Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum

MK Dasar Penyuluhan

JUDUL
Pemanfaatan Tanaman Kipahit dan Ekskreta Ayam Petelur Sebagai
Pestisida Nabati dan Pupuk Organik di Sekotong
Kabupaten Lombok Barat

Kelompok: N7
Kelas: N
Anggota:
Alfina Meliana Muhti 195050101111016
Ronauli Basaria Pasaribu 195050101111020
Firmansyah Budi Pratama 195050101111055
Ananda Girsang 195050101111062
Didik Bagus Saputra 195050101111089

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tahun 2021

i
Pemanfaatan Tanaman Kipahit dan Ekskreta Ayam Petelur Sebagai
Pestisida Nabati dan Pupuk Organik di Sekotong
Kabupaten Lombok Barat

Laporan Praktikum Penyuluhan

Oleh :

1. Alfina Meliana Muhti 195050101111016


2. Ronauli Basaria Pasaribu 195050101111020
3. Firmansyah Budi Pratama 195050101111055
4. Ananda Girsang 195050101111062
5. Didik Bagus Saputra 195050101111089

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Peternakan Dosen Pembimbing

Dr. Herly Evanuarini, S.Pt, MP Rizki Prafitri, S.Pt, MA,


Ph.D.
NIP.197501102008012003 NIP. 19820715200502200

Tanggal 27 Maret 2021

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya

Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS, IPU, ASEAN Eng.
NIP. 196204031987011001

i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL...............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................iv
DAFTAR TABEL......................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Kegiatan Penyuluhan.................................................................2
1.4 Manfaat Kegiatan Penyuluhan...............................................................2
1.5 Urgensi Kegiatan Penyuluhan................................................................2
1.6 Hasil yang Diharapkan...........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................4
2.1 Gambaran Pertanian Sekotong...............................................................4
2.2 Pupuk Organik.......................................................................................4
2.3 Ekskreta Ayam Petelur...........................................................................4
2.4 Tanaman Kipahit....................................................................................5
BAB III METODE PENYULUHAN........................................................7
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penyuluhan........................................7
3.2 Prosedur Penyuluhan..............................................................................7
3.3 Sasaran Penyuluh...................................................................................7
3.4 Penyuluh.................................................................................................7
3.5 Metode Penyuluhan................................................................................7
3.6 Media Penyuluhan..................................................................................8
BAB IV JADWAL......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................11
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................12

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1
Gambar 2

i
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penyuluhan.................................................11

ii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.

