PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
HEGI S. AL QABID
NIM 155100301111094
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
Dr. Siti Asmaul Mustaniroh, STP.MP. Ardaneswari Dyah P.C, STP, MP.
NIP. 19740608 199903 2 001 NIP. 19740608 199903 2 001
............................................................... ...............................................................
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Menganalisis nilai tambah Agroindustri Emping Jagung di Kelurahan
Pandanwangi pada produksi ½ jadi dan produksi jadi.
2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha Agroindustri Emping
Jagung di Kelurahan Pandanwangi pada produksi ½ jadi dan produksi jadi.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai informasi bagi pengusaha pengolahan jagung pada Agroindustri
Emping Jagung dalam upaya peningkatan nilai tambah produk dan dasar
pertimbangan dalam upaya untuk pengembangan dan perluasan usaha.
2. Sebagai penambah wawasan, pengetahuan, dan pemberi acuan dalam
penelitian terkait pengembangan usaha Agroindustri Emping Jagung di
Kelurahan Pandanwangi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agroindustri Emping Jagung
Agroindustri merupakan salah satu cabang industri yang memiliki kaitan
erat serta langsung dengan pertanian. Apabila pertanian diartikan sebagai
proses yang menghasilkan produk pertanian di tingkat primer, maka kaitannya
dengan indutri dapat berkaitan ke belakang (backward linkage) maupun ke
depan (forward linkage) (Sapratama dan Erli H, 2013). Agroindustri dianggap
sebagai salah satu kunci komponen perekonomian negara yang terkait didalam
kegiatan pascapanen dalam memproses dan melestarikan produk pertanian bagi
konsumen menengah atau akhir (Latif et al, 2015). Agroindustri dapat dijadikan
sebagai alternatif yang tepat dalam memperbaiki kesejahteraan pelaku sektor
pertanian dan penyerapan tenaga kerja pedesaan melalui mekanisme
memperpanjang mata rantai aktivitas ekonomi produk pertanian di pedesaan
(Syahza, 2011), sehingga pembangunan agroindustri dapat menurunkan
kemiskinan serta meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja pada
masyarakat sekitar (Harisudin, 2013).
Emping jagung merupakan hasil olahan biji jagung yang dipipihkan
menjadi lempengan dengan bentuk tertentu. Emping jagung juga termasuk salah
satu produk olahan dari biji jagung yang memiliki nilai tinggi serta potensial untuk
dikembangkan (Widyasanti dan Nurjanah, 2018). Emping jagung terbuat dari
100% jagung kuning biasanya memiliki rasa netral dan dikaitkan dengan
degradasi karotenoid selama tahap penggorengan. Rasa dan warna dapat
ditambahkan ke adonan, yang dapat mengakibatkan hilangnya rasa yang
signifikan karena volatilisasi atau degradasi selama menggoreng, atau
ditambahkan baik sebagai bubuk atau dalam bentuk semprotan minyak setelah
digoreng (Saldivar and Rooney, 2015). Menurut Martin ez et al (2016), Emping
jagung dapat memberikan nilai tambah dari sudut padang gizi dan ekonomi
dalam penggayaan produk tradisional. Melalui eksperimental nilai tambah dan
kelayakan dapat menghasilkan emping jagung yang mengandung proporsi
tertentu dan memiliki karakteristik camilan yang tepat.
Proses pembuatan emping jagung pada dasarnya sangat sederhana,
yaitu menghilangkan kulit ari biji jagung, pemasakan, pemipihan, pengeringan
dan penggorengan. Kemudian emping jagung dapat ditambahkan sesuai selera
seperti manis, asin, dan pedas (Antarlina dan Krismawati, 2011). Pengolahan
jagung menjadi emping jagung dalam skala usaha keluarga pada umumnya
masih menggunakan teknologi pengolahan yang cukup sederhana. salah
satunya seperti mesin penggiling, dandang, wajan, dan peralatan pendukung
lainnya (Awami dkk, 2013). Menurut Hadi dkk (2010), proses produksi emping
jagung dibagi menjadi 2 (dua) kelompok produksi yaitu produksi ½ jadi dan
produksi jadi. Pada produksi ½ jadi dilakukan proses mulai dari bahan baku
jagung diolah hingga menjadi emping jagung yang belum digoreng dan belum
diberi bumbu. Sedangkan pada produksi jadi dilakukan proses mulai dari bahan
baku jagung diolah hingga menjadi emping jagung yang sudah digoreng dan
sudah diberi bumbu sehingga sudah siap dimakan. Alur pembuatan emping
jagung dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Bahkan, di sebagian besar organisasi, itu benar umum untuk memasukkan studi
kelayakan sebagai bagian dari pengembangan sistem utama, usaha. Meskipun
ini kesepakatan, literatur penelitian tidak melaporkan banyak tentang studi
kelayakan. Misalnya, Ives dan Olson [24], saat meninjau literatur "keterlibatan
pengguna", tidak mengutip satu kertas yang terkait langsung dengan kelayakan
studi. (intel)
2.6.5 Aspek Sosial & Lingkungan
BAB III
METODE PENELITIAN
NPV 1
IRR=i1 +
[ ]
( i −i )
NPV 1 −NPV 2 2 1
Keterangan:
NPV1 = Net Present Value Positif.
NPV2 = Net Present Value Negatif.
i1 = DR yang menghasilkan NPV Positif
i2 = DR yang menghasilkan NPV Negatif.
Kriteria menurut Internal Rate of Return (IRR) dilakukan dengan
membandingkan nilai IRR dengan tingkat DR / tingkat suku bunga (i) yang
diperoleh. Kriteria Kelayakannya yakni sebagai berikut:
Bila IRR > i, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan layak untuk
dikembangkan.
Bila IRR = i, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan layak untuk
dikembangkan, namun tidak memperoleh keuntungan dan
kerugian.
Bila IRR < i, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan tidak layak
untuk dikembangkan.
- Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C merupakan indikator penilaian kelayakan dari
perbandingan / ratio dari jumlah benefit kotor dengan biaya kotor yang
telah di present value kan. Rumus sistematisnya sebagai berikut:
n
Bt
∑ (1+i)t
t=0
Gross B /C= n
Ct
∑ (1+i)t
t=0
Keterangan:
Bt = Benefit atau penerimaan agroindustri pada tahun t.
Ct = Cost atau biaya agroindustri pada tahun t.
i = Tingkat Suku Bunga (%)
t = Periode Produksi.
n = Lama Rotasi (tahun)
∑ Bt−Ct /¿(1+i)t
t=0
Net B /C= n
¿
t
∑ C t−Bt /¿ (1+i) ¿
t=0
Keterangan:
Bt = Benefit atau penerimaan agroindustri pada tahun t.
Ct = Cost atau biaya agroindustri pada tahun t.
i = Tingkat Suku Bunga (%)
t = Periode Produksi.
n = Umur proyek (tahun)
Kriteria Kelayakan menurut Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) yakni
sebagai berikut:
Bila Net B/C > 1, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan layak
untuk dikembangkan.
Bila Net B/C = 1, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan layak
untuk dikembangkan, namun tidak memperoleh
keuntungan dan kerugian.
Bila Net B/C < 1, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan tidak
layak untuk dikembangkan.
- Payback Periode (PP)
PP merupakan indikator penilaian kelayakan dari penilaian
investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi
berdasarkan manfaat bersih dari suatu proyek. Rumus sistematisnya
sebagai berikut:
∑ ( Bt −Ct )=Ko
t =0
Keterangan:
Bt = Benefit atau penerimaan agroindustri pada tahun t.
Ct = Cost atau biaya agroindustri pada tahun t.
Ko = Investasi Awal.
2. Aspek Teknis
3. Aspek Pasar
4. Aspek Organisasi dan Manajemen
5. Aspek Sosial dan Lingkungan
8. Analisa Hasil
Analisa hasil merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengetahui
keputusan yang diperoleh dari data-data yang telah dianalisis melalui macam-
macam metode yang telah ditetapkan. Analisa Hasil berisikan perolehan
penarikan kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan didalam penelitian
berdasarkan ketetapan kriteria sehingga hasil akhir penelitian terkait nilai tambah
kelayakan pengembangan Agroindustri Emping Jagung dapat disimpulkan.
9. Kesimpulan & Saran
Kesimpulan berisikan rangkuman yang jelas dan tepat dari keseluruhan
hasil yang telah diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian yang ditetapkan.
Kesimpulan untuk penelitian ini berisikan hasil penelitian yang dapat disimpulkan
terkait analisis yang diperoleh dari Agroindustri Emping Jagung, baik dari hasil
analisis nilai tambah yang diperoleh (menguntungkan atau tidak), serta dari hasil
analisis kelayakan pengembangan yang diperoleh (layak dikembangkan atau
tidak). Saran berisikan masukan maupun solusi yang diajukan oleh peneliti yang
dapat digunakan sebagai perbaikan selanjutnya. Saran untuk penelitian ini
berisikan masukan yang dapat memberikan solusi ataupun perbaikan untuk
kemajuan usaha Agroindustri Emping Jagung kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA