MK Dasar Penyuluhan
JUDUL
Pemanfaatan Tanaman Kipahit dan Ekskreta Ayam Petelur Sebagai
Pestisida Nabati dan Pupuk Organik di Sekotong
Kabupaten Lombok Barat
Kelompok: N7
Kelas: N
Anggota:
Alfina Meliana Muhti 195050101111016
Ronauli Basaria Pasaribu 195050101111020
Firmansyah Budi Pratama 195050101111055
Ananda Girsang 195050101111062
Didik Bagus Saputra 195050101111089
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tahun 2021
i
Pemanfaatan Tanaman Kipahit dan Ekskreta Ayam Petelur Sebagai
Pestisida Nabati dan Pupuk Organik di Sekotong
Kabupaten Lombok Barat
Oleh :
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Peternakan Dosen Pembimbing
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya
Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS, IPU, ASEAN Eng.
NIP. 196204031987011001
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL...............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................iv
DAFTAR TABEL......................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Kegiatan Penyuluhan.................................................................2
1.4 Manfaat Kegiatan Penyuluhan...............................................................2
1.5 Urgensi Kegiatan Penyuluhan................................................................2
1.6 Hasil yang Diharapkan...........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................4
2.1 Gambaran Pertanian Sekotong...............................................................4
2.2 Pupuk Organik.......................................................................................4
2.3 Ekskreta Ayam Petelur...........................................................................4
2.4 Tanaman Kipahit....................................................................................5
BAB III METODE PENYULUHAN........................................................7
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penyuluhan........................................7
3.2 Prosedur Penyuluhan..............................................................................7
3.3 Sasaran Penyuluh...................................................................................7
3.4 Penyuluh.................................................................................................7
3.5 Metode Penyuluhan................................................................................7
3.6 Media Penyuluhan..................................................................................8
BAB IV JADWAL......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................11
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1
Gambar 2
i
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penyuluhan.................................................11
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.
iii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki sumber
daya alam mayoritas dimanfaatkan dalam bidang usaha pertanian dan
peternakan yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Salah satu
daerah dengan sebagian besar penduduk wilayah Sekotong Kab. Lombok
Barat berprofesi sebagai petani dan peternak. Hal ini didukung dengan
ketersediaan sumber daya sebagai faktor penentu terlaksananya usaha tani dan
ternak. Dalam menjalankan usaha pertaniannya masyoritas masyarakat saat ini
cenderung lebih suka menggunakan pupuk komersial atau pupuk kimia
sebagai penunjang kegiatan bercocok tanam. Hal tersebut terjadi karena pupuk
kimia dianggap lebih praktis dan efisien dalam penerapannya meskipun
memiliki dampak negatif bagi kondisi tanah. Disamping itu para peternak di
wilayah Sekotong, Kab. Lombok Barat khususnya peternak ayam kampung
belum mampu mengoptpimalkan limbah produksi berupa ekskreta ayam
petelur untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang memiliki potensi
tinggi bila digunakan di lahan pertanian. Ekskreta atau kotoran ayam masih
belum dimanfaatkan, maka dari itu penulis ingin mengubah kotoran ayam
petelur menjadi pupuk organik (Niknik,dkk. 2014).
Pupuk organik mengandung unsur hara makro yang rendah tetapi
mengandung unsur hara mikro dalam jumlah cukup, yang sangat diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik juga mempengaruhi sifat fisik
dan sifat kimia, maupun sifat biologi tanah, juga mencegah erosi dan
mengurangi terjadinya keretakan tanah (Khair,dkk. 2013). Proses peralihan
penggunaan pupuk komersial atau kimia menjadi pupuk organik dinilai
sebagai kegiatan yang membutuhkan proses yang tidak singkat namun hal ini
dapat berdampak bagi kondisi unsur hara tanah dan siklus kehidupan yang ada
pada tanah. Penggunaan pupuk organik dapat meminimalisir pencemaran
tanah akibat residu pupuk karena pada dasarnya pupuk organik berbahan dasar
dari unsur alami. Penggunaan bahan organik hingga saat ini dianggap sebagai
upaya terbaik dalam perbaikan produktifitas tanah marginal termasuk tanah
masam (Tufaila, dkk. 2014).
