet of things adalah sebuah platform dimana sebuah perangkat

setiap hari menjadi cerdas, memproses setiap hari menjadi cerdas, dan

komunikasi sehari hari menjadi cerdas. Paradigma dari Internet of Things

(IoT), adalah dimana "benda" bisa menjadi jenis karya seni apa pun.

Pendekatan IoT untuk konservasi seni akan melibatkan pemasangan node

sensor kecil dan gateway untuk transfer data ke cloud. Sistem yang

mengunakan teknologi Internet of things mengunakan sensor wireless untuk

proses data yang didapat oleh sensor sehingga menjadi informasi. Konsep

Internet of things dibagi menjadi 3 lapisan: lapisan persepsi(sensing), lapisan

jaringan (transfer data) dan lapisan aplikasi(penyimpanan data).

Salah satu hasil Internet of Thing adalah Smart farming yang

mengunakan teknologi masa kini untuk menunjang produktivitas hasil

pertaniaan yang maksimal. (Taufik Hidayt, 2017)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Internet of Things (IoT) dapat digambarkan sebagai sekumpulan hal

yang saling berhubungan melalui web. Hal-hal di sini bisa berupa label,

sensor, orang, dan sebagainya. Kemampuan IoT untuk mengumpulkan

informasi dan data dari iklim (iklim) yang sebenarnya, informasi ini kemudian

akan ditangani untuk memahami pentingnya kemampuan IoT untuk berbicara

satu sama lain. IoT dapat diterapkan di segala bidang. Sensor IoT dapat

dimanfaatkan untuk menyaring keadaan tanah agraris, sehingga keadaan

tanah pedesaan tetap diperiksa selama 24 jam. Dalam pertanian, IoT dapat

digunakan sebagai sensor untuk menyaring kondisi tanah, suhu, dan

kelembapan yang signifikan bagi tanaman.Di bidang struktur pintar, IoT dapat

dimanfaatkan untuk menyaring penggunaan daya dari setiap struktur. Selain

itu, IoT juga dapat dimanfaatkan di bidang mekanisasi, transportasi, kisi-kisi

cerdas dan lain-lain. Inovasi dalam IoT dipisahkan menjadi beberapa model

lapisan. Lapisan utama adalah lapisan penegasan, lapisan ini memiliki

kemampuan untuk meneliti dan mengumpulkan data dari iklim (iklim) yang

sebenarnya. Kemudian, pada saat itu, informasi akan dikirimkan dari lapisan

organisasi. Akhirnya, informasi tersebut akan digunakan di lapisan aplikasi.

Data ini dihasilkan oleh berbagai sensor yang ditempatkan di peralatan atau

menangkap informasi spesifik peralatan seperti: konfigurasi, riwayat


penggunaan, dan pabrikan. Diagnosis IoT industri sangat penting untuk

meminimalkan biaya pemeliharaan dan waktu henti peralatannya.

Pada umumnya industri saat ini menggunakan aturan berbasis sistem.

Aturan biasanya digunakan untuk memproses sinyal dari sensor yang

dipasang pada peralatan dengan menyaring, menggabungkan, dan mencatat

urutan pengukuran yang dicatat berdasarkan waktu oleh sensor. Aturan

seperti itu seringkali bergantung pada data dalam arti bahwa aturan tersebut

bergantung pada karakteristik spesifik dari sensor individu dan peralatan.

Ketergantungan ini menimbulkan tantangan yang signifikan dalam

pembuatan aturan, penggunaan kembali, dan pemeliharaan oleh para

insinyur terutama ketika aturan diterapkan dalam skenario IoT industry.

Sensor adalah gadget elektronik yang dapat mengubah jumlah

sebenarnya menjadi tanda-tanda listrik. Sensor dapat digunakan sebagai alat

informasi untuk jumlah aktual untuk alat penanganan informasi seperti

mikrokontroler, PC, Programeable Logic Controllers (PLC), Distributed

Control System (DCS), dan Supervisory Control and Data Acquisition

(SCADA). Sensor yang sering digunakan dalam industri termasuk sensor

berat, sensor suhu, sensor getaran, sensor elektromagnetik, sensor aliran

dan ketinggian air, sensor lengket, sensor sintetis, sensor kapasitif dan

induktif, dan berbagai jenis lainnya. Pada rangka instrumen terdapat bagian

yang memiliki standar kerja yang berlawanan dengan sensor yang disebut
actuator, yaitu suatu alat yang mengubah tanda-tanda listrik menjadi besaran

lain yang sebenarnya. Misalnya penguat adalah aktuator yang mengubah

tanda listrik menjadi regangan suara. Beberapa pemahaman tentang sensor

terkadang setara dengan katoda dan transduser.Internet of things adalah ide

dimana item atau artikel dipasang inovasi seperti sensor dan pemrograman

yang ditentukan untuk menyampaikan, mengontrol, menghubungkan, dan

memperdagangkan informasi melalui berbagai gadget saat masih terhubung

dengan i. IoT sebagai kunci untuk mengubah sistem apa pun menjadi cerdas.

Sistem operasi terbaru digunakan untuk memenuhi persyaratan sistem

modern. Ada banyak platform untuk Internet of things yang telah

dikembangkan. Namun, kebanyakan dibuat untuk implementasi tertentu dan

tidak dapat mengelola keterbatasan saat ini dari sistem terbaru. Kemajuan

saat ini menuntut perangkat terkini untuk dihubungkan dengan internet yang

mengembangkan teknologi terkini, menciptakan pengalaman pengguna yang

lebih baik melalui koneksi yang kuat dan penggunaan yang efektif dari

perangkat generasi mendatang. Untuk mengimplementasikan platform

Internet of Things termasuk node, server, protokol komunikasi.Ide internet of

things menggabungkan 3 komponen utama, untuk lebih spesifiknya: item fisik

atau asli yang telah dikoordinasikan ke dalam modul sensor, asosiasi web,

dan server farm di server untuk menyimpan informasi atau data dari

aplikasi.Penggunaan item yang terkait dengan web akan mengumpulkan

informasi yang kemudian dikumpulkan menjadi informasi yang sangat besar


untuk ditangani, diperiksa oleh organisasi pemerintah, organisasi terkait, dan

organisasi lain dan kemudian digunakan untuk kepentingan masing-masing.

Berikut ini adalah komponen penyusunnya:

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) − IoT membuat hampir

semua mesin saat ini "pintar". Ini menyiratkan bahwa IoT dapat bekerja di

semua bagian kehidupan kita dengan kemajuan inovasi dalam pandangan AI.

Dengan cara ini, peningkatan inovasi yang ada dilakukan dengan berbagai

informasi, perhitungan penalaran buatan, dan organisasi yang dapat diakses.

Sebuah model bisa menjadi mesin yang cukup sederhana, misalnya,

memperbarui/menumbuhkan pendingin/lemari es agar dapat mengenali

dengan asumsi persediaan susu dan sereal nomor satu hampir habis, itu

mungkin membuat permintaan ke toko secara alami dengan asumsi stok

sudah habis. Penggunaan penalaran buatan pasti sangat menarik.

➢ Konektivitas – Dalam IoT, dimungkinkan untuk membuat/membuka

organisasi baru, dan organisasi eksplisit IoT. Dengan demikian, organisasi ini

sampai sekarang tidak terikat hanya pada pemasok utama. Organisasi tidak

perlu besar dan mahal, sangat baik dapat diakses pada ukuran yang lebih

terbatas dan lebih murah. IoT dapat membuat organisasi kecil seperti itu di

antara perangkat kerangka kerja.


➢ Sensor − Sensor inilah yang menjadi pembeda yang membuat IoT menarik

dari mesin level tinggi lainnya. Sensor-sensor ini dilengkapi untuk

mengkarakterisasi instrumen, yang mengubah IoT dari organisasi standar

dan akan cukup sering dipisahkan di gadget, menjadi kerangka kerja yang

berfungsi yang dapat dikoordinasikan ke dunia nyata biasa kita.

➢ Keterlibatan Aktif (Active Engagement) − Komitmen yang sering diterapkan

pada inovasi sebagian besar mencakup tidak terlibat. IoT ini menyajikan

pandangan dunia lain untuk substansi dinamis, item, dan komitmen

administrasi.

➢ Perangkat Berukuran Kecil − Gadget, seperti yang diperkirakan para ahli

teknologi, memang menjadi lebih sederhana, lebih murah, dan lebih luar

biasa dalam jangka panjang. IoT menggunakan gadget kecil yang dirancang

dengan cermat ini untuk menghadirkan akurasi, keserbagunaan, dan

kemampuan beradaptasi yang luar biasa.

Bidang informatika yang erat kaitannya dengan pekerjaan IoT adalah

bidang Artificial Intelligence (AI). Dengan menggabungkan ide-ide IoT dan AI,

lebih banyak informasi dapat ditempatkan dan akan menghasilkan proses

bisnis yang lebih produktif. Kecerdasan simulasi dapat membantu IoT dalam

melakukan pemeriksaan. Seperti yang perlu diperhatikan, IoT menciptakan

ukuran informasi yang sangat besar (informasi yang sangat besar) karena
berbagai sensor yang digunakan. Informasi tersebut akan sia-sia jika tidak

diperiksa. Kecerdasan berbasis komputer membantu penanganan dan

penyelidikan informasi menjadi lebih tepat dan lebih cepat. PC akan

membandingkan informasi dengan melacak contoh .


BAB III

PEMBAHASAN

Pertanian pintar (Smart Farming) merupakan solusi agar pertanian

lebih mudah, efisien dan menguntungkan serta pengelolaan pertanian

berbasis teknologi dan inovasi dengan memanfaatkan mesin dan peralatan

pertanian (agricultural tools and device) serta teknologi digital di sektor

pertanian untuk meningkatkan produktivitas, nilai tambah (added value), daya

saing dan keuntungan (benefit) secara berkelanjutan. Karaketistik petani

milenial antara lain:

(1) Petaninya mahir teknologi digital (digital farmer)

(2) Kegiatan on farm merupakan padat modal dan teknologi atau inovasi,

(3) Pengolahan hasil (agroindusri) berbasis inovasi untuk meningkatkan

daya saing, nilai tambah dan benefit, dan

(4) Pemasaran efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi/digital.

Negara maju dengan dukungan sumber daya terampil dan teknologi berbasis

inovasi (innovation based technology) akan semakin merajai dan menjadi

produsen pangan dunia dan mampu mendesak atau menggeser produk-

produk pertanian negara berkembang.


Indonesia sebagai negara agraris perlu segera melalukan akselerasi dan

transformasi inovasi untuk meningkatkan daya tarik pertanian bagi kaum

generasi muda (generasi milenial/digital) dan memberikan insentif dan

kemudahan bagi petani milenials berinovasi untuk meningkatkan

produktivitas, nilai tambah dan daya saing sehingga Indonesia tidak lagi

bertumpu pada ekspor pertanian dalam bentuk bahan baku (raw materials),

tetapi berbasis produk olahan dan inovasi dengan nilai tambah yang besar.

Artinya keunggulan kompetitif dan ciptaan (innovation) menjadi kekuatan

pertanian Indonesia dalam pasar regional maupun global.

Data terkini menunjukkan bahwa kontribusi inovasi terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat kecil, yakni sekitar 1%, jauh lebih

rendah negara tetangga yangb sudah berkisar 14-35% Total faktor

produktivitas (TPF=total productivity factor) adalah penentu pertumbuhan

diluar faktor labor dan modal. Kontribusi modal terhadap pertumbuhan

ekonomi untuk periode 1970-2016 sangat besar yakni 82%, Artinya bahwa

pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada modal bukan pada teknologi

dan Inovasi. Peranan TPF sangat kecil yakni hanya sekitar 1%

menggambarkan bahwa peranan teknologi dan inovasi (technological change

and innovation) sangat kecil (APO, 2018).

Dikawasan Asean Indonesia memiliki TPF yang paling kecil. Artinya,

Indonesia sebagai produsen utama produk pertanian (kelapa sawit, karet,


kopi, kakao, teh, dan berbagai produk pertanian lainnya) hanya mendapat

keuntungan yang sangat kecil (nilai tambah hanya 1-10 kali). Sebaliknya

negara lain dengan mengelola produk tersebut dengan teknologi dan inovasi

akan mendapatkan benefit paling besar (nilai tambah 100-kali atau lebih).

Upaya dan kerja keras sangat diperlukan untuk mempercepat transformasi

pertanian menjadi berbasis teknologi dan inovasi (innovation based

agriculture). Hal ini berarti peningkatan sumber daya petani (human capital)

menjadi kunci sukses. Pertanian dengan bertumpu pada pertanian

konvensional (labor dan capital) akan sulit bersaing atau tidak akan

mampu dengan pertanian yang berbasis teknologi dan Inovasi.

Konsekuensinya, mendorong kaum generasi muda menjadi petani pintar

(smart farmer) yang mampu mengakses, memanfaatkan teknologi dan

inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing menjadi pilihan

yang tepat.

