Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

MANAJEMEN PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI DI SENTRAL


PETERNAKAN RAKYAT WANASBA LOMBOK TIMUR

MUHAMMAD SHOHAIRI
B1D 016 182

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG
MANAJEMEN PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI DI SENTRAL
PETERNAKAN RAKYAT WANASBA LOMBOK TIMUR

MUHAMMAD SHOHAIRI
B1D016182

Laporan Praktik Kerja Lapang


Diserahkan Untuk Keperluan Penyelesaian Pendidikan
pada Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Mataram
yang Telah Disetujui Pada Oktober 2019

MENGETAHUI : MENYETUJUI :

Program studi peternakan

Ketua, Pembimbing,

Dr. Ir. M. Ashari, M.Si Ir. Mastur, M.Si


NIP. 186112311987031017 NIP.19611231198703101

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-NYA kepada penulis sehingga pelaksanaan dan penyusunan Laporan
Praktek Kerja Lapang yang berjudul “ Manajemen pengolahan Limbah Ternak
Sapi Di Sentral Peternakan Rakyat (SPR) Ridho Ilahi, Wanasaba, Lombok Timur”
dapat terselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


dalam proses pelaksanaan dan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapang ini,
terutama kepada:

1. Dr. Ir. Maskur, M.Si selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
2. Dr. Ir. M. Ashari, M.Si selaku Ketua Program Studi Fakultas Peternakan
Universitas Mataram.
3. Ir. Harjono M.Si selaku ketua Labolatorium hijauan makanan ternak.
4. Ir. Mastur MSi selaku dosen pembimbing.
5. Bapak Tarmizi S.Pt selaku manajer di Sentral Peternakan Rakyat (SPR).
6. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa dalam segala aktivitas
yang dilakukan.
7. Rekan-rekan PKL dari SMK PP Mataram, terima kasih atas kerja sama selama
kegiatan PKL berlangsung.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab
itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang nantinya dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan penyempurnaan dari Laporan
Praktik Kerja Lapang ini. Semoga laporan ini berguna, bermanfaat bagi
pembaca dan berbagai pihak yang membutuhkan.

Mataram, Agustus 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

iii
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................3
1.2 Tujuan dan Kegunaan pkl.........................................................................3
BAB II KEGIATAN PKL.....................................................................................4
2.1 Gambaran Umum.....................................................................................4
2.2 Hasil Kegiatan PKL..................................................................................7
2.3 Manfaat Kegiatan PKL.............................................................................21
BAB III PERMASALAHAN DAN SOLUSI.......................................................22
3.1 Permasalahan............................................................................................22
3.2 Solusi........................................................................................................22
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN....................................................................23
4.1 Simpulan...................................................................................................23
4.2 Saran.........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

iv
Halaman
Gambar 1. SPR Ridho Ilahi...................................................................................4
Gambar 2. Denah SPR Ridho Ilahi........................................................................4
Gambar 3. Peta lokasi SPR Ridho Ilahi.................................................................5
Gambar 4. proses pengumpulan kotoran ternak sapi.............................................8
Gambar 5. Proses pembalikan kompos.................................................................11
Gambar 6. proses pengayaan pupuk kompos........................................................12
Gambar 7. Proses pengemasan pupuk kompos.....................................................13
Gambar 8. Penggunaan biogas untuk memasak....................................................14
Gambar 9. Pengumpulan feses..............................................................................15
Gambar 10. Memasukkan feses ke inlet................................................................16
Gambar 11. Proses pengadukan............................................................................16
Gambar 12. Kran biodigester................................................................................17
Gambar 13. Pemanfaat slurry................................................................................18
Gambar 14. Proses pembuatan silase jerami jagung.............................................21
Gambar 15. Prose pembuatan amoniasi jerami padi.............................................21

DAFTAR TABEL

v
Halaman
Tabel 1. Bahan-bahan kompos..............................................................................7
Tabel 2. Pengamatan tekstur kompos....................................................................11
Tabel 3. Komposisi biogas....................................................................................13

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peningkatan populasi ternak sapi secara nasional dan regional akan
meningkatkan jumlah limbah yang dihasilkan. Apabila limbah tersebut tidak
dikelola dengan baik, maka akan sangat berpotensi menyebabkan pencemaran
lingkungan terutama dari limbah kotoran yang dihasilkan ternak setiap hari.
Pembuangan kotoran ternak sacara sembarangan dapat menyebabkan
pencemaran air, tanah dan udara yang dapat menimbulkan bau. Hal ini akan
berdampak pada penurunan kualitas lingkungan, kualitas hidup peternak dan
ternaknya serta dapat memicu konflik sosial.