iii
1

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki sumber
daya alam mayoritas dimanfaatkan dalam bidang usaha pertanian dan
peternakan yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Salah satu
daerah dengan sebagian besar penduduk wilayah Sekotong Kab. Lombok
Barat berprofesi sebagai petani dan peternak. Hal ini didukung dengan
ketersediaan sumber daya sebagai faktor penentu terlaksananya usaha tani dan
ternak. Dalam menjalankan usaha pertaniannya masyoritas masyarakat saat ini
cenderung lebih suka menggunakan pupuk komersial atau pupuk kimia
sebagai penunjang kegiatan bercocok tanam. Hal tersebut terjadi karena pupuk
kimia dianggap lebih praktis dan efisien dalam penerapannya meskipun
memiliki dampak negatif bagi kondisi tanah. Disamping itu para peternak di
wilayah Sekotong, Kab. Lombok Barat khususnya peternak ayam kampung
belum mampu mengoptpimalkan limbah produksi berupa ekskreta ayam
petelur untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang memiliki potensi
tinggi bila digunakan di lahan pertanian. Ekskreta atau kotoran ayam masih
belum dimanfaatkan, maka dari itu penulis ingin mengubah kotoran ayam
petelur menjadi pupuk organik (Niknik,dkk. 2014).
Pupuk organik mengandung unsur hara makro yang rendah tetapi
mengandung unsur hara mikro dalam jumlah cukup, yang sangat diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik juga mempengaruhi sifat fisik
dan sifat kimia, maupun sifat biologi tanah, juga mencegah erosi dan
mengurangi terjadinya keretakan tanah (Khair,dkk. 2013). Proses peralihan
penggunaan pupuk komersial atau kimia menjadi pupuk organik dinilai
sebagai kegiatan yang membutuhkan proses yang tidak singkat namun hal ini
dapat berdampak bagi kondisi unsur hara tanah dan siklus kehidupan yang ada
pada tanah. Penggunaan pupuk organik dapat meminimalisir pencemaran
tanah akibat residu pupuk karena pada dasarnya pupuk organik berbahan dasar
dari unsur alami. Penggunaan bahan organik hingga saat ini dianggap sebagai
upaya terbaik dalam perbaikan produktifitas tanah marginal termasuk tanah
masam (Tufaila, dkk. 2014).
Penggunaan pupuk organik juga merupakan suatu upaya peremajaan
unsur hara tanah yang dapat berdampak pada menurunnya tingkat alih fungsi
lahan yang banyak disebabkan oleh rusaknya unsur hara tanah sehingga tidak
bisa ditanami dan dialih fungsikan sebagai pemukiman penduduk. Ekstreta
ayam Sedangkan kotoran ayam masih belum dimanfaatkan, maka dari itu
penulis ingin mengubah kotoran ayam petelur menjadi pupuk organic
(Niknik,dkk. 2014).
Pemanfaatan ekskreta ayam petelur dapat dikombinasikan dengan
salah satu tanaman liar yang berpotensi untuk dijadikan sebagai pestisida
nabati. Tanaman yang dimaksud adalah tanaman kipahit. Tanaman kipahit
merupakan jenis tanaman gulma berdaun lebar yang banyak dijumpai di
sepanjang tepi sungai dan di lahan pertanian yang dibudidayakan(Olabode, et
al. 2007). Daun kipahit mengandung senyawa flavonoid, tannin, terpenoid,
dan saponin (Owolade et al., 2004). Ekstrak petrolium eter dan fraksi etil
asestat daun kipahit dengan konsentrasi 40% mampu menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans. Ekstrak air dan etanol dari kipahit juga
2

mempunyai sifat anti jamur terhadap Penicillium atroveneiium, Aspergilus


niger, Geotrichum candidium (Sulistyowati dan Mulyati,2009). Efek tersebut
seperti efek pemandulan pada jamur sehingga tidak lagi terjadi sporulasi dari
jamur patogen ini yang dapat bersifat preventif (pencegahan) terhadap
serangan suatu patogen dan bisa bersifat pengendalian terhadap pertumbuhan
dan sporulasi jamur pada tanaman.
Berdasarkan masalah tersebut kami menginovasikan

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran keadaan pertanian dan penggunaan pupuk organik di
wilayah Sekotong Kab Lombok Barat ?
2. Bagaimana cara pemfaatan tanaman kipahit dan eksreta ayam sebagai
pupuk organic sekaligus pestisida nabaiti di wilayah Sekotong Kab.
Lombok Barat ?

1.3 Tujuan Kegiatan Penyuluhan


1. Bagaimana gambaran keadaan pertanian dan penggunaan pupuk organik di
wilayah Sekotong Kab Lombok Barat ?
2. Bagaimana cara pemfaatan tanaman kipahit dan eksreta ayam sebagai
pupuk organic sekaligus pestisida nabati di wilayah Sekotong Kab.
Lombok Barat ?

1.4 Manfaat Kegiatan Penyuluhan


1. Bagi Mahasiswa
Dijadikan sebagai media pengembangan ilmu serta penerapan Tridharma
Perguruan Tinggi khusunya pengabdian masyarakat.
2. Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan sebagai referensi petani dalam pembuatan pupuk dan
pestisida organik sebagai pengganti pupuk komersial di dunia pertanian.
3. Bagi Pemerintah
Dapat dijadikan referensi pemerintah dalam pembuatan pupuk dan
pestisida organik sebagai pengganti pupuk komersial di dunia pertanian.

