Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG


(Kasus pada Agroindustri Emping Jagung di Kelurahan Pandanwangi,
Kecamatan Blimbing, Kota Malang)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
HEGI S. AL QABID
NIM 155100301111094

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul TA : Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan


Pengembangan Agroindustri Emping
Jagung (Kasus pada Agroindustri
Emping Jagung di Kelurahan
Pandanwangi, Kecamatan Blimbing,
Kota Malang)
Nama Mahasiswa : Hegi S. Al Qabid
NIM : 155100301111094
Jurusan : Teknologi Industri Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian

Perbimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

Dr. Siti Asmaul Mustaniroh, STP.MP. Ardaneswari Dyah P.C, STP, MP.
NIP. 19740608 199903 2 001 NIP. 19740608 199903 2 001

Tanggal Persetujuan: Tanggal Persetujuan:

............................................................... ...............................................................

Hegi S. Al Qabid. 155100301111094. Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan


Pengembangan Agroindustri Emping Jagung (Kasus pada Agroindustri
Emping Jagung di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota
Malang). Tugas Akhir. Dosen Pembimbing 1: Dr. Siti Asmaul Mustaniroh,
STP. MP. Dosen Pembimbing 2: Ardaneswari Dyah Pitaloka Citraresmi,
STP, MP.
RINGKASAN

Agroindustri merupakan salah satu cabang industri yang dianggap


sebagai kunci komponen perekonomian negara khususnya berkaitan erat
dengan pertanian. Salah satu daerah yang sedang mengalami perkembangan
dalam sektor agroindustri yaitu Jawa Timur yang termasuk sebagai provinsi
penghasil jagung paling banyak di Indonesia dengan rata-rata produksi mencapai
31.77% (Badan Pusat Statistik, 2015). Di Malang terdapat banyak agroindustri
dengan jenis olahan komoditas yang beragam. Salah satunya yaitu Agroindustri
Emping Jagung yang terletak di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Belimbing,
Kotamadya Malang. Agroindustri ini dikelola dengan kapasitas produksi ±
800kg/hari melalui proses produksi ½ jadi dan produksi jadi. Agroindustri Emping
Jagung memiliki prospek sangat baik untuk pengembangan bila dari segi jumlah
ketersediaan bahan baku. Namun terdapat beberapa kendala yang membuat
agroindustri ini mengalami penurunan dari berbagai aspek sehingga diperlukan
analisis untuk menanggulangi kendala-kendala tersebut.
Analisis yang digunakan yaitu Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan
Pengembangan. Analisis Nilai Tambah dilakukan dengan menggunakan Metode
Hayami yang bertujuan untuk mengetahui besar nilai tambah yang diperoleh dari
Agroindustri Emping Jagung pada produksi ½ jadi dan produksi jadi. Analisis
Kelayakan Pengembangan dilakukan melalui Analisis Kelayakan Usaha yang
diteliti melalui aspek finansial, aspek teknis, aspek pasar, aspek organisasi dan
manajemen, serta aspek sosial dan lingkungan yang bertujuan untuk mengetahui
layak atau tidaknya usaha Agroindustri Emping Jagung pada produksi ½ jadi dan
produksi jadi untuk dikembangkan.