Limbah ternak memiliki dua potensi yang bertolak belakang, yaitu potensi
yang merugikan dan potensi yang menguntungkan bagi manusia dan
lingkungan. Potensi yang menguntungkan dari limbah ternak adalah dapat
memberi manfaat bagi masyarakat, peternak maupun lingkungan jika dikelola
dengan baik, yaitu menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan
limbah, mengurangi volume limbah dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi
dari pada bahan asalnya, mengurangi polusi udara dan meningkatkan
kesuburan tanah. Limbah ternak khususnya sapi potong mengandung bahan
organik yang dapat menyediakan zat hara bagi tanaman melalui proses
penguraian (dekomposisi) dan dampak penggunaan pupuk hasil olahan
limbah ternak dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Pengelolaan dan pemanfaatan limbah ternak secara baik dapat mewujudkan
suatu konsep peternakan yang ramah lingkungan.

Potensi yang merugikan dari limbah ternak adalah dapat menimbulkan


pencemaran udara maupun air sehingga dapat terjadi masalah sosial antara
peternak dengan masyarakat di sekitar areal peternakan. Dengan demikian
diperlukan suatu upaya pengelolaan limbah peternakan, baik limbah padat
(feses) maupun limbah cair (urin), sehingga limbah tersebut tidak
menimbulkan dampak seperti pencemaran udara maupun air.

1
Peternakan seperti feses, urin beserta sisa pakan ternak sapi akan selalu
ada dalam suatu lokasi peternakan. Seekor ternak sapi akan menghasilkan
limbah feses sebanyak 6 kg/hari/ekor. Jika dalam suatu peternakan terdapat
10 ekor sapi, maka ini akan menghasilkan 60 kg feses yang dapat mecemari
lingkungan.  Namun sebenarnya, limbah peternakan seperti feses, urin beserta
sisa pakan ternak sapi merupakan salah satu sumber bahan yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos.
Masyarakat pedesaan terutama para peternak sapi telah menggunakan
teknologi biogas sebagai pemenuhan kebutuhan bahan bakar sehari-hari.
Pengguna biogas hanya peternak sapi karena mereka mudah untuk
mendapatkan sumber atau bahan pembuat biogas. Model tabung pembuat
biogas sangat besar dan terpasang pada instalasi pembuatan biogas di dekat
sumber bahan baku utamanya (kandang hewan ternak). Bentuk tabung
digester memerlukan tempat yang luas, sehingga tidak dapat dipindahkan
karena ukurannya besar dan berat. Selain itu model tabung digester yang ada
saat ini tidak cukup efektif karena jika kotoran sapi yang sudah di degradasi
oleh bakteri sudah penuh maka dilakukan pengurasan digester. Oleh karena itu
diperlukan model digester khusus untuk mengolah kotoran sapi secara
kontinyu.
Pada prinsipnya, pembuatan Biogas sangat sederhana, hanya dengan
memasukkan substrat (kotoran ternak) ke dalam digester yang anaerob. Dalam
waktu tertentu Biogas akan terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor gas atau penerangan.
Penggunaan biodigester dapat membantu pengembangan sistem pertanian
dengan mendaur ulang kotoran ternak untuk memproduksi Biogas dan
diperoleh hasil samping (by-product) berupa pupuk organik.
Sebagaimana kita ketahui, Gas metan termasuk gas rumah kaca
(greenhouse gas), bersama dengan gas CO2 memberikan efek rumah kaca
yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas
metan secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian
masalah global.

2
Potensi kotoran sapi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan Biogas
sebenarnya cukup besar, namun belum semua peternak memanfaatkannya.
Bahkan selama ini telah menimbulkan masalah pencemaran dan kesehatan
lingkungan. Umumnya para peternak membuang kotoran sapi tersebut ke
sungai atau langsung menjualnya ke pengepul dengan harga sangat murah.
Padahal dari kotoran sapi saja dapat diperoleh produk-produk sampingan (by-
product) yang cukup banyak. Sebagai contoh pupuk organik cair yang
diperoleh dari urine mengandung auksin cukup tinggi sehingga baik untuk
pupuk sumber zat tumbuh.
Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat ketertarikan dalam melakukan
praktik kerja lapang tentang manajemen pengolahan limbah ternak sapi di
sentral peternakan rakyat (SPR) Ridho Ilahi, Wanasaba, Lombok Timur.

1.2. Tujuan dan Kegunaan PKL


1.2.1 Tujuan PKL
Adapun tujuan dari PKL ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimana prosedur manajemen pengolahan
limbah ternak sapi.
b. Untuk menambah wawasan serta keterampilan mahasiswa dalam
mengaplikasikan ilmu tentang manajemen pengolahan limbah ternak
sapi.

1.2.2 Kegunaan PKL


Adapun kegunaan dari PKL ini sebagai berikut :
a. Dapat menambah pengalaman dan keterampilan dalam pelaksanaan
manajemen pengolahan limbah ternak sapi
b. Sebagai motivasi atau refrensi untuk pembaca yang ingin melakukan
PKL dalam bidang manajemen pengolahan limbah ternak sapi.

3
BAB II
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG

2.1 Gambaran Umum Lokasi PKL

Kegiatan praktik kerja lapang ini dilaksanakan di Sentral Peternakan


Rakyat (SPR) Ridho Ilahi Wanasaba, Lombok timur, Nusa Tenggara Barat.
Pada tanggal 22 Juli sampai dengan 21 Agustus 2019.

(Gambar 1. SPR Ridho Ilahi)

Sentra peternakan rakyat (SPR) adalah komunitas kewirausahaan sosial


(social entrepreneurs) sebagai wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan,
dan kebersamaan Usaha yang halal, baik, sehat, serta bermanfaat yang
bergerak dalam bidang peternakan yang berbasis kesejahteraan peternak
rakyat.

(Gambar 2. Denah SPR Ridho Ilahi)


Adapun kawasan yang masuk kawasan SPR terdiri dari 6 desa, yakni :
wanasaba, wanasaba lauk, wanasaba daye, karang baru, karang baru timur,

4
dan beriri jarak. Jumlah anggota sentra peternakan rakyat (SPR) adalah 612
orang dengan total jumlah ternak sebanyak 1705 ekor.

(Gambar 3. Peta lokasi SPR Ridho Ilahi)

a) Sejarah SPR Ridho Ilahi


SPR Ridho Ilahi didirikan pada tanggal 21 Desember 2015 dan
dideklararasikan pada tanggal 23 April 2016, pendirian ini dilakukan
dengan pemilihan gugus perwakilan pemilik ternak (GPPT) secara
demokratis dan terpilih ketua GPPT sebagai “ketuanya” para peternak sapi
di wilayah wanasaba yang memiliki rencana usaha yaitu :
1. Pembibitan sapi
Menghasilkan sumber bibit sapi bali dan simbal yang unggul
2. Penggemukan sapi
Jenis sapi yang digemukkan adalah sapi bali dan sapi simbal
dengan rata-rata berat badan 250 – 500 kg dengan usia 2 – 3 tahun.
Sapi yang dijual dalam keadaan sehat dan telah melalui
pemeriksaan oleh dokter hewan.
3. Perdagangan sapi
SPR Ridho Ilahi melayani jual beli sapi dari berbagai jenis, baik
sapi lokal maupun sapi silangan.
4. Pupuk kompos organik
SPR Ridho Ilahi memproduksi pupuk kompos dengan Bioactive
Technology
b) Struktur organisasi SPR

5
Adapun struktur organisasi yang ada di kelompok ternak Ridho Ilahi
sebagai berikut :

ANGGOTA

c) Visi dan misi SPR


1. Visi
Peternak berdaulat yang di ridhoi Allah SWT
2. Misi
SDM yang berakhlak mulia, menguasai iptek dan berjiwa entrepreneur.
3. Tujuan
a. Mewujudkan usaha peternakan rakyat dalam suatu perusahaan
kolektif yang dikelola dalam satu manajemen.
b. Meningkatkan daya saing usaha saing usaha peternakan rakyat
melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran, dan penguatan
ketrampilan peternakan rakyat.
c. Membangun sistem informasi sebagai basis data untuk menyusun
populasi ternak berencana.
d. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak rakyat.
e. Meningkatkan kemudahaan pelayanan teknis dan ekonomis bagi
peternak rakyat.
4. Sasaran

6
a. Berdirinya perusahaan kolektif peternakan berbadan hokum milik
peternak yang dikelola secara professional.
b. Sebagai pusat pengembangan sapi potong berbasis IPTEK di nusa
tenggara barat.
c. Peningkatan penghasilan peternak.

2.2 Macam – Macam Kegiatan


Limbah ternak sapi merupakan salah satu limbah yang banyak
mencemari daerah kawasan penduduk dan aliran sungai di desa Wanasaba.
Cara untuk mereduksi beban pencemaran akibat limbah peternakan sapi
adalah dengan menerapkan teknologi bersih. Salah satu caranya adalah
dengan memanfaatkan limbah feses sapi menjadi material penyubur atau
pupuk dan juga biogas.

A. Hasil kegiatan utama


1) Kompos
a. Pengumpulan kotoran ternak sapi
Pembuatan kompos di SPR Ridho Ilahi menggunakan feses sapi
yang telah dikumpulkan pada tempat penampungan pertama dan
dimana pembuatan pupuk kompos dalam skala cukup besar yaitu
dalam satu kali proses pembuatan sebanyak 10 - 20 ton.
Bahan - bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos
ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Bahan-bahan yang di gunakan dalam pembuatan pupuk
kompos.

Bahan-bahan Jumlah
Sapi/Feses sapi 10 ton

Sekam padi 100 Kg

Dekomposer 10 Liter

Air Secukupnya
         

7
Kotoran sapi memilki peranan yang sangat besar sebagai nutrisi
yang lengkap, sekam berfungsi sebagai makanan dari
mikroorganisme dalam pembuatan kompos. Sementara air beperan
dalam mempercepat proses pematangan pupuk dengan kelembaban
yang cukup. Aktivator pada proses pengomposan yang digunakan
ialah dekomposer dari LIPI. Dekomposer fungsinya untuk
mempercepat proses penguraian senyawa-senyawa organik dan
mempercepat pematangan kompos.

(Gambar 4. Proses pengumpulan kotoran ternak sapi)

b. Proses pengomposan
Setelah cukup, feses dibawa ke tempat pembuatan kompos.
Proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-
mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Proses pengomposan merupakan proses biodegradasi bahan organik
menjadi kompos dimana proses dekomposisi atau penguraian
dilakukan oleh bakteri, yeast dan jamur. Sehingga akan
mempercepat proses dekomposisi bahan-bahan limbah organik
menjadi pupuk organik yang siap dimanfaatkan oleh tanaman
dilakukan proses penguraian secara artifisial. Kotoran ternak sapi
dapat dijadikan bahan utama pembuatan kompos karena memiliki
kandungan nitrogen, potassium dan materi serat yang tinggi
(Kaharudin, 2008).

8
Pengomposan di kelompok SPR Ridho Ilahi menggunakan proses
aerobik dimana proses aerobik menurut Isroi, 2008 adalah proses
pengomposan menggunakan mikroba yang membutuhkan oksigen
dalam proses dekomposisi bahan organik (Isroi, 2008).
Mikroorganisme merupakan faktor terpenting dalam proses
pembuatan kompos anaerob maupun aerob karena mikroorganisme
ini yang merombak bahan organik menjadi kompos (Yuniwati,
2012).
Proses pengomposan ini membutuhkan waktu 21 hari dengan 3
kali pembalikan menggunakan alat seperti cangkul dan sekop.
Pembalikan kompos yang bertujuan untuk menambah suplai oksigen
dan meningkatkan homogenitas bahan. Pencampuran bahan kompos
menggunakan alat berat seperti yang ada di gambar nomor 5, dengan
memakai alat tersebut pencampuran kompos jadi lebih mudah dan
efisien. Dimana dahulu kelompok Ridho Ilahi masih menggunakan
alat sederhana seperti cangkul, sekop, untuk pembalikan dan kurang
efisien. Waktu yang digunakan lebih lama, tenaga yang digunakan
banyak terkuras, sementara dengan memakai alat berat untuk
pencampuran bahan kompos dapat memudahkan peternak.