1.5 Urgensi Kegiatan Penyuluhan


Negara Indonesia adalah suatu negara agraris yang mayoritas
penduduknya berprofesi sebagai petani yang bergerak pada bidang pertanian
dan peternakan, salah satunya adalah di wilayah Sekotong Kabupaten Lombok
Barat.Wilayah tersbut memiliki sumber daya alam yang mencukupi dan
menjamin kelansungan kegiatan pertanian, namun pengelolaan kegiatan
produksi masih menggunakan pupuk serta pestisida komersial atau berbasis
bahan kimia yang berpotensi menimbulkan residu atau kerusakan lingkungan.
Sehingga perlu adanya suatu inovasi yang dapat mengoptimalkan potensi hasil
samping produksi kegiatan pertanian dan peternakan yaitu pemanfaatan
ekskreta ayam petelur dan ekstrak tanaman kipahit sebagai pupuk organik dan
pestisida alami yang ramah linkungan dan minim residu.
3

1.6 Hasil yang Diharapkan


1. Dapat dijadikan sebagai referensi di bidang pertanain dan peternakan di
wilayah Sekotong Kab. Lombok Barat.
2. Dapat mengoptimalkan hasil samping proses produksi pertanian dan
peternakan agar meminimalisir pencemaran lingkungan
3. Dapat memberdayakan petani dan peternak di wilayah Sekotong, Kab.
Lombok Barat agar lebih tertarik untuk mengaplikasikan program
pertanian yang terintegrasi pada tiap subsistemya.
4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Gambaran Pertanian Sekotong
Pembangunan pertanian merupakan bagian bagian dari pembangunan
ekonomi dan masyarakat secara umum. Pembangunan pertanian memberikan
sumbangan kepada masyarakat serta menjamin bahwa pembangunan yang
menyeluruh itu mencakup penduduk yang hidup dari bertani, yang jumlahnya
besar dan untuk tahun ± tahun datang (Tamba dkk, 2017)
Di Kabupaten Lombok Barat, potensi pemanfaatan lahan kering untuk
pengembangan pertanian sangatlah besar. Menurut BPS Lombok Barat (2015),
terdapat seluas 144.655 ha lahan kering yang ada di Kabupaten Lombok Barat, hal
ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menanam tanaman. Jika
lahan tersebut bisa dimanfaatkan, maka dapat menambah ketersediaan pakan.
Kabupaten Lombok Barat terdiri dari 10 Kecamatan, dari 10 Kecamatan tersebut
ditetapkan Kecamatan Sekotong sebagai daerah sampel (Rengganis, 2016).

2.2. Pupuk Organik


Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari proses fermentasi
kotoran padat dan cair (urin) hewan ternak. Pupuk kandang digunakan sebagai
pupuk dasar yang biasanya diberikan sebelum tanam karena pelepasan unsur hara
dalam pupuk kandang berlangsung secara perlahan (slow release). Pupuk kandang
dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro, daya ikat ionnya tinggi sehingga
dapat mengefektifkan penguapan dan pencucian pupuk anorganik. Kualitas pupuk
kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak, dan cara
penampungan pupuk kandang. Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan
kesuburan dan produksi pertanian. Unsur mikro yang tidak terdapat pada pupuk
lainnya dapat disediakan oleh pupuk kandang, misalnya S, Mn, Br, dan
sebagainya (Arifah dkk, 2019).
Penggunaan pupuk organik di tanah merupakan strategi pengelolaan yang
akan membantu dalam mengatasi hilangnya bahan organik secara progresif baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penambahan pupuk organik
meningkatkan sifat fisika-kimia tanah, biokimia dan mikrobiologi tanah sehingga
secara positif mempengaruhi parameter kualitas tanah dan produktivitas tanaman.
Cara pembuatan pupuk organik adalah sebagai berikut : (1) Kotoran ayam petelur
dikeringkan dibawah sinar matahari selama 6-7 jam. (2) Kotoran ayam kering
dicampurkan dengan sekam padi yang sudah dibakar sesuai perlakuan rasio
kotoran ayam : sekam padi yaitu P1 (1:1), P2 (2:1), dan P3 (1 : 2). (3) Bakar
campuran kotoran ayam dan sekam padi selama 30 menit. (4) Tambahkan
campuran tanah liat: air (1:4) kedalam campuran kotoran ayam dan sekam padi
yang sudah dibakar dengan rasio 1:1. Diamkan selama 24 jam. (5) Keringkan
campuran tersebut dibawah sinar matahari selama 6-7 jam. (6) Pupuk organik siap
digunakan (Halim, 2020).

2.3 Ekstreta Ayam Petelur


Pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk dimaksudkan untuk
meminimalkan masalah yang timbul dari peternakan serta meningkatkan nilai
tambah usaha peternakan. Selama ini kotoran yang umum digunakan sebagai
5

bahan baku pupuk organik adalah kotorsan sapi dan kambing, sedangkan kotoran
ayam masih terbatas digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.
Padahal kotoran ayam negeri baik petelur maupun ayam potong, memiliki
komposisi hara yang tinggi akibat pemberian nutrisi untuk meningkatkan bobot
daging atau telurnya. Tentunya beberapa nutrisi tidak tercerna dan dibuang
melalui fesesnya (Halim, 2020). Penambahan pupuk kandang ayam petelur
menghasilkan jumlah buah per tanaman lebih banyak dengan rata – rata mencapai
7,47 buah. Tanaman melakukan fotosintesis dan menghasilkan fotosintat.
Fotosintat oleh unsur K selanjutnya ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman,
digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman juga membutuhkan unsur hara
P yang berperan penting dalam reproduksi tanaman. Unsur P berperan dalam
pembentukan premordia bunga dan organ tanaman untuk reproduksi, (Arifah dkk,
2019).
Sebelum pembuatan pupuk organik, Kotoran ayam yang digunakan perlu
dikeringkan terlebih dahulu, hal tersebut dilakukan untuk menghindari
terbentuknya gas amoniak berlebih yang dapat menyebabkan bau busuk.
Perombakan protein dalam kotoran ayam menjadi asam amino yang selanjutnya
menjadi gas amoniak menyebabkan aroma busuk. Gas amoniak akan bereaksi
dengan air dan berubah menjadi ammonium yang mudah tersedia untuk mikroba
dan tanaman melalui proses amonifikasi. Apabila kondisi baik, maka akan terjadi
proses nitrifikasi. Jumlah N yang teridentifikasi dalam pupuk yang dihasilkan
adalah berasal dari asam amino dalam kotoran ayam. Tingginya kandungan N
pada perlakuan dalam penelitian menunjukkan bahwa kotoran ayam yang
digunakan masih segar, belum terdekomposisi menjadi gas amoniak (Halim,
2020).

2.4 Tanaman Kipahit


Kipahit adalah gulma tanaman yang layak dimanfaatkan sebagai sumber
hara bagi tanaman. Unsur hara yang terdapat pada daun kipahit kering adalah
3,50-4,00% N; 0,35-0,38% P; 3,50-410% K; 0,5% Ca; dan 0,27% Mg. Bagian
tanman kipahit yang dapat digunakan sebagai pupuk hijau adalah batang dan
daunnya. Pemanfaatan kkipahit sebagai sumber hara yaitu dimanfaatkan dalam
bentuk pupuk hijau segar, pupuk hijau cair, atau kompos. Keuntungan
menggunakan kipahit sebagai bahan organik untuk perbaikan tanah adalah
kelimpahan produksi biomassa. Kipahit mengandung senyawa arut air (gula, asam
amino, dan beberapa pati), bahan kurag larut (pektin, protein dan pati komplek),
serta senyawa tidak larut (selulosa dan lignin). (Naibaho, 2019)
Ekstrak petrolium eter dan fraksi etil asestat daun kipahit dengan
konsentrasi 40% mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
Ekstrak air dan etanol dari kipahit juga mempunyai sifat anti jamur terhadap
Penicillium atroveneiium, Aspergilus niger, Geotrichum candidium. Ekstrak daun
kipahit dengan konsentrasi 50 g/L sudah mampu mengendalikan perkembangan
patogen C. nicotianae. Pada konsentrasi 25 g/L juga sudah mampu
mengendalikanC. nicotianae , tetapi keparahan penyakitnya tidak serendah
konsentrasi 50 g/L. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi 25 g/L kandungan
senyawa flavanoid masih kurang. Pembuatan Ekstrak Daun Kipahit yaitu. Daun
kipahit dicuci kemudian dikering anginkan dan ditimbang sebanyak 25g, 50g, dan
6

75g. Kemudian masing-masing daun diblender dengan 1 liter air setelah itu
disaring dengan kain kasa dan siap digunakan (Apriyadi dkk, 2013).
Aplikasi Ekstrak Daun Kipahit sebagai Pestisida nabati yaitu, Ekstrak
daun kipait yang telah siap digunakan dicampur dengan detergen sebanyak
setengah sendok teh yang digunakan sebagai zat perata. Aplikasi I dilakukan pada
tanaman berumur 35 hst, aplikasi II dilakukan pada tanaman berumur 50 hst, dan
aplikasi III dilakukan pada tanaman berumur 65 hst, selanjutnya dilakukan
pengamatan insiden dan keparahan penyakitnya setiap 5 hari setelah aplikasi
pestisida nabati. Insiden Penyakit: IP = (A / B) x 100%, IP= Insiden Penyakit (%),
A = jumlah tanaman sakit, B = jumlah seluruh tanaman yang diamati per
Perlakuan (Apriyadi dkk, 2013).
7

BAB III. METODE PENYULUHAN


3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan ini akan dilaksanakan kurang lebih 1 bulan tepatnya
pada bulan Maret 2020, meliputi persiapan dan pelaksanaannya. Seluruh
rangkaian penyuluhan ini akan dilaksanakan di kecamatan Sekotong, Kabupaten
Lombok Barat.
3.2 Prosedur Penyuluhan
 Meriset peraslahan ang ada di wilayah Kecamatan Sekotong Kabupaten
Lombok Barat.
 Menemui piha aparat desa guna meminta ijin terkait akan diadakannya.
 Mensurvei lokasi dan mencari solusi problema berdasarkan SDA dan
SDM yang ada.
 Menemui para perwakilan petani di wilayah Kecamatan Sekotong,
Kabupaten Lombok Barat.
 Berbincang dengan salah satu perwakilan, dan menetapkan rencana jadwal
agenda pertemuan pada tempat penyuluhan yang telah di tentukan.
 Melaksanakan agenda penyuluhan melalui media yang telah disiapkan.

3.3 Sasaran Penyuluh


Sasaran dari agenda penyuluhan kali ini adalah masyarakat Kecamatan
Sektong Kabupaten Lombok Barat. Khususnya masyarakat yang bergerak pada
bidang pertanian. Notabenya para petani disana mulai dari yang dalam konteks
ekonomi menengah keatas dan ekonomi menengah kebawah selalu menggunkan
pupuk komersial dalm menjalankan proses pertaniannya. Hal ini yang
menyebabkan lama kelamaan lahan pertanian di daerah tersebut mulai rusak dan
kehilangan unsur hara makro dan mikro.

3.4 Penyuluh
Dalam meningkatkan produktivitas di sektor pertanian dan peternakan di
indonesia saat ini dibutuhkan penyuluhan di daerah-daerah tertentu untuk
mengubah perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) masyarakat agar siap
dan mampu menerapkan alternatif inovasi untuk meningkatkan produktivitas
dalam sektor pertanian dan peternakan agar kesejahteraan masyarakat dapat
meningkat. Mahasiswa adalah generasi harapan bangsa karena itu juga mahasiswa
dapat dijuluki sebagai agent of change (agen perubahan) atau pergerakan
perubahan mahasiswa untuk masyarakat menuju ke arah yang lebih baik. Salah
satunya melalui penyuluhan ini mahasiswa dapat dijadikan sebagai media
pengembangan pengetahuan, keterampilan, ide serta penerapan Tridharma
Perguruan Tinggi kepada masyarakat.
3.5 Metode Penyuluhan
Metode-metode yang digunakan penyuluh berdasarkan pendekatan sasaran
yang ingin dicapai dalam melakukan komunikasi penyuluhan di wilayah Sekotong
Kab Lombok Barat yaitu dengan mengadakan ceramah, pidato, acara seminar atau
diskusi yang menjadi sarana bertukar pikiran dan pengalaman. Penyuluhan ini
dilakukan dengan mengadakan pendekatan ke setiap masyarakat khususnya petani
8

dan peternak ayam petelur di wilayah Sekotong Kab Lombok Barat.


Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut
1. Pendekatan Perorangan
Pada pendekatan ini dapat dilakukan salah satu cara yang mudah berhubungan
langsung dengan objek, penyuluh perlu mengetahui keluhan-keluhan serta
permasalahan yang dihadapi oleh petani dan dikumpulkan menjadi suatu data.
Dari data-data ini, penyuluh menganalisa dan melihat potensi wilayah dalam
bentuk data kualitatif yang dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan. Data
tersebut kemudian diidentifikasi untuk mengetahui atau faktor-faktor yang
menyebabkan tidak tercapainya tujuan yang diharapkan. Pendekatan perorangan
dalam kegiatan penyuluhan pada petani sawah dilakukan dengan menyampaikan
hal (ceramah) yang berhubungan dengan data yang sudah didapat mengenai
masalah dan potensi wilayah tersebut. Hal ini dilakukan untuk saling bertukar
pikiran, pengetahuan dan meningkatkan keterampilan petani dan sekaligus
memecahkan masalah.
2. Pendekatan Kelompok
Pada pendekatan ini petani mulai diarahkan secara berkelompok untuk
melakukan suatu kegiatan dengan bekerja sama. keberadaan kelompok di
pedesaan cuku baik dan terorganisir dengan baik dan menjadi kendala bagi
penyuluh. Pada pendekatan kelompok ini diharapkan adanya umpan balik dan
interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman serta transfer
teknologi terhadap anggotanya. Pada pendekatan ini mempermudah koordinasi
antar anggota memperlancar arus informasi sekaligus menjalin kerja sama antar
penyuluh. Diskusi pada hal ini juga sangat penting karena memberi kesempatan
untuk mempengaruhi perilaku petani . Pada diskusi kelompok ini penyuluh
merupakan bagian dari anggota kelompok yang turut memecahkan masalah.
3. Pendekatan Massal
Pendekatan massal ini merupakan pendekatan yang memakan waktu lebih
banyak, biaya lebih besar, namun metode ini langsung dapat dirasakan oleh
sasaran. Pada waktu turun ke lapangan penyuluh tidak sembarang menyampaikan
informasi kepada komunikan atau petani, tetapi mereka mengacu kepada topik
yang telah dibuat sebelumnya. Materi yang akan disampaikan nantinya
disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi di lapangan dan disesuaikan
dengan kebutuhan para petani pada saat itu, misalnya apabila mereka kurang
mengetahui tentang cara pemupukan pada tanaman di sawah maka penyuluh akan
menyampaikan materi tersebut kepada petani.
3.6 Media Penyuluhan
Secara umum, media merupakan sebuah perantara. Media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat,
9

serta perhatian sasaran sedemikian rupa. Media penyuluhan adalah suatu benda
yang dikemas sedemikian rupa untuk memudahkan penyampaian materi kepada
sasaran agar dapat menyerap pesan dengan mudah dan jelas.
Penggunaan media penyuluhan pertanian di wilayah Sekotong Lombok Barat
ini menggunakan media elektronik yaitu laptop, gawai, dsb. Media tersebut
digunakan untuk mengakes zoom, video, sosial media(halaman web,
facebook,dsb) guna menyampaikan dan mendapat informasi mengenai
penyuluhan yang dilakukan. Penggunaan media tersebut erat kaitannya dengan
peran media tersebut dalam membantu proses penyuluhan, yaitu:
a. Sebagai saluran komunikasi dengan tujuan menyalurkan
informasi/pesan
b. Sebagai media belajar, dengan tujuan memberi pengalaman belajar,
memungkinkan proses belajar berlangsung secara berkelanjutan, dan
memungkinkan proses belajar mandiri.
c. Sebagai peraga penyuluhan, dengan tujuan mempertinggi efektivitas
belajar, meningkatkan interaksi petani dengan lingkungannya, dan
memungkinkan untuk meningkatkan keterampilan sasaran untuk
mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) petani.
3.7 Materi
1. Bahan dan Alat
Bahan : Pupuk organik, ekskreta ayam petelur, daun kipahit, sekam padi, air dan
teh.
Alat : Blender, kain kasa dan saringan.
2. Prosedur Pembuatan
2.1 Prosedur pembuatan pupuk organik dengan ekskreta ayam :
a. Kotoran ayam petelur dikeringkan dibawah sinar matahari selama 6-7 jam.
b. Kotoran ayam kering dicampurkan dengan sekam padi yang sudah dibakar
c. Bakar campuran kotoran ayam dan sekam padi selama 30 menit.
d. Tambahkan campuran tanah liat: air (1:4) kedalam campuran kotoran ayam
dan sekam padi yang sudah dibakar dengan rasio 1:1. Diamkan selama
24 jam.
e. Keringkan campuran tersebut dibawah sinar matahari selama 6-7 jam.
f. Pupuk organik siap digunakan.
2.2 Prosedur pembuatan Daun Kipahit
Daun kipahit dicuci kemudian dikering anginkan dan ditimbang sebanyak
25g, 50g, dan 75g. Kemudian masing-masing daun diblender dengan 1 liter air
setelah itu disaring dengan kain kasa dan siap digunakan.
10

BAB IV. JADWAL


Jadwal Penyuluhan
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penyuluhan
No Kegiatan Waktu PJ
Bulan Ke-1 Bulan Ke-2
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengamatan pada masyarakat Alfina
sasaran
2 Persiapan peralatan dan bahan Ronauli

3 Pelatihan pada masyarakat Firman


sasaran
4 Evaluasi program Ananda

5 Pembuatan laporan Didik


11

DAFTAR PUSTAKA

Apriyadi A.R., W.S. Wahyuni, V. Supartini. 2013. Pengendalian Penyakit Patik


(Cercospora nicotianae) Pada Tembakau Na Oogst Secara In-Vivo
Dengan Ekstrak Daun Gulma Kipahit (Tithonia diversifolia). Berkala
Ilmiah Pertanian. 1(2): 30-32.
Arifah S.H, M. Astininngrum, Y.E. Susilowati. 2019. Efektivitas Macam Pupuk
Kandang Dan Jarak Tanam Pada Hasil Tanaman Okra (Abelmaschus
esculentus, L. Moench). Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika. 4
(1) : 38 - 42
Halim A., 2020. Pengolahan Limbah Ayam Petelur Sebagai Pupuk Organik. Proc.
Anim. Sci. 1(1): 182-185
Khair,H.,M.S. Pasaribu, dan E. Suprapto. 2012. RESPON PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP
PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK ORGANIK
CAIR PLUS. Agrium, 18 (1) : 13-22.
Naibaho A., 2019. Pengaruh Lama Fermentasi Pupuk Organik Cair Kombinasi
Kipahit, Daun Kelor dan Jerami Padi Terhadap Kandungan Nitrogen dan
Kalsium. Skripsi. Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Olabode OS, O Sola, WB Akanbi, GO Adesina, PA Babajide. 2007. Evaluation
of Tithonia diversifolia (Hemsl.) a gray for soil improvement. World J.
Agric. Sci. 3(4): 503-507.
Rengganis B.S. 2016. Ketahanan Pangan Masyarakat Lahan Kering di Kabupaten
Lombok Barat. Jurnal UJMC. 2(1): 69-78.
Sulistyawati D, S Mulyati. 2009. Uji aktivitas anti jamur infusa daun jambu
mete (Anacardium occidentale L.) terhadap Candida albicans. Biomedika.
2(1):47-51.
Tamba M.F., E. Maharani, S. Edwina. 2017. Analisis Pendapatan Usaha Tani
Padi Sawah dengan Metode SRI (System of Rice Intensification) di desa
Empat balai kecamatan kuok Kabupaten Kampar. Jurnal Ilmiah
Pertanian. 13 (2) :11-22

LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi
Lampiran 2. …

Anda mungkin juga menyukai