21-26
ISSN 2303 – 1093
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji sifat fisik bungkil inti sawit giling hasil
pengayakan dengan ukuran ayakan yang berbeda. Perlakuan terdiri dari 4 level ukuran ayakan: 16,
30, 50, dan 100 mesh dengan 3 ulangan pada setiap level ayakan. Peubah yang diamati adalah berat
jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, daya ambang, dan sudut tumpukan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa level ukuran ayakan mempengaruhi (P<0,01) berat jenis, sudut
tumpukan, kerapatan tumpukan, daya ambang, dan kerapatan pemadatan tumpukan. Berat jenis,
kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan daya ambang bungkil inti sawit menurun
sedangkan sudut tumpukan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya ukuran ayakan yang
digunakan.
Kata kunci: Bungkil inti sawit, Mutu pakan, Sifat fisik, Ukuran ayakan
ABSTRACT
This research aimed to examine the physical properties of sifted palm kernel cake with
different sieve sizes. The treatment consisted of 4 levels of sieve sizes: 16, 30, 50, and 100 mesh with
3 replications for each level. Variables observed were density, stack density, compaction density,
floating rate, and stack angle. The results showed that the level of sieve size affected (P<0.01) density,
stack density, compaction density, floating rate, and stack angle. Density, stack density, compaction
density, and floating rate of palm kernel cake decreased while the stack angel increased as the
increase of sieve size.
Keywords: Feed quality, Palm kernel cake, Physical Characteristic, Sieve size
______________________________________________________________________________
21
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 9, No.2, 2020, pp. 21-26 F.T. Farda et al
(Subekti, 2009). Selain sulitnya ketersediaan telah digiling dan diayak dengan beberapa
pakan, peternak juga kesulitan dalam hal biaya ukuran ayakan yang berbeda.
pengadaan pakan yang relatif tinggi. Oleh
karena itu, perlu adanya pakan alternatif yang
BAHAN DAN METODE
murah dan berlimpah. Hasil samping industri
perkebunan merupakan salah satu potensi bagi Materi Penelitian
peternak untuk dijadikan pakan (Syarief & Materi utama yang digunakan dalam
Irawaty, 1993). penelitian ini adalah bungkil inti sawit yang
Industri perkebunan kelapa sawit didapatkan dari perkebunan PTPN VII.
merupakan salah satu sumber yang
memberikan kontribusi terhadap ketersediaan Metode Penelitian
pakan lokal di Indonesia. Pengembangan Penelitian ini merupakan pengujian mutu
sektor perkebunan kelapa sawit yang semakin fisik bungkil inti sawit hasil ayakan yang
meningkat setiap tahunnya menimbulkan dirancang menggunakan Rancangan Acak
konsekuensi terhadap peningkatan limbah atau Lengkap (RAL) dengan perlakuan ukuran
hasil sampingnya (Sukria & Krisnan, 2009). ayakan yang berbeda. Perlakuan tersebut terdiri
Bungkil inti sawit merupakan hasil samping dari 4 level ukuran ayakan yang berbeda yaitu
dari pembuatan minyak sawit. Pemanfaatan menggunakanmesh 16, mesh 30, mesh 50 dan
bungkil inti sawit sebagai sumber pakan lokal mesh 100. Masing-masing level perlakuan
telah banyak dilakukan. Bungkil inti sawit mempunyai tiga ulangan.
dinilai cukup berpotensi sebagai pakan karena Bungkil inti sawit digiling terlebih dahulu
memiliki kandungan nutrien yang baik bagi sebelum dilakukan pengujian mutu fisik.
ternak (Alimon, 2005). Kandungan PK Penggilingan bungkil inti sawit dilakukan
bungkil inti sawit bervariasi antara 15-17% BK menggunakan Hammer mill 2mm. Setelah
(Amri, 2006). digiling, bungkil inti sawit hasil penggilingan
Kualitas pakan dan efisiensi proses diambil secara acak untuk diayak menggunakan
produksi pakan ditentukan oleh sifat fisik Rika Moisture Meter dengan 4 ukuran ayakan
pakan (Definiati et al., 2019). Sifat fisik pakan yang berbeda sebagai level perlakuan. Bungkil
perlu diketahui untuk mengatasi proses inti sawit hasil ayakan tersebut kemudian
pengolahan, penanganan, penyimpanan dan dilakukan pengujian mutu fisik.
perancangan alat-alat yang dapat membantu
Parameter Penelitian
proses produksi pakan (Gaina et al., 2019;
Yana et al., 2018). Penelitian sifat fisik suatu Peubah yang diamati dalam penelitian
bahan pakan sudah banyak dilakukan dalam ini mutu fisik bungkil inti sawit hasil ayakan
penelitian-penelitian terdahulu namun yang antara lain berat jenis, kerapatan
penelitian uji fisik pada bungkil inti sawit tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan,
giling hasil ayakan belum banyak dilakukan. daya ambang, dan sudut tumpukan. Prosedur
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk masing-masing pengujian yang dilakukan
mengkaji kualitas fisik bungkil inti sawit yang sebagai berikut:
22
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 9, No.2, 2020, pp. 21-26 F.T. Farda et al
23
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 9, No.2, 2020, pp. 21-26 F.T. Farda et al
itu, data mutu fisik bungkil inti sawit hasil akan menurunkan nilai kerapatan tumpukan
ayakan juga dianalisis regresi antara masing- bungkil inti sawit (Ramli et al., 2008).Nilai
masing mutu fisik sebagai variabel terikat (y) kerapatan tumpukan penting untuk
dengan ukuran ayakan yang berbeda sebagai pengeringan dan penyimpanan bahan secara
variabel bebas (x). praktis. Kerapatan tumpukan sendiri juga
dipengaruhi oleh kandungan nutrisi dan
distribusi ukuran partikel (McDonald et al.,
HASIL DAN PEMBAHASAN
2002; Pranata, 2015). Bungkil inti sawit
Perbedaan ukuran ayakan memberikan dengan kadar lemak yang tinggi dan distribusi
pengaruh (P<0,01) terhadap berat jenis ukuran partikel kecil yang seragam cenderung
bungkil inti sawit hasil ayakan dengan ukuran memiliki nilai kerapatan tumpukan yang
mesh 16 menunjukkan nilai tertinggi yaitu rendah. Nilai kerapatan tumpukan yang rendah
sebesar 1440 kg/m3 dan nilai terendah dengan pada suatu bahan menyebabkan bahan tersebut
ukuran mesh 50 dan 100 dengan rataan membutuhkan ruang yang lebih besar, artinya
masing-masing 1051 kg/m3 dan 987,33 bobot per satuan volume pada keadaan curah
kg/m3. Semakin besar ukuran ayakan maka lebih kecil (Khalil, 1999).
semakin rendah nilai berat jenis bungkil inti Berdasarkan hasil perhitungan analisis
sawit. Penelitian sebelumnya menunjukkan varian menunjukkan perlakuan ayakan pada
berat jenis bungkil inti sawit hasil ayakan bungkil inti sawit sangat nyata (P<0,01)
tanpa digiling memiliki nilai tertinggi pada mempengaruhi nilai kerapatan pemadatan
mesh 8 sebesar 1403,33 kg/m3 dan terendah tumpukan. Nilai tertinggi kerapatan
pada mesh 100 sebesar 440 kg/m3 pemadatan tumpukan berada pada ukuran
(Situmorang, 2011). Perbedaan nilai berat mesh 16 yaitu sebesar 676,67 kg/m3 dan
jenis selain dipengaruhi oleh perbedaan terendah pada ukuran mesh 100 yaitu sebesar
karakteristik permukaan partikel juga 543,33 kg/m3. Kerapatan pemadatan
dipengaruhi oleh kandungan nutrien yang tumpukan bungkil inti sawit giling yang diayak
terkandung di dalamnya (Khalil, 1999). dengan ukuran berbeda menunjukkan
Berdasarkan hasil analisis ragam hubungan yang berbanding terbalik. Semakin
menunjukkan bahwa perlakuan ayakan besar ukuran ayakan yang digunakan maka
berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap semakin rendah nilai kerapatan pemadatan
kerapatan tumpukan. Data hasil pengukuran tumpukan bungkil inti sawit dan sebaliknya,
kerapatan tumpukan pada bungkil inti sawit kerapatan pemadatan tumpukan diukur setelah
menunjukkan nilai tertinggi berada pada dilakukan pengukuran kerapatan tumpukan
ukuran mesh 16 yaitu 523,33 kg/m3 dan (Khalil, 1999). Kerapatan pemadatan
terendah berada pada ukuran mesh 100 yaitu tumpukan penting untuk mengetahui
393,33 kg/m3. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan dalam penentuan kapasitas silo
hubungan yang berbanding terbalik antara dan pencampuran bahan (Qomariyah, 2004).
kerapatan tumpukan bungkil inti sawit dan Perbedaan ukuran ayakan menurunkan
ukuran ayakan. Peningkatan ukuran ayakan (P<0,01) nilai daya ambang bungkil inti sawit
24
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 9, No.2, 2020, pp. 21-26 F.T. Farda et al
Tabel 1. Sifat fisik bungkil inti sawit hasil pengayakan dengan ukuran yang berbeda
Ukuran Berat Jenis Kerapatan Kerapatan Daya Sudut
Mesh (kg/m3) Tumpukan Pemadatan Ambang Tumpukan
(kg/m3) Tumpukan (m/s) (°)
(kg/m3)
16 1440±17,32a 523,33±20,81a 676,67±15,27a 3,11±0,07a 25,77±0,84c
30 1176±0,00b 456,66±20,81b 603,67±3,12b 1,87±0,25b 27,07±0,98c
50 1051±1,00c 430,00±0,00bc 570,33±0,57c 1,63±0,25b 37,32±1,86b
100 987,33±54,41c 393,33±5,77c 543,33±5,77d 1,55±0,05b 43,28±0,93a
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada BIS (P<0,01).
25
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 9, No.2, 2020, pp. 21-26 F.T. Farda et al
Desa Camplong II. Jurnal Pengabdian pakan wafer berbasis bungkil inti sawit.
Masyarakat Peternakan. 4, 71–84. In Prosiding Seminar Nasional
Khalil. 1999. Pengaruh kandungan air dan Pengembangan Teknologi Pertanian (pp.
ukuran partikel terhadap perubahan 401–404).
perilaku fisik bahan pakan lokal:
kerapatan tumpukan, kerapatan
pemadatan tumpukan dan berat jenis.
Media Peternakan. 22, 1–11.
McDonald, P., Edwards, R.A., & Greenhalgh,
J.F.D. 2002. Animal Nutrition (5th
Editio). UK: Longman Scientific and
Technology.
Pranata, A. 2015. Pengaruh pemberian bungkil
inti kelapa sawit yang difermentasi
menggunakan isolat selulolitik dari
belalang kembara pada pakan terhadap
penampilan produksi puyuh jantan.
Buletin Peternakan. 39, 49–56.
Qomariyah, N. 2004. Uji keasaman (pH),
kelarutan, kerapatan tumpukan dan
sudut tumpukan untuk mengetahui
kualitas bahan pakan sumber protein.
Institut Pertanian Bogor.
Ramli, N., Yatno, Hasjmy, A.D., Sumiati,
Rismawati, & Estiana, R. 2008. Evaluasi
sifat fisiko-kimia dan nilai
energimetabolis konsentrat protein
bungkil inti sawit pada broiler. Jurnal
Ilmu Ternak dan Veteriner. 13, 249–255.
Situmorang, H. 2011. Kajian pengaruh
pengayakan terhadap karakteristik
bungkil inti sawit dan bungkil kelapa.
Institut pertanian Bogor.
Subekti, E. 2009. Ketahanan pakan ternak
Indonesia. Mediagro. 5, 63–71.
Sukria, H.A., & Krisnan, R. 2009. Sumber dan
Ketersediaan Bahan Baku Pakan di
Indonesia. Bogor. IPB Press.
Syarief, A., & Irawaty, A. 1993. Pengetahuan
Bahan untuk Industri Pertanian. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Tsaniyah, L., & Hermawan. 2015.
Pengendalian proses produksi bahan
pakan bungkil sawit dalam perspektif
keamanan pangan. Jurnal Operations
Excellence. 7, 121–131.
Yana, S., Zairiful, Priabudiman, Y., &
Panjaitan, I. 2018. Karakteristik fisik
26