(Gambar 5. Proses pembalikan kompos)

Berdasarkan hasil tanya jawab pada pembuatan kompos di


Kelompok SPR Ridho Ilahi, yaitu dimana pengumpulan feses
hingga cukup dan kering yang di komposkan membutuhkan waktu
hingga satu tahun, sementara pada proses pengomposan hingga

9
matang membutuhkan waktu hampir sebulan. Hal ini  sesuai dengan
pendapat (Isroi, 2008) yang menyatakan lama waktu pengomposan
tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposakan, metode
pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa
penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan
akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 1 tahun
hingga kompos benar-benar matang. Hasil pengukuran tekstur dan
warna selama 21 hari dapat dilihat di Tabel 2.

10
Tabel 2. Pengamatan tekstur dan warna pada proses pengomposan

Hari ke Tanggal Tekstur Warna

1 23-07-2019 kasar coklat


2 24-07-2019 kasar coklat

3 25-07-2019 kasar coklat


4 26-07-2019 kasar coklat
5 27-07-2019 kasar coklat
6 28-07-2019 kasar coklat
7 29-07-2019 kasar coklat
8 30-07-2019 kasar coklat
9 31-07-2019 agak lembut coklat
10 01-07-2019 agak lembut coklat
11 02-07-2019 agak lembut coklat
12 03-07-2019 agak lembut coklat
13 04-07-2019 agak lembut coklat
14 05-07-2019 agak lembut coklat
15 06-07-2019 agak lembut coklat
16 07-07-2019 agak lembut coklat
17 08-07-2019 lembut coklat
18 09-07-2019 lembut coklat kehitaman
19 10-07-2019 lembut coklat kehitaman
20 11-07-2019 lembut coklat kehitaman

21 12-07-2019 lembut coklat kehitaman


Setelah 21 hari proses pengomposan, tekstur kompos berubah
menjadi lembut, warna kompos semakin coklat kehitaman dan suhu
relatif berubah tidak panas seperti awal. Dengan kondisi seperti ini
bahan telah dapat untuk menyuburkan tanah. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat (Murbandono, 2000) yang menyatakan bahwa
timbunan bahan kompos akan cepat mengalami penguraian bila suhu
nya tepat, suhu ideal dalam proses pengomposan yaitu 30-45oC.

11
c. Pengayakan

Setelah feses tersebut sudah mengalami pengomposan, lalu


kompos dibawa ketempat pengayakan menggunakan troli.
Pengayakan kompos dilakukan dengan menggunakan alat skop
untuk mengangkat feses ke tempat alat pengayakan. Pengayakan
dilakukan sampai struktur kompos menjadi halus, jika terdapat
kompos yang belum halus, sisanya akan dikumpulkan, kemudian
akan dilakukan pengomposan ulang pada tempat pengomposan.

(Gambar 6. Proses pengayakan pupuk kompos)

d. Pengemasan
Setelah pupuk diayak dan struktur kompos menjadi lembut,
kemudian kompos dikemas di dalam karung berisi 50 kg dan siap di
jual ke konsumen. Selain dijual keluar, kompos juga di gunakan
untuk pertanian milik anggota kelompok ternak di SPR sendiri.

12
(Gambar 7. Proses pengemasan pupuk kompos)

2) Biogas
Biogas adalah gas yang dapat dihasilkan dari fermentasi feces
(kotoran) ternak, misalnya sapi, kerbau, babi, kambing, ayam dan lain-
lain dalam suatu ruangan yang disebut digester. Komponen utama
biogas adalah gas methan, disamping gas-gas lain.

Tabel 3. komposisi biodigester

spesifikasi keterangan

Jumlah digester 1 buah, terletak didekat


kandang
Komposisi bahan Feses sapi dan air dengan
perbandingan 2 : 3

Biogas adalah gas yang dapat dibakar atau sumber energi yang
merupakan campuran berbagai gas, dengan gas methana dan gas
karbon dioksida merupakan campuran yang dominan (Simamora,
2006).

Biogas berasal dari kata bios yang artinya hidup, sedangkan gas
adalah sesuatu yang keluar dari tungku atau dari perapian atau lubang
yang dihasilkan oleh makhluk hidup melalui proses tertentu. Proses
yang dimaksud adalah proses fermentasi bahan-bahan organik oleh
bakteri anaerob atau bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara.
Biogas mempunyai sifat mudah terbakar, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah atau LPG
untuk memasak dan untuk penerangan.

Di kelompok ternak Ridho Ilahi, feses sangat dimanfaatkan dalam


pembuatan biogas. Hasil dari biogas ini akan ditampung di dalam bak
penampung yang berdiameter 2 meter dan panjang 2 meter.

13
      Biogas di sentral peternakan rakyat (SPR), menggunakan jenis
Digester permanen yang terbuat dari bahan seperti batu bata dan
semen. Kelebihan digester permanen ini adalah bahan tahan lama
(bisa lebih dari 20 tahun, kokoh, kuat, tahan cuaca, mudah
dioperasikan, perawatan mudah dibandingkan tipe lainnya dan lebih
efisien. Namun kekurangannya adalah tidak dapat dipindah-
pindahkan, pembangunannya harus teliti (tidak boleh ada lubang
sebesar satu jarum pun), biaya kontruksi mahal. Ukuran digesternya
yaitu berdiameter 2 meter dan panjang 2 meter. Penyaluran gas
melalui pipa berukuran 2 inch. Jarak instalasi biogas dengan dapur
yaitu 20 meter.

(Gambar 8. Penggunaan biogas untuk memasak)

Biogas merupakan bahan bakar berguna yang dapat diperoleh


dengan memproses limbah di dalam alat yang dinamakan penghasil
biogas. Dinyatakan pula bahwa biogas memiliki nilai kalorinya cukup
tinggi, yaitu dalam kisaran 4.800-6.700 Kcal/m3, gas methana murni
(100%) mempunyai nilai kalori 8.900 Kcal/m3 (Harahap, 1978).

Sapi Bali dewasa yang dikandangkan menghasilkan kotoran segar


sebanyak 6 kg/hari. Kotoran tersebut dapat langsung digunakan untuk
menghasilkan gas bio dan kemudian limbah padatnya masih bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk organik (Kaharudin dan Sukmawati,
2010).

14
Kegiatan yang dilaksanakan dalam pembuatan Biogas di SPR Ridho
Ilahi adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Feses

            Pengumpulan feses dari dalam kandang dilakukan pada pagi dan
sore hari. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan alat seperti
ember, skop dan cangkul yang telah tersedia dikandang. Cara untuk
menggumpulkan feses yaitu dengan menggaruk feses yang tercecer
pada semua sisi kandang dan menyatukan pada satu tempat pada
bagian samping kandang dan memasukkan feses ke saluran biogas.

(Gambar 9. Pengumpulan feses )

2. Memasukkan Feses ke Inlet


Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang
berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan
bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak
digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian
bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar
kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yang dihasilkan
dan banyaknya biogas yang diinginkan.

            Memasukkan kotoran sapi kedalam inlet menggunakan ember,


kemudian mencampurkan dengan air. Dengan perbandingan antara
kedua bahan tersebut yaitu 2 : 3 sebagaimana yang ada di tabel 4.

15
(Gambar 10. Inlet tempat pengadukan feses)

3. Pengadukan
Pengadukan campuran dari feses sapi dengan air dilakukan
setiap hari dalam bak digester. Hal ini dimaksudkan agar
pembentukan gas tidak menurun akibat terbentuknya kerak di
permukaan cairan.

(Gambar 11. Proses pengadukan di lubang penampungan feses)

4. Penampungan Gas

            Lumpur dari feses sapi dialirkan ke biodigester, dengan


membuka penutup yang ada dibawah lubang inlet. Setelah itu feses
akan difermentasi oleh mikroba didalam biodigester, sehingga
menghasilkan gas Metan (CH4) dalam waktu 6 jam. Apabila pada
bak penampungan telah penuh maka kran utama pada biodigester
harus ditutup untuk menghentikan gas. Gas yang dihasilkan

16
kemudian dapat dimanfaatkan menjadi biogas untuk keperluan
memasak.

(Gambar 12. Kran biodegester)

5. Pemanfaatan Slurry (Limbah dari Biogas)


Pengolahan limbah dari biogas ini hanya di jadikan sebagai
pupuk organik yang harga jualnya lebih tinggi dari pada kompos
biasanya dan limbah biogas juga dapat dibuat sebagai pakan ikan
dengan cara mengeringkangkan limbah biogas terlebih dahulu,
setelah kering kemudian dileburkan dan bisa diberikan secara
langsung ke ikan. Untuk saat ini hasil pemanfaatan slurry untuk
pakan ikan masih digunakan sendiri oleh peternak di SPR Ridho
Ilahi.

(Gambar 13. Pemanfaatan slurry)

17
B. Hasil kegiatan penunjang
1. Pemberian pakan
Jenis makanan ternak yang diberikan di SPR ridho ilahi terdiri atas :
a) Complet feed
Complet feed adalah pakan lengkap yang mempunyai
kandungan nutrisi yang terpenuhi untuk ternak. Complet feed
menutupi kekurangan zat-zat makanan yang terdapat dalam hijauan.
Jenis makanan ini diberikan ke ternak dalam bentuk tepung dan
merupakan langsung di produksi oleh SPR Ridho Ilahi.
b) Hijauan
Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari
tanaman dalam bentuk daun-daunan. Pakan yang termasuk
kelompok hijauan ini adalah bangsa rumput (Graminae), leguminosa
dan sebagainya (AAK,1985).
Hijauan yang diberikan di kelompok ternak Ridho Ilahi terdiri
atas rumput gajah, legume dan jerami jagung.
2. Pembuatan pakan Complet feed
Secara umum complete feed adalah suatu teknologi formulasi pakan
yang mencampur semua bahan pakan yang terdiri dari hijauan (limbah
pertanian) dan konsentrat yang dicampur menjadi satu tanpa atau hanya
dengan sedikit tambahan rumput segar. Pakan komplit adalah ransum
berimbang yang telah lengkap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
ternak, baik untuk pertumbuhan, perawatan jaringan maupun produksi
(Pamuji, 2012).
Pembuatan pakan complet feed di kelompok ternak Ridho Ilahi
yaitu dengan bahan yang mudah,murah dan memiliki nilai nutrisi
tinggi. Bahan Pakan complet feed terdiri dari tepung lamtoro, tepung
turi, dedak, premix dan garam. Pembuatannya dengan cara
mencampurkan seluruh bahan secara homogen, setelah itu dikemas
kedalam karung dan disimpan ditempat penyimpanan pakan yang ada di
SPR Ridho Ilahi.

18
3. Pembuatan pakan Silase jerami jagung

Pemanfaatan sumber daya pertanian tanaman pangan dalam bentuk


limbah sebagai sumber pakan ternak merupakan langkah effisiensi
mengatasi kekurangan produksi rumput. Limbah pertanian termasuk
sumber hijauan yang tersedia dalam jumlah melimpah dan mudah
diperoleh. Sebagian besar limbah pertanian dapat dimanfaatkan untuk
bahan pakan ternak sapi. Dari bermacam-macam limbah pertanian yang
mempunyai potensi besar sebagai sumber hijauan adalah jerami jagung.
Karakterisitik jerami jagung sebagai pakan ternak tergolong hijauan
bermutu rendah dan penggunaannya dalam bentuk segar tidak
menguntungkan secara ekonomis. Selain itu, jerami jagung memiliki
kandungan serat kasar tinggi sehingga daya cernanya rendah.

Tingginya produktivitas jagung di desa wanasaba juga menimbulkan


masalah baru yaitu limbah jagung berupa jerami (daun dan batang) dan
tongkol jagung. Limbah jagung ini berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai pakan ternak dengan metode silase.

Kualitas jerami jagung sebagai pakan ternak dapat ditingkatkan


dengan teknologi silase yaitu proses fermentasi yang dibantu jasad
renik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Teknologi silase dapat
mengubah jerami jagung dari sumber pakan berkualitas rendah menjadi
pakan berkualitas tinggi serta sumber energi bagi ternak.

Pembuatan silase jerami jagung di kelompok ternak Ridho Ilahi


menggunakan bahan yaitu limbah jerami jagung 100 kilogram, 3
kilogram dedak, 100 ml molasses, 250 ml probiotik,dan ½ liter air.
Pembuatan dengan dedak ditaburkan terlebih dahulu ke jerami jagung,
kemudian mencampurkan air, molasses dan molasses. Setelah
tercampur, kemudian menyiramkan campuran tersebut ke jerami jagung
sampai merata. Kemudian bahan jerami jagung dimasukkan ke dalam
silo sampai padat tanpa udara selama 21 hari.

19
(Gambar 14. Proses pembuatan pakan silase jerami jagung)

4. Pembuatan pakan Amoniasi jerami padi


Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia
(sapi, kerbau, kambing, dan domba). Namun, terjadinya perubahan
fungsi lahan menjadi penyebab keterbatasan pakan hijauan. Solusi dari
masalah ini ialah pemanfaatan limbah pertanian seperti limbah jerami
padi yang bisa dimanfaatkan melalui proses amoniasi. Proses
pembuatan amoniasi jerami padi di kelompok ternak SPR Ridho Ilahi
dengan menggunakan bahan campuran dari urea dengan air,setelah itu
campuran tersebut di siramkan secara merata ke jerami padi, kemudian
dimasukkan kedalam silo secara padat tanpa udara dan ditutup rapat
selama 21 hari.

(Gambar 15. Proses pembuatan jerami padi)

3.2 Manfaat Kegiatan PKL

20
Adapun manfaat kegiatan PKL yang telah dilaksanakan di SPR Ridho Ilahi
yaitu :
 Mahasiswa mendapatkan pengalaman dan wawasan mengenai usaha
peternakan.
 Memaksimalkan potensi mahasiswa.
 Peternak di SPR Ridho Ilahi dapat menerapkan materi sistem beternak
yang telah di berikan oleh mahasiswa PKL.
 Membina hubungan baik antara kampus dengan peternak yang ada di
SPR Ridho Ilahi.

BAB III

PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA

4.1 Permasalahan

a. Penggunaan biogas masih belum maksimal, seperti pemanfaatan untuk


penerangan.
b. Pemasaran pupuk masih sulit.

4.2 Pemecahan

21
a. Biogas yang di miliki belum sepenuhnya dimaksimalkan penggunaanya,
seperti untuk penerangan di kandang, gudang, dan kantor. Dengan
pemberian pengetahuan ke peternak tentang penggunaan biogas sebagai
penerangan dapat menghemat biaya energi listrik yang digunakan saat ini.
b. Solusi yang dapat digunakan sebagai strategi pemasaran produk pupuk
organik di SPR Ridho Ilahi ialah dengan cara mempromosikan produk
olahan pupuk organik dari SPR Ridho Ilahi, tujuan dari promosi adalah
untuk memperkenalkan barang hasil produksi, dengan tujuan konsumen
dapat membeli hasil produksinya. Sesuai dengan pendapat
(Hermawan,2012) Promosi penjualan merupakan aktivitas pemasaran
yang mengusulkan nilai tambah dari suatu produk dalam jangka waktu
tertentu guna mendorong pembelian konsumen, efektivitas penjualan, atau
mendorong upaya yang dilakukan oleh tenaga penjual.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari pelaksanaan praktik kerja lapang (PKL) yang telah dilakukan di


SPR Ridho Ilahi, maka dapat ditarik simpulan bahwa:

a. Manajemen pengolahan limbah ternak dapat dimanfaatkan sebagai


pupuk organik dan biogas.
b. Slurry dari biogas juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan.

22
c. Permasalahan utama dari peternak di SPR Ridho Ilahi ialah sulitnya
pemasaran pada pupuk organik.
d. Kegiatan penunjang lainnya yaitu pemberian pakan, pembuatan pakan
complet feed, pembuatan pakan silase jerami jagung dan pembuatan
pakan amoniasi jerami padi.
5.2 Saran

Adapaun saran yang dapat disampaikan dari hasil kegiatan PKL yaitu
dalam melakukan setiap aktivitas kerja hendaknya mahasiswa PKL lebih
memperhatikan prosedur kerja yang ada dan melaksanakan kegiatan dengan
penuh tanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1986. Hijauan Makanan Ternak potong Kerja dan perah Cetakan ke -2.
Yogyakarta : Penerbit kanisius.

Hermawan, 2012. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Http://kuduskab.go.id/p/79/biogas?
fbclid=IwAR1wxZBznl_4te71tliJF5sJajM2VHGrj331yHn_CvnlOFXetQx
Ppiutvqw.

23
Isroi, 2008. Kompos. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Indonesia.

Kaharudin, Sukmawati. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Umum Limbah


Ternak Untuk Kompos Dan Biogas. NTB.

Murbandono, 2000. Membuat Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya

Pamuji, 2012. Teknologi pakan hijauan. Yogyakarta : UGM press.

Simamora dkk, 2006. Pengaruh Penambahan Bahan Organik Dalam


Pembuatan Pupuk Organik. Bogor : Insitut Pertanian Bogor.

Yuniwati,2006. Pengolahan Limbah Ternak. Disertasi.Bogor: IPB.

24

Anda mungkin juga menyukai