Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN II (MAGANG PENYULUHAN)

KABUPATEN BANTAENG KEC. BISSAPPU DESA BONTO CINDE

(PEMBUATAN BOKASI DARI KOTORAN SAPI)

Oleh :

RANDI PRATAMA

05.01.20.2044

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

JURUSAN PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA

KEMENTRIAN PERTANIAN

2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Pembuatan Bokasi dari Kotoran Sapi

Nama : Randi Pratama

NIM : 05.01.20.2044

Program Studi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

Jurusan : Pertanian

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ismail Tandi, M.Pd Vandalisna, SP., M.Si.


NIP.19581110 1999003 1 001 NIP. 10690824 2001122 2 001

Mengetahui :

Ketua Jurusan Pertanian


Ketua Program Studi Penyuluh Pertanian Berkelanjutan

Dr. Ramli, SP., MP


NIP. 19741010 200604 1 038

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga laporan Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang dilaksanakan di
Desa Bontocinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Laporan penyuluhan ini merupakan salah satu syarat dalam
perkuliahan pada semester VI di Program Studi Penyuluhan Pertanian
Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa. Melalui kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Detia Tri Yunandar, Sp., M.Si selaku Direktur Politeknik


Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa.
2. Ramli, SP , MP selaku Ketua Jurusan Pertanian.
3. Arief Sirajuddin, S.ST, M.Ikom Ketua Prodi Penyuluhan Pertanian
Berkelanjutan.
4. Drs. Ismail Tandi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I.
5. Vandalisna, SP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II.

Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan untuk proses perbaikan. Harapannya laporan
ini boleh berguna umumnya bagi pihak yang membutuhkan, dan secara khusus
bagi penulis dalam pelaksanaan magang.

Gowa, 05 Juli 2023

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 3
C. Manfaat ........................................................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4
A. Bokashi ......................................................................................................... 4
B. Kandungan Pupuk Bokashi Dari Kotoran Sapi ............................................ 5
C. EM4 (Effective Mikroorganism 4)............................................................... 6
III. METODE PELAKSANAAN ...................................................................... 8
A. Waktu dan Tempat ....................................................................................... 8
B. Materi Kegiatan ............................................................................................ 8
C. Prosedur Pelaksanaan ................................................................................... 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 9
A. Hasil ............................................................................................................. 9
B. Pembahasan ................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13
LAMPIRAN .......................................................................................................... 15

iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator


yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan
Indonesia pada umumnya mengandung 90 persen lactobacillus. Apabila diurai,
EM 4 terdiri atas 80 spesies dari 10 genus. Beberapa aplikasi-aplikasi EM 4
dibidang pertanian (termasuk perkebunan) membawa segudang manfaat. Antara
lain memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, mempercepat proses
fermentasi dalam pembuatan kompos, meningkatkan ketersediaan nutrisi
tanaman, bisa menekan aktivitas hama dan mikroorganisme patogen, serta
meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman (Nur Roihanna, 2010).
Pupuk bokasi akan dibuat dari campuran kotoran kambing, sekam padi,
serbuk gergaji, dan dedak padi. Menurut Sihombing (2000) kotoran ternak
merupakan limbah ternak terbanyak yang dihasilkan dalam pemeliharaan ternak.
Kotoran ternak inilah yang dapat mencemari lingkungan yaitu pada tanah, air, dan
udara (bau) yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Guna
mengurangi dan menghindari dampak pencemaran lingkungan yang diakibatkan
kotoran ternak maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mengolahnya menjadi pupuk bokasi. Kotoran kambing ini belum dimanfaatkan
dengan baik karena hanya diabaikan padahal limbah ini bisa menjadi bahan
unggul dalam pembuatan pupuk terlebih pupuk bokasi karena menurut Badan
Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (2006) kotoran
kambing mengandung 26,38% C, 2,37% N.
Kompos memiliki peranan sangat penting bagi tanah karena dapat
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat
kimia, fisik, dan biologinya. Penambahan kompos kedalam tanah dapat
memperbaiki struktur, tekstur, dan lapisan tanah sehingga akan memperbaiki
keadaan aerasi, drainase, absorbsi panas, kemampuan daya serap tanah terhadap
air, serta berguna untuk mengendalikan erosi tanah (Djuarnani dkk, 2005). Selain
itu, kompos juga dapat meningkatkan kapasitas tukar kation, meningkatkan
aktifitas biologi tanah (peningkatan jumlah mikroorganisme tanah), meningkatkan

1
pH pada tanah asam, dan tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan (Yuwono,
2005).
Pembuatan kompos dapat dipercepat dengan bantuan aktivator, salah
satunya yaitu Effective Microorganism 4 (EM4). EM4 merupakan kultur
campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah
maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan.
Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu memperbaiki kondisi biologi
tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara. Sebagian besar mengandung
mikroorganisme seperti bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), bakteri
asam lakta (Lactobacillus sp.), ragi, Actinomycetes sp, dan jamur fermentasi.
Pembuatan kompos dapat dipercepat dengan bantuan aktivator, salah
satunya yaitu Effective Microorganism 4 (EM4). EM4 merupakan kultur
campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah
maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan.
Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu memperbaiki kondisi biologi
tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara. Sebagian besar mengandung
mikroorganisme seperti bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), bakteri
asam lakta (Lactobacillus sp.), ragi, Actinomycetes sp, dan jamur fermentasi.
Kondisi tanah pada lahan pertanian sekarang ini mencukupi kebutuhan
akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari
pupuk hingga insektisida. Sudah tentu lahan pertanian menjadi jenuh, tingkat
kesuburannya menjadi rendah. Ini disebabkan berkurangnya kandungan bahan
organik didalam tanah. Masalah-masalah yang akan ditimbulkan bila tanah
kekurangan bahan organik yaitu kemampuan tanah dalam mengikat atau menahan
air jadi rendah, efisiensi penyerapan pupuk berkurang, aktivitas mikroba tanah
tidak berjalan dengan baik dan yang terpenting struktur tanah menjadi buruk. Ini
semua berakibat pada produktivitas tanah yang semakin menurun sehingga
menjadikan tanah akan kebutuhan anorganik (sintetik) terus meningkat.
Selain itu, penggunaan pupuk sintetik kini sudah mulai dibatasi karena
dengan pemberian terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya pemadatan,
degresi tanah dan residu pupuk terutama nitrogen, mulai diketahui telah

2
mencemari air tanah sebagai sumber air minum dan bahaya yang ditimbulkannya
terhadap kesehatan manusia.
Untuk mengatasi permasalahan ini maka salah satu jalan terpenting
adalah dengan memberikan bahan organik yang cukup kedalam tanah, sehingga
akan tercipta kembali kesuburan tanah yaitu dengan pemberian pupuk organik.
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang
diolah melalui proses dekomposisi oleh bakteri pengurai, misalnya pupuk kompos
dan pupuk kandang. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara
yang lengkap, jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah tetapi kandungan
bahan organik didalamnya sangat tinggi (syafira, 2012).

B. Tujuan

Tujuan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang


pertanian agar semakin bertambah, sehingga harapannya kedepan akan
berpengaruh pada produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan petani
yang dalam jangka kesejahteraannya dapat turut meningkat.

C. Manfaat

Untuk memberikan pembelajaran kepada para petani agar mereka


mengetahui informasi terbaru dalam dunia pertanian.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bokashi

Pupuk mempunyai peranan penting terhadap keberhasilan budidaya


tanaman. Tanaman membutuhkan pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan
hara agar dapat tumbuh serta berkembang dengan baik. Menurut Sudirja (2006),
pemberian pupuk organik dapat menambah cadangan unsur hara di dalam tanah
dan memperbaiki struktur tanah serta menambah kandungan bahan organik tanah.
Bokashi adalah salah satu kata dari bahasa Jepang yang berarti bahan organik
yang telah difermentasikan. Bokashi dibuat dengan menfermentasikan bahan
organik seperti sekam padi, jerami, serbuk gergaji, atau limbah pasar dengan EM-
4. Penggunaan efektif microorganism (EM-4) merupakan salah satu cara yang
tepat untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme di dalam tanah karena EM-4
merupakan inokulum mikroba yang dapat digunakan untuk membantu proses
dekomposisi bahan organik. EM-4 tidak mengandung bahan kimia yang
berbahaya dan sudah tersedia di dalam tanah sehingga tidak akan merusak
lingkungan (Candra, 2009).
Bokashi mengandung beberapa macam unsur. Unsur-unsur yang
terkandung di dalam 100 g diantaranya adalah 4, 96 % nitrogen, 0,34 % fosfor,
1,90 % kalium, 30,20 % protein, 22,96 % karbohidrat, 11,21 % lemak, 15,75%
gula, 14,02% alkohol, 0,46% vitamin C, dan asam amino. Manfaat bahan organik
fermentasi adalah bisa langsung digunakan sebagai pupuk organik, tidak panas,
tidak berbau busuk, tidak mengandung penyakit dan tidak membahayakan
pertumbuhan dan produksi tanaman (Wididana, 1993).
Bahan organik mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan biologi
tanah, bokashi merupakan bahan organik yang dapat digunakan sebagai pupuk
organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman (Simarmata dan Hamdani, 2003). Pengaruh bahan organik terhadap sifat
fisik tanah adalah terhadap peningkatan porositas tanah, memperbaiki tekstur
tanah menjadi gembur. Penambahan bahan organik juga akan meningkatkan
kemampuan tanah menahan air sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Pupuk organik dapat juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan hara
tanah untuk produksi kacang hijau (Sedjati, 2006).

4
Bahan organik mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan biologi
tanah, bokashi merupakan bahan organik yang dapat digunakan sebagai pupuk
organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman (Simarmata dan Hamdani, 2003). Pengaruh bahan organik terhadap sifat
fisik tanah adalah terhadap peningkatan porositas tanah, memperbaiki tekstur
tanah menjadi gembur. Penambahan bahan organik juga akan meningkatkan
kemampuan tanah menahan air sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Pupuk organik dapat juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan hara
tanah untuk produksi kacang hijau (Sedjati, 2006).

B. Kandungan Pupuk Bokashi Dari Kotoran Sapi

Alternatif penerapan teknologi pertanian organik yang berkelanjutan serta


berwawasan lingkungan salah satunya dengan penggunaan pupuk bokashi kotoran
sapi. Kandungan unsur hara yang tinggi pada kotoran sapi merupakan prospek
yang bagus untuk dijadikan pupuk organik (Tufaila, 2014). Berikut adalah
kandungan unsur hara pada kotoran sapi.

Tabel 1. Kandungan unsur hara kotoran sapi


Uraian Unsur Hara
C organic 10-18,76 %
N 0,7-1,30 %
P 0.52%
K 0,95 %
Ca 1,06 %
Mg 0,5-0,86%
Na 0,17 %
Fe 5726 ppm
Mn 334 ppm
Zn 122 ppm
Cu 20 ppm
Cr 6 ppm
C/N ratio 14,0-18,0
Kadar Air 24,21 %
P2O5 1,5-2.0 %
K2O5 0,5-0,8 %
Kadar Lengas 26,28 %
Asam Humat 3,42 %
Asam Fulvat 2,92 %

5
Sumber : (Irfan et al., 2017; Simanungkalit et al., 2006; Tisdale et al., 1985;
Yulipriyanto, 2010).

Pupuk kandang ialah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik
berupa kotoran padat (feses) yang tercampur dengan sisa makanan ataupun air
kencing (urine), hal ini menyebabkan beragamnya kualitas pupuk kandang
tergantung pada umur, jenis dan kesehatan ternak, kadar dan jenis juga pakan
yang dikonsumsi, lama dan jenis pekerjaan ternak, kondisi dan lama
penyimpanan, jumlah dan kandungan unsur haranya (Soepardi, 1983). Pupuk
kandang merupakan pupuk organik yang sering digunakan untuk penambah bahan
organik tanah, salah satunya diolah menjadi bokashi pupuk kandang. Pupuk
kandang secara kimia dapat menambah unsur hara terutama NPK serta dapat
meningkatkan KTK tanah juga secara biologi bisa meningkatkan aktifitas
mikroorganisme yang ada pada tanah. Sumber bahan organik yang mudah
diperoleh terdapat pada pupuk kandang sapi. Proses penyediaan hara pada pupuk
organik terjadi secara perlahan, sehingga dapat menghasilkan dampak residu pada
pertanaman selanjutnya, hal ini yang menjadi keunggulan serta kelemahan pupuk
organik (Allison, 1973).

C. EM4 (Effective Mikroorganism 4)

Mikroorganisme efektif (EM) merupakan inokulum yang dapat


meningkatkan keragaman mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi kesuburan
tanah dan tanaman. EM bukan pupuk tetapi merupakan bahan yang dapat
mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitas pupuk
(Parnata, 2004).
Pupuk organik agar dapat segera dimanfaatkan untuk perkembangan
tanaman perlu difermentasikan dengan bantuan EM4. EM Pertanian dan pupuk
bokashi ternyata sangat popular di tengah kehidupan para petani, terutama bagi
petani sayur dan buah di kota Batu, Malang, Jawa Timur. Untuk mendapatkan
hasil sayur dan buah yang bagus, petani mengandalkan bokashi sebagai pupuknya.
Sedangkan untuk membuat pupuk bokashi, para petani langsung aplikasikan
cairan EM Pertanian untuk mempercepat proses pembuatan pupuk secara alami.

6
Fakta ini ikut mendongkrak permintaan EM Pertanian di daerah Malang
dibanding daerah lain (Wigunaningsih, 2007).
Efektif Mikroorganisme 4 (EM4) terdiri dari kultur campuran beberapa
mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Effective
microorganisms 4 (EM4) mengandung spesies terpilih dari mikroorganisme
utamanya yang bersifat fermentasi, yaitu bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.),
Jamur fermentasi (Saccharomyces sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas
sp.) dan Actinomycetes (Dwicaksono dkk, 2010).
Bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.) bakteri tersebut dapat menekan
pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan dan dapat meningkatkan
percepatan perombakan bahan-bahan organik. Saccharomyces sp. menghasilkan
zat-zat bioaktif seperti hormon dan enzim yang berfungsi meningkatkan jumlah
sel aktif dan perkembangan akar. Bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.)
mengeluarkan senyawa-senyawa nitrogen (asam amino) yang dikeluarkan bakteri
fotosintetik yang berguna sebagai substrat. Actinomycetes merupakan suatu
mikroorganisme yang struktur tubuhnya merupakan antara bakteri dan jamur.
Actinomycetes memiliki bentuk tubuh menyerupai fungi karena pada fase
vegetatifnya mempunyai filamen halus. Actinomycetes menghasilkan zat-zat anti
mikroba yang dapat menekan pertumbuhan jamur dan bakteri (Tim Songgolangit
Persada, 2015).
Effective Mikroorganism (EM4) merupakan bahan yang mengandung
beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses pengomposan.
Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 terdiri dari Lumbricus (bakteri asam
laktat) serta sedikit bakteri fotosintetik, Actinomycetes, Streptomyces sp dan ragi.
Effective Mikroorganism (EM4) dapat meningkatkan fermentasi limbah dan
sampah organik, meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman, serta
menekan aktivitas serangga, hama dan mikroorganisme patogen (Djuarnani, et al.,
2005).

7
III. METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat

Kegiatan PKL dilaksanakan mulai dari tanggal 12 April sampai 10 Juli


yang berlokasi di Desa Bonto Jaya, Kecamatan Bissappu, Kab. Bantaeng.

B. Materi Kegiatan

No. TAHAPAN KEGIATAN WAKTU (HARI)


Persiapan :
1. i. Survei calon lokasi 3
ii. Pembekalan 6
Pelaksanaan :
2. a. Pelaksanaan MBKM 2 dan 90
pembuatan laporan
Pengakhiran :
3. a. Komsultasi dan perbaikan laporan 7
b. Ujian PKL 1 di lokasi 1

C. Prosedur Pelaksanaan

Adapun prosedur pelaksanaan kegiatan MBKM 2 ini adalah sebagai berikut :


1. Sebelum ke lapangan, mahasiswa terlebih dahulu diwajibkan mengikuti
kegiatan pembekalan yang dilaksanakan oleh panitia di Polbangtan Gowa
2. Selama melaksanakan kegiatan MBKM 2 mahasiwan diwajibkan menetap
atau tinggal di lokasi PKL dan melaksanakan tugas-tugas penyuluhan.
3. Selama melaksanakan kegiatan MBKM 2 mahasiswa wajib membuat
jurnal harian, melengkapi bukti fisik kegiatan dan dokumentasi seluruh
kegiatan serta melakukan konsultasi secara intensif dengan pembimbing
eksternal mengenai kondisi di lapangan.
4. Melakukan konsultasi dengan pembimbing, dengan format lembar
konsultasi.
5. Membuat laporan secara individu.
6. Melaporkan kegiatan kepada pembimbing, dengan format lembar
konsultasi.
7. Mengikuti ujian MBKM 2.

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

a. Keadaan Umum Wilayah


1. Letak Geografis
Desa Bonto Cinde terletak di wilayah pemerintahan Kecamatan
Bissappu Kabupaten Bantaeng, yang berjarakn ± 7 km sebelah Barat Ibu kota
Kabupaten Bantaeng, serta ± 3 km dari kelurahan Bonto Lebang ibu kota
Kecamatan Bissappu dengan jarak tempuh 30 menit. Sebagian daerahnya
merupakan dataran rendah dan sedang dengan ketinggian 100-200 meter dari
permukaan laut Desa Bonto Cinde terdiri dari 4 dusun yaitu sebagai berikut :
- Dusun Pundingin I
- Dusun Pundingin II
- Dusun Parigi
- Dusun Kr. Maja
Desa Bonto Cinde merupakan salah satu desa di Kabupaten Bantaeng
yang terletak di wilayah pegunungan yang memiliki luas ± 4.353 Ha2 dengan
batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Bonto Rannu
- Sebelah Timur : berbatasan dengan Kel. Bonto Langkasa
- Sebeleh Barat : berbatasan dengan Desa Bonto Loe
- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Bonto Jai

2. Topografi Wilayah
Luas wilayah Desa Bonto Cinde adalah 369 Ha2 dengan perincian
sebagai berikut :
- Lahan sawah ±265,05 Ha dengan rincian sebagai berikut :
 Sawah berpengairan sederhana : 86 Ha
 Sawah tadah hujan :-
 Sawah ½ teknis : 178,05 Ha
- Lahan bukan sawah (tegalan/kebun) : ± 196 Ha

9
Melihat potensi lahan yang ada di Desa Bonto Cinde, dimana lahan
sawah seluas 231 Ha2 yang berpotensi melaksanakan pola tanam padi-padi
palawija dengan kondisi irigasi yang mendukung pertanaman dengan IP 200.
Namun jika kondisi irigasi terganggu maka pola tanam yang bisa dilakukan
adalah pada-pada-bero. Artinya dengan kondisi ini, sasaran tanaman padi
sawah hanya dapat dilaksanakan dua kali dalam satu tahun.

3. Potensi Pengembangan Pertanian


Berdasarkan potensi wilayah Desa Bonto Cinde terdapat beberapa
komoditas yang dapat dikembangkan antara lain dari sector pertanian seperti
tanaman pangan dan tanaman holtikultura, sector perkebunan, sector
peternakan dan perikanan/kelautan.

B. Pembahasan

a. Rencana Kegiatan Penyuluhan


1. Rencana Kegiatan Penyuluhan
Dari beberapa tujuan dan sasaran serta pernyataan-pernyataan
sebagaimana disebutkan di atas maka beberapa hal yang penting untuk menjadi
bahan rencana penyuluhan di Desa Bonto Cinde tahun 2023 adalah sebagai
berikut :
1) Kegiatan penyuluhan aspek perubahan perilaku dalam pelaksanaan usaha
tani, dengan pendekatan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang bersifat
partisipatif, berorientasi mengatasi masalah.
2) Kegiatan penyuluhan yang bersifat benah kelompok, dengan tujuan untuk
meningkatkan peran serta kelembagaan kelompok tani di tengah-tengah
masyarakat.
2. Rencana Kegiatan Fasilitasi
Dalam pelaksanaan rencana kegiatan yang bersifat mengikhtiarkan atau
faislitas terhadap keadaan masalah yang ada. Ditujukan untuk
memberikan kemudahan dan kelancaram, dalam rangka memberikan
keleluasaan dan dukungan yang berupa perbaikan sarana fisik maupun
sarana non fisik.

10
b. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian menurut Undang-Undang nomor 16 Tahun 2006
adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka
mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Langkah-langkah dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian
sebagai berikut :
1. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk synopsis dan media
tahapan yang telah dilaksanakan dalam penyusunan materi penyuluhan
dalam bentuk synopsis adalah sebagai berikut :
a. Memilih dan menentukan materi penyuluhan yang sesuai kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha.
b. Menentukan media penyuluhan yang paling banyak dapat diterima
oleh kalangan masyarakat petani.
c. Mencari bahan dan sumber/literature, yang dapat mendukung
penyusunan materi penyuluhan pertanian.
d. Menyusun materi penyuluhan pertanian dengan Bahasa yang
sederhana, mudah dimengerti, yang tersusun secara ringkas dan
jelas.

Materi penyuluhan dalam bentuk synopsis merupakan bahan penyuluhan


tentang teknologi pertanian yang dibuat dalam bentuk ringkas atau secara garis
besarnya, namun tetap memuat keseluruhan informasi/pesan yang hendak
disampaikan. Materi penyuluhan dalam bentuk synopsis ini biasanya dibuat
dalam bentuk media sederhana seperti leaflet, folder, poster dan lain
sebagainya. Materi penyuluhan dalam bentuk synopsis yang dibuat oleh
mahasiswa dimaksudkan untuk membantu pelaku utama dan pelaku usaha
sasaran untuk mengetahui dan memahami inovasi/ teknologi baru, dengan
mudah tanpa menyita waktu, lebih mudah mengadopsi dan menerapkan
teknologi tepat guna tepat waktu dan tepat sasaran dengan hasil maksimal.

11
2. Menetapkan dan Menggunakan Metode Penyuluhan Pertanian
Metode penyuluhan pertanian adalah teknik, cara atau trik yang
dipergunakan dalam menyampaikan informasi tentang inovasi baru
pertanian kepada pelakua utama dan pelaku usahan, agar informasi
tersebut lebih mudah diadopsi oleh sasaran. Langkah-langkah penetapan
metode penyuluhan pertanian adalah mempelajari ruang lingkup dan
karakteristik materi penyuluhan yang akan disampaikan.

3. Melaksanakan Kegiatan Penyuluhan


Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian baik berupa diskusi
maupun ceramah langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut.
a. Mengidentifikasi potensi dan komoditi unggulan di wilayah Desa
b. Mengidentifikasi kebutuhan informasi dan permasalahan yang
dialami petani
c. Mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan dengan PPL, dan
ketua Poktan
d. Menyusun materi penyuluhan pertanian yang sesuai dengan
kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha
e. Membuat lembar persiapan menyuluh (LPM)
f. Mempersiapkan diri untuk melakukan penyuluhan
g. Melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian.

12
DAFTAR PUSTAKA
Allison, F. E. 1973. Soil Organic Matter and Its Role in Crop Production.
Amsterdam: Elsevier.
Candra, M.Y. 2009. Pertumbuhan dan produksi tanaman kailan (Brassica
alboglabra L.) dengan pemberian berbagai jenis bokashi. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Riau. Pekanbaru.
Djuarnani, Nan. Dkk. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. AgroMedia Pustaka.
Jakarta.
Dwicaksono, Marsetyo Ramadhany Bagus, dkk, 2010, Pengaruh Penambahan
Effective Microorganisms pada Limbah Cair Industri Perikanan Terhadap
Kualitas Pupuk Cair Organik, Malang: Universitas Brawijaya
Irfan, I., Rasdiansyah, R., & Munadi, M. 2017. Kualitas Bokashi dari Kotoran
Berbagai Jenis Hewan. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia,
9(1), 23-27.
Parnata, Ayub S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Jakarta.
Agromedia Pustaka. 112 hal.
Roihanna, Nur., Haryanti, Sri., Budi Hastuti, Rini. 2010. Pengaruh Kompos
Dengan Stimulator EM 4 (Effective Microorganisms 4) Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis (Zea mays var,
Saccharata).FMIPA.Undip.
Sedjati, S. 2006. Kajian pemberian bokashi jerami padi dan pupuk P pada kacang
tanah (Arachis hypogaea L.). Jurnal Pertanian, 6 (5): 1-11.
Sihombing, DTH. 2000. Teknik Pengolahan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan.
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian
Bogor.
Simanungkalit, R., Suriadikarta, D. A., Saraswati, R., Setyorini, D., & Hartatik,
W. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati (Vol. 312). Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Simarmata, T. dan J. S. Hamdani., 2003. Efek kombinasi jenis pupuk organik
dengan bionutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jahe (Zingiber
officinaleRosc.) pada inceptisol di garut. J. Bionat. Jurnal Online
Agroekoteknologi, 5 (1) : 29-37.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Bogor:
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sudirja, R., M.A. Siregar, dan S. Rosniawaty. 2006. Respons Beberapa Sifat
kimia flufentic eutrudepts melalui pendayagunaan limbah kakao dan
berbagai jenis pupuk organik. Jurnal Penelitian Agronomi, 2 (3): 26-50.

13
Syafira, L. I., (2012), Pembuatan Pupuk Bokashi dari Limbah Organik dan
Analisis Kandungan Unsur Nitrogen, Karbon, Fosfor dan Kalium, Skripsi,
FMIPA, Unimed, Medan.
Tim Songgolangit Persada, 2015 Teknologi Efektif Mikroorganosme Dimensi
Baru dalam Pertanian Modern, http://em4- indonesia.com/teknologi-em-
effectivemicroorganisms-demensi -baru-dalam-pertanian-modern/, diakses
pada tanggal 1 Mei 2017
Tisdale, S., Nelson, W., & Beaton, J. 1985. Soil Fertility and Fertilizer. New
York: Mac Millan Publ. Co.
Tufaila, M. 2014. Aplikasi kompos untuk meningkatkan hasil tanaman mentimun
(Cucumis sativus L.) di tanah masam. Jurnal Agroteknos, 4 (2):120-127.\
Wididana, S. 1993. Teknologi Efektif Mikroorganisme (EM-4). Koperasi
Karyawan Departemen Kehutanan. Jakarta. 55 hal.
Wigunaningsih, W. 2007. EM Pertanian Diakrabi Petani Sayur.
koranpakoles@yahoo.co.id.
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi tanah dan strategi pengelolaannya. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Yuwono, Dipo. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

14
LAMPIRAN

15
LAMPIRAN DOKUMENTASI

16
17

Anda mungkin juga menyukai