Kata Kunci: Agroindustri Emping Jagung, Nilai Tambah, Kelayakan


Pengembangan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor industri berbasis pertanian (agroindustri) merupakan tulang
punggung perekonomian nasional dan sumber penghidupan sebagian besar
rakyat Indonesia. Hal ini membuat agroindustri mampu meningkatkan
pendapatan para pelaku agribisnis, mampu menyerap tenaga kerja, mampu
meningkatkan perolehan devisa, serta mampu mendorong munculnya industri
yang lain (Awami dkk, 2013). Potensi daerah yang sedang mengalami
perkembangan dalam sektor agroindustri yakni Provinsi Jawa Timur yang saat ini
dinilai sangat layak dan berpotensi mengembangkan sektor industri berbasis
agrikultur untuk menyokong kebutuhan pangan di kawasan timur Indonesia.
Menurut Satpem Bimas Jawa Timur (1997) dalam (Tastra, 2013) Jawa Timur
mempunyai potensi untuk pengembangan di bidang sektor agroindustri, karena
selain sebagai salah satu lumbung pangan nasional, Jawa Timur dikenal sebagai
propinsi dengan sektor industri yang berkembang cepat. Potensi sumber daya
pertanian di Jawa Timur tersebar di seluruh wilayah Timur pulau Jawa ini.
Komoditas utama pertanian yang potensial antara lain padi, jagung, kedelai,
buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam rangka upaya peningkatan pendapatan
petani pengembangan agroindustri merupakan alternatif yang dapat dilakukan.
Di Malang banyak berkembang agroindustri dengan jenis olahan dan
skala usaha yang beragam, sehingga Malang merupakan tempat tumbuhnya
berbagai macam bentuk agroindustri. Menurut Alian dan Ciptomulyono (2012),
Agroindustri Kota Malang merupakan sektor yang potensial dimana 50,46%
penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian yang merupakan
penyedia input sektor agroindustri. Pengembangan klaster agroindustri di wilayah
kabupaten Malang mempunyai peran penting sebagai arahan dan peluang lokasi
investasi bagi pemerintah dan swasta dalam mencapai efektivitas, efisiensi, dan
nilai tambah produk yang dihasilkan sentra-sentra produksi. Menurut BPS Kab.
Malang (2009) dalam (Prianto, 2011) Sebagai salah satu sentra produksi
pertanian Jawa Timur, Kota Malang memiliki komoditas pertanian dengan jumlah
cukup banyak, tercatat sekitar 90 komoditas. Semua komoditas tersebut
menunggu untuk dikembangkan melalui industrialisasi. Jumlah investasi yang
terbatas tentunya tidak mungkin dilakukan pengembangan secara serentak (big
push). Oleh sebab itu, industrialisasi dilakukan bertahap berdasarkan pada
tingkat keunggulan (daya saing). Sebenarnya, fenomena industrialisasi di sektor
pertanian telah terjadi. Hal ini tampak pada pertumbuhan tertinggi di sektor
industri yang dikontribusi oleh sub sektor industri pengolahan makanan,
minuman dan tembakau (pengguna bahan baku pertanian), sebesar 2,10%
menjadi 8,66% dalam kurun 2006-2008. Hal ini menunjukkan adanya peluang
yang besar dengan mensinergikan antara sektor industri dengan sektor pertanian
melalui pengembangan agroindustri yang berkeunggulan.
Jagung merupakan salah satu komoditi pertanian yang tersebar di
sebagian besar wilayah Indonesia. Provinsi penghasil jagung di Indonesia yang
paling banyak adalah Jawa Timur. Berdasarkan Data dari Badan Pusat Statistik
(2015), menunjukkan bahwa selama 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2005
sampai 2014 produksi jagung Provinsi Jawa Timur termasuk sebagaiprovinsi
penghasil jagung terbesar di Indonesia dengan rata-rata produksi mencapai
31.77% dari produksi nasional. Hal tersebut menunjukkan kecenderungan yang
terjadi peningkatan produksi setiap tahunnya, walaupun pada tahun 2006, 2011,
dan 2013 mengalami penurunan dibandingkandengan tahun sebelumnya.Di
Malang yang terbilang kaya di tingkat produksi tanaman pangan
tentunyamencakup produksi jagung dengan hasil yang baik. Menurut Bappeda
Provinsi Jawa Timur (2013), selama ini produksi jagung di Kota Malang
mengalami Surplus hingga 65 ribu ton dengan produksi pertahun sebesar
307.058 ton disertai dengan luas lahan produksi jagung sebesar 71.627 ha. Hal
tersebut tentunya menjadi salah satu potensi unggulan dalam produksi tanaman
pangan yang menonjol di Kota Malang dan dipastikan bisa melayani kebutuhan
jagung di luar daerah. Salah satu bentuk agroindustri di Malang yang mengelola
komoditas jagung adalah Agroindustri Emping Jagung yang ada di Kota Malang
tepatnya terletak di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Belimbing, Kotamadya
Malang.
Agroindustri ini mengolah bahan baku jagung menjadi emping jagung
dengan proses produksi ½ jadi dan produksi jadi. Berdasarkan data dari Dinas
Koperasi dan UKM Kota Malang terdaftar jumlah pengusaha “Emping Jagung”
sebanyak 14 unit. Industri ini mengolah bahan baku jagung menjadi emping
jagung dengan rata-rata kapasitas produksi sebesar 800 kg per hari. Menurut
Anggraeni dkk (2017), Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang telah memberikan
sarana dalam pemasaran produk kepada pengusaha emping jagung dengan
mengadakan kegiatan promosi produk menggunakan sistem online melalui
pelatihan berbasis e-bisnis dan IT. Dukungan lainnya disertai dengan membantu
memasarkan produk emping jagung ke Supermarket, Pusat Oleh-oleh Kota
Malang, dan beberapa toko lainnya. Hal-hal tersebut membuat jenis usaha
emping jagung menjadi produk unggulan Kota Malang sehingga sangat
berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian rakyat.
Agroindustri Emping Jagung dapat meningkatkan nilai tambah jagung
sebagai salah satu komoditas yang potensial untuk diolah menjadi bahan pangan
dan bahan baku industri. Menurut Kijewska (2016), Nilai Tambah (Value Added)
merupakan pertambahan nilai yang terjadi karena suatu komoditi mengalami
proses pengolahan, pengangkutan, dan penyimpanan dalam suatu proses
produksi (penggunaan/pemberian input fungsional). Besarnya nilai tambah
dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor non teknis. Informasi yang diperoleh
dari hasil analisis nilai tambah adalah besarnya nilai tambah, rasio nilai tambah,
marjin dan balas jasa yang diterima oleh pemilik-pemilik faktor produksi. Menurut
Rahmat (2015), Kegiatan agroindustri dinilai dapat meningkatkan nilai tambah.
Nilai tambah yang diperoleh adalah selisih antara nilai komoditas yang mendapat
perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai pengorbanan yang digunakan selama
proses produksi berlangsung.Dalam upaya meningkatkan perkembangan usaha
Agroindustri Emping Jagung dapat dilakukan melalui pengujian Kelayakan
Pengembangan Usaha tersebut. Menurut Oprea (2010), Studi Kelayakan
Pengembangan Usaha adalah suatu cara yang digunakan sebagai proses yang
terkontrol untuk mengidentifikasi masalah dan peluang, menentukan tujuan,
menggambarkan situasi, mendefinisikan hasil yang sukses dan menilai berbagai
biaya dan manfaat yang terkait dengan beberapa alternatif untuk memecahkan
masalah. Studi Kelayakan ini digunakan untuk mendukung proses pengambilan
keputusan berdasarkan analisis manfaat biaya dari kelangsungan bisnis atau
proyek yang sebenarnya.
Prospek dan potensial untuk pengembangan Agroindustri Emping Jagung
di Kelurahan Pandanwangi dapat dikatakan sangat baik bila dari segi jumlah
ketersediaan bahan baku. Namun saat ini, Agroindustri Emping Jagung
mengalami beberapa kendala yang harus ditangani. Kendala-kendala tersebut
meliputi keterbatasan pengetahuan sumber daya manusia dalam
mengembangkan usaha, keterbatasan modal dan keuangan, keterbatasan
sarana dan prasarana, dan jumlah usaha emping jagung yang semakin lama
semakin berkurang. Kendala-kendala tersebut mengakibatkan eksistensi dan
kemajuan usaha menurun, pengelolaan keuangaan yang kurang handal,
kurangnya informasi terkait kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
menurunnya pendapatan usaha. Menurut Kaur and Aggarwal (2017), produk
emping jagung sudah banyak dipasaran dan peminatnya terbilang tinggi
sehingga permintaan terhadap produk makanan ringan emping jagung akan
tinggi pula. Namun, dalam membangun bisnis emping jagung membutuhkan
strategi usaha yang tepat agar produk emping jagung dapat disukai oleh
berbagai kalangan masyarakat sehingga dapat menaikan penjualan. Dalam
rangka upaya peningkatan pendapatan dan perkembangan usaha, pengusaha
Agroindustri Emping Jagung di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Belimbing,
Kotamadya Malang dirasa penting untuk dikaji terkait analisis nilai tambah dan
kelayakan pengembangan dari Agroindustri Emping Jagung.
Analisis nilai tambah Agroindustri Emping Jagung dapat dilakukan
dengan menggunakan Metode Hayami. Metode Hayami merupakan metode
yang menjelaskan nilai tambah dari suatu produk olahan komoditi melalui analisis
kualitatif dan kuantitatif. Konsep pendukung dari metode ini yaitu faktor konversi,
koefisien tenaga kerja, dan nilai output. (Ridjal, 2009). Kelebihan Metode Hayami
lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk pertanian dalam
memberikan informasi terkait besarnya nilai tambah yang diperoleh melalui input
(bahan baku) dan output (produk) yang dianalisa (Jones, 2008). Output metode
ini adalah nilai konversi berdasarkan variable metode yang ditetapkan untuk
menghasilkan nilai produk yang fair price (Marimin et al, 2010). Analisis ini
dilakukan untuk mengetahui besar nilai tambah yang diperoleh dari Agroindustri
Emping Jagung produksi ½ jadi dan produksi jadi. Kemudian, analisis dilanjutkan
dengan pengujian Kelayakan Pengembangan Usaha melalui Analisis Kelayakan
Usaha. Analisis Kelayakan Usaha merupakan suatu analisis yang digunakan
untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu usaha/bisnis dilaksananakan
dengan menguntungkan secara terus-menerus. Analisis ini menggunakan data
kuantitatif maupun kualitatif dari proyek usaha/bisnis untuk menghitung
parameter Analisis Kelayakan Usaha yang telah ditentukan (Budiarani dan
Murtaqi, 2016). Menurut Mukherjee and Roy (2017), kelebihan analisis ini yaitu
dapat menetapkan rencana usaha dari segi lokasi usaha, skala atau volume
usaha, jumlah kebutuhan modal dan sarana usaha, teknologi dan segi
pemasaran, serta dapat menetapkan strategi pengelolaan usaha yang
berorientasi kepada keuntungan dengan memperhitungkan resiko atau
hambatan yang dihadapi dalam proses produksi sehingga dapat dilakukan
antisipasi untuk menghindari kerugian. Output yang diperoleh dari analisis ini
berupa penilaian kelayakan terhadap suatu usaha yang akan dikembangkan,
serta memberikan penjabaran dalam banyak hal terkait yang dapat
menguntungan dan merugikan usaha tersebut melalui segala aspek kelayakan
yang tercakup (Roziq, 2016). Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), Analisis
Kelayakan Usaha diteliti dengan menggunakan aspek finansial, aspek teknis,
aspek pasar, aspek organisasi dan manajemen, serta aspek sosial dan
lingkungan. Dalam hal ini, aspek-aspek tersebut digunakan dalam menganalisis
kelayakan pengembangan usaha Agroindustri Emping Jagung di Kelurahan
Pandanwangi dalam produksi ½ jadi dan produksi jadi. Dalam aspek finansial
yang dianalisis yaitu menggunakan kriteria investasi melalui perhitungan Net
Present Value (NPV), Interval Rate of Return (IRR), Gross Benefit Cost Ratio
(Gross B/C), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PP).
Kemudian aspek lainnya meliputi aspek teknis sebagai analisis penentuan lokasi
dan teknologi yang digunakan oleh Agroindustri Emping Jagung, aspek pasar
sebagai analisis bauran pemasaran Agroindustri Emping Jagung, aspek
organisasi dan manajemen sebagai analisis bentuk organisasi dan jumlah tenaga
kerja yang diperlukan untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen, serta aspek
sosial dan lingkungan sebagai analisis dalam menilai manfaat sosial dan
lingkungan terhadap jalannya Agroindustri Emping Jagung bagi masyarakat
sekitar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
permasalahan yang dapat dikaji yaitu sebagai berikut:
1. Berapakah nilai tambah yang dapat diberikan Agroindustri Emping Jagung
di Kelurahan Pandanwangi pada produksi ½ jadi dan produksi jadi?
2. Apakah usaha Agroindustri Emping Jagung di Kelurahan Pandanwangi
pada produksi ½ jadi dan produksi jadi dapat dinilai layak untuk
dikembangkan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Menganalisis nilai tambah Agroindustri Emping Jagung di Kelurahan
Pandanwangi pada produksi ½ jadi dan produksi jadi.
2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha Agroindustri Emping
Jagung di Kelurahan Pandanwangi pada produksi ½ jadi dan produksi jadi.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai informasi bagi pengusaha pengolahan jagung pada Agroindustri
Emping Jagung dalam upaya peningkatan nilai tambah produk dan dasar
pertimbangan dalam upaya untuk pengembangan dan perluasan usaha.
2. Sebagai penambah wawasan, pengetahuan, dan pemberi acuan dalam
penelitian terkait pengembangan usaha Agroindustri Emping Jagung di
Kelurahan Pandanwangi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agroindustri Emping Jagung
Agroindustri merupakan salah satu cabang industri yang memiliki kaitan
erat serta langsung dengan pertanian. Apabila pertanian diartikan sebagai
proses yang menghasilkan produk pertanian di tingkat primer, maka kaitannya
dengan indutri dapat berkaitan ke belakang (backward linkage) maupun ke
depan (forward linkage) (Sapratama dan Erli H, 2013). Agroindustri dianggap
sebagai salah satu kunci komponen perekonomian negara yang terkait didalam
kegiatan pascapanen dalam memproses dan melestarikan produk pertanian bagi
konsumen menengah atau akhir (Latif et al, 2015). Agroindustri dapat dijadikan
sebagai alternatif yang tepat dalam memperbaiki kesejahteraan pelaku sektor
pertanian dan penyerapan tenaga kerja pedesaan melalui mekanisme
memperpanjang mata rantai aktivitas ekonomi produk pertanian di pedesaan
(Syahza, 2011), sehingga pembangunan agroindustri dapat menurunkan
kemiskinan serta meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja pada
masyarakat sekitar (Harisudin, 2013).
Emping jagung merupakan hasil olahan biji jagung yang dipipihkan
menjadi lempengan dengan bentuk tertentu. Emping jagung juga termasuk salah
satu produk olahan dari biji jagung yang memiliki nilai tinggi serta potensial untuk
dikembangkan (Widyasanti dan Nurjanah, 2018). Emping jagung terbuat dari
100% jagung kuning biasanya memiliki rasa netral dan dikaitkan dengan
degradasi karotenoid selama tahap penggorengan. Rasa dan warna dapat
ditambahkan ke adonan, yang dapat mengakibatkan hilangnya rasa yang
signifikan karena volatilisasi atau degradasi selama menggoreng, atau
ditambahkan baik sebagai bubuk atau dalam bentuk semprotan minyak setelah
digoreng (Saldivar and Rooney, 2015). Menurut Martin ez et al (2016), Emping
jagung dapat memberikan nilai tambah dari sudut padang gizi dan ekonomi
dalam penggayaan produk tradisional. Melalui eksperimental nilai tambah dan
kelayakan dapat menghasilkan emping jagung yang mengandung proporsi
tertentu dan memiliki karakteristik camilan yang tepat.
Proses pembuatan emping jagung pada dasarnya sangat sederhana,
yaitu menghilangkan kulit ari biji jagung, pemasakan, pemipihan, pengeringan
dan penggorengan. Kemudian emping jagung dapat ditambahkan sesuai selera
seperti manis, asin, dan pedas (Antarlina dan Krismawati, 2011). Pengolahan
jagung menjadi emping jagung dalam skala usaha keluarga pada umumnya
masih menggunakan teknologi pengolahan yang cukup sederhana. salah
satunya seperti mesin penggiling, dandang, wajan, dan peralatan pendukung
lainnya (Awami dkk, 2013). Menurut Hadi dkk (2010), proses produksi emping
jagung dibagi menjadi 2 (dua) kelompok produksi yaitu produksi ½ jadi dan
produksi jadi. Pada produksi ½ jadi dilakukan proses mulai dari bahan baku
jagung diolah hingga menjadi emping jagung yang belum digoreng dan belum
diberi bumbu. Sedangkan pada produksi jadi dilakukan proses mulai dari bahan
baku jagung diolah hingga menjadi emping jagung yang sudah digoreng dan
sudah diberi bumbu sehingga sudah siap dimakan. Alur pembuatan emping
jagung dapat dilihat pada Gambar 2.1.

2.2 Gambar 2.1 Alur Pembuatan Emping Jagung


Nilai Tambah
Sumber : Antarlina dan Krismawati (2011)
Nilai tambah merupakan kegiatan dalam pertambahan nilai suatu
komoditas yang timbul melalui proses pengolahan, penyimpanan, dan
pengangkutan dalam suatu proses produksi. Nilai tambah diperoleh dari selisih
antara nilai output produk dengan nilai bahan baku komoditas dan sumbangan
input lain (Herdiyandi dkk, 2016). Salah satu kegunaan menghitung nilai tambah
adalah untuk mengukur besarnya jasa terhadap pemilik faktor produksi.
Hakikatnya nilai tambah merupakan nilai produksi dengan bahan baku dan
bahan penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi (Rahman, 2015).
Nilai tambah memiliki peran penting dalam pengembangan agroindustri
yang lebih diarahkan dalam peningkatan nilai tambah produk pertanian dan
pemeliharaan keamanan pangan di Indonesia. Dengan mendorong nilai tambah
yang lebih besar, maka pengembangan agroindustri dapat terarah agar
terciptanya keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri lainnya
(Dewanti et al, 2014). Nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis (kapasitas
produksi, penerapan teknologi, kualitas produk, kualitas bahan baku dan input
penyerta) dan faktor pasar (harga jual output, upah tenaga kerja dan harga
bahan baku). Semakin tinggi nilai tambah suatu produk akan memicu persaingan
yang semakin ketat dalam perolehan bahan baku maupun pemasaran produk
karena semakin menguntungkan (Nuzuliyah, 2018). Kriteria nilai tambah menurut
Novia dkk (2013), yaitu:
- Jika nilai tambah > 0, maka komoditas suatu agroindustri memberikan nilai
tambah (Positif).
- Jika nilai tambah < 0, maka komoditas suatu agroindustri tidak memberikan
nilai tambah (Negatif).

2.3 Kelayakan Pengembangan Usaha


Kelayakan pengembangan usaha merupakan suatu studi yang
digunakan untuk menentukan konsep usaha tertentu dapat layak atau tidak untuk
dikembangkan. Kelayakan pengembangan usaha berguna untuk menghindari
terjadinya pemborosan sumber daya yang berharga. Bila hasil penelitian
menunjukkan bahwa proyek tersebut layak, maka dapat dikembangkan menjadi
rencana usaha berskala penuh (Bause et al, 2014). Penilaian dalam studi
kelayakan pengembangan usaha dilakukan secara menyeluruh dari berbagai
aspek yang meliputi aspek keuangan, aspek pasar, teknis, manajemen dan
hukum, sosial-ekonomi-budaya, lingkungan dan aspek finansial (keuangan).
Aspek-aspek tersebut merupakan aspek dalam studi kelayakan bisnis dianalisis
secara kualitatif dan kuantitatif sehingga penilaian kelayakan pengembangan
usaha dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengambil keputusan yang terkait
dengan kegiatan dan keberlangsungan pengembangan suatu usaha (Nurmalina
et al, 2009).
Dalam pengembangan usaha suatu agroindustri sangat berkaitan
langsung dengan ketersediaan bahan baku, teknologi, permodalan, kebijakan
pemerintah, sarana dan prasarana, serta pemasaran produk. Bahan baku adalah
salah satu faktor penentu dalam jalannya suatu pengembangan usaha
agroindustri dikarenakan memiliki potensi yang tinggi secara kontinu baik
kuantitas maupun kualitas. Dengan demikian peluang pengembangan usaha
suatu agroindustri dapat terbuka sangat luas (Picaulima dkk, 2015). Menurut
Rosmawaty et al (2017), mengembangkan usaha agroindustri tentunya meliputi
beberapa pilihan untuk dipertimbangkan. Pengembangan usaha agroindustri
dapat memberikan berbagai keunggulan. Keunggulan-keunggulan tersebut yaitu
memberikan nilai tambah yang lebih tinggi, meningkatkan pendapatan petani
kecil, membuat bentuk produk tahan lama, dapat menghemat dan memanfaatkan
panen, memberi keuntungan lebih tinggi untuk bersaing, serta dapat memperluas
pekerjaan bagi tenaga kerja yang membutuhkan.

2.4 Metode Hayami


Metode Hayami merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengetahui besarnya nilai tambah, nilai output, dan produktivitas yang dihasilkan
dari aktivitas pengolahan suatu komoditas. Metode ini dikatakan lebih baik
karena dapat dipergunakan untuk suatu rangkaian perusahaan yang terkait
dalam rantai pasok, serta formulasi perhitungannya sangat tepat dipergunakan
untuk agroindustri secara umum (Hidayat dkk, 2012). Beberapa pendekatan
metode hayami adalah dapat digunakan sebagai evaluasi risiko melalui model
indeks risiko (Santoso et al, 2015), serta dapat digunakan untuk menganalisis
rantai suplai suatu agroindustri dari hulu ke hilir (Ferbina et al, 2017). Prosedur
perhitungan Metode Hayami dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Kelebihan metode ini yaitu dapat memberikan kemudahan dalam
memahami informasi nilai tambah yang diperoleh melalui produksi suatu
agroindustri dan kelemahannya yaitu perhitungan yang dilakukan hanya untuk
satu siklus produksi dalam proses satu jenis komoditas (Widiani dkk, 2017).
Menurut Hayami et al (1987) perhitungan nilai tambah melalui Metode Hayami
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggabungkan metode nilai tambah
untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Pada metode ini dapat
diketahui faktor konversi, koefisien tenaga kerja, nilai produk, nilai tambah, rasio
nilai tambah, imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, serta tingkat
keuntungan dan marjinnya. Tahapan perhitungannya pertama-tama dimulai
dengan mengumpulkan berbagai data yang diperlukan dan dihitung fakta dan
data produk output, input dan harga-harganya. Kedua, dihitung tingkat
penerimaan dan keuntungan, serta nilai tambah berdasarkan masukan pada
tahap pertama. Kemudian dihitung rasio-rasio nilai tambah tersebut. Ketiga,
dihitung balas jasa pemilik faktor-faktor produksi, yang merupakan porsi
keuntungan dalam persen (%) bagi pihak ketiga yaitu pemilik perusahaan
(investor) dan pekerja.

2.5 Analisis Kelayakan Usaha


Analisis kelayakan usaha merupakan salah satu analisa yang
digunakan untuk melihat sebuah gambaran mengenai layak atau tidak layaknya
suatu usaha yang akan dijalankan ataupun dikembangkan (Purnamasari dan
Hendrawan, 2013). Analisis ini menggunakan konsep dasar yang berkaitan
dengan keputusan dan proses pemilihan proyek bisnis agar mampu memberikan
manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu (Juliandri, 2017). Tujuan
dilakukannya analisis kelayakan terhadap suatu usaha adalah untuk mengetahui
tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek,
menghindari pemborosan sumber-sumber daya (seperti menghindari
pelaksanaan kegiatan yang tidak menguntungkan), mengadakan penilaian
terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif kegiatan
yang paling menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi (Rosmawaty et
al, 2017).
Setiap aspek untuk dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai
tertentu, namun penilaian tidak hanya dilakukan pada salah satu aspek saja.
Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan terhadap terhadap
beberapa aspek (Sajari dkk, 2017). Tingkat kelayakan usaha/bisnis dapat ditinjau
dari beberapa aspek seperti aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
produksi, aspek hukum, aspek manajemen dan aspek finansial. Dalam
melakukan analisis kelayakan, kelima aspek tersebut menjadi fokus amatan
dalam menilai layak atau tidak suatu usaha untuk dijalankan/dikembangkan
(Rinofah dan Kurniawan, 2016).

2.6 Aspek-Aspek Kelayakan Usaha


2.6.1 Aspek Finansial
Aspek finansial merupakan suatu aspek kelayakan usaha yang
dilakukan untuk menganalisa perbandingan antara pengeluaran dan penerimaan
suatu usaha, apakah usaha itu akan menjamin modalnya akan kembali atau
tidak. Pada umumnya, aspek finansial mencakup perkiraan biaya operasional
dan pemeliharaan, kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan, perkiraan
pendapatan, perhitungan kriteria investasi secara jangka panjang (Rosepa dkk,
2014). Menurut Umar (2005) dalam (Annas dkk, 2017) Tujuan menganalisis
aspek finansial dari suatu studi kelayakan proses bisnis adalah untuk
menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang
diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan,
seperti ketersediaan dana, biaya model, kemampuan proyek untuk membayar
kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah
proyek akan dapat berkembang terus.
Prinsip dari aspek finansial yaitu dapat menentukan karakteristik
keuangan bisnis atau perusahaan melalui akuntansi data. Hal tersebut
dikarenakan data keuangan yang diperoleh dapat menentukan bagaimana
prospek suatu usaha dimasa depan. Untuk menentukan investasi yang layak
atau tidak dan untuk memilih alternatif investasi yang ditawarkan, memerlukan
dasar bagi pengambill keputusan untuk mengevaluasi investasi. Dasar-dasar
yang digunakan untuk mengevaluasi investasi termasuk arus kas yang
menginformasikan pendapatan dan pengeluaran yang terjadi sebagai akibat dari
pengadaan dan pengoperasian proyek dalam beberapa tahun ke depan (Roziq,
2016). Picaulima dkk (2015), ada beberapa metode investasi yang digunakan
dalam melakukan analisis finansial terhadap kelayakan usaha suatu agroindustri.
metode tersebut meliputi perhitungan Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Payback
Period (PP), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR).
Penjelasan sistematis terkait perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Metode Perhitungan Investasi Kelayakan Usaha


No. Kriteria Investasi Rumus Kriteria Kelayakan
1. Net Present Value (NPV) n
Bt −Ct NPV > 0
NPV =∑
t=1 (1−t )t

2. Interval Rate of Return NPV 1 IRR > i


(IRR)
IRR=i1 +
[ NPV 1 −NPV 2
(]i 2−i 1 )

3. Gross Benefit Cost Ratio n


Bt Gross B/C > 1
(Gross B/C) ∑ (1+i)t
t=0
Gross B /C= n
Ct
∑ (1+i)t
t=0

4. Net Benefit Cost Ratio n Net B/C > 1


(Net B/C) ∑ Bt −Ct /¿ (1+ i)t
t =0
Net B /C= n
¿
t
∑ Ct −Bt /¿(1+i) ¿
t=0

5. Payback Periode (PP) n PP < umur ekonomis


∑ ( Bt −Ct )=Ko agroindustri
t =0

Sumber: Firdaus (2009) dalam (Novia dkk, 2013).


Keterangan:
Bt = Benefit atau penerimaan agroindustri pada tahun t
Ct = Cost atau biaya agroindustri pada tahun t
i = Tingkat suku bunga
t = Periode Produksi
n = Lama rotasi (tahun)
NPV1 = Net Present Value positif
NPV2 = Net Present Value negatif
Ko = Investasi awal

2.6.2 Aspek Teknis


2.6.3 Aspek Pasar
2.6.4 Aspek Organisasi & Manajemen

Bahkan, di sebagian besar organisasi, itu benar umum untuk memasukkan studi
kelayakan sebagai bagian dari pengembangan sistem utama, usaha. Meskipun
ini kesepakatan, literatur penelitian tidak melaporkan banyak tentang studi
kelayakan. Misalnya, Ives dan Olson [24], saat meninjau literatur "keterlibatan
pengguna", tidak mengutip satu kertas yang terkait langsung dengan kelayakan
studi. (intel)
2.6.5 Aspek Sosial & Lingkungan

2.7 Penelitian Pendahuluan


Hasil penelitian terdahulu mengenai analisis nilai tambah dan kelayakan
pengembangan dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu


Penulis Jurnal Hasil Penelitian
Thoriq, A., Jurnal Teknik Penelitian ini bertujuan melakukan
Herwanto, T., dan Pertanian Lampung. analisis ekonomi dan nilai tambah usaha
Sudaryanto (2017) Vol 6 (1): 11-22 pengolahan emping jagung di Desa
Cimanggung, Kecamatan Cimanggung,
Kabupaten Sumedang. Analisis yang
dilakukan terkait pada biaya produksi,
harga pokok produksi, titik impas
produksi, kelayakan investasi (dengan
parameter NPV, BCR, IRR, dan PBP),
dan nilai tambah (dengan metode
hayami). Hasil penelitian menyatakan
biaya produksi emping jagung yang
diperoleh sebesar Rp 15.943.976
perbulan dan harga pokok produksi
sebesar Rp 18.200 per-kg. Titik impas
produksi emping jagung adalah 1.543 kg
pertahun atau 129 kg perbulan yang
dipengaruhi oleh harga jual, biaya tetap
total dan biaya variabel rata-rata.
Berdasarkan analisis kelayakan investasi,
didapatkan BC rasio sebesar 1,23, NPV
sebesar Rp 482.433.570 pertahun, IRR
sebesar 22,34%, PBP selama 5 bulan
maka dapat disimpulkan bahwa usaha
produksi emping jagung layak. Nilai
tambah yang diberikan untuk usaha
emping jagung siap konsumsi adalah Rp
12.812 per-kg dengan rasio 51,86% dan
keuntungan Rp 9.763 per-kg. Besarnya
nilai tambah dipengaruhi oleh harga
bahan baku biji jagung, biaya produksi
dan harga jual emping jagung, serta
periode waktu analisis.

Hadi, V.O., Jurnal Pertanian, Penelitian ini bertujuan untuk


Mustadjad, M.M., Jurusan Agribisnis, menganalisis sejauh mana agroindustri
dan Shinta, A. Universitas emping jagung dapat meningkatkan
(2010) Brawijaya. pendapatan pengusaha agroindustri
emping jagung di Kelurahan
Pandanwangi, Kecamatan Belimbing,
Kotamadya Malang, Jawa Timur
sehingga dapat dikembangkan.
Penelitian ini menggunakan
menggunakan responden sebanyak 7
pengusaha agroindustri yang dipilih
dengan menggunakan metode sensus (4
agroindustri ½ jadi dan 3 agroindustri
jadi). Metode yang digunakan adalah
analisis pendapatan, BEP, nilai tambah
dan produktivitas tenaga kerja serta
mesin produksi. Hasil penelitian
menyatakan agroindustri emping jagung
produksi jadi lebih baik untuk
pengembangan usaha karena
membutuhkan modal yang lebih kecil dan
menghasilkan pendapatan yang lebih
besar (BEP unit produksi jadi sebesar
7,83). Atas dasar hasil analisis tersebut,
saran yang dikemukakan yaitu pada
pengembangan agroindustri proses
produksi jadi dapat dilakukan dengan
memperbesar usaha promosi produknya
sehingga permintaan terhadap produk
tersebut meningkat. Kemudian terkait
dengan besarnya kebutuhan modal, agar
produksi jadi bisa berkembang diperlukan
adanya bantuan pinjaman permodalan.

Awami, S.N., Jurnal MEDIAGRO. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung


Masyhuri., dan Vol 9 (1): 29-39. pendapatan dan keuntungan industri
Waluyati, L.R. rumah tangga pengolahan jagung, serta
(2013) untuk mengetahui jumlah nilai tambah
industri rumah tangga pengolahan jagung
sebagai marning dan keripik jagung di
Kabupaten Grobogan. Penelitian ini
meliputi beberapa metode analisis
termasuk, pendapatan dan analisis laba,
dan analisis nilai tambah (dengan Metode
Hayami). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata total pendapatan bulanan
untuk produksi pengolahan jagung
menjadi jagung chip Rp.5.264.225
dengan total biaya Rp. 4.531.532, -
sehingga dapat dilihat bahwa rata-rata
laba yang diperoleh pengusaha adalah
Rp.732.692. Pengolahan jagung menjadi
marning, rata-rata pendapatan total
pendapatan bulanan sebesar
Rp.5.583.888 dengan total biaya Rp.
5.139.657, - sehingga dapat dilihat bahwa
rata-rata profit yang diperoleh pengusaha
adalah Rp. 444.285. Nilai tambah dari
pengolahan jagung menjadi keripik
adalah Rp. 4.574 per kilogram dan untuk
marning Rp. 2.823 per kilogram.
Penarikan kesimpulan dari penelitian ini
yaitu bahwa usaha pengolahan marning
jagung per periode produksi 1 bulan
memperoleh tingkat penerimaan yang
lebih tinggi, tetapi tingkat pendapatan dan
keuntungannya lebih rendah daripada
usaha pengolahan emping jagung.
Secara statistik, keuntungan usaha
pengolahan marning jagung dan emping
jagung tidak ada perbedaan yang
signifikan.

Saediman, H., Journal of


Amini, A., Basiru, R., Sustainable
and Nafiu, L.O Development.
(2015) Vol 8 (1): 226-234
Noviandri., International Journal Penelitian ini bertujuan untuk
Rahmanta., and of Progressive menganalisis pengaruh jumlah pohon,
Supriana, T. Sciences and umur tanaman, tenaga kerja, pupuk, dan
(2018) Technologies herbisida terhadap usaha produksi
(IJPSAT). kelapa, serta menganalisa nilai tambah
Vol 8 (2): 238-247 dari petani kelapa. Permasalah dari
penelitian ini yaitu pada industri kelapa di
Kabupaten Aceh Barat terkait bagaimana
pemasukan dan nilai tambah dari usaha
pengolahan kelapa industri. Industri
pengolahannya dilakukan dalam bentuk
industri pengolahan VCO (Virgin Coconut
Oil) dan pembuatan tongkat sapu. Serta
bagaimana perbandingannya jenis
industri ini perlu diteliti sebagai bahan
informasi untuk orang-orang di kabupaten
Aceh Barat melalui analisis pendapatan
dari industri pengolahan kelapa.
Penelitian ini mengunakan analisis
kelayakan usaha tani melalui perhitungan
R / C ratio dan analisis nilai tambah dari
pengolahan agroindustri VCO melalui
perhitungan Metode Hayami. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jumlah
pohon (X1), umur tanaman (X2), Buruh
(X3), dan Pupuk (X4) memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap usaha
produksi kelapa di kabupaten Aceh Barat,
sementara Herbisida (X5) dan signifikan
untuk usaha produksi kelapa di
Kabupaten Aceh Barat. Pada penerimaan
Virgin Coconut Oil (VCO) sebesar Rp.
428.266.67 setiap kali produksi dengan
total biaya Rp. 369.279.57. Nilai tambah
yang diperoleh dari pengolahan Virgin
Coconut Oil (VCO) adalah Rp. 2.674.43 /
Liter. Nilai R / C dari Virgin Coconut Oil
(VCO) adalah 1,16. Penerimaan tongkat
sapu sebesar Rp. 180.465,00 setiap kali
produksi dengan total biaya Rp.
138.466,16. 2). Nilai ditambahkan dalam
sapu menghasilkan Rp. 2.547.31 / ikat
sehingga nilai R / C pada pembuatan
sapu yaitu 1,30.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilakukan di Area Unit Usaha Emping Jagung yang
terletak di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2019 hingga selesai.
Pengolahan data dilakukan pada Laboraturium Manajemen Agroindustri Jurusan
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang.

3.2 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Area Unit Usaha Emping Jagung
yang terletak di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota
Malang. Hal ini dikarenakan lokasi tersebut merupakan salah satu sentra
agroindustri emping jagung dengan jumlah agroindustri terbanyak di Kota
Malang.
2. Objek penelitian ini adalah Emping Jagung dan usaha Agroindustri Emping
Jagung yang diproduksi di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing,
Kota Malang.
3. Emping Jagung yang dianalisa yaitu dari Unit Usaha Emping Jagung di
Kelurahan Pandanwangi pada produksi ½ jadi dan produksi jadi.
4. Analisis Nilai Tambah yang digunakan untuk mengetahui peningkatan nilai
tambah dari pengolahan Emping Jagung dianalisis melalui prosedur
perhitungan metode nilai tambah Hayami.
5. Analisis Kelayakan Usaha yang digunakan untuk mengetahui kelayakan
pengembangan Agroindustri Emping Jagung diteliti dengan menggunakan
aspek finansial, aspek pasar, aspek teknis, aspek organisasi dan
manajemen, serta aspek sosial dan lingkungan.
6. Aspek finansial yang diteliti meliputi perhitungan Net Present Value (NPV),
Interval Rate of Return (IRR), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PP).
7. Aspek lainnya seperti aspek pasar yang diteliti meliputi analisis bauran
pemasaran, aspek teknis meliputi analisis penentuan lokasi dan teknologi
yang digunakan, aspek organisasi dan manajemen meliputi analisis bentuk
organisasi dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan, serta aspek sosial dan
lingkungan meliputi implementasi pengaruh Agroindustri Emping Jagung
terhadap masyarakat sekitar.

3.3 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian merupakan tahapan sebelum melakukan suatu
penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan metode deskriptif
kualitatif. Metode kuanlitatif dilakukan menggunakan data-data sistematis yang
diperoleh sebagai pengukuran melalui teknik perhitungan yang ditetapkan,
sedangkan metode deskriptif kualitatif dilakukan menggunakan data-data
lengkap yang diperoleh dilokasi penelitian sebagai data deskriptif melalui
berbagai informasi yang didapat. Data yang dikumpul untuk menjalankan
penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh
melalui wawancara dan diskusi langsung dengan pihak agroindustri, dan data
sekunder diperoleh dari instansi yang terkait atau berhubungan dengan objek
penelitian. Penelitian dilakukan berdasarkan prosedur penelitian yang ditetapkan
dan dapat dilihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Penjelasan terkait masing-masing prosedur yang dilakukan didalam


Prosedur Penelitian yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
nyata yang sedang terjadi dilapangan sehingga dapat diketahui hal-hal apa saja
yang terjadi dilokasi penelitian. Survei pendahuluan dilakukan di Area Unit Usaha
Emping Jagung yang terletak di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing,
Kota Malang.
2. Identifikasi & Perumusan Masalah
Pada penelitian ini terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan
yang diperoleh saat melakukan survei pendahuluan. Permasalahan tersebut
meliputi keterbatasan pengetahuan sumber daya manusia dalam
mengembangkan usaha, keterbatasan modal dan keuangan, keterbatasan
sarana dan prasarana, dan jumlah usaha emping jagung yang semakin lama
semakin berkurang. Permasalahan tersebut mengakibatkan eksistensi dan
kemajuan usaha menurun, pengelolaan keuangaan yang kurang handal,
kurangnya informasi terkait kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
menurunnya pendapatan usaha. Dalam rangka upaya peningkatan pendapatan
dan perkembangan usaha emping jagung, maka dibutuhkan kajian terkait
analisis nilai tambah dan kelayakan pengembangan dari Agroindustri Emping
Jagung.
3. Studi Literatur
Studi Literatur dilakukan dengan tujuan untuk mendukung jalannya
penelitian yang dilakukan. Literatur yang diperlukan didapat dari kutipan buku,
jurnal yang mendukung, penelitian dalam tema dan metode yang sama, serta
data yang bersumber dari situs-situs resmi yang mendukung. Studi literatur yang
diperlukan untuk penelitian ini berupa informasi terkait nilai tambah yang
diperoleh selama produksi emping jagung serta kelayakan pengembangan
usahanya dengan tujuan untuk memperoleh data teori yang dapat dijadikan
sebagai acuan atau landasan untuk penelitian yang dilakukan.
4. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Area Unit Usaha Emping Jagung yang terletak
di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang pada bulan
Januari 2019 hingga selesai. Penelitian dilakukan secara langsung dengan
mengamati situasi di area penelitian, serta dilakukan secara tidak langsung
dengan mencari informasi terkait tema penelitian melalui wawancara dengan
pihak Agroindustri Emping Jagung.
5. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan berbagai
macam data yang diperlukan untuk melengkapi analisis data didalam penelitian
ini. Bentuk pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan langsung dilakukan di Area Unit Usaha
Emping Jagung yang terletak di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan
Blimbing, Kota Malang. Beberapa hal yang diamati terkait dalam proses
produksi, nilai tambah, serta kelayakan pengembangan pada Agroindustri
Emping Jagung.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara melakukan survei dan diskusi
secara langsung dengan pihak agroindustri. Beberapa data yang diperlukan
terkait dalam kapasitas produksi, nilai tambah yang diperoleh, serta aspek-
aspek yang diteliti dalam kelayakan pengembangan pada Agroindustri
Emping Jagung.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara pencatatan maupun
pengambilan gambar yang dijadikan sebagai dokumen penting untuk
penelitian ini. Beberapa dokumen yang diperlukan terkait pada seluruh profil
Agroindustri Emping Jagung.
6. Penentuan Responden
Responden dalam penelitian ini adalah para produsen yang memproduksi
emping jagung. Penentuan responden dilakukan secara sensus yaitu
pengambilan dari seluruh data populasi yang ada di lokasi penelitian. Responden
dikelompokkan menjadi 2 (dua) berdasarkan proses produksinya, yaitu:
a. Agroindustri produksi ½ jadi sebanyak 4 agroindustri. Kelompok ini
merupakan kelompok responden yang proses produksinya dari bahan
baku jagung diolah hingga menjadi emping jagung yang belum digoreng
dan belum diberi bumbu.
b. Agroindustri produksi jadi sebanyak 3 agroindustri. Kelompok ini
merupakan kelompok responden yang proses produksinya dari bahan
baku jagung diolah hingga menjadi emping jagung yang sudah digoreng
dan sudah diberi bumbu sehingga sudah siap dimakan.

7. Pengolahan & Analisa Data


Analisa data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan 2 (dua)
analisa yang meliputi analisis nilai tambah dan analisis kelayakan usaha.
Penjelasan analisis yaitu sebagai berikut:
a. Analisis Nilai Tambah
Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah
yang diperoleh dari Agroindustri Emping Jagung pada produksi ½ jadi dan
produksi jadi. Analisis ini menggunakan Metode Hayami yang dapat dilihat pada
Tabel 3.1. Metode Hayami digunakan untuk menjelaskan nilai tambah dari suatu
olahan komoditas melalui analisis kualitatif dan analisis kuantitatif sehingga
output yang diperoleh adalah nilai konversi berdasarkan variabel metode yang
ditetapkan untuk menghasilkan nilai produk yang fair price. Kelebihan metode ini
lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan agroindustri dalam memberikan
informasi yang jelas terkait nilai tambah yang diperoleh khususnya dari
Agroindustri Emping Jagung.
Tabel 3.1 Prosedur perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami.
No. Variabel Notasi
Output, Input dan Harga
1. Output (kg/hari) A
2. Input Bahan Baku (kg/hari) B
3. Tenaga Kerja (HOK/minggu) C
4. Faktor Konversi D = A/B
5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/kg) E = C/B
6. Harga Output (Rp/Kg) F
7. Upah rata-rata Tenaga Kerja (HOK/kg) G
Pendapatan dan Nilai Tambah
8. Harga input bahan baku (Rp/Kg) H
9. Sumbangan input lain (Rp/Kg) I
10. Nilai Output (Rp/Kg) J=DxF
a. Nilai Tambah (Rp/Kg) K=J–I–H
b. Rasio Nilai Tambah (%) L = (K/J) x 100%
c. Imbalan Tenaga Kerja (Rp/Kg) M=ExG
d. Bagian Tenaga Kerja (%) N = (M/K) x 100%
e. Keuntungan (Rp/Kg) O=K–M
f. Bagian Keuntungan (%) P = (O/K) x 100%
Balas Jasa untuk Faktor Produksi
11. Margin Keuntungan (Rp/Kg) Q=J–H
a. Keuntungan (%) R = (O/Q) x 100%
b. Tenaga Kerja (%) S = M/Q x 100%
c. Modal (Sumbangan Input Lain) (%) T = I/Q x 100%
Sumber: Hayami dalam Novia dkk (2013).
Dari Tabel 3.1 dihasilkan keterangan yang dibutuhkan sebagai berikut:
A = Output atau total produksi emping jagung yang dihasilkan oleh Agroindustri
Emping Jagung.
B = Input atau bahan baku yang digunakan untuk memproduksi emping jagung.
C = Tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi emping jagung dihitung
dalam bentuk HOK (Hari Orang Kerja) dalam satu periode analisis.
F = Harga produk yang berlaku pada satu periode analisis.
G = Jumlah upah rata-rata yang diterima oleh pekerja dalam setiap satu periode
produksi yang dihitung berdasarkan per-HOK (Hari Orang Kerja).
H = Harga input bahan baku utama yaitu ubi kayu per-kilogram pada saat
periode analisis.
I = Sumbangan atau biaya input lainnya yang terdiri dari biaya bahan baku
penolong, biaya penyusutan.
Penarikan kesimpulan dalam prosedur perhitungan Metode Hayami dapat
dilakukan dengan menjelaskan besarnya nilai tambah dan ratio keuntungan yang
diterima selama proses produksi Emping Jagung. Adapun kriteria yakni sebagai
berikut:
1. Berdasarkan nilai tambah:
a. Jika nilai tambah ≥ 0, artinya Agroindustri Emping Jagung mampu
memberikan nilai tambah.
b. Jika nilai tambah ≤ 0, artinya Agroindustri Emping Jagung tidak
mampu memberikan nilai tambah.
2. Berdasarkan ratio keuntungan:
a. Jika nilai ratio keuntungan (%) ≥ suku bunga KUR mikro per-tahun (i
%), artinya usaha Agroindustri Emping Jagung menguntungkan.
b. Jika nilai ratio keuntungan (%) = suku bunga KUR mikro per-tahun
(i%), artinya usaha Agroindustri Emping Jagung dalam kondisi BEP
(Break Event Point) atau impas.
c. Jika nilai ratio keuntungan (%) ≤ suku bunga KUR mikro per-tahun
(i%), artinya usaha Agroindustri Emping Jagung tidak
menguntungkan.
b. Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui terkait usaha
Agroindustri Emping Jagung pada produksi ½ jadi dan produksi jadi dapat dinilai
layak atau tidak untuk dikembangkan melalui analisis data kualitatif maupun
kuantitatif yang diperoleh. Output dari analisis ini adalah berupa penilaian
kelayakan terhadap usaha Agroindustri Emping Jagung yang akan
dikembangkan, serta penjabaran dalam banyak hal terkait yang dapat
menguntungkan dan merugikan usaha tersebut. Kelebihan analisis ini yaitu dapat
menetapkan rencana usaha dari berbagai segi perencanaan usaha (lokasi,
skala, modal, teknologi, sarana, dan pemasaran), serta dapat menetapkan
strategi pengelolaan usaha yang menguntungkan. Analisis ini diteliti dengan
menggunakan aspek finansial, aspek teknis, aspek pasar, aspek organisasi dan
manajemen, dan aspek sosial dan lingkungan. Penjelasan masing-masing aspek
yaitu sebagai berikut:
1. Aspek Finansial
Aspek finansial bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari suatu
usaha sehingga dapat dijadikan sebuah acuan untuk pelaku usaha dalam
mengambil keputusan berkenaan dengan kegiatan dan keberlangsungan
usaha. Pengolahan data dalam aspek ini yaitu menggunakan rumus-rumus
sesuai dengan keterangan yang dibutuhkan meliputi:
- Net Present Value (NPV)
NPV merupakan indikator penilaian kelayakan dari selisih antara
present value penerimaan (benefit) dan present value biaya. Rumus
matematisnya sebagai berikut:
n
Bt −Ct
NPV =∑
t=1 (1−t )t
Keterangan:
Bt = Benefit atau penerimaan agroindustri pada tahun t.
Ct = Cost atau biaya agroindustri pada tahun t.
i = Tingkat Suku Bunga (%)
t = Periode Produksi.
n = Lama Rotasi (tahun)

Kriteria kelayakan menurut Net Present Value (NPV) yakni


sebagai berikut:
Bila NPV > 0, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan layak untuk
dikembangkan.
Bila NPV = 0, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan layak untuk
dikembangkan, namun tidak memperoleh keuntungan dan
kerugian.
Bila NPV < 0, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan tidak layak
untuk dikembangkan.

- Internal Rate of Return (IRR)


IRR merupakan indikator penilaian kelayakan dari tingkat bunga
dalam bentuk present worth yang menunjukkan persamaan antara cash
flow (biaya atau modal). Perhitungan IRR dapat dilakukan melalui metode
interpolasi diantara tingkat discount rate (DR) yang lebih rendah (yang
menghasilkan NPV Positif) dengan tingkat DR yang lebih tinggi (yang
menghasilkan NPV Negatif). Rumus sistematisnya sebagai berikut:

NPV 1
IRR=i1 +
[ ]
( i −i )
NPV 1 −NPV 2 2 1
Keterangan:
NPV1 = Net Present Value Positif.
NPV2 = Net Present Value Negatif.
i1 = DR yang menghasilkan NPV Positif
i2 = DR yang menghasilkan NPV Negatif.
Kriteria menurut Internal Rate of Return (IRR) dilakukan dengan
membandingkan nilai IRR dengan tingkat DR / tingkat suku bunga (i) yang
diperoleh. Kriteria Kelayakannya yakni sebagai berikut:
Bila IRR > i, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan layak untuk
dikembangkan.
Bila IRR = i, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan layak untuk
dikembangkan, namun tidak memperoleh keuntungan dan
kerugian.
Bila IRR < i, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan tidak layak
untuk dikembangkan.
- Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C merupakan indikator penilaian kelayakan dari
perbandingan / ratio dari jumlah benefit kotor dengan biaya kotor yang
telah di present value kan. Rumus sistematisnya sebagai berikut:
n
Bt
∑ (1+i)t
t=0
Gross B /C= n
Ct
∑ (1+i)t
t=0

Keterangan:
Bt = Benefit atau penerimaan agroindustri pada tahun t.
Ct = Cost atau biaya agroindustri pada tahun t.
i = Tingkat Suku Bunga (%)
t = Periode Produksi.
n = Lama Rotasi (tahun)

Kriteria Kelayakan menurut Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)


yakni sebagai berikut:
Bila Gross B/C > 1, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan layak
untuk dikembangkan.
Bila Gross B/C = 1, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan layak
untuk dikembangkan, namun tidak memperoleh
keuntungan dan kerugian.
Bila Gross B/C < 1, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan tidak
layak untuk dikembangkan.
- Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan indikator penilaian kelayakan dari
perbandingan antara present value net benefit yang bernilai positif
dengan present value net benefit yang bernilai negatif. Rumus
sistematisnya sebagai berikut:

∑ Bt−Ct /¿(1+i)t
t=0
Net B /C= n
¿
t
∑ C t−Bt /¿ (1+i) ¿
t=0

Keterangan:
Bt = Benefit atau penerimaan agroindustri pada tahun t.
Ct = Cost atau biaya agroindustri pada tahun t.
i = Tingkat Suku Bunga (%)
t = Periode Produksi.
n = Umur proyek (tahun)

Kriteria Kelayakan menurut Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) yakni
sebagai berikut:
Bila Net B/C > 1, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan layak
untuk dikembangkan.
Bila Net B/C = 1, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan layak
untuk dikembangkan, namun tidak memperoleh
keuntungan dan kerugian.
Bila Net B/C < 1, artinya Agroindustri Emping Jagung dikatakan tidak
layak untuk dikembangkan.
- Payback Periode (PP)
PP merupakan indikator penilaian kelayakan dari penilaian
investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi
berdasarkan manfaat bersih dari suatu proyek. Rumus sistematisnya
sebagai berikut:

∑ ( Bt −Ct )=Ko
t =0

Keterangan:
Bt = Benefit atau penerimaan agroindustri pada tahun t.
Ct = Cost atau biaya agroindustri pada tahun t.
Ko = Investasi Awal.

Kriteria menurut Payback Periode (PP) dilakukan untuk untuk


melihat seberapa lama investasi bisa kembali. Semakin pendek jangka
waktu kembalinya investasi, semakin baik suatu investasi. Kriteria
Kelayakannya yakni sebagai berikut:
Bila PP < umur ekonomis agroindustri emping jagung, artinya Agroindustri
Emping Jagung dikatakan layak untuk dikembangkan.
Bila PP > umur ekonomis agroindustri emping jagung, artinya Agroindustri
Emping Jagung dikatakan tidak layak untuk dikembangkan.

2. Aspek Teknis
3. Aspek Pasar
4. Aspek Organisasi dan Manajemen
5. Aspek Sosial dan Lingkungan

8. Analisa Hasil
Analisa hasil merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengetahui
keputusan yang diperoleh dari data-data yang telah dianalisis melalui macam-
macam metode yang telah ditetapkan. Analisa Hasil berisikan perolehan
penarikan kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan didalam penelitian
berdasarkan ketetapan kriteria sehingga hasil akhir penelitian terkait nilai tambah
kelayakan pengembangan Agroindustri Emping Jagung dapat disimpulkan.
9. Kesimpulan & Saran
Kesimpulan berisikan rangkuman yang jelas dan tepat dari keseluruhan
hasil yang telah diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian yang ditetapkan.
Kesimpulan untuk penelitian ini berisikan hasil penelitian yang dapat disimpulkan
terkait analisis yang diperoleh dari Agroindustri Emping Jagung, baik dari hasil
analisis nilai tambah yang diperoleh (menguntungkan atau tidak), serta dari hasil
analisis kelayakan pengembangan yang diperoleh (layak dikembangkan atau
tidak). Saran berisikan masukan maupun solusi yang diajukan oleh peneliti yang
dapat digunakan sebagai perbaikan selanjutnya. Saran untuk penelitian ini
berisikan masukan yang dapat memberikan solusi ataupun perbaikan untuk
kemajuan usaha Agroindustri Emping Jagung kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Alian, M.R., dan Ciptomulyono, U. 2012. Penentuan Dan Pengembangan


Komoditas Unggulan Klaster Agroindustri Dalam Penguatan Sistem
Inovasi Daerah Kabupaten Malang. Jurnal Teknik Industri ITS. Vol 1(2): 1-
18
Anggraini, F.D., Hardjanto, I., dan Hayat, A. 2017 . Pengembangan Usaha
Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) Melalui Fasilitasi Pihak Eksternal
Dan Potensi Internal (Studi Kasus pada Kelompok Usaha “Emping
Jagung” di Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing, Kota
Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP). Vol. 1(6):1286-1295
Antarlina, S.S., dan Krismawati, A. 2011. Pengkajian Pembuatan Emping
Jagung dari Tiga Varietas dengan Dua Teknik Pembuatan. Jurnal Balai
Kajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Vol 2(3): 530 – 538
Ansofio., Jolianis., Yolamalinda., dan Arfilindo, H. 2016. Buku Ajar
Ekonometrika. Penerbit Deepublish. Yogyakarta
Awami, S.N., Masyhuri., Lestari Rahayu Waluyati. 2013. Analisis Usaha dan
Nilai Tambah Dari Usaha Pengolahan Marning dan Emping Jagung di
Kabupaten Grobongan. Jurnal MEDIAGRO. Vol 9 (1): 29-39
Badan Pusat Statistik. 2015. Tanaman Pangan. Dilihat 20 Juli
2018. .<http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php>
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Timur.
2013. Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur. Dilihat 7 Agustus 2018.
<http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-kab-
kota-2013/kab-malang-2013.pdf>
Budiarani, V.H., and Murtaqi, I. 2016. Financial Feasibility Study PTPN VIII
New Palm Oil Plantation In Kertajaya, Banten. Journal of Business and
Management. Vol 5(2): 304 – 313
Dewanti, A.N., Routray, J.K., and Dewi, R. 2014. Agro-industrial Development
in Lamongan District, East Java, Indonesia. Journal of Proceeding
Series. Vol 1 (eISSN: 2354-6026): 425 – 435
Febrina, K., Sinulingga, S., and Napitupulu, H. 2017. Performance
Measurement in the Agro-industrial Supply Chain of Passion Fruit
Syrup in North Sumatera Province. IOSR Journal of Mechanical and Civil
Engineering (IOSR-JMCE). Vol 14(5): 46-55
Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, and Siregar M. 1987. Agricultural
Marketing and Processing in Upland Java : A Perspective from a Sunda
Village. Bogor: The CPGRT Centre
Hadi, V.O., Mustadjab, M.M., Shinta, A. 2010. Analisis Kelayakan Ekonomi
Agroindustri Emping Jagung dalam Rangka Pengembangan Usaha
(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing,
Kotamadya Malang). Jurnal Pertanian, Jurusan Agribisnis, Universitas
Brawijaya.
Herdiyandi., Rusman, Y., dan Yusuf, M.N. 2016. Analisis Nilai Tambah
Agroindustri Tepung Tapioka di Desa Negara Tengah Kecamatan
Cineam Kabupaten Tasikmalaya (Studi Kasus pada Seorang
Pengusaha Agroindustri Tepung Tapioka di Desa Negaratengah
Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
AGROINFO GALUH. Vol 2(2): 81- 86
Hidayat, S., Marimin., Suryani A., Sukardi., dan Yani, M, 2012. Modifikasi
Metode Hayami Untuk Perhitungan Nilai Tambah pada Rantai Pasok
Agroindustri Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Vol 22 (1):
22 -31
Jones, O. 2008. Competitiveness Through Increased Added Value: A
Challenge For Developing Countries. Journal of Comparative International
Management. Vol 8(1): 1-9
Kaur, S., and Aggarwal, P. 2017. Development Of Maize-Potato Tortilla Chips:
A Nutritious And Low Fat Snack Food. Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistry. Vol 6(4): 153-161
Kasmir dan Jakfat. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Kencana. Jakarta
<http://www.ikm.depperin.go.id/PublikasiPromosi/KumpulanArtikel/tabid/67/article
Type/ArticleView/articleId/16/Marning-dan-Emping-Jagung-Usaha-Turun-
Temurun.aspx>
Kijewska, A. 2016. Causal Analysis Of Determinants Influencing The
Economic Value Added (EVA) – A Case Of Polish Entity. Journal of
Economics and Management. Vol 26(4) : 53 – 70
Latif, M.A., Rahman, M.H., and Ehasan., M.A. 2015. Agro-Industrial
Development and Sustainability In Bangladesh - A Study. International
Journal Of Agricultural Research, Innovation and Technology. Vol 5(2):
37-43
Marimin., Feifi, D., Martini, S., Astuti, R., Suharjito., and Hidayat, S. 2010. Added
Value and Performance Analyses of Edamame Soybean Supply Chain:
A Case Study. Journal Of Operations And Supply Chain Management. Vol
3(3): 148-163
Martinez, L.A.O., Vázquez, K.C., Cárdenas, J.D.F., Castro, J.M., and Infante,
J.A.G. 2016. Quality Evaluation Of Tortilla Chips Made With Corn Meal
Dough And Cooked Bean Flour. Research Article Of Food Science &
Technology. Vol 2(11): 1-7
Mukherjee, M., and Roy, S. 2017. Feasibility Studies and Important Aspect of
Project Management. International Journal of Advanced Engineering and
Management. Vol 2(4):98-100
Novia, W., Zakaria, W. A., dan Lestari, D.A.H. 2013. Analisis Nilai Tambah dan
Kelayakan Pengembangan Agroindustri Beras Siger. Jurnal Agribisnis.
Vol 1(3): 210 – 217
Nuzuliyah, L. 2018. Analisis Nilai Tambah Produk Olahan Tanaman Rimpang.
Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri. Vol 7(1): 31-38
Oprea, A. 2010. The Importance Of Investment Feasibility Analysis. Journal
of Property Investment and Finance. Vol 28(1): 58-61
Prianti, F.W. 2011. Pola Pengembangan Agroindustri Yang Berdaya Saing
(Studi Kasus Kabupaten Malang). Jurnal JEAM. Vol 10(1): 48-71
Rahman, S. 2015. Analysis of Added Value of Corn Chips Agro-industry.
Journal of Food Technology Applications. Vol 4(3): 108-111
Ridjal, J.A. 2009. Analisis Agroindustri. Agribisnis Universitas Jember Press.
Jember
Roziq, A. 2016. Analysis Of Business Feasibility Of Cassava Chips And
Cassava Tape, Financing And Marketing Strategies For Entrepreneurial
Cassava Farmers In Jember Regency. International Refereed Research
Journal. Vol 7(3): 54-63
Saldivar, S.O., and Rooney, L.W. 2015. Industrial Production of Maize
Tortillas and Snacks. AACC International Press. New Delhi
Santosa, I.B.D.Y., Djatna, T., and Arkeman. 2015. A Supply Chain Risk
Management Modelling for Balinese Aromatherapy Product by Pricing
Optimization. International Journal of Innovation, Management and
Technology. Vol. 6 (2): 118-121
Tastra, I K. 2013. Strategi Penerapan Alsintan Pascapanen Tanaman Pangan
di Jawa Timur dalam Memasuki AFTA 2003. Jurnal Litbang Pertanian. Vol
22(3): 1-8
Thoriq, A., Herwanto, T., Sudaryanto. 2017. Analisis Ekonomi Dan Nilai
Tambah Produksi Emping Jagung di Desa Cimanggung, Kecamatan
Cimanggung Kabupaten Sumedang. Jurnal Teknik Pertanian Lampung.
Vol. 6 (1): 11-22
Widiani, N.K., Alam, M.N., dan Muis A. 2017. Analisis Nilai Tambah Olahan
Dodol Salak Di Desa Tamarenja Kabupaten Donggala. e-Jurnal Mitra
Sains. Vol 5(4) : 59-69
Widyasanti, A., dan Nurjanah, S. 2018. Pengaruh Lama Perebusan Jagung
(Zea Mays L) dengan Penambahan Konsentrasi CaCO 3 pada Emping
Jagung. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. Vol 10(1): 7-15

Anda mungkin juga menyukai