Penggunaan pupuk organik juga merupakan suatu upaya peremajaan
unsur hara tanah yang dapat berdampak pada menurunnya tingkat alih fungsi
lahan yang banyak disebabkan oleh rusaknya unsur hara tanah sehingga tidak
bisa ditanami dan dialih fungsikan sebagai pemukiman penduduk. Ekstreta
ayam Sedangkan kotoran ayam masih belum dimanfaatkan, maka dari itu
penulis ingin mengubah kotoran ayam petelur menjadi pupuk organic
(Niknik,dkk. 2014).
Pemanfaatan ekskreta ayam petelur dapat dikombinasikan dengan
salah satu tanaman liar yang berpotensi untuk dijadikan sebagai pestisida
nabati. Tanaman yang dimaksud adalah tanaman kipahit. Tanaman kipahit
merupakan jenis tanaman gulma berdaun lebar yang banyak dijumpai di
sepanjang tepi sungai dan di lahan pertanian yang dibudidayakan(Olabode, et
al. 2007). Daun kipahit mengandung senyawa flavonoid, tannin, terpenoid,
dan saponin (Owolade et al., 2004). Ekstrak petrolium eter dan fraksi etil
asestat daun kipahit dengan konsentrasi 40% mampu menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans. Ekstrak air dan etanol dari kipahit juga
2
bahan baku pupuk organik adalah kotorsan sapi dan kambing, sedangkan kotoran
ayam masih terbatas digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.
Padahal kotoran ayam negeri baik petelur maupun ayam potong, memiliki
komposisi hara yang tinggi akibat pemberian nutrisi untuk meningkatkan bobot
daging atau telurnya. Tentunya beberapa nutrisi tidak tercerna dan dibuang
melalui fesesnya (Halim, 2020). Penambahan pupuk kandang ayam petelur
menghasilkan jumlah buah per tanaman lebih banyak dengan rata – rata mencapai
7,47 buah. Tanaman melakukan fotosintesis dan menghasilkan fotosintat.
Fotosintat oleh unsur K selanjutnya ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman,
digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman juga membutuhkan unsur hara
P yang berperan penting dalam reproduksi tanaman. Unsur P berperan dalam
pembentukan premordia bunga dan organ tanaman untuk reproduksi, (Arifah dkk,
2019).
Sebelum pembuatan pupuk organik, Kotoran ayam yang digunakan perlu
dikeringkan terlebih dahulu, hal tersebut dilakukan untuk menghindari
terbentuknya gas amoniak berlebih yang dapat menyebabkan bau busuk.
Perombakan protein dalam kotoran ayam menjadi asam amino yang selanjutnya
menjadi gas amoniak menyebabkan aroma busuk. Gas amoniak akan bereaksi
dengan air dan berubah menjadi ammonium yang mudah tersedia untuk mikroba
dan tanaman melalui proses amonifikasi. Apabila kondisi baik, maka akan terjadi
proses nitrifikasi. Jumlah N yang teridentifikasi dalam pupuk yang dihasilkan
adalah berasal dari asam amino dalam kotoran ayam. Tingginya kandungan N
pada perlakuan dalam penelitian menunjukkan bahwa kotoran ayam yang
digunakan masih segar, belum terdekomposisi menjadi gas amoniak (Halim,
2020).
75g. Kemudian masing-masing daun diblender dengan 1 liter air setelah itu
disaring dengan kain kasa dan siap digunakan (Apriyadi dkk, 2013).
Aplikasi Ekstrak Daun Kipahit sebagai Pestisida nabati yaitu, Ekstrak
daun kipait yang telah siap digunakan dicampur dengan detergen sebanyak
setengah sendok teh yang digunakan sebagai zat perata. Aplikasi I dilakukan pada
tanaman berumur 35 hst, aplikasi II dilakukan pada tanaman berumur 50 hst, dan
aplikasi III dilakukan pada tanaman berumur 65 hst, selanjutnya dilakukan
pengamatan insiden dan keparahan penyakitnya setiap 5 hari setelah aplikasi
pestisida nabati. Insiden Penyakit: IP = (A / B) x 100%, IP= Insiden Penyakit (%),
A = jumlah tanaman sakit, B = jumlah seluruh tanaman yang diamati per
Perlakuan (Apriyadi dkk, 2013).
7
3.4 Penyuluh
Dalam meningkatkan produktivitas di sektor pertanian dan peternakan di
indonesia saat ini dibutuhkan penyuluhan di daerah-daerah tertentu untuk
mengubah perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) masyarakat agar siap
dan mampu menerapkan alternatif inovasi untuk meningkatkan produktivitas
dalam sektor pertanian dan peternakan agar kesejahteraan masyarakat dapat
meningkat. Mahasiswa adalah generasi harapan bangsa karena itu juga mahasiswa
dapat dijuluki sebagai agent of change (agen perubahan) atau pergerakan
perubahan mahasiswa untuk masyarakat menuju ke arah yang lebih baik. Salah
satunya melalui penyuluhan ini mahasiswa dapat dijadikan sebagai media
pengembangan pengetahuan, keterampilan, ide serta penerapan Tridharma
Perguruan Tinggi kepada masyarakat.
3.5 Metode Penyuluhan
Metode-metode yang digunakan penyuluh berdasarkan pendekatan sasaran
yang ingin dicapai dalam melakukan komunikasi penyuluhan di wilayah Sekotong
Kab Lombok Barat yaitu dengan mengadakan ceramah, pidato, acara seminar atau
diskusi yang menjadi sarana bertukar pikiran dan pengalaman. Penyuluhan ini
dilakukan dengan mengadakan pendekatan ke setiap masyarakat khususnya petani
8
serta perhatian sasaran sedemikian rupa. Media penyuluhan adalah suatu benda
yang dikemas sedemikian rupa untuk memudahkan penyampaian materi kepada
sasaran agar dapat menyerap pesan dengan mudah dan jelas.
Penggunaan media penyuluhan pertanian di wilayah Sekotong Lombok Barat
ini menggunakan media elektronik yaitu laptop, gawai, dsb. Media tersebut
digunakan untuk mengakes zoom, video, sosial media(halaman web,
facebook,dsb) guna menyampaikan dan mendapat informasi mengenai
penyuluhan yang dilakukan. Penggunaan media tersebut erat kaitannya dengan
peran media tersebut dalam membantu proses penyuluhan, yaitu:
a. Sebagai saluran komunikasi dengan tujuan menyalurkan
informasi/pesan
b. Sebagai media belajar, dengan tujuan memberi pengalaman belajar,
memungkinkan proses belajar berlangsung secara berkelanjutan, dan
memungkinkan proses belajar mandiri.
c. Sebagai peraga penyuluhan, dengan tujuan mempertinggi efektivitas
belajar, meningkatkan interaksi petani dengan lingkungannya, dan
memungkinkan untuk meningkatkan keterampilan sasaran untuk
mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) petani.
3.7 Materi
1. Bahan dan Alat
Bahan : Pupuk organik, ekskreta ayam petelur, daun kipahit, sekam padi, air dan
teh.
Alat : Blender, kain kasa dan saringan.
2. Prosedur Pembuatan
2.1 Prosedur pembuatan pupuk organik dengan ekskreta ayam :
a. Kotoran ayam petelur dikeringkan dibawah sinar matahari selama 6-7 jam.
b. Kotoran ayam kering dicampurkan dengan sekam padi yang sudah dibakar
c. Bakar campuran kotoran ayam dan sekam padi selama 30 menit.
d. Tambahkan campuran tanah liat: air (1:4) kedalam campuran kotoran ayam
dan sekam padi yang sudah dibakar dengan rasio 1:1. Diamkan selama
24 jam.
e. Keringkan campuran tersebut dibawah sinar matahari selama 6-7 jam.
f. Pupuk organik siap digunakan.
2.2 Prosedur pembuatan Daun Kipahit
Daun kipahit dicuci kemudian dikering anginkan dan ditimbang sebanyak
25g, 50g, dan 75g. Kemudian masing-masing daun diblender dengan 1 liter air
setelah itu disaring dengan kain kasa dan siap digunakan.
10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi
Lampiran 2. …