Pertanian berbasis inovasi (innovation based agriculture) berkaitan

langsung agroprenuership untuk menghasilkan benefit (make benefit) melalu

sistem produksi cerdas (smart production), peningkatan nilai tambah (smart

agroindustry), pemasaran cerdas (smart marketing) dengan smart branding

(product imaging). Fokus inovasinya adalah berbasis pemecahan masalah

(bermula dari akhir berakhir diawal) (market driven), dengan langkah sebagai

berikut:
(1) Lakukan terobosan kreatif (think the new thing)

(2) Kerjakan dan operasionalkan dengan efisien (doing the new

thing), dan

(3) Ciptakan keuntungan (make benefit from the new thing)

berbasis agrotechnopreneur (entrepreneurship). Adopsi pertanian cerdas ini

telah menjadikan pertanian menjadi karir pilihan diberbagai negara maju

(farming as a fast-growing career) (Tualar Simarmarta, 2017)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi (Kemendes PDTT) bersama PT Mitra Sejahtera Membangun

Bangsa (MSMB) meluncurkan Smart Farming 4.0 di Desa Battal, Kecamatan

Panji, Situbondo, Jawa Timur. Ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari

Tani Nasional pada 24 September 2019.

Smart Farming 4.0 merupakan metode pertanian cerdas berbasis

teknologi. Teknologi yang digunakan dalam Smart Farming 4.0 di antaranya

Agri Drone Sprayer (Drone penyemprot pestisida dan pupuk cair), Drone

Surveillance (Drone untuk pemetaan lahan) serta Soil and Weather Sensor

(Sensor tanah dan cuaca). Teknologi karya anak bangsa ini merupakan hasil

produksi RiTx, unit bisnis PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB),

sebuah perusahaan teknologi agrikultur dari Yogyakarta. Teknologi seperti ini

sangat perlu untuk pertanian di Indonesia. Agriculture bisa jadi agri-cool-ture

dan menarik minat anak muda untuk bertani. Potensi daerah pun bisa
meningkat. Penerapan metode Smart Farming 4.0 bukan sekadar tentang

penerapan teknologi. Namun, kunci utama Smart Farming 4.0 adalah tentang

data yang terukur. Apa saja yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai hasil

produksi yang optimal? Apa yang harus dilakukan petani? Semua pertanyaan

ini bisa dijawab dengan penerapan metode Smart Farming 4.0. Agri Drone

Sprayer misalnya, digunakan untuk menyemprot pestisida serta pupuk cair

dengan lebih presisi. Pemberian pupuk dan pestisida secara berlebih pun

bisa dihindari. Tak hanya itu, didukung dengan penggunaan Drone

Surveillance, pemetaan lahan juga bisa dilakukan. Dari hasil pemetaan,

petani bisa mengetahui kondisi tanaman di lahan mereka. Keberadaan

sensor tanah dan cuaca yang terpasang di lahan pertanian, juga akan

membantu petani dalam memantau kondisi tanaman. Data yang dapat

diperoleh dari sensor ini diantaranya seperti kelembapan udara dan tanah,

suhu, pH tanah, kadar air, hingga estimasi masa panen. Terintegrasi dengan

aplikasi berbasis android RiTx, peringatan dini akan diterima petani jika

terjadi anomali terhadap kondisi lahan mereka. (DwiMurdaningsih,2018)

Smart farming memanfaatkan teknologi seperti big data, machine

learning, dan Internet of Things (IoT) demi meningkatkan kualitas maupun

kuantitas produksi dalam industri agrikultur. Hal seperti ini seharusnya bisa

dimanfaatkan oleh tech startup di tanah air yang kebanyakan hanya menjadi

penyalur barang dan jasa dengan ‘menggelar lapak’ di dunia digital.


Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan teknologi informasi

pada smart farming. Kami berharap contoh penerapan teknologi pada smart

farming ini dapat dijadikan referensi oleh para penggiat tech startup di tanah

air.

1. Prediksi Hasil Panen

Menggunakan model matematika untuk menganalisa data hasil panen

sebelumnya, cuaca, kandungan kimiawi, kondisi daun, dan biomassa,

seorang petani dapat memprediksi hasil pertanian. Peran machine learning

dapat dilibatkan di sini dalam pencarian insight maupun pengambilan

keputusan. Sedangkan sensor IoT yang diletakan di lahan pertanian akan

memudahkan kita dalam mengumpulkan data dan juga akan meningkatkan

akurasi data.

Dengan prediksi semacam ini para petani akan tahu apa yang akan

ditanam, di mana, dan kapan untuk mencapai hasil panen yang maksimal.

Menurut International Journal of Computers and Mathematical Science

prediksi hasil pertanian seperti ini dapat meningkatkan produksi pertanian di

daerah yang laju pertumbuhan penduduknya tinggi seperti India.

2. Manajemen Resiko

Tak ada bidang lain yang begitu diuntungkan dengan hadirnya

jaringan perangkat yang terhubung dan algoritma selain manajemen resiko.

Dan sekarang giliran para petanilah yang diuntungkan dari manajemen resiko
ini karena sekarang petani dapat menggunakan big data untuk mengetahui

seberapa besar resiko gagal panen di musim ini.

3. Keamanan Pangan dan Pencegahan Hama

Kemajuan teknologi pada saat ini memungkinkan petani untuk

mendeteksi hama dan beberapa kontaminasi eksternal. Pengumpulan data

seperti kelembaban udara, temperatur, dan kadar keasaman tanah dapat

membantu petani terutama petani organik dalam memonitor lahan

pertaniannya. Jika ingin termonitor lagi, petani bisa menempatkan wireless

CCTV dengan solar panel di beberapa titik di lahannya. Akan tetapi solusi ini

mungkin agak sedikit ekstrim untuk petani Indonesia karena selain ukuran

lahan yang tidak seberapa luas, harga perangkat CCTV model ini juga terlalu

mahal untuk petani di Indonesia.

4. Manajemen Operasional

Penerapan teknologi informasi manajemen operasi pada pertanian

mungkin akan banyak berkutat di peralatan pertanian seperti traktor. Dari

data-data yang dikumpulkan oleh sensor-sensor di semua mesin kita dapat

menentukan berapa liter bahan bakar yang diperlukan untuk membajak

setiap meter persegi lahannya. Kita juga dapat mengetahui kapan dan

bagaimana membajak lahan pertanian agar lebih efisien dan memang

mereka. telah berhasil mengotomatisasi beberapa traktor yang mereka

produksi. Belum diketahui seberapa banyak data yang mereka kumpulkan


dari mesin-mesin pertaniannya. Mereka hanya mengatakan bahwa data yang

dikumpulkan cukup besar tapi tak sebesar Wallmart ataupun Amazon dan

mereka menggunakan bahasa pemrograman R untuk mengolah data-data

tersebut.

Mereka juga membuat banyak aplikasi canggih yang dapat dipakai

oleh pelanggannya untuk memantau dan menjalankan operasional pertanian

dari layar smartphone. (inixindojogja, 2018)


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

1. Internet of things adalah sebuah platform dimana sebuah perangkat setiap

hari menjadi cerdas, memproses setiap hari menjadi cerdas, dan komunikasi

sehari hari menjadi cerdas

2. Pertanian pintar (Smart Farming) merupakan solusi agar pertanian lebih

mudah, efisien dan menguntungkan serta pengelolaan pertanian berbasis

teknologi dan inovasi dengan memanfaatkan mesin dan peralatan pertanian

(agricultural tools and device) serta teknologi digital di sektor pertanian untuk

meningkatkan produktivitas, nilai tambah (added value), daya saing dan

keuntungan (benefit) secara berkelanjutan.

3. Smart farming memanfaatkan teknologi seperti big data, machine learning,

dan Internet of Things (IoT) demi meningkatkan kualitas maupun kuantitas

produksi dalam industri agrikultur


DAFTAR PUSTAKA

Wyman, Oliver. 2018. Agriculture 4.0 : the Future of Farming of technology.

(online) Diakses pada 22 Oktober 2019.

2017. Industry 4.0 in agriculture: Focus on IoT aspects. European

commission. (online) Diakses pada 22 Oktober 2019.

Tualar, Simarmarta. 2017.Percepatan Transformasi Teknologi dan Inovasi

dalam Era Smart Farming dan Oetani Milenial Untuk Meningkatkan

Produktivitas, Nilai Tambah danDaya Saing Pertanian Indonesia.

(online) Diakses pada 22 Oktober 2019.

Murdaningsih, Dwi.2018. Smart Farming 4.0, Masa Depan Pertanian

Indonesia. (online) Diakses pada 22 Oktober 2019.

2018. Smart Farming : Industri Agrikultur di Masa Depan. (online). Diakses

pada 22 oktober 2019.

Hidayat,Taufik.2017.Internet of Things Smart Agriculture on ZigBee: A

Systematic Review (online). Diakses pada 23 oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai