Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG


(Kasus pada Agroindustri Emping Jagung di Kelurahan Pandanwangi,
Kecamatan Blimbing, Kota Malang)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
HEGI S. AL QABID
NIM 155100301111094

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor industri berbasis pertanian (agroindustri) merupakan tulang
punggung perekonomian nasional dan sumber penghidupan sebagian besar
rakyat Indonesia. Hal ini membuat agroindustri mampu meningkatkan
pendapatan para pelaku agribisnis, mampu menyerap tenaga kerja, mampu
meningkatkan perolehan devisa, serta mampu mendorong munculnya industri
yang lain (Awami dkk, 2013). Potensi daerah yang sedang mengalami
perkembangan dalam sektor agroindustri yakni Provinsi Jawa Timur yang saat ini
dinilai sangat layak dan berpotensi mengembangkan sektor industri berbasis
agrikultur untuk menyokong kebutuhan pangan di kawasan timur Indonesia.
Menurut Satpem Bimas Jawa Timur (1997) dalam (Tastra, 2013) Jawa Timur
mempunyai potensi untuk pengembangan di bidang sektor agroindustri, karena
selain sebagai salah satu lumbung pangan nasional, Jawa Timur dikenal sebagai
propinsi dengan sektor industri yang berkembang cepat. Potensi sumber daya
pertanian di Jawa Timur tersebar di seluruh wilayah Timur pulau Jawa ini.
Komoditas utama pertanian yang potensial antara lain padi, jagung, kedelai,
buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam rangka upaya peningkatan pendapatan
petani pengembangan agroindustri merupakan alternatif yang dapat dilakukan.
Di Malang banyak berkembang agroindustri dengan jenis olahan dan
skala usaha yang beragam, sehingga Malang merupakan tempat tumbuhnya
berbagai macam bentuk agroindustri. Menurut Alian dan Ciptomulyono (2012),
Agroindustri Kota Malang merupakan sektor yang potensial dimana 50,46%
penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian yang merupakan
penyedia input sektor agroindustri. Pengembangan klaster agroindustri di wilayah
kabupaten Malang mempunyai peran penting sebagai arahan dan peluang lokasi
investasi bagi pemerintah dan swasta dalam mencapai efektivitas, efisiensi, dan
nilai tambah produk yang dihasilkan sentra-sentra produksi. Menurut BPS Kab.
Malang (2009) dalam (Prianto, 2011) Sebagai salah satu sentra produksi
pertanian Jawa Timur, Kota Malang memiliki komoditas pertanian dengan jumlah
cukup banyak, tercatat sekitar 90 komoditas. Semua komoditas tersebut
menunggu untuk dikembangkan melalui industrialisasi. Jumlah investasi yang
terbatas tentunya tidak mungkin dilakukan pengembangan secara serentak (big
push). Oleh sebab itu, industrialisasi dilakukan bertahap berdasarkan pada
tingkat keunggulan (daya saing). Sebenarnya, fenomena industrialisasi di sektor
pertanian telah terjadi. Hal ini tampak pada pertumbuhan tertinggi di sektor
industri yang dikontribusi oleh sub sektor industri pengolahan makanan,
minuman dan tembakau (pengguna bahan baku pertanian), sebesar 2,10%
menjadi 8,66% dalam kurun 2006-2008. Hal ini menunjukkan adanya peluang
yang besar dengan mensinergikan antara sektor industri dengan sektor pertanian
melalui pengembangan agroindustri yang berkeunggulan.
Jagung merupakan salah satu komoditi pertanian yang tersebar di
sebagian besar wilayah Indonesia. Provinsi penghasil jagung di Indonesia yang
paling banyak adalah Jawa Timur. Berdasarkan Data dari Badan Pusat Statistik
(2015), menunjukkan bahwa selama 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2005
sampai 2014 produksi jagung Provinsi Jawa Timur termasuk sebagai provinsi
penghasil jagung terbesar di Indonesia dengan rata-rata produksi mencapai
31.77% dari produksi nasional. Hal tersebut menunjukkan kecenderungan yang
terjadi peningkatan produksi setiap tahunnya, walaupun pada tahun 2006, 2011,
dan 2013 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di
Malang yang terbilang kaya di tingkat produksi tanaman pangan tentunya
mencakup produksi jagung dengan hasil yang baik. Menurut Bappeda Provinsi
Jawa Timur (2013), selama ini produksi jagung di Kota Malang mengalami
Surplus hingga 65 ribu ton dengan produksi pertahun sebesar 307.058 ton
disertai dengan luas lahan produksi jagung sebesar 71.627 ha. Hal tersebut
tentunya menjadi salah satu potensi unggulan dalam produksi tanaman pangan
yang menonjol di Kota Malang dan dipastikan bisa melayani kebutuhan jagung di
luar daerah. Salah satu bentuk agroindustri di Malang yang mengelola komoditas
jagung adalah Agroindustri Emping Jagung yang ada di Kota Malang tepatnya
terletak di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Belimbing, Kotamadya Malang.
Agroindustri ini mengolah bahan baku jagung menjadi emping jagung
dengan proses produksi ½ jadi dan produksi jadi. Berdasarkan data dari Dinas
Koperasi dan UKM Kota Malang terdaftar jumlah pengusaha “Emping Jagung”
sebanyak 14 unit. Industri ini mengolah bahan baku jagung menjadi emping
jagung dengan rata-rata kapasitas produksi sebesar 800 kg per hari. Menurut
Anggraeni dkk (2017), Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang telah memberikan
sarana dalam pemasaran produk kepada pengusaha emping jagung dengan
mengadakan kegiatan promosi produk menggunakan sistem online melalui
pelatihan berbasis e-bisnis dan IT. Dukungan lainnya disertai dengan membantu
memasarkan produk emping jagung ke Supermarket, Pusat Oleh-oleh Kota
Malang, dan beberapa toko lainnya. Hal-hal tersebut membuat jenis usaha
emping jagung menjadi produk unggulan Kota Malang sehingga sangat
berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian rakyat.
Agroindustri Emping Jagung dapat meningkatkan nilai tambah jagung
sebagai salah satu komoditas yang potensial untuk diolah menjadi bahan pangan
dan bahan baku industri. Menurut Kijewska (2016), Nilai Tambah (Value Added)
merupakan pertambahan nilai yang terjadi karena suatu komoditi mengalami
proses pengolahan, pengangkutan, dan penyimpanan dalam suatu proses
produksi (penggunaan/pemberian input fungsional). Besarnya nilai tambah
dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor non teknis. Informasi yang diperoleh
dari hasil analisis nilai tambah adalah besarnya nilai tambah, rasio nilai tambah,
marjin dan balas jasa yang diterima oleh pemilik-pemilik faktor produksi. Menurut
Rahmat (2015), Kegiatan agroindustri dinilai dapat meningkatkan nilai tambah.
Nilai tambah yang diperoleh adalah selisih antara nilai komoditas yang mendapat
perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai pengorbanan yang digunakan selama
proses produksi berlangsung. Dalam upaya meningkatkan perkembangan usaha
Agroindustri Emping Jagung dapat dilakukan melalui pengujian Kelayakan
Pengembangan Usaha tersebut. Menurut Oprea (2010), Studi Kelayakan
Pengembangan Usaha adalah suatu cara yang digunakan sebagai proses yang
terkontrol untuk mengidentifikasi masalah dan peluang, menentukan tujuan,
menggambarkan situasi, mendefinisikan hasil yang sukses dan menilai berbagai
biaya dan manfaat yang terkait dengan beberapa alternatif untuk memecahkan
masalah. Studi Kelayakan ini digunakan untuk mendukung proses pengambilan
keputusan berdasarkan analisis manfaat biaya dari kelangsungan bisnis atau
proyek yang sebenarnya. Menurut Martinez et al (2016), camilan emping jagung
dapat memberikan nilai tambah dari sudut padang gizi dan ekonomi dalam
penggayaan produk tradisional. Melalui eksperimental nilai tambah dan
kelayakan dapat menghasilkan camilan emping jagung yang mengandung
proporsi tertentu dan memiliki karakteristik camilan yang tepat.
Prospek dan potensial untuk pengembangan Agroindustri Emping Jagung
di Kelurahan Pandanwangi dapat dikatakan sangat baik bila dari segi jumlah
ketersediaan bahan baku. Namun saat ini, Agroindustri Emping Jagung
mengalami beberapa kendala yang harus ditangani. Kendala-kendala tersebut
meliputi keterbatasan pengetahuan sumber daya manusia dalam
mengembangkan usaha, keterbatasan modal dan keuangan, keterbatasan
sarana dan prasarana, dan jumlah usaha emping jagung yang semakin lama
semakin berkurang saat ini. Kendala-kendala tersebut mengakibatkan eksistensi
dan kemajuan usaha menurun, pengelolaan keuangaan yang kurang handal,
kurangnya informasi terkait kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
menurunnya pendapatan usaha. Menurut Kaur and Aggarwal (2017), produk
emping jagung sudah banyak dipasaran dan peminatnya terbilang tinggi
sehingga permintaan terhadap produk makanan ringan emping jagung akan
tinggi pula. Namun, dalam membangun bisnis emping jagung membutuhkan
strategi usaha yang tepat agar produk emping jagung dapat disukai oleh
berbagai kalangan masyarakat sehingga dapat menaikan penjualan. Dalam
rangka upaya peningkatan pendapatan dan perkembangan usaha, pengusaha
Agroindustri Emping Jagung di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Belimbing,
Kotamadya Malang dirasa penting untuk dikaji terkait analisis nilai tambah dan
kelayakan pengembangan dari Agroindustri Emping Jagung tersebut.
Analisis nilai tambah Agroindustri Emping Jagung dapat dilakukan
dengan menggunakan Metode Hayami. Metode Hayami merupakan metode
yang menjelaskan nilai tambah dan analisis pemasaran dari suatu produk olahan
komoditi dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Konsep pendukung dari
metode ini yakni faktor konversi, koefisien tenaga kerja, dan nilai output. (Ridjal,
2009). Kelebihan Metode Hayami ini adalah lebih tepat digunakan untuk proses
pengolahan produk-produk pertanian sehingga dapat diketahui produktivitas
produksinya (rendemen dan efisiensi tenaga kerjanya), dan dapat diketahui
besarnya nilai tambah dan output yang diperoleh dari produk olahan komoditas
tersebut (Jones, 2008). Output dari metode ini adalah nilai konversi berdasarkan
variabel metode yang ditetapkan untuk menghasilkan nilai produk sehingga fair
price dari setiap tahap rantai pasokan emping jagung dapat ditentukan dengan
tepat (Marimin et al, 2010). Analisis ini dilakukan agar dapat mengetahui
besarnya nilai tambah dari agroindustri emping jagung produksi ½ jadi dan
produksi jadi. Setelah diketahui hasil dari analisis nilai tambah emping jagung
dalam produksi ½ jadi dan produksi jadi, maka akan dilanjutkan dengan
pengujian Kelayakan Pengembangan Usaha melalui Analisis Kelayakan Usaha.
Analisis Kelayakan Usaha merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk
mengetahui tentang layak atau tidaknya suatu usaha/bisnis dilaksananakan
dengan menguntungkan secara terus-menerus. Dalam penggunaan analisis ini,
pertimbangan ekonomis dan teknis sangat penting karena akan dijadikan dasar
implementasi kegiatan usaha. Analisis Kelayakan Usaha dapat dianalisis melalui
data kuantitatif dari proyek usaha/bisnis untuk menghitung parameter Analisis
Kelayakan Usaha yang telah ditentukan (Budiarani dan Murtaqi, 2016). Menurut
Mukherjee and Roy (2017), beberapa kelebihan yang dimiliki dari penggunaan
analisis kelayakan usaha yaitu dapat menetapkan rencana usaha dari segi
lokasi usaha, skala atau volume usaha, jumlah kebutuhan modal dan sarana
usaha, teknologi dan segi pemasaran, serta dapat menetapkan strategi
pengelolaan usaha yang berorientasi kepada keuntungan dengan
memperhitungkan resiko atau hambatan yang dihadapi dalam proses produksi
sehingga dapat dilakukan antisipasi untuk menghindari kerugian. Output yang
diperoleh dari analisis ini yaitu dapat memberikan penilaian kelayakan terhadap
suatu usaha yang akan dikebangkan, serta memberikan penjabaran dalam
banyak hal terkait yang dapat menguntungan dan merugikan usaha tersebut
melalui segala aspek kelayakan yang tercakup (Roziq, 2016). Menurut Kasmir
dan Jakfar (2006), Analisis Kelayakan Usaha diteliti dengan menggunakan aspek
keuangan, aspek pasar, aspek teknis, aspek organisasi dan manajemen, serta
aspek sosial dan lingkungan. Dalam hal ini, aspek-aspek tersebut digunakan
dalam menganalisis kelayakan pengembangan usaha Agroindustri Emping
Jagung di Kelurahan Pandanwangi dalam produksi ½ jadi dan produksi jadi.
Dalam aspek keuangan yang dianalisis yaitu menggunakan kriteria investasi
melalui perhitungan Net Present Value (NPV), Interval Rate of Return (IRR),
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan
Payback Periode (PP). Kemudian aspek-aspek analisis kelayakan usaha lainnya
meliputi aspek pasar sebagai analisis bauran pemasaran agroindustri emping
jagung, aspek teknis sebagai analisis penentuan lokasi dan teknologi yang
digunakan oleh agroindustri emping jagung, aspek organisasi dan manajemen
sebagai analisis bentuk organisasi dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan
untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen, serta aspek sosial dan lingkungan
sebagai analisis dalam menilai manfaat sosial dan lingkungan terhadap jalannya
Agroindustri Emping Jagung bagi masyarakat sekitar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
permasalahan yang dapat dikaji yaitu sebagai berikut:
1. Berapakah nilai tambah yang dapat diberikan Agroindustri Emping Jagung
di Kelurahan Pandanwangi pada produksi ½ jadi dan produksi jadi?
2. Apakah usaha Agroindustri Emping Jagung di Kelurahan Pandanwangi
pada produksi ½ jadi dan produksi jadi dapat dinilai layak untuk
dikembangkan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Menganalisis nilai tambah Agroindustri Emping Jagung di Kelurahan
Pandanwangi pada produksi ½ jadi dan produksi jadi.
2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha Agroindustri Emping
Jagung di Kelurahan Pandanwangi pada produksi ½ jadi dan produksi jadi.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai informasi bagi pengusaha pengolahan jagung pada Agroindustri
Emping Jagung dalam upaya peningkatan nilai tambah produk dan dasar
pertimbangan dalam upaya untuk pengembangan dan perluasan usaha.
2. Sebagai penambah wawasan, pengetahuan, dan pemberi acuan dalam
penelitian terkait pengembangan usaha Agroindustri Emping Jagung di
Kelurahan Pandanwangi.
DAFTAR PUSTAKA

Alian, M.R., dan Ciptomulyono, U. 2012. Penentuan Dan Pengembangan


Komoditas Unggulan Klaster Agroindustri Dalam Penguatan Sistem
Inovasi Daerah Kabupaten Malang. Jurnal Teknik Industri ITS. Vol 1(2): 1-
18
Anggraini, F.D., Hardjanto, I., dan Hayat, A. 2017 . Pengembangan Usaha
Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) Melalui Fasilitasi Pihak Eksternal
Dan Potensi Internal (Studi Kasus pada Kelompok Usaha “Emping
Jagung” di Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing, Kota
Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP). Vol. 1(6):1286-1295
Ansofio., Jolianis., Yolamalinda., dan Arfilindo, H. 2016. Buku Ajar
Ekonometrika. Penerbit Deepublish. Yogyakarta
Awami, S.N., Masyhuri., Lestari Rahayu Waluyati. 2013. Analisis Usaha dan
Nilai Tambah Dari Usaha Pengolahan Marning dan Emping Jagung di
Kabupaten Grobongan. Jurnal Mediagro. Vol 9(1): 29-39
Badan Pusat Statistik. 2015. Tanaman Pangan. Dilihat 20 Juli
2018. .<http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php>
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Timur.
2013. Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur. Dilihat 7 Agustus 2018.
<http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-kab-
kota-2013/kab-malang-2013.pdf>
Budiarani, V.H., and Murtaqi, I. 2016. Financial Feasibility Study PTPN VIII
New Palm Oil Plantation In Kertajaya, Banten. Journal of Business and
Management. Vol 5(2): 304 – 313
Jones, O. 2008. Competitiveness Through Increased Added Value: A
Challenge For Developing Countries. Journal of Comparative International
Management. Vol 8(1): 1-9
Kaur, S., and Aggarwal, P. 2017. Development Of Maize-Potato Tortilla Chips:
A Nutritious And Low Fat Snack Food. Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistry. Vol 6(4): 153-161
Kasmir dan Jakfat. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Kencana. Jakarta
<http://www.ikm.depperin.go.id/PublikasiPromosi/KumpulanArtikel/tabid/67/article
Type/ArticleView/articleId/16/Marning-dan-Emping-Jagung-Usaha-Turun-
Temurun.aspx>
Kijewska, A. 2016. Causal Analysis Of Determinants Influencing The
Economic Value Added (EVA) – A Case Of Polish Entity. Journal of
Economics and Management. Vol 26(4) : 53 – 70
Marimin., Feifi, D., Martini, S., Astuti, R., Suharjito., and Hidayat, S. 2010. Added
Value and Performance Analyses of Edamame Soybean Supply Chain:
A Case Study. Journal Of Operations And Supply Chain Management. Vol
3(3): 148-163
Martinez, L.A.O., Vázquez, K.C., Cárdenas, J.D.F., Castro, J.M., and Infante,
J.A.G. 2016. Quality Evaluation Of Tortilla Chips Made With Corn Meal
Dough And Cooked Bean Flour. Research Article Of Food Science &
Technology. Vol 2(11): 1-7
Mukherjee, M., and Roy, S. 2017. Feasibility Studies and Important Aspect of
Project Management. International Journal of Advanced Engineering and
Management. Vol 2(4):98-100
Oprea, A. 2010. The Importance Of Investment Feasibility Analysis. Journal
of Property Investment and Finance. Vol 28(1): 58-61
Prianti, F.W. 2011. Pola Pengembangan Agroindustri Yang Berdaya Saing
(Studi Kasus Kabupaten Malang). Jurnal JEAM. Vol 10(1): 48-71
Rahman, S. 2015. Analysis of Added Value of Corn Chips Agro-industry.
Journal of Food Technology Applications. Vol 4(3): 108-111
Ridjal, J.A. 2009. Analisis Agroindustri. Agribisnis Universitas Jember Press.
Jember
Roziq, A. 2016. Analysis Of Business Feasibility Of Cassava Chips And
Cassava Tape, Financing And Marketing Strategies For Entrepreneurial
Cassava Farmers In Jember Regency. International Refereed Research
Journal. Vol 7(3): 54-63
Tastra, I K. 2013. Strategi Penerapan Alsintan Pascapanen Tanaman Pangan
di Jawa Timur dalam Memasuki AFTA 2003. Jurnal Litbang Pertanian. Vol
22(3): 1-8

Anda mungkin juga